Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Kubu Raya adalah suatu kabupaten yang sedang berkembang dalam suatu
pembangunan tata kota maupun infrastruktur. Pesatnya pembangunan yang
terletak di kabupaten Kuburaya membuat masyarakat sadar akan perubahan yang
terjadi di Kabupaten ini. Maka sebagai masyarakat harus mengetahui pentingnya
pengetahuan akan pembangunan dalam suatu wilayah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang konstruksi harus dimiliki
masyarakat yang memiliki kehandalan dalam bidangnya. Untuk mendapatkan
pengetahuan yang baik pun harus dituntut untuk mampu mengaplikasikan ilmu
dalam perkuliahan sehingga diperlukan pengetahuan pekerjaan di lapangan kerja
melalui “Kerja Praktek”.
Melalui “Kerja Praktek” ini, mahasiswa pun memiliki wawasan yang luas
terhadap perkembangan pembangunan dibidang konstruksi serta dapat melihat
dan mempelajari kebijakan dan cara kontraktor sebagai pembangun dalam
menghadapi permasalahan yang timbul secara tak terduga di lapangan. Sehingga
diharapkan setelah selesai menyelesaikan pendidikan di bangku perkuliahan,
lulus, dan mendapat gelar, mahasiswa tidak hanya memiliki pemahaman
berdasarkan literatur atau teori saja. Namun juga telah memiliki pengalaman dan
gambaran tentang pembangunan dan pelaksanaan kegiatan proyek di lapangan
yang dapat dijadikan bekal untuk kedepannya.
Kerja praktek adalah salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak yang telah memenuhi
beberapa persyaratan. Adapun syarat untuk mengambil mata kuliah kerja praktek
yakni sebagai berikut:
1. Terdaftar sebagai mahasiswa berstatus aktif
2. Telah menyelesaikan mata kuliah minimal 110 sks dengan IPK ≥ 2,00
3. Mengisi formulir permohonan Kