Anda di halaman 1dari 12

BAB V

PENANAMAN DAN PEMUPUKAN


Tinjauan Pustaka
Penanaman
Peran tanah bagi pertumbuhan tanaman
Tanah

adalah

sarana

produksi

tanaman

yang

mampu

menghasilkan berbagai tanaman. Tanah mempunyai sifat yang mudah


dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan
induk dalam jangka waktu tertentu. Tanah yang subur adalah tanah yang

mampu untuk menyediakan unsur hara yang cocok, dalam jumlah yang
cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan yang
sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman.
Peran tanah bagi pertumbuhan tanaman yaitu media tempat
tumbuh perakaran, pengatur ketersediaan air, penyedia udara (oksigen),
penyedia unsur hara, filter bila ada kontaminan dan penyangga bila ada
perubahan yang kurang menguntungkan misalnya temperatur (Brady,
1990). Komponen tanah yang optimal untuk pertumbahan tanaman yaitu
udara 25%, air 25%, mineral 45% dan bahan organik 5%. Pertumbuhan
Tanaman normal, bila suplai hara cukup dan sesuai dengan saat
dibutuhkan.

Reaksi

larutan

tanah

(pH)

merupakan

pengontrol

ketersediaan hara sehingga keseimbangan ketersediaan antar unsur hara


harus selalu dijaga.
Jagung
Jagung merupakan sumber energi utama pakan, terutama untuk
ternak monogastrik seperti ayam, itik, puyuh, dan babi karena kandungan
energi, yang dinyatakan sebagai energi termetabolis (ME). Jagung
mengandung protein sebesar 8,5% dan 3,5% lemak (Tangendjaja dan
Wina, 2007). Jagung mempunyai kandungan Ca dan P yang relatif
rendah. Salah satu kelebihan jagung untuk pakan unggas, terutama ayam

petelur, adalah kandungan xantofilnya yang tinggi (18 ppm) dan berguna
untuk kuning telur, kulit, atau kaki berwarna lebih cerah.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan
tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Batang beruas-ruas, ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup
kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun
sempurna, bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan
daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung
berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Inokulum rhizobium
Berdasarkan taksonominya, rhizobium termasuk dalam divisi
Protophyta,

kelas

Schizomycetes,

ordo

Eubacteriales,

grup

proteobacteria, famili Rhizobiaceae, dan genus Rhizobium. Klasifikasi


Rhizobium didasarkan kepada pengelompokkan inokulasi silang (cross
inoculation). Akan tetapi menurut Brockwell et al. (2005), kelompok bakteri
tanah yang membentuk bintil akar (rhizobia) dan bersimbiosis dengan
tanaman legum yang dapat memfiksasi N setidaknya ada 6 genus yang
termasuk

dalam

Rhizobiaceae

yaitu

Rhizobium,

Bradyrhizobium,

Sinorhizobium, Mesorhizobium, Allorhizobium, dan Azorhizobium. Selain


itu Ngom et al. (2004), mengemukakan bahwa belakangan ini ada bakteri
selain rhizobium yang dapat diisolasi dari bintil akar tanaman A. mangium,
bakteri yang diisolasi termasuk dalam kelompok Ochrobactrum.
Prinsip

pengelompokkan

inokulasi

silang

didasarkan

pada

kemampuan suatu isolat Rhizobium untuk membentuk bintil pada genusgenus yang terbatas dari species legum yang satu sama lain berkerabat
dekat. Rhizobium hidup bebas dalam tanah dan dalam daerah perakaran
tumbuh-tumbuhan legum maupun bukan legum. Walaupun demikian,
bakteri Rhizobium hanya dapat bersimbiosis dengan tumbuh-tumbuhan

legum dengan menginfeksi akarnya dan membentuk bintil akar di


dalamnya (Subba, 1994). Bakteri ini hidup secara aerobik dan heterotropik
dengan memanfaatkan beberapa macam karbohidrat seperti manitol,
glukosa, dan fruktosa sebagai sumber karbon.
Pemupukan
Pupuk adalah hara tanaman yang ada dalam tanah, atmosfer, dan
dalam kotoran hewan secara alami. Namun, hara yang ada itu tidak selalu
tersedia dalam bentuk siap digunakan tanaman atau jumlahnya tidak
mencukupi. Jadi, harus ditambahkan dengan penggunaan pupuk. Pupuk
digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk
organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau
makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran hewan, seresah, sampah,
kompos, dan lain-lain (Riyo, 2006).
Jenis pupuk
Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia,
fisik dan atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat
pupuk. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik
dapat dibagi menjadi dua yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Jenis
pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam.
Biasanya berupa unsur hara makro primer, misalnya urea hanya
mengandung unsur nitrogen (Novizan, 1999).
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu
jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya
dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan.
Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk
antara lain diamonium phospat yang mengandung unsur nitrogen dan
fosfor (Novizan, 1999).
Kebutuhan dan gejala defisiensi
Tanaman

