Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Badruzsaufari, M. Sc.
Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd
Disusun Oleh:
Agustina Rahmah, S. Pd. (A2C215025)
M. Fitriansyah, S. Pd. (A2C215032)
INDUSTRI FERMENTASI
A. Fermentasi
Fermentasi adalah proses yang mengacu pada mikroorganisme untuk memecah bahan
organik untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan untuk tetap hidup, dan membuat senyawa
organik seperti alkohol dan asam organik, serta senyawa anorganik seperti karbon dioksida dan
hidrogen. Tergantung pada zat yang terbentuk, proses ini disebut fermentasi alkohol, fermentasi
asam laktat, fermentasi asam amino, dll.
Fermentasi adalah jenis respirasi anaerob yaitu proses pelepasan energi yang terjadi
dalam ketiadaan oksigen bebas (tanpa gabungan secara kimiawi). Hasil fermentasi dalam
pemecahan karbohidrat dan zat organik kompleks menjadi zat lain yang lebih sederhana.
Organisme tertentu melakukan fermentasi untuk mendapatkan energi yang mereka butuhkan
untuk melakukan proses kehidupan mereka. (Sebagian besar organisme memperoleh energi
untuk proses ini melalui respirasi aerobik, dengan adanya oksigen bebas.) Berbagai
mikroorganisme, termasuk ragi dan jamur dan bakteri tertentu, memperoleh energi melalui
fermentasi. Banyak proses fermentasi menghasilkan produk yang penting dalam kedokteran,
persiapan makanan, dan bidang lainnya.
Industri fermentasi modern di indonesia masih sangat terbatas. Mengingat potensi bahan
baku yang melimpah di indonesia, maka upaya pengembangan industri fermentasi untuk
memproduksi berbagai jenis produk yang bernilai ekonomi tinggi, perlu mendapatkan perhatian.
Industri fermentasi dalam pelaksanaan proses dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. mikrobia
2. bahan dasar
3. sifat-sifat proses
4. pilot-plant
5. faktor sosial ekonomi
1. Mikrobia
Mikrobia dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus memenuhi
syarat-syarat tertentu yaitu : (a) murni ; (b) unggul ; (c) stabil ; dan (d) bukan patogen.
a. Murni
Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari satu strain tertentu)
yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan tetap murni dalam proses maka
kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril. Penggunaan kultur tunggal mempunyai resiko yang
tinggi karena kondisi harus optimum. Untuk mengurangi kegagalan dapat digunakan biakan
campuran. Keuntungan penggunaan biakan campuran adalah mengurangi resiko apabila
mikrobia yang lain tidak aktif melakukan fermentasi. Dalam bidang pangan penggunaan biakan
campuran dapat menghasilkan aroma yang spesifik. Pengembangan inokulum yang terdiri
campuran biakan murni belum berkembang di Indonesia. Sebagai contoh, inokulum tempe yang
dibuat LIPI masih merupakan inokulum kultur tunggal sehingga produsen tempe sering
mencampur inokulum murni dengan inokulum tradisional dengan maksud memperoleh hasil
yang baik. Inokulum tape (ragi tape) juga belum berkembang. Di Malaysia, telah dikembangkan
campuran kultur murni untuk membuat tape rendah alkohol. Ini merupakan upaya untuk
memenuhi tuntutan masyarakat yang sebagian besar muslim. Isolatnya sendiri diperoleh dari ragi
yang telah ada di pasaran. Penggunaan inokulum campuran harus memperhatikan kebutuhan
nutrisi mikroorganismenya. Kultur campuran yang baik adalah model suksesi sehingga antar
organisme tidak bersaing namun saling mendukung untuk pembentukan produk.
b. Unggul
Pada kondisi fermentasi yang diberikan, mikrobia harus mampu menghasilkan
perubahan-perubahan yang dikehendaki secara cepat dan hasil yang besar. Sifat unggul yang ada
harus dapat dipertgenetik dapat dengan kondisi proses yang diharapkan. Proses rekayasa genetik
dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat jasad dengan maksud mempertinggi produk yang
diharapkan dan mengurangi produk-produk ikutan.
c. Stabil
Pada kondisi yang diberikan, mikrobia harus mempunyai sifat-sifat yang tetap, tidak
mengalami perubahan karena mutasi atau lingkungan.
d. Bukan Patogen
Mikrobia yang digunakan adalah bukan patogen bagi manusia maupun hewan, kecuali
untuk produksi bahan kimia tertentu. Jika digunakan mikrobia patogen harus dijaga, agar tidak
menimbulkan akibat samping pada lingkungan.
2. Bahan Dasar
Bahan dasar untuk kepentingan fermentasi dapat berasal dari hasil-hasil pertanian,
perkebunan maupun limbah industri. Bahan dasar yang umum digunakan di negara berkembang
adalah: (a) molase, karena banyak tebu; (b) jerami; (c) dedak; (d) kulit kopi, kulit coklat, sabut
kelapa; (e) ampas tebu, ampas biji-bijian yang telah diambil minyaknya; (f) kotoran binatang;
(g) air limbah; (h) sampah sebagai komponen pupuk;
(i) sisa pabrik kertas, pabrik susu dan sebagainya.
