Anda di halaman 1dari 30

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) merupakan salah satu komoditas

pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol dengan

harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam

bahan pangan, seperti: tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom,

tauco, tempe, es krim, minyak makan, dan tepung kedelai. Selain itu, juga banyak

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak (Atman, 2006).

Konsumsi kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) nasional terus meningkat

setiap tahun, akan tetapi produksi kedelai nasional masih rendah. Pemenuhan

konsumsi kedelai nasional berasal dari kedelai impor. Salah satu usaha yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai adalah penggunaan varietas

unggul berdaya hasil tinggi. Pengadaan varietas unggul tersebut diperoleh melalui

kegiatan pemuliaan. Dalam kegiatan pemuliaan perlu diketahui keragaman

fenotipe dan parameter genetik yang digunakan sebagai pengukur potensi genetik,

antara lain adalah koefisien keragaman genetik (KKG), nilai heritabilitas dan

kemajuan genetik. Tujuan dari percobaan ini adalah 1) Mendapatkan fenotipe F2

tanaman kedelai dengan produktivitas tinggi dalam pengembangan varietas

unggul kedelai, 2) Mempelajari keragaman fenotipe F2 hasil persilangan kedelai

Anjasmoro x Tanggamus, Anjasmoro x Grobogan, Anjasmoro x AP, Anjasmoro x

Brawijaya, dan Anjasmoro x Argopuro, 3) Mengetahui nilai parameter genetik

berdasarkan nilai KKG, heritabilitas dan kemajuan genetik dari kombinasi

persilangan tersebut. Hipotesis yang diajukan ialah; 1) Terdapat variasi

keragaman fenotipe yang dihasilkan pada generasi F2 hasil lima kombinasi


2

persilangan kedelai, 2) Terdapat karakter pada generasi F2 hasil lima kombinasi

persilangan yang memiliki nilai KKG, heritabilitas dalam arti luas dan kemajuan

genetik yang tinggi (Fitriani, 2005).

Dalam upaya meningkatkan produksi dan daya saing kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) diperlukan varietas - varietas unggul kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) yang berdaya hasil tinggi, mutu biji bagus, dan

mempunyai daya adaptasi yang luas. Salah satu upaya untuk mendapatkan

varietas unggul kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) adalah melalui persilangan

buatan (Kartono, 2005).

Kebutuhan kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) di Indonesia setiap tahun

selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan

pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam

negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan.

Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman

kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) yang lebih mendalam (Irwan, 2006).

Persilangan antar tetua yang memiliki perbedaan sifat merupakan salah

satu langkah untuk perbaikan karakter suatu tanaman kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) Karena itu, dilakukan persilangan antara Yellow

Bean dan Taichung, sehingga terjadi segregasi pada keturunan F2-nya. Akibat

segregasi pada generasi F2 akan menghasilkan keragaman genetik yang luas

(Barmawi, dkk., 2013).


3

Tujuan Praktikum

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan teknik persilangan pada

tanaman kedelai (Glycine max L.Merr)

Kegunaan Penulisan

Kegunaan dari penulisan Laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Pada awalnya, kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) dikenal dengan

beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948

telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah,

yaitu (Glycine soja Sleb et zucc.) Menurut Irwan(2006) Klasifikasi tanaman

kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) kingdom : Plantae; divisio : Spermatophyta;

subdivisi : Angiospermeae; kelas : Dicotyledoneae; ordo : Rosales; familia :

Papilionaceae; genus : Glycine; species : Glycine soja Sleb et zucc.

(Irwan, 2006).

Susunan akar kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) pada umumnya sangat

baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai

banyak akar cabang. Pada akar akar cabang terdapat bintil bintil akar berisi

bakteri Rhizobium jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas

bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah

(Adisarwanto, 2006).

Pada tanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) dikenal dua tipe

pertumbuhan batang, yaitu determinit dan indeterminit. Jumlah buku pada batang

akan bertambah sesuai pertumbuhan umur tanaman, tetapi pada kondisi normal

jumlah buku berkisar antara 15 20 buku dengan jarak antarbuku berkisar antara

2 9 cm. Batang pada tanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) ada

yangbercabang dan ada pula yang tidak bercabang, tergantung dari karakter

varietas kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) tetapi umumnya cabang pada
5

tanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) berjumlah antara 1 5 cabang

(Moha, 2013).

Tanaman kedelai (Glycine max L. Merr.) mempunyai dua bentuk daun

yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk

kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga

(trifoliate leaves). Umumnya, bentuk daun kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.)

ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut

dipengaruhi oleh faktor genetik. Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna

cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar

0,0025 mm (Tjandramukti, 2011).

Bunga tanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) umumnya muncul

atau tumbuh di ketiak daun. Pada kondisi lingkungan tumbuh dan populasi

tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai daunnya akan berisi

17 bunga, tergantung dari karakter varietas kedelai yang ditanam. Bunga

kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) termasuk sempurna karena pada setiap

bunga memiliki alat reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada

saat bunga masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang sangat kecil

yaitu hanya 0,1%. Warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah

bunga yang terbentuk bervariasi tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya

berkisar 40200 bunga per tanaman (Muhammad, 2011).