memerlukan

paling

tidak

16

unsur

(zat)

untuk

pertumbuhannya, tetapi dalam pemupukan hanya tiga unsur pokok yang


disebut unsur pupuk yaitu N, P, dan K (Lingga, 1997). Unsur tersebut

merupakan unsur penting bagi tanaman karena harus tersedia dalam


perimbangan tertentu untuk menjamin pertumbuhan hijauan yang baik.
Dari 16 unsur tersebut, 3 unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh
dari udara dan 13 unsur lagi tersedia pada tanaman. Jadi, tanaman
sebagai dapur bagi tanaman setidaknya menyediakan 13 jenis menu
untuk pertumbuhan yang normal, yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium
(K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Khlor (Cl), Ferrum (Fe),
Mangan (Mn), Cuprum (Cu), Seng (Zn), Berium (B), Molibdien (Mo)
(Lubis, 1992).
Pada tanah yang kekurangan zat kalium maka tanaman yang
tumbuh di atasnya akan memperlihatkan gejala-gejala yaitu daun-daun
berubah menjadi mengkerut atau keriting terutama pada daun-daun tua,
tetapi tidak merata. Kemudian timbul bercak-bercak berwarna merah
sampai coklat, kemudian mengering lalu mati (Fisher N. and Petter G.
1992). Defisiensi unsur Ca menyebabkan sistem perakaran terhambat.
Tanaman yang kekurangan kalsium dicirikan oleh daun-daun muda
dimana tepi-tepi daun terjadi klorosis yang lambat laun menjalar diantara
tulang daun. Kuncup-kuncup muda mati, perakaran kurang sempurna
malah sering salah bentuk (Fisher N. and Petter G. 1992).
Metode pemupukan
Metode pemupukan pada tanaman ada dua yaitu memupuk melalui
akar tanaman dan memupuk dengan cara disemprotkan ke daun tanaman
(spraying). Pemberian pupuk melalui akar dapat dilakukan secara disebar,
ditempatkan diantara barisan, dan ditempatkan dalam lubang tanam
(Maspary, 2010). Pemberian pupuk daun bisa dilakukan bersamaan
dengan pemberian pestisida kalau dianggap perlu, atau bersamaan
dengan zat perangsang seperti Dekamon atau Atonik berikut zat pebasah.
Tetapi jangan sekali-kali memberikan pupuk daun bersamaan dengan
pestisida yang mengandung zat perekat. sebab pupuk tersebut akan ikut
lengket di permukaan daun tanpa bisa diserap. Akibat lebih lanjut ialah
pupuk akan menyerap air daun dan daunpun akan rusak seperti terbakar.

Materi dan Metode


Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan dalam penanaman adalah cangkul,
semprotan air dan patok.
Bahan. Bahan yang digunakan adalah jagung (Zea mays), kedelai
(Glycine max), pupuk kandang, inoculum rhizobium, TSP, KCL dan pupuk
daun.
Metode
Bahan yang akan ditanam adalah jagung (Zea mays) ke dalam
lubang pada petak yang telah disediakan. Dibuat 25 lubang pada petak
tersebut. Selanjutnya pada lubang tersebut diberi pupuk dengan
perlakuan tertentu. Perlakuan 1 dengan menggunakan 100% pupuk
kandang, perlakuan 2 dengan menggunakan 25% pupuk cair dan 75%
pupuk kandang, perlakuan 3 dengan menggunakan 50% pupuk cair dan
50% pupuk kandang, perlakuan 4 dengan menggunakan 75% pupuk cair
dan 25% pupuk kandang, perlakuan 5 dengan menggunakan 100% pupuk
cair. Biji jagung yang akan ditanam dimasukkan pada lubang tersebut.
Setiap lubang diisi dengan 3 biji jagung. Diamati pertumbuhan dan
perkembangannya.

Hasil Dan Pembahasan


Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh data pengukuran
sebagai berikut :
Tabel 1. Pengaruh penambahan pupuk cair dan tanpa penambahan
pupuk cair terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun selama umur 4
minggu.
Perlakuan
Penambahan
pupuk cair
Tanpa
penambahan
pupuk cair

Replikasi
1
2
3
1
2
3

Variabel yang diamati


Tinggi tanaman
Jumlah daun
I
II
III
IV
I
III
II
7
18
26
3
5
9
8
20
27
3
5
8
10 22 32.5
3
5
7
7
20
49
80
4
6
9
7
18
47
80
4
6
9
8
17
46
77
3
5
6