Bahan dasar harus mempunyai syarat-syarat : (a) mudah didapat; (b) jumlah besar;
(c) murah harganya; (d) bila diperlukan ada penggantinya.
3. Sifat-sifat Proses
Sifat-sifat proses harus disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan oleh mikrobia dalam
melakukan metabolisme. Kondisi yang dibutuhkan dapat aerob ataupun anaerob, sedang bentuk
medium dapat cair ataupun padat. Dalam proses produksi dapat digunakan proses tertutup
ataupun kontinyu. Perbedaan kondisi yang dibutuhkan oleh mikrobia dalam proses industri juga
akan menentukan :
a. tipe fermentor
b. optimasi lingkungan: pH, aerasi, suhu. kadar nutrien
c. Macam alat bantu: sumber air, listrik, kompresor dan sebagainya
d. cara pengunduhan hasil, sterilisasi.
4. Pilot-plant
Pilot plant adalah semacam laboratorium tetapi di atas skala laboratorium dan di bawah
skala perusahaan. Jika dalam pilot plant sudah menunjukkan hasil baik, dapat dibawa ke skala
industri, karena dalam skala industri sudah terkait modal sehingga diperhitungkan kegagalan.
Dengan pilot plant kegagalan dikurangi 75% daripada langsung dari laboratorium.
d. Proses Transformasi
Sel mikrobia dapat digunakan untuk mengubah senyawaan menjadi senyawa lain yang
secara struktur berkaitan, yang mana senyawa yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi. Reaksi yang dapat mengkatalisis misalnya dehidrogenasi, oksidasi, hidroksilasi, dehidrasi
dan kondensasi, dekarboksilasi, aminasi, deaminasi dan isomerasi. Contoh proses transformasi
adalah mengubah alkohol menjadi asam asetat. Proses transformasi dapat juga digunakan untuk
produksi antibiotik. Sel yang amobil juga merupakan usaha proses transformasi yang dapat
digunakan berulang.
9. Urutan
Urutan merupakan makanan fermentasi khas bali yang berbahan baku daging babi dan
bentuknya menyerupai sosis. Urutan dibuat dengan mencincang daging babi kemudian
ditambahkan garam dan bumbu lalu dimasukan ke dalam selongsong usus babi. Fermentasi
dilakukan selama 2-4 hari di bawah matahari. Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang
dominan berperan dalam fermentasi urutan dan bermanfaat dalam menghasilkan bakteriosin,
yaitu zat yang menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Urutan biasanya dikonsumi dengan
cara digoreng terlebih dahulu.
10. Tempe
Tempe merupakan makanan fermentasi yang paling terkenal di Indonesia. Nama tempe
juga sudah dikenal di manca negara, seperti di Jepang dan juga di Inggris. Tempe populer karena
teksturnya yang seperti daging dan menjadi makanan kegemaran vegetarian. Tempe diproduksi
dengan cara memfermentasikan kacang kedelai kuning dengan menggunakan kapang Rhizopus
oryzae, R. arrhizus, R. microsporus var. chinensis, dan yang paling umum dengan
menggunakan R. microsporus var. oligosporus. Fermentasi tempe dilakukan dalam bungkusan
daun pisang, waru, atau bisa juga bungkus plastik. Tempe juga dijumpai dalam berbagai variasi
berdasarkan jenis biji kacang yang difermentasikan, seperti tempe dari lamtoro, kecipir, dan
koro. Produksi tempe sudah banyak diketahui seluruh suku bangsa di Indonesia dan bisa dibilang
bahwa tempe digemari berbagai suku bangsa di Indonesia dan bisa diolah menjadi berbagai jenis
makanan.
Tempe diduga pertama kali dibuat oleh suku bangsa Jawa di Indonesia. Tempe telah
dikembangkan sejak sebelum abad ke-16 oleh suku Jawa, terutama dari Kerajaan Mataram.
Tempe pada awalnya dibuat dengan memfermentasikan kedelai hitam, tetapi bahan baku utama
tempe berubah setelah bangsa Tiongkok memperkenalkan kedelai kuning. Diduga awalnya
tempe ditemukan saat kacang kedelai yang sudah direbus terfermentasi secara spontan oleh
kapang yang terdapat pada daun pembungkus tempe. Rujukan pertama mengenai tempe
ditemukan pada tahun 1857 dan di dalam Serat Centhini terdapat kata "tempe" yang menandakan
bahwa tempe sudah dikenal berabad-abad lalu dalam tatanan budaya makanan masyarakat Jawa,
khususnya Yogyakarta dan Surakarta.
Tempe memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan jika dikonsumsi secara rutin. Tempe
mengandung kandungan protein yang tinggi dan merupakan makana yang mudah diserap tubuh.
Tempe mengandung zat-zat antiinfeksi, antioksidan, dan bermanfaat dalam menurunkan
kolesterol. Tempe juga dapat diolah lebih lanjut menjadi makanan bayi dan sebagai makanan
untuk menanggulangi masalah kekurangan asupan protein.