Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KERIPIK PISANG

Sebagai pemenuhan syarat mata kuliah Akuntansi Biaya

Disusun oleh :

Muhammad Ishlahush Shirod Aditya 1201150057

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI

UNIVERSITAS TELKOM

2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Makanan yang merupakan kebutuhan pokok manusia dalam kehidupannya kini semakin
berkembang.Kebutuhan pokok tersebut bukan hanya makanan berat seperti nasi; bubur; roti; dan
makanan pokok lainnya, tetapi makanan ringan atau yang sering disebut snack kini sudah
menjadi hal pokok yang dibutuhkan masyarakat dari berbagai tingkat umur.  Hal ini terbukti
dengan adanya banyak produk snack yang ditawarkan oleh perusahaan besar maupun kecil dan
dipasarkan di warung-warung, toko-toko, dan juga supermarket
Di berbagai ilayah di Indonesia, peluang bisnis snack sangat terbuka lebar bagi para pelaku
bisnis. Dilihat dari banyaknya masyarakat yang berstatus mahasiswa datang dari berbagai kota.
Mereka cenderung menyukai jajan atau makanan ringan untuk dikonsumsi karena bersifat praktis
serta dapat dimakan kapanpun dan dimanapun.Selain itu, banyak toko-toko agen makanan kecil
sehingga memudahkan pelaku usaha untuk mendistribusikan produknya tanpa harus membuang
banyak tenaga untuk menjajakan produk secara langsung dengan konsumen akhir.
Dalam mendirikan sebuah usaha harus didasari dengan perhitungan agar usaha tersebut
menghasilkan keuntungan. Salah satu cara yang bias digunakan adalah menggunakan analisis
BEP (Break Event Point). Agar kita bias tahu berapa harga minimal dan seberapa banyak untung
yang bias kita dapatkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud BEP ?
2. Faktor apa saya yang perlu diperhatikan untuk menghitung BEP?
3. Berapa nilai BEP usaha keripik pisang?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan BEP
2. Mengetahui factor apa saja yang perlu diperhatikan untuk menghitung BEP
3. Mengetahui berapa nilai BEP usaha kerupuk pisang
BAB II
STUDI LITERATUR
Break Even Point (BEP)  adalah suatu titik atau keadaan dimana penjualan dan pengeluaran
sama atau suatu kondisi dimana penjualan perusahaan cukup untuk menutupi pengeluaran
bisnisnya. Break-even point yang biasanya dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Titik Impas”
ini biasanya membandingkan jumlah pendapatan atau jumlah unit yang harus dijual untuk dapat
menutupi biaya tetap dan biaya variabel terkait dalam menghasilkan suatu penjualan. Dengan
kata lain, Titik Impas atau Break Even Point adalah titik dimana suatu bisnis tidak mengalami
kerugian dan juga tidak memperoleh keuntungan.
Berikut ini adalah beberapa pengertian BEP atau Definisi BEP (Break-even Point) menurut
para ahli.
Pengertian BEP menurut Yamit (1998:62), Break Even Point atau BEP dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana total pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR=TC).
Pengertian BEP menurut Mulyadi (1997:72), impas adalah suatu keadaan dimana suatu usaha
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas
jika jumlah pendapatan (revenue) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya
dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Analisis Break-Even Point (BEP) umumnya digunakan untuk menghitung kapan sebuah
usaha/bisnis atau proyek akan menguntungkan dengan cara menyamakan total pendapatannya
dengan total biaya. Dengan Analisi Break Even Point (BEP) ini, Manajemen Perusahaan dapat
mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar tidak mengalami
kerugian dan juga mengetahui jumlah penjualan yang diharuskan untuk memperoleh tingkat
keuntungan tertentu serta membantu manajemen dalam pengambilan keputusan apakah akan
melanjutkan atau memberhentikan bisnisnya.
Break Even Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini:
1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya
tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yaitu biaya
tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.
2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis
tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat,
berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya
listrik, dll.
3. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah
diproduksi.

Cara Menghitung BEP (Break Even Point)

Pada dasarnya, terdapat dua jenis perhitungan BEP yaitu menghitung berapa unit yang harus
dijual agar terjadi Break Even Point dan menghitung  berapa Rupiah penjualan yang perlu
diterima agar terjadi BEP. Berikut dibawah ini adalah rumus-rumus BEP untuk dua jenis
perhitungan tersebut.

Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi BEP
Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point ini
dapat dihitung dengan cara membagi total biaya tetap produksi (Production Fixed Cost) dengan
Harga Jual per Unit (Sales Price per Unit) dikurangi biaya Variabel yang digunakan untuk
menghasilkan produk (Variable Cost). Berkut ini adalah persamaan atau Rumus BEP tersebut :
BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit  – Biaya Variabel per
Unit)

Atau

BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / Margin Kontribusi per unit
Rumus BEP untuk menghitung berapa Rupiah penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP
Rumus BEP untuk menghitung berapa Rupiah penjualan yang perlu diterima agar terjadi Break
Even Point ini dapat dihitung dengan cara membagi total biaya tetap produksi (Production Fixed
Cost) dengan Harga Jual per Unit (Sales Price per Unit) dikurangi biaya Variabel yang
digunakan untuk menghasilkan produk (Variable Cost) kemudian dikalikan dengan Harga per
Unit lagi. Berkut ini adalah persamaan atau Rumus BEP tersebut :
BEP (dalam Rupiah) = Biaya Tetap Produksi / (Harga per Unit  – Biaya Variabel per Unit)
x Harga per Unit
Atau

BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / Margin Kontribusi per unit x Harga per Unit

Keterangan :

 BEP (dalam Unit) = Break Even Point dalam unit (Q)


 BEP (dalam Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah (P)
 Biaya Tetap (Fixed Cost) = biaya yang jumlahnya tetap (baik sedang berproduksi atau
tidak)
 Biaya Variabel (Variable Cost) = biaya yang jumlahnya meningkat sejalan peningkatan
jumlah produksi seperti bahan baku, bahan baku pembantu, listrik, bahan bakar, dan lain-
lain
 Harga Jual per unit = harga jual barang atau jasa perunit yang dihasilkan.
 Biaya Variabel per unit = total biaya variabel per Unit (TVC/Q)
 Margin Kontribusi per unit = harga jual per unit – biaya variable per unit (selisih)

BAB III
STUDI KASUS
3.1 Rencana Modal
Modal tetap/Investasi
No Keterangan Jumla Harga/unit (Rp) Nilai Investasi (Rp)
h Unit
1 Pisau 2 10.000 20.000
2 Talenan 2 10.000 20.000
3 Alat pemotong 2 20.000 40.000
4 Wadah/baskom 5 45.000 225.000
5 Kompor, tabung, wajan 1 3.000.000 3.000.000
6 Peniris 5 30.000 150.000
7 Sealer 1 345.000 345.000
8 Timbangan Kecil 1 300.000 300.000
9 Sewa bangunan 1 2.500.000 2.500.000
10 Ijin usaha 1 2.000.000 2.000.000
Total 8.600.000

Modal Kerja Perbulan


1. Bahan Baku Produksi
a. Bahan baku pisang 18kg
@5.500 = 99.000 1.980.000
b. Minyak goreng 6L
@9.500 = 57.000 1.140.000
c. Flavour 1.8kg
@20.000 = 36.000 720.000
d. Natriun bisulfit 60gr
@50 = 3.000 60.000
e. Gula pasir 6kg
@9.000 = 54.000 1.080.000
f. Garam 90gr
@50 =4.500 90.000
g. Kemasan 3 paket
@9.000 =9.000 180.000
h. Tenaga kerja 1 orang
@30.000 = 30.000 600.000

2. Air, gas, telepon dan listrik 1 paket 200.000


3. ATK 1 paket 50.000
4. Transportasi 1 paket 200.000
5. Promosi 1 paket 100.000
Total 6.400.000

Total Modal yang diperlukan


1. Dana modal tetap 8.600.000
2. Dana modal kerja 6.400.000
Total 15.000.000

3.2 Rencana Laba Rugi


Biaya Tetap (Fixed Cost) (1 tahun)
1. Sea gedung 2.500.000
2. Gaji 1 orang @600.000 x 12 7.200.000
3. Penyusutan alat 1.567.500
Total 11.267.500

Asumsi Perhitungan
1. Periode produksi 1 bulan = 20 hari kerja
Kebutuhan bahan dan pengemas 1 bulan = 5.250.000

Biaya TIdak Tetap (Variable Cost) (1 Tahun)


1. Kebutuhan bahan 63.000.000
2. Air, gas, telepon, listrik 2.400.000
3. ATK 600.000
4. Transportasi 2.400.000
5. Promosi 1.200.000
Total 69.600.000

Biaya Total = Biaya tetap + biaya tidak tetap


= 11.267.500 + 69.600.000
= 80.867.500 per tahun

Jumlah produksi per hari : 10.8kg = 216 bungkus masing masing 50gr
Produksi per bulan ; 4.320 bungku
Produksi per tahun : 4.320 x 12 = 51.840 bungkus

80.867 .500
Harga Pokok Penjualan (HPP) ¿ = Rp 1.559,94
51.840
Harga per bungkus : Rp 2.000
Total penjualan per tahun : Rp 2.000 x 51.840
= Rp 103.860.000

Laba Kotor = Pendapatan – total biaya


= Rp 103.860.000 – Rp 80.867.500
= Rp 22.812.500

3.3 Menghitung BEP


BEP (unit)
Rp 22.812 .500
Biaya variable per unit = = Rp 440.06
51.840

11.267 .500
BEP = = 7.223
2.000−440.06
Penerimaan titik impas = 7.223 x Rp 2.000
= Rp 14.446.000
Dari perhitungan BEP diketahui baha produsen akan mencapai titik impas bila dapat menjual
produk sebanyak 7.223 bungkus per tahun dengan harga jual Rp 2.000/ bungkus, sehingga titik
impas dapat dicapai pada penjualan sebesar Rp 14.446.000 per tahun.

BAB IV
KESIMPULAN
1. BEP merupakan suatu titik atau keadaan dimana penjualan dan pengeluaran sama atau
suatu kondisi dimana penjualan perusahaan cukup untuk menutupi pengeluaran
bisnisnya.
2. Untuk mencari BEP dapat dihitung dengan cara :
BEP unit produk = FC / (P-VC)
Dimana :
FC = Fixed Cost
P = Price
VC = Variable Cost
3. Untuk contoh kasus perhitungan BEP di atas, dengan nilai fixed cost sebesar Rp
11.267.500, nilai harga Rp 2.000, dan variable cost 440,06 dapat diketahui baha nilai
BEP adalah akan mencapai titik impas bila dapat menjual produk sebanyak 7.223
bungkus per tahun dengan harga jual Rp 2.000/ bungkus, sehingga titik impas dapat
dicapai pada penjualan sebesar Rp 14.446.000 per tahun.

Anda mungkin juga menyukai