IV
12
12
12
12
12
9

Biji yang digunakan pada saat penanaman yaitu jagung (Zea


mays). Berdasarkan praktikum diperoleh hasil yaitu perlakuan dengan
penambahan pupuk cair pada replikasi tanaman jagung 1, 2, dan 3 dari
minggu ke I sampai minggu ke IV menunjukkan pengaruh nyata pada
tinggi tanaman dan jumlah daun,
Menurut Hanolo (1997) menyatakan bahwa semakin tinggi dosis
pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh
tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya
frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka
kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan
dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala
kelayuan pada tanaman (Fitri et al., 2007).
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil yaitu perlakuan
Pupuk yang digunakan saat praktikum adalah pupuk kandang. Hartatik
(2006) menyatakan bahwa pupuk kandang adalah sumber unsur hara

seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Nitrogen dari pupuk kandang


umumnya akan diubah menjadi bentuk nitrat. Nitrat mudah larut dan
bergerak ke daerah perakaran tanaman. Konsentrasi pupuk kandang
dipengaruhi oleh jenis ternak, makanan, umur dan kesehatan ternak.
Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk merupakan siklus unsur hara
yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan pengunaan sumber daya
alam yang terbarukan, disisi lain penggunaan pupuk kandang dapat
mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman.
Howai (2011) berpendapat rata-rata tinggi tanamannya setelah
empat minggu penanaman yaitu 29 cm dan rata-rata jumlah daun yaitu 7
helai. Hasil praktikum tidak sesuai dengan literatur yang ada. Hal itu bisa
disebabkan karena perbedaan varietas tanaman yang digunakan pada
saat praktikum berbeda dengan yang digunakan pada literatur. Niken
(2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman ada eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan faktor
yang dipengaruhi oleh lingkungan contohnya suhu, kelembaban, cahaya,
ketersedian air dan mineral. Faktor internal adalah faktor yang melibatkan
hormon dan gen pada tanaman tersebut contohnya hormon auksin,
hormon giberelin, hormon sitokinin dan hormon afserat.
Tujuan

dilakukan

penanaman

lebih

dari

satu

biji

untuk

mengatisipasi jika ada biji yang tidak tumbuh. Kekurangannya yaitu jika
seluruh tanaman tumbuh maka akan terjadi perebutan nutrisi dalam tanah.
Pemberian

pupuk

melalui

akar

dapat

dilakukan

secara

disebar,

ditempatkan diantara barisan, dan ditempatkan dalam lubang tanam


(Maspary, 2010). Pemberian pupuk pada saat praktikum sesuai dengan
literatur yang ada yaitu dengan cara disebar pada lahan yang akan
ditanami.

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

Daftar Pustaka
Azay.

2012.
klasifikasi
Zea
mays.
Available
at
http://azaywali.com/2012/03/klasifikasi-zea-mays.html
Accesed
date 26 November 2013.

Brady, M. 1990. The Nature and Properties of Soils. 10 th ed. Macmillan


Publ. Company. New York.
Brockwell, J., Searle, S. D., Jeavons, A. C. and Waayers, M. 2005.
Nitrogen Fixation in Acacias: an Untapped Resource for
Sustainable Plantations, Farm Forestry and Land Reclamation.
ACIAR Monograph. No. 115, 132 p.
Fitri, N.R., Erlina, A., dan Nasih W. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) Dataran Rendah. Fakultas
Pertanian UGM. Yogyakarta.
Fisher N. and Petter G. 1992. Livestock Feeds and Feeding. Prentice Hall.
UpBlackwell Scientific Publication. London. per Saddle River. New
Jersey.
Hanolo, W. 1997. tanggapan tanaman selada dan sawi terhadap dosis
dan cara pemberian pupuk cair stimulan. Jurnal Agrotropika
1(1):25-29.
Hartatik, W. dan L.R., Widowati. 2006. Pupuk Kandang, hal 59-82. Dalam
R. D. M. Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D.
Setyorini, dan W. Hartatik (Eds). Pupuk Kandang. Pupuk Organik
dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer and Biofertilizer). Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Howay, F. 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik, Anorganik dan
Vitamin B1 Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays).
Universitas Negeri Papua. Manokwari.
Lingga, P. 1997. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan Jakarta.
Jakarta.
Maspary. 2010. metode pemupukan pada tanaman. Available at
http://www.gerbangpertanian.com/2010/04/metode-pemupukanpada-tanaman.html. Accesed date 19 November 2013.

Niken, H. 2013. Pengaruh Pupuk Terhadap Pertumbuhan. Cawas. Jawa


Tengah.
Ngom, A., Nakagawa, Y. Sawada, H., Tsukahara, J., Wakabayashi, S.,
Uchiumi, T., Nuntagij, A., Kotepong, S., Suzuki, A., Higashi, S. and
Abe, M. 2004. a novel symbiotic nitrogen-fixing member of the
ochrobactrum clade isolated from root nodules of Acacia mangium.
J. Gen. Appl. Microbiol. 50: 17-27.
Novizan. 1999. pengelolaan kesuburan tanah dan peningkatan efisiensi
pemupukkan. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rao, N. S, Subba. 1994. Soil Microorganisms and Plant Growth. Oxford
and IBM Publishing Co. London.
Riyo, S. 2006. Pupuk Kompos. Citra Aji Parama. Yogyakarta.
Tangendjaja dan Wina. 2007. limbah tanaman dan produk samping
industri jagung untuk pakan. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai