Perhitungan Break Even Point (BEP) sangat penting dilakukan oleh seorang pelaku budi daya
Unggas Petelur. Break Even Point (BEP) berguna memprediksi jumlah atau skala budi daya ternak yang
dibuat sehingga dapat ditentukan waktu untuk mendapatkan titik impas atau pengembalian modal budi
daya.Break Even Point (BEP) merupakan titik impas yang menunjukan kondisi usaha budi daya dalam
posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga pelaku usaha tidak mendapatkan
keuntungan atau kerugian.
Perhitungan Break Even Point (BEP) memungkinkan seorang pengusaha dapat menghitung
berapa skala produksi yang harus ditentukan agar memperoleh keuntungan. Begitu juga sebaliknya,
Pengusaha juga dapat memperhatikan usaha budi daya agar tidak lebih rendah dari Break Even Point
(BEP) untuk menjaga kondisi keuangan.
1. Biaya Tetap
Biaya yang dikeluarkan baik proses produksi maupun tidak produksi. Misalnya Biaya
induk unggas, dan alat-alat.
2. Biaya tidak tetap (Variabel)
Biaya yang dipengaruhi oleh volume produksi. Misalnya jumlah pakan, dan plastik
pengemasan.
3. Harga jual
Penentuan harga jual dapat diketahui dari harga umum di pasar, pelaku budi daya dapat
menentukan harga jual dengan mempertimbangkan kemampuan atau daya beli
konsumen.
Break Even Point (BEP) produksi dan harga dapat dihitung dengan rumus berikut.
Biaya Tetap
No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan Total Harga
1 Kandang 1 Unit 250.000 250.000
2 Peralatan Kandang 1 Unit 120.000 120.000
3 Bibit 3 Pasang 80.000 240.000
4 Peralatan panen 1 unit 21.000 21.000
Jumalah 641.000
= Rp 866.000
Perhitungan BEP
a. Hasil dari kegiatan pembibitan yang dilakukan dalam satu siklus, antara lain sebagai berikut.
1. Diperkirakan pada satu siklus ayam dapat menghasilkan telur sekitar 1.000 butir
2. Setelah masa inkubasi. 90% telur menetas, artinya 90% x 1000 butir = 900 ekor
b. Jika bibit yang dihasilkan 900 ekor, sedangkan diperkirakan jual bibit dihargai Rp.4000/ekor,
maka dalam satu siklus pembibitan dapat dihasilkan pendapatan kotor (omzet) sebesar
Rp 4000 x 900 ekor = Rp 3.600.000 per siklus pembibitan.
c. Diperkirakan dalam satu siklus pembibitan dapat menghasilkan pendapatan bersih selama satu
tahun sebesar:
Pendapatan bersih = pendapatan kotor – biaya produksi
= Rp 3.600.000 – Rp 866.000
= Rp 2.734.000 persiklus pembibitan
Selanjutnya jika dilakukan analisis Break Even Point (BEP) maka biaya produksi menjadi dasar
perhitungan Break Even Point (BEP).jika biaya produksi yang dikeluarkan untuk budi daya sebesar Rp
886.000 dan total produksi sebanyak 900 ekor, dengan harga jual bibit Rp 4000/ekor, maka diperoleh