Polong kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) pertama kali terbentuk sekitar

7-10 hari setelah munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm.

Jumlah polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam,

antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah polong
6

dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan polong

dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga

berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode

pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau

menjadi kuning kecoklatan pada saat masak (Andrew, 2010).

Syarat Tumbuh

Iklim

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Suhu optimum bagi pertumbuhan kedelai antara 20-300C, dan untuk

menjamin berlangsungnya pembungaan yang baik dibutuhkan suhu diatas 240C,

untuk perkembangan optimal terjadi pada suhu 300C, dan pada kondisi

lingkungan yang baik maka biji kedelai dapat berkecambah dalam 4 hari setelah

tanam. Polong kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) terbentuk optimal pada suhu

26,6 320C (Rukmi, 2010).

Rata-rata curah hujan tiap tahun yang cocok bagi kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) adalah kurang dari 200 mm dengan jumlah bulan

kering 3-6 bulan dan hari hujan berkisar antara 95-122 hari selama setahun.

Volume air yang terlalu banyak tidak menguntungkan, karena akan

mengakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat

mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Namun

ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30 40 hari suhu didalam dan

permukaan tanah pada musim panas sekitar 350 C 390 C. Hasil observasi ini

menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, temperatur dan kelembaban udara


7

terhadap pertumbuhan tanaman kedelai disepanjang musim adalah sekitar

60 -70 % (Hanum, 2011).

Tanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) sebagian besar tumbuh di

daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok

bagi kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) adalah bila cocok bagi tanaman jagung

(Zea maysL.). Bahkan daya tahan kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) lebih baik

daripada jagung (Zea maysL.). Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah

hujan sekitar 100 - 400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal,

tanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) membutuhkan curah hujan antara

100-200 mm/bulan (Ahmad, 2009).

Tanah

Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila syarat

tumbuh dapat dipenuhi. Tanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) dapat

tumbuh pada tanah yang tidak begitu subur sampai yang subur. Struktur tanah

tidak merupakan halangan tumbuhnya tanaman

kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) baik tanah itu berstruktur padat maupun

berstruktur remah. Produksi kedelai kurang stabil pada jenis tektur tanah berpasir.

Penanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) pada tanah-tanah liat agak sukar

namun setelah benih berkecambah tanaman biasanya menunjukkan pertumbuhan

yang baik. Tanah yang berstruktur remah sangat baik bagi pertumbuhan tanaman

kedelai (Erlina, 2007).


8

Tanaman kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) dapat ditanam pada

berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerase yang baik. Jenis tanah yang

sangat cocok untuk menanam kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) ialah alluvial,

regosol, gumosol, latosol, dan andosol. Untuk menaikkan pH, dilakukan

pengapuran misalnya dengan kalsit (CaCO3), dolomit (Ca Mg(CO3)2), atau kapur

bakar. Pemberian kapur dilakukan sekitar 2-4 minggu sebelum tanam, bersamaan

dengan pengolahan lahan (Ardian, 2011).

Kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) termasuk tanaman yang mampu

beradaptasi terhadap berbagai agroklimat, menghendaki tanah yang cukup

gembur, tekstur lempung berpasir dan liat. Tanaman kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang

mengandung bahan organik dan pH antara 5,5-7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya

mengandung cukup air tapi tidak sampai tergenang (Danil, 2010).

Teknik Persilangan Pada Tanaman Kedelai ((Glycine soja Sleb et zucc.)

Dalam upaya meningkatkan produksi dan daya saing kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) diperlukan varietas-varietas unggul kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) yang berdaya hasil tinggi, mutu biji bagus, dan

mempunyai daya adaptasi yang luas. Salah satu upaya untuk mendapatkan

varietas unggul kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) adalah melalui persilangan

buatan (Kartono, 2005).

Usaha peningkatan produksi kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) nasional

perlu dilakukan sehingga ketergantungan pada kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) impor dapat dikurangi dan devisa negara dapat

dihemat. Peningkatan produksi secara kuantitas maupun kualitas dapat ditempuh


9

melalui penggunaan varietas unggul. Perakitan varietas unggul dapat dilakukan

melalui program pemuliaan tanaman. Persilangan merupakan proses penting

dalam pemuliaan, karena persilangan berfungsi sebagai sumber untuk

menimbulkan keragaman genetik pada keturunannya di samping berpotensi untuk

menghasilkan galur homozigot yang menjadi landasan pembentukan varietas baru

(Bari, dkk., 1974).

Pada tanaman menyerbuk sendiri tingkat segregasi yang tertinggi terjadi

pada generasi F2 tingkat segregasi dan rekombinan yang luas pada generasi ini

tergambarkan melalui sebaran frekuensi genotipenya. Hal tersebut dapat

digunakan sebagai penduga pewarisan sifat dan jumlah gen yang terlibat dalam

pengendali suatu sifat (Nugroho, 2013).

Bunga kedelai (Glycine soja Sleb et zucc.) termasuk bunga sempurna,

artinya dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina. Bunga dapat

melakukan penyerbukan sendiri, yaitu kepala putik diserbuki oleh tepung sari dari

bunga yang sama. Penyerbukan terjadi sebelum bunga mekar sehingga disebut

penyerbukan kleistogami (penyerbukan tertutup). Karena cara penyerbukannya

tertutup, kemungkinan terjadinya persilangan alami kurang dari 0,5%. Akibatnya

suatu varietas dapat dipertahankan kemurniannya hingga bertahun-tahun

(Bari, dkk., 1974).

Persilangan buatan merupakan kegiatan persarian secara terarah, yaitu

mempertemukan tepung sari dengan kepala putik. Persarian mencakup dua

kegiatan, pertama membuang tepung sari pada bunga betina yang akan

disilangkan (kastrasi atau pengebirian), dan kedua mengambil tepung sari dari

bunga jantan untuk dipertemukan dengan kepala putik pada bunga yang telah
10

dikastrasi. Tujuan persilangan buatan adalah untuk memperoleh gabungan gen

yang baik dari induk yang disilangkan, dan pada akhirnya akan diperoleh kedelai

(Glycine soja Sleb et zucc.) yang berdaya hasil tinggi, mutu biji baik, dan

mempunyai daya adaptasi yang luas (Kartono, 2005).

TEKNIK PERSILANGAN PADA TANAMAN KEDELAI

(Glycine max L.Merr)

Teknik Persilangan

Persilangan merupakan salah satu cara untuk memperluas keragaman

genetik, dan atau menggabungkan karakter-karakter yang diinginkan dari para

tetua sehingga diperoleh populasi-populasi baru sebagai bahan seleksi dalam

program perakitan varietas unggul baru. Oleh karena itu, sebelum melakukan

persilangan, harus dipastikan dulu tujuan pemuliaan atau karakter apa yang ingin

diperoleh untuk menentukan calon tetua yang akan digunakan (Handayani, 2014)

Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha

koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan

karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun

dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan

evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas. Teknik persilangan

yang diikuti dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dipakai

dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutny` a, diikuti oleh kultivar

introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan

beberapa kultivar baru (Carsono, 2011).


11

Prinsip persilangan pada tanaman kedelai adalah membuang kepala sari

tetua betina, kemudian kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari viabel dari

tetua jantan yang telah disiapkan. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai

berbunga (30-50 HST), sampai bunga habis. Pada tanaman tetua betina diberikan

label yang menyatakan kombinasi persilangan (Alia, 2011)

Tahap Persilangan

Alat yang harus dipersiapkan untuk menyilangkan bunga adalah pinset,

benang plastik penutup putik dan label. Secara umum proses persilangan bunga

kedelai sama dengan teknik persilangan biasa (Syukur et al., 2009).

Pemilihan bunga sebagai induk Betina, satu hal yang harus diketahui

bersama adalah tanaman kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri sehigga

tanpa penyerbukan bantuan, secara alami bunga akan terserbuki. Bunga yang

dipilih pada adalah bunga yag masih kuncup sehingga dapat diyakini putik bunga

belum terserbuki (Lukman, 2002).

Kastrasi dilakukan untuk menghindari penyerbukan sendiri (selfing).

Kastrasi dilakukan dengan mengambil seluruh perhiasan bunga dan tentu saja alat

kelamin jantan (benangsari). Kastrasi pada bunga kedelai cukup sulit dilakukan

karena bunga berukuran kecil (sekitar 5-7mm ketika mekar sempurna) juga karena

tangkai benangsari yang saling melekat dan membentuk seludang (selaput)

menutupi putik (Carsono,2011).

Untuk membuka seludang benangsari gunakanlah pinset dan goyangkan

perlahan2 hingga seludang terbuka, kemudian cabutlah seludang tersebut maka

benagsari akan tercabut. Pada proses ini lakukanlah dengan hati-hati karena

dikhawatirkan putik akan terluka dan akhirnya tidak fertile lagi (Lukman, 2002).
12

Penyerbukan, untuk mempermudah penyerbukan maka ambillah sekuntum

bunga dari varietas lain, periksa benangsarinya apakah masih dalam keadaan

segar. kemudian oleskan pada bunga yang sudah dikastrasi.Pembuangan bunga,

dalam satu dompol terdapat cukup banyak bunga. untuk mempermudah

pengamatan maka bunga dalam dompol yang sama segera dibuang dengan cara

menggunting bunga tersebut. hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan

dalam pengamatan polong (Kartono, 2005).

Pelabelan, jangan lupa melakukan pelabelan agar persilangan mudah

diamati. Jika persilangan berhasil maka setelah tiga hari putik akan membentuk

polong (Lukman, 2002).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan

Untuk meningkatkan keberhasilan hibridisasi buatan, hal-hal penting yang

diperhatikan adalah (1) pemilihan tetua dalam hubungannya dengan tujuan

dilakukannya persilangan, (2) pengetahuan tentang morfologi dan metode

reproduksi tanaman, (3) waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman

berbunga), dan (4) keadaan cuaca saat penyerbukan (Syukur et al., 2009).

Pemilihan Tetua ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat

dijadikan tetua persilangan yaitu: (a) varietas komersial, (b) galur-galur elit

pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu atau beberapa sifat superior, (d)

spesles introduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang menghasilkan varietas

unggul yang ditujll akan menjadi besar bila tetua yang digunakan merupakan

varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang beredar, galur-galur murni

tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik. Varietas-varietas tersebut

merupakan sumber plasma nutfah yang paling baik bagi sifat-sifat penting
13

tanaman, dan pada umumnya para pemulia menggunakan sumber ini sebagai

bahan tetua dalam programnya. Sudah barang tentu tetua-tetua yang digunakan

memiliki latar belakang genetik yang jauh berbeda, bila tidak demikian maka

peluang untuk memperoleh keragaman genetik sifat yang dituju pada populasi

turunannya akan menjadi kecil (Adie dan Krisnawati, 2007).

Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerhukan, untuk

dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan

yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan.

Dengan mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya,

apakah tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Karakteristik

berikut dapat dijadikan acuan untuk menduga tipe penyerbukan tanaman:

1). Tanaman menyerbuk sendiri dicirikan oleh struktur bunga sebagai berikut:a.

bunga tidak membuka, b. walctu antesis dan reseptifbersamaan atau berdekatan, c.

butir polen luruh sebelum bunga mekar, d. stamen dan pistil ditutupi oleh bagian

bunga walaupun bunga telah mekar, e. pistil memanjang segera setelah polen

masak; 2). Tanaman Menyerbuk silang dicirikan oleh strutur bunga sebagai

berikut :a. secara morfologi, bunganya mempunyai struktur tertentu, b. waktu

antesis dan reseptif berbeda, c. inkompatibilitas atau ketidaksesuaian alat kelamin,

d. adanya bunga monoecious dan dioecious (Syukur et al., 2009).

Waktu Tanaman Berhunga, dalam melakukan persilangan harus

diperhatikan: (1) penyesuaian waktu berpunga. Waktu tanam tetua jantan dan

betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif. waktunya bersamaan,

(2) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus

diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah' padi hams pagi hari, bila melalui
14

waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat

ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif

bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya

dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya

kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini

diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga

(Adie dan Krisnawati, 2007).

Cuaca saat penyerbukan, cuaca sangat besar peranannya dalam

menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi panas dengan suhu tinggi

dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Demikian pula

jika ada angina kencang dan hujan yang terlalu lebat (Syukur et al., 2009).

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan

Kelebihan seleksi massa; mudah dilakukan karena hanya berdasarkan

fenotipe dan tanpa uji progeny; kekurangan seleksi massa perlu penanganan

lapangan yang baik, karena tanpa uji progeni, maka hanya efektif pada karakter-

karakter dengan nilai heritabilitas tinggi (Widura, 2014).

Kelebihan seleksi galur murni : Respon seleksi lebih efektif dibandingkan

seleksi massa, dapat dilakukan pada karakter dgn heritabilitas sedang; kekurangan

seleksi galur murni lebih rumit dilakukan karena menggunakan uji progeni

(Arsyad,et al, 2007).

Kelebihan Metode Pedigree; hanya keturunan dari tanaman unggul saja

yang dilanjutkan, menghemat lahan karena jumlah tanaman tiap generasi semakin

sedikit, silsilah dari galur diketahui sedangkan kelemahan metode Pedigree


15

pencatatan harus dilakukan setiap generasi, banyak genotipe akan terbuang pada

saat masih bersegregasi (Widura, 2014).

Kelebihan seleksi bulk; Relatif murah dan sederhana untuk memelihara

populasi bersegregasi, generasi F1 F4 pekerjaan tidak terlalu berat, karena pada

generasi tersebut tidak ada seleksi, ekonomis untuk tanaman berumur pendek dan

jarak tanam sempit seperti padi, gandum dll, tanaman yang baik tidak terbuang,

karena tidak dilakukan seleksi pada generasi awal, beberapa generasi dapat

dilakukan pada tahun sama sedangkan kekurangan silsilah galur tidak tercatat

sejak awal, seleksi alam pada generasi awal dapat menghilangkan genotipe-

genotipe yang baik, jumlah tanaman pada generasi lanjut sangat banyak sehingga

memerlukan lahan yang luas (Arsyad,et al, 2007).

Kelebihan Metode Single Seed Decent; mudah menangani populasi

bersegregasi, memerlukan lebih sedikit lahan karena tanaman ditanam tunggal,

waktu lebih singkat dalam membentuk galur, sesuai untuk rumah kaca dan off

season nurseries, tidak terjadi seleksi alam terhadap populasi, setiap galur berasal

dari tanaman F2 yg berbeda, keragaman lebih tinggi.Sedangkan kekurangannya

dapat terjadi kehilangan materi genetik (genetic drift) jika daya kecambah benih

rendah, jumlah benih F2 yang ditanam harus dihitung dengan tepat, perlu waktu

lebih besar saat panen dibanding metode bulk (Widura, 2014).

Teknik Persilangan Pada Kedelai (Glycine max L.Merr)

Seleksi Silsilah (Pedigree), secara umum, prinsip dari seleksi adalah 1)

seleksi berkembang dari teori galur murni Johansen; 2) seleksi dilaksanakan pada

generasi awal (F2) dengan tingkat segregasi tinggi, seleksi untuk karakter hasil

tidak dapat dilakukan pada F2 ; 3) seleksi awal dilakukan terhadap individu


16

berdasarkan fenotipe yang kemudian ditanam dalam barisan; 4) seleksi dilakukan

berulang terhadap individu terbaik dari famili terbaik sampai tercapai tingkat

homozigositas yang dikehendaki; 5) silsilah dari setiap galur tercatat/diketahui; 6)

umumnya digunakan untuk karakter dengan heritabilitas arti sempit yang tinggi.

Tujuan metode seleksi silsilah adalah untuk mendapatkan varietas baru dengan

mengkombinasikan gen-gen yang diinginkan yang ditemukan pada dua genotipe

atau lebih (Syukur et al., 2012).

Seleksi Pedigree dilakukan pada generasi-generasi yang bersegregasi dan

dimulai dari generasi F2. Pada metode Pedigree dilakukan pencatatan dari

hubungan tetua dan keturunanya. Pencatatan-pencatatan yang diambil dengan baik

dapat bermanfaat dalam memutuskan genotipe mana yang dilanjutkan dan mana

yang dibuang (Allard, 1960).

Seleksi Bulk, metode bulk merupakan metode untuk membentuk galur-

galur homozigot dari populasi bersegregasi melalui selfing selama beberapa

generasi tanpa seleksi. Selama tumbuh bercampur, terjadi seleksi alam sehingga

tanaman yang tidak tahan menghadapi tekanan lingkungan akan tertinggal

pertumbuhannya atau mati. Prinsip metode bulk adalah 1) merupaka metode

seleksi yang sederhana setelah seleksi massa; 2) tidak dilakukan seleksi pada

generasi awal; 3) pada generasi awal tanaman ditanam rapat dan dipenen secara

gabungan (bulk); 4) memanfaatkan tekanan seleksi alam pada generasi awal; 5)

seleksi baru dilakukan setelah tercapai tingkat homozigositas tinggi (F5 atau F6);

6) sesuai untuk karakter dengan heritabilitas rendah hingga sedang

(Syukur et al., 2012).


17

Seleksi Single Seed Descent (SSD), seleksi Single Seed Descent, yaitu satu

keturunan satu biji. Pada prinsipnya, individu tanaman terpilih dari hasil suatu

persilangan pada F2 dan selanjutnya ditanam cukup satu biji satu keturunan. Cara

ini dilakukan sampai generasi yang ke-5 atau ke-6 (F5 atau F6). Bila pada

generasi tersebut sudah diperoleh tingkat keseragaman yang diinginkan maka

pada generasi berikutnya pertanaman tidak dilakukan satu biji satu keturunan

tetapi ditingkatkan menjadi satu baris satu populasi keturunan, kemudian

meningkat lagi menjadi satu plot satu populasi keturunan. Prosedur Single Seed

Descent (SSD) mempunyai tujuan :mempertahankan keturunan dari sejumlah

besar tanaman F2, dengan mengurangi hilangnya genotip selama generasi

segregasi. Hanya satu biji yang dipanen dari masing-masing tanaman,

perkembangan tanaman optimum dari generasi F2 sampai dengan F4.

(Fehr, 1978).

Metode Back Cross adalah metode seleksi yang dilakukan dengan

menyilangkan genotipe F1 dengan salah satu tetuanya. Metode Back Cross

melibatkan tetua persilangan yaitu tetua yang ingin diperbaiki (recurrent parent)

dan tetua yang digunakan sebagai sumber gen yang akan dimasukkan ke dalam

tetua yang ingin diperbaiki (donor parent) (Chahal dan Gosal, 2003).

Silang Balik (Back Cross), metode silang balik adalah menyilangkan

kembali keturunannya dengan salah satu tetuanya (tetua recurrent) selama

beberapa generasi untuk memindahkan gen dari tetua donor ke tetua recurrent

(penerima). Prinsipnya antara lain: 1) tersedianya tetua recurrent dengan sifat

agronomi baik; 2) tersedianya tetua donor yang membawa gen yang diinginkan;

3) sifat yang dipindahkan dari donor dapat dipertahankan pada tetua penerima
18

setelah beberapa kali silang baik; 4) untuk mempertahankan sifat-sifat baik pada

tetua penerima, diperlukan beberapa kali silang balik; 5) untuk memindahkan gen

dominan dan karakter terekspresi sebelum pembungaan, seleksi dapat dilakukan

langsung pada hasil silang balik; 6) untuk memindahkan gen resesif, seleksi

dilakukan pada turunan hasil silang balik (Syukur et al., 2012).


19

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

pada tanggal 13 Maret 2017 sampai dengan selesai pada ketinggian 25 meter

diatas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman kedelai

varietas Anjasmoro sebagai objek persilangan, tusuk gigi untuk memindahkan

serbuk sari ke putik, tissu sebagai tempat sementara peletekan stamen, label

persilangan digunakan sebagai penanda, air sebagai sumber kehidupan tanaman,

pupuk sebagai sumber hara tambahan.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pinset untuk

pengambilan serbuk sari, tusuk gigi untuk mengkastrasi, gunting untuk memotong

kertas dan selotip, lup untuk memperjelas persilangan, pulpen untuk membuat

label, cangkul untuk menggemburkan tanah. Gembor untuk menyiram tanaman.

Prosedur Kerja

- Ditunggu tanaman sudah mulai berbunga,penyilanag dapat dilakukan pada

hari maupun sore hari

- Dipilih bunga yang kincup bunga membengkan dengan corrola kelihatan

muncul sedikit pada kelopaknya,kelopak bunga dibelah dengan cara

perlahan lahan

- Dihilangkan seluruh statement dengan tanagan menggunakan pinst sehingga

terringgal kepala putik


20

- Dipilih bunga yang mekar sebagai pejantan.lalu mahkota dibuka dan diambil

antr yang sudah siap untuk diserbuk kepala putik

- Dilakuakan pemindahan kepala putik,serbuk sari

- Diberi label sebagai penanda

- Ditunggu dalam waktu seminggu jika bunga yang disilangkan masih segar

dan hijau berarti persilangan berhasil.


21

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Pada areal penanaman kedelai dilakukan persiapan lahan terlebih dahulu.

Tanah dicangkul sedalam 10 cm - 15 cm, disekeliling lahan dibuat parit selebar 40

cm dengan kedalam 30 cm. Dibuat plot/petakan sebanyak 5 dengan ukuran 1,5 m

x 2 m. Antara petakan satu dengan petakan yang lain dibuat parit selebar 30 cm

dengan kedalaman 25 cm. Setelah itu tanah digemburkan dan dibersihkan dari

gulma. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman sebaiknya diberi kompos terlebih

dahulu.

Pembentukan Plot

Dibuat plot/petakan sebanyak 5 dengan ukuran 1,5 m x 2 m. Antara

petakan satu dengan petakan yang lain dibuat parit selebar 30 cm dengan

kedalaman 25 cm. Setelah itu tanah digemburkan dan dibersihkan dari gulma.

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman sebaiknya diberi kompos terlebih

dahulu..Benih yang digunakan pada tanaman kedelai adalah benih dengan

varietas Anjasmoro. Benih kedelai yang dibutuhkan adalah sebanyak 72 benih

dengan perlakuan 3 benih tiap lubang tanam.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dengan

kedalaman 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 benih.Kemudian setelah

tumbuh diambil satu tanaman untuk ditumbuhkan. Penanaman ini dilakukan

dengan jarak tanam kedelai 30 cm x 40 cm.


22

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanam. Dosisi pupuk untuk kedelai adalah

Aplikasi pupuk urea pada tanaman kedelai adalah dengan cara ditugal di samping

tanaman yang sudah ditutup dengan tanah.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman setiap sore. Penyiraman

sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, terutama benih kedelai

membutuhkan air dan tanah yang lembab untuk membantu proses

perkecambahan. Penyiraman diperlukan saat tanam (untuk perkecambahan benih),

awal pertumbuhan vegetatif (umur 2 minggu), menjelang berbunga (umur 5-6

minggu), dan menjelang pengisian benih (umur 8-9 minggu).

Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman

pengganggu (gulma). Penyiangan dimulai 2 minggu setelah tanam, waktu interval

penyiangan dilakukan 1 minggu sekali. Cara penyiangan dilakukan dengan

mencabut gulma dan mencangkul. Pada waktu tanaman berbunga tidak dilakukan

penyiangan setelah selesai pembungaan atau mulai pembentukan buah dilakukan

penyiangan kembali sesuai dengan kebutuhan.

Pembumbunan

Tujuan pembumbunan untuk mencegah rebahnya kedelai terutama untuk

varietas-varietas tertentu yang memiliki banyak cabang dan memperbaiki

peredaran udara dalam tanah.Waktu pembumbunan dilakukan setelah

pengendalian kedua dan pemupukan susulan atau pada tanaman nerumur 4-5
23

minggu setelah tanam.Cara pembumbunan dilakukan dengan meninggikan tanah

di se keliling deretan kedelai membentuk suatu guludan, tinggi guludan dibuat

antara 6-16 cm.

Panen

Pemanenan kedelai dilakukan sekitar umur 70 -110 hari atau bila kadar air

benih mencapai 18-20%. Tanda-tanda kedelai sudah adapt dipanen dapat dikenali

dari daun yang telah menguning dan sebagian sudah rontok, batang berwarna

kuning sampai coklat, serta polong berwarna kuning sampai coklat. Masak

fisiologi terjadi jika lebih dari 60% populasi tanaman telah menunjukkan polong

yang berwarna cokelat. Pemanenan kedelai dengan cara mencabut tanaman

kedelai.

Peubah Amatan

Umur Berbunga

Sampel Tanggal Berbunga


1 21 April 2017
2 24 April 2017
3 24 April 2017
4 25 April 2017
5 28 April 2017

Persentase Keberhasilan (%PK)

Kelompok 2

%PK = Jumlah Tanaman Yang Berhasil Disilangkan x 100%


Jumlah Tanaman Yang Disilangkan
= 3 x 100%
4
= 75 %
24

Tinggi Tanaman (cm)


MINGGU SAMPEL
TANGGAL
SETELAH
PENGAMATAN
TANAM 1 2 3 4 5
27-03-2017 2 12,5 12 11 12 12
3-04-2017 3 22 15 18 17 20
10-04-2017 4 30 23 24 30 31
17-04-2017 5 39,4 30,3 30,2 40,1 37,5
24-04-2017 6 59 43,7 53,2 55,7 52,3
1-05-2017 7 68 49 60 63 64
8-05-2017 8 70 50,3 63 64,8 66,7

Jumlah Daun

MINGGU SAMPEL
TANGGAL
SETELAH
PENGAMATAN
TANAM 1 2 3 4 5
27-03-2017 2 1 1 1 2 1
3-04-2017 3 3 3 3 3 3
10-04-2017 4 7 5 4 6 4
17-04-2017 5 10 12 14 14 10
24-04-2017 6 21 18 24 27 20
1-05-2017 7 39 37 48 53 42
08-05-2017 8 43 44 52 60 47

Diameter Batang (cm)

MINGGU SAMPEL
TANGGAL
SETELAH
PENGAMATAN
TANAM 1 2 3 4 5
27-03-2017 2 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
3-04-2017 3 0,07 0,5 0,07 0,3 0,43
10-04-2017 4 0,9 1,1 1,2 0,59 0,7
17-04-2017 5 1,2 1,4 1,4 1,7 1,0
24-04-2017 6 1,5 1,67 1,73 1,76 1,3
1-05-2017 7 1,7 1,7 1,9 1,8 1,5
08-05-2017 8 1,8 1,8 1,9 1,8 1,6
25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar Keterangan

Persilangan antara tanaman c19 dan c10

Persilangan antara tanaman c16 dan c10

Persilangan antara tanaman b9 dan d8


26

Pembahasan

Pada pengamatan yang dilakukan terhadap kedelai dari MST ke II sampai

MST ke VIII adalah sebagai berikut. Pada MST kedua rataan tinggi tanaman

adalah sebesar 13,42 cm dengan jumlah daun 2. Pada MST minggu ketiga rataan

tinggi tanaman adalah sebesar 14,4 cm dengan jumlah daun 3. Pada MST keempat

rataan tinggi tanaman adalah sebesar 28,8 cm dengan jumlah daun 6. Pada MST

kelima rataan tinggi tanaman adalah sebesar 57,8 cm dengan jumlah daun 9. Pada

MST keenam rataan tinggi tanaman adalah sebesar 67,02 cm dengan jumlah daun

11. Pada MST ketujuh rataan tinggi tanaman adalah sebesar 73,36 cm dengan

jumlah daun 12. Pada MST kedelapan rataan tinggi tanaman adalah sebesar 75,44

cm dengan jumlah daun 13. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa

petumbuhan tanaman kedelai tersebut normal. Hal ini sesuai dengan literature

Setiawan (2014) yang menyatakan bahwasanya jika dirawat dengan baik tanaman

kedelai akan memberikan pertumbuhan dan perkembangan yang baik pula.

Presentase keberhasilan melakukan persilangan kedelai varietas anjasmoro

dengan verietas sesamanya adalah sebesar 75% hal ini menujukan bahwa

keberhasilan dalam persilangan sangat rendah dibandingkan kegagalanya yaitu

dari 4 yang disilangkan 3 yang berhasil. Meskipun bunga kedelai berukuran

sangat kecil, sifat morfologis bunga kedelai sangat menentukan proses

persilangan. Hal ini sesuai dengan literature Ginting (2003) yang menyatakan

bahwasanya persilangan bunga kedelai ditentukan oleh sifat morfologi cabang

tanaman kedelai serupa atau sama dengan morfologi batang utama. Pada kondisi

lingkungan tumbuh dan populasi tanaman optimal, bunga akan terbentuk mulai

tangkai daun yang paling awal (Ginting, 2003).


27

Umur berbunga pada tanaman kedelai dimulai pada tanggal 21 April 2016,

sedangkan persilangan dilakukan pada tanggal 31 April 2016, hal ini dikarenakan

faktor yang mempengaruhi keberhasilan persilangan adalah waktu matang putik

dan benang sari. Hal ini sesuai dengan literature Herawati (2011) yang

menyatakan bahwasanya dalam melakukan persilangan salah satu factor yang

mempengaruhi keberhasilan penyilangan adalah waktu matangnya putik dan

benang sari.

Kegagalan pada persilangan kedelai dan sesamanya disebabkan oleh faktor

lingkungan seperti cuaca yang ekstrim dan perbedaan kematang alat kelamin

jantan dan betina. Hal ini sesuai dengan literatur Nurcahyo (2011) yang

menyatakan rendahnya keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh waktu berbunga

yang tidak sinkron antar tetua (jantan dan betina). Selain itu ada beberapa faktor

seperti kegagalan tanaman untuk berbunga, kuncup dan bunga rontok sebelum

atau setelah fertilisasi, rendahnya produksi polen, polen tidak viabel, mandul

jantan, dan self incompatibility.

Persilangan antara tanaman kedelai dan sesamanya disebut dengan

hibridisasi. Hal inis sesuai dengan literatur Handayani (2014) Persilangan

merupakan salah satu cara untuk memperluas keragaman genetik, dan atau

menggabungkan karakter-karakter yang diinginkan dari para tetua sehingga

diperoleh populasi-populasi baru sebagai bahan seleksi dalam program perakitan

varietas unggul baru.


28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Rata-rata tertinggi tanaman kedelai varietas Anjasmoro pada MST kedelapan

adalah sebesar 75,44 cm dengan jumlah daun 13

2. Persentase keberhasilan melakukan persilangan kedelai Bonanza F1 dan

sesamnya adalah 75%

3. Umur kedelai berbunga pada 5 minggu setelah tanam sedangkan sedangkan

persilangan dilakukan 6 minggu setelah tanam.

4. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan persilangan yaitu

waktu berbunga yang tidak sinkron antar tetua (jantan dan betina), mandul dan

cuaca yang buruk.

5. Persilangan antara tanaman kedelai dan sesamanya disebut dengan hibridisasi.

Saran

Sebaiknya praktikan menyilangkan dengan teliti sehingga persentase

keberhasilan meningkat dan mencegah terjadinya kegagalan dalam persilangan.


29

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2006. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan


Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. repository.usu.ac.id.(diakses
1 Juni 2014).

Ahmad. B. 2009. Kedelai dan Pupuk Hayati Andalan Para Petani. migroplus.com.
(diakses 1 juni 2014).

Andrew. 2010. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai. repository.usu.ac.id.


(diakses 1 Juni 2014).

Ardian. B. 2011. Budidaya Kedelai. repository.usu.ac.id. (diakses 1 Juni 2014).

Atman. D. 2006. Budidaya Kedelai Di Lahan Sawah. Peneliti Balai Pengkajian


Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Barat.

Bari, A. S, Musa, dan Syamsudin. E. 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. IPB.


Bogor.

Barmawi. M.2013.Daya Waris Dan Harapan Kemajuan Seleksi Karakter


Agronomi Kedelai Generasi F2 Hasil Persilangan Antara Yellow Bean
Dan Taichung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Danil. F. 2010. Kedelai. repository.usu.ac.id. (diakses 1 Juni 2014).Erlina. L.


2007. Penentuan Waktu Tanam Kedelai (Glycine max L .Merr.).
www.pps.unud.ac.id. (diakses 1 Juni 2014).

Fitriani. N. 2005. Keragaman Fenotipe dan Parameter Genetik Generasi F2


HasilPersilangan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr.). IPB.
Bogor.

Hanum. C. 2011. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. repository.usu.ac.id.


(diakses 1 juni 2014).

Irwan. A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Kartono. 2005. Persilangan Buatan Pada Empat Varietas Kedelai. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. Bogor.

Moha. A. 2013. Tanaman Kedelai. digilib.unila.ac.id. (diakses 1 Juni 2014).

Muhammad. 2011. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi Da


Hortikultura UNIB. Jakarta.
Nugroho. J. 2013. Rakitan Teknologi PHT Pada Tanaman Kedelai. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
30

Prihatman. K. 2000. Kedelai ( Glycine max L. Merr.). Sistim Informasi


Manajemen Pembangunan di Perdesaan. Jakarta.
Kartono. 2005. Persilangan Buatan Pada Empat Varietas Kedelai. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. Bogor.
Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan Kalium Dan FosfatTerhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Kedelai. Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.
Ngepungrojo.
Tjandramukti. 2011. Budidaya Tanaman Kedelai. eprints.ung.ac.id.
(diakses 1 Juni 2014).

Anda mungkin juga menyukai