Anda di halaman 1dari 4

http://www.academia.edu/3727714/Tantangan_dan_Harapan_Kurikulum_2013?

login=&email_was_taken=true
C. TANTANGAN DAN HARAPAN
Kegiatan pembelajaran dalam skema Kurikulum 2013 diselenggarakan untuk
membentuk watak, membangun pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebiasaan
untuk meningkatkan mutukehidupan peserta didik. Kegiatan pembelajaran
diharapkan mampu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkanuntuk
mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu
mampumenjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat
belajar. Dengan demikianguru diharapkan mampu mengimplementasikan
metode pembelajaran yang inovatif (students-centered); pembelajaran
konvensional (teacher-centered) dianggap tidak lagi mampu memenuhiharapanharapan di atas. Agar siswa mampu mengembangkan sikap dan pengalaman
sesuaidengan perbedaan potensinya, maka peran guru tidak lagi sebagai
pentransfer ilmu, melainkansebagai fasilitator atau membantu siswa agar siswa
mampu menguasai berbagai kompetensi yangdiharapkan. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan diharap mampumengembangkan
kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup
dalamkebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan perkataan lain,
kegiatan pembelajaran perlumenggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada
peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika,estetika,
logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam.Pengakuan keragaman potensi siswa agar mereka mampu melakukan
kegiatan eksplorasi berimplikasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang perlu menerapkan berbagaistrategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Pada gilirannya
kegiatan pembelajaran diharap mampu mengembangkan danmeningkatkan
kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,
kepemimpinan,empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna
membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Siswa
yang bersifat otonom, perlu diberi kesempatan untuk menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi barudengan
aturan-aturan lama di dalam benaknya, dan merevisinya apabila aturan-aturan
itu tidak lagi sesuai. Peserta didik harus didorong untuk mengkonstruksi
pengetahuan melalui pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian maka
Kurikulum 2013 sejalan dengan paradigmconstructivism dalam ilmu pendidikan.
Kurikulum 2013 juga selaras dengan berbagai teori

[Type text]
kependidikan misalnya: teori perkembangan kognisi dari Piaget, teori belajar dan
membimbingdari Vygotsky, pendekatan kontekstual, kolaborasi, problem-based
learning, investigasi,discovery-method, problem solving, problem posing,
dst.Mengingat berbagai pertimbangan di atas maka dalam pembelajaran di
kelas, guru dapatmemberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, seperti ditulis dalam


pedoman pelaksanaan sbb:

Guru dapat memberi peserta didik anak tangga yang membawa peserta didik ke
pemahamanyang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut.
Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari diberi tahu menjadi aktif
mencaritahu.Di dalam pembelajaran, peserta didik membangun pengetahuan
bagi dirinya.
Bagi pesertadidik, pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis,
berkembang dari sederhana menujukompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di
sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dandari yang bersifat konkrit
menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, pesertadidik telah,
sedang, dan akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni
sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal

Skema pembelajaran perlu dimulai dengan perencanaan yang


mempertimbangkan berbagaifactor serta berbagai sumber belajar dan
pembelajaran yang dapat digunakan. Pengembangan perangkat pembelajaran
menjadi sangat penting. RPP dan LKS perlu dikembangkan selarasdengan
kompetensi dasar, asumsi, paradigm dan teori-teori belajar-mengajar. Skema
pencapaiankompetensi perlu didukung dengan pengembangan berbagai variasi
media, variasi metode danvariasi interaksi di dalam kelas. Dikarenakan peran
aktif siswa sangat diakui, maka alur kegiatansiswa perlu memasilitasi mereka
agar mempunyai kesempatan berdiskusi di dalam kelompok besar atau kecil,
serta menyampaikan pendapatnya atau melaporkan hasil kepada teman
yanglain atau guru di kelas. Skema pencapaian kompetensi akan menjamin
kepastian fasilitasi guruakan segala kemungkinan kegiatan dan proses kognisi
atau pencapaian kompetensi. Untuk memperkokoh skema pencapaian
kompetensi maka Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan
pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Dijelaskan bahwa
pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam
berbagai tema. Sesuai dengan pedoman pelaksanaan, pengintegrasian tersebut
dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,keterampilan dan pengetahuan
dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan.
Tema akan membingkai dan member kerangkan makna berbagai konsep dasar
sehingga peserta didik akan mampu mengkonstruksinya secara komprehensif.
Ketentuan tentang pembelajaran tematik diuraikan sebagai berikut:
P
embelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan
kehidupan manusia.Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi
makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta PendidikanJasmani, Olahraga dan
Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yangdiorganisasikan ke
mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan

pengembangKompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang


psikologis, peserta didik belummampu berpikir abstrak untuk memahami konten
mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V,dan VI sudah mulai mampu
berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt

[Type text]
memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang
diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang
transdisciplinarity
maka pengotakan konten kurikulumsecara terpisah ketat tidak memberikan
keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya
.

Dari panduan yang dibuat pemerintah menjelaskan keterkaitan dan kedudukan


KTSP denganKurikulum 2013. Jika ditilik dari segi implementasi di lapangan
sebetulnya prosedur dansubstansi KTSP tidak mengalami perubahan. Oleh
karena itu penulis menganggap bahwaKurikulum 2013 sebetulnya lebih tepat
sebagai revisi dari Kurikulum 2006. Sementara di sisilain, pendekatan
sains
yang digunakan utuk semua mata pelajaran, dilihat dari sudut filsafat dan
psikologis tidak dapat dipertanggungjawabkan. Secara ontologism, terdapat
hanya dua macamilmu saja yaitu geistesweisensaften (ilmu humaniora) dan
natureweistensaften (ilmu-ilmukealaman). Pendekatan sain hanya cocok untuk
natureweistesaften, sedangkan untuk geistesaftenyang cocok adalah
hermeneutika atau metode hidup. Jadi dalam hal pendekatan ini, Kurikulum2013
telah melanggar atau melabrak atau melahap secara rakus untuk mengalahkan
danmendominasi ilmu humaniora seperti Agama, Bahasa, Seni dll. Jika hal ini
terus dipaksakan, penulis menduga Kurikulum 2013 akan mengalami banyak
kendala ontologis dalam pelaksanaannya dan dengan demikian tidak akan
memberi solusi bagi mempersiapkan generasi bangsa yang tangguh, tetapi
malah menambah daftar carut marut pendidikan Indonesia yangmemang tidak
dan belum pernah mengalami keadaan sehat sejak lahirnya republik
ini.Persoalan ontologis dan psikologis juga muncul pada rangkaian hirarkhis
Kompetensi Inti danKompetensi Dasar yang dibuat merentang dari SD kelas I
sampai dengan SMA kelas XII. Jikakita cermati rangkaian makna dan konsep yang
terkandung dalam Kompetensi Inti dan Dasar sangatlah tidak dapat dimengerti,
misal untuk Kompetensi Inti keagamaan (Kompetensi Inti 1) bahwa benarkan
bahwa untuk kelas I, IIdan III SD dapat dirumuskan sebagai
:

Menerima danmenjalankan ajaran agama yang dianutnya

, sedangkan untuk kelas IV, V dan VI SD dapatdirumuskan sebagai :

Menerima, menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

.
Jika dicermati maka untuk siswa SD kelas I, II dan III dianggap belum
mampumenghargai agama yang dianutnya. Secara psikologis tentulah hal ini
sangat krusial dan berbahaya, dan penulis menganggapnya bahwa asumsi
semacam ini hanyalah bersifathypothetical analyses yaitu pemikiran yang hanya
berdasarkan konseptual di atas kertas dantidak dapat dipertanggungjawabkan
secara scientific empirical. Demikian seterusnya ditemukan bahwa untuk siswa
SD dan SMP dianggap belum mengamalkan agama yang di anutnya.Sungguh
ironi, mengapa pemerintah yang besar ini sampai bisa mengadaptasi pemikiranpemikiran kerdil semacam ini? Maka inilah salah satu tantangan bagi guru,
pendidik, praktisi danakademisi jika ingin menyadari betapa Kurikulum 2013
masih memuat banyak persoalancontroversial dan secara ontologis, pedagogis,
psikologis dan empiris tidak dapat dipertanggung jawabkan.Terdapat pula
kerancuan pemikiran dari segi acuan dari Kompetensi Dasar dan
harusdikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif, yaitu
dengan dirancangnyaKompetensi Inti dalam empat kelompok yang saling terkait
yaitu berkenaan dengan sikapkeagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial
(kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3),dan penerapan pengetahuan
(kompetensi 4). Dari rumusan yang ada, kerancuan yang terjadiadalah bahwa
kompetensi inti yang satu dengan yang lainnya bersiat terpisah dan tidak
jelasketerhubungannya. Semestinya, sikap keagamaan harus menjadi landasan
sekaligus tujuan serta

Anda mungkin juga menyukai