login=&email_was_taken=true
C. TANTANGAN DAN HARAPAN
Kegiatan pembelajaran dalam skema Kurikulum 2013 diselenggarakan untuk
membentuk watak, membangun pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebiasaan
untuk meningkatkan mutukehidupan peserta didik. Kegiatan pembelajaran
diharapkan mampu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkanuntuk
mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu
mampumenjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat
belajar. Dengan demikianguru diharapkan mampu mengimplementasikan
metode pembelajaran yang inovatif (students-centered); pembelajaran
konvensional (teacher-centered) dianggap tidak lagi mampu memenuhiharapanharapan di atas. Agar siswa mampu mengembangkan sikap dan pengalaman
sesuaidengan perbedaan potensinya, maka peran guru tidak lagi sebagai
pentransfer ilmu, melainkansebagai fasilitator atau membantu siswa agar siswa
mampu menguasai berbagai kompetensi yangdiharapkan. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan diharap mampumengembangkan
kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup
dalamkebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan perkataan lain,
kegiatan pembelajaran perlumenggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada
peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika,estetika,
logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam.Pengakuan keragaman potensi siswa agar mereka mampu melakukan
kegiatan eksplorasi berimplikasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang perlu menerapkan berbagaistrategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Pada gilirannya
kegiatan pembelajaran diharap mampu mengembangkan danmeningkatkan
kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,
kepemimpinan,empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna
membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Siswa
yang bersifat otonom, perlu diberi kesempatan untuk menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi barudengan
aturan-aturan lama di dalam benaknya, dan merevisinya apabila aturan-aturan
itu tidak lagi sesuai. Peserta didik harus didorong untuk mengkonstruksi
pengetahuan melalui pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian maka
Kurikulum 2013 sejalan dengan paradigmconstructivism dalam ilmu pendidikan.
Kurikulum 2013 juga selaras dengan berbagai teori
[Type text]
kependidikan misalnya: teori perkembangan kognisi dari Piaget, teori belajar dan
membimbingdari Vygotsky, pendekatan kontekstual, kolaborasi, problem-based
learning, investigasi,discovery-method, problem solving, problem posing,
dst.Mengingat berbagai pertimbangan di atas maka dalam pembelajaran di
kelas, guru dapatmemberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar
Guru dapat memberi peserta didik anak tangga yang membawa peserta didik ke
pemahamanyang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut.
Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari diberi tahu menjadi aktif
mencaritahu.Di dalam pembelajaran, peserta didik membangun pengetahuan
bagi dirinya.
Bagi pesertadidik, pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis,
berkembang dari sederhana menujukompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di
sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dandari yang bersifat konkrit
menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, pesertadidik telah,
sedang, dan akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni
sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal
[Type text]
memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang
diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang
transdisciplinarity
maka pengotakan konten kurikulumsecara terpisah ketat tidak memberikan
keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya
.
.
Jika dicermati maka untuk siswa SD kelas I, II dan III dianggap belum
mampumenghargai agama yang dianutnya. Secara psikologis tentulah hal ini
sangat krusial dan berbahaya, dan penulis menganggapnya bahwa asumsi
semacam ini hanyalah bersifathypothetical analyses yaitu pemikiran yang hanya
berdasarkan konseptual di atas kertas dantidak dapat dipertanggungjawabkan
secara scientific empirical. Demikian seterusnya ditemukan bahwa untuk siswa
SD dan SMP dianggap belum mengamalkan agama yang di anutnya.Sungguh
ironi, mengapa pemerintah yang besar ini sampai bisa mengadaptasi pemikiranpemikiran kerdil semacam ini? Maka inilah salah satu tantangan bagi guru,
pendidik, praktisi danakademisi jika ingin menyadari betapa Kurikulum 2013
masih memuat banyak persoalancontroversial dan secara ontologis, pedagogis,
psikologis dan empiris tidak dapat dipertanggung jawabkan.Terdapat pula
kerancuan pemikiran dari segi acuan dari Kompetensi Dasar dan
harusdikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif, yaitu
dengan dirancangnyaKompetensi Inti dalam empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikapkeagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3),dan penerapan pengetahuan
(kompetensi 4). Dari rumusan yang ada, kerancuan yang terjadiadalah bahwa
kompetensi inti yang satu dengan yang lainnya bersiat terpisah dan tidak
jelasketerhubungannya. Semestinya, sikap keagamaan harus menjadi landasan
sekaligus tujuan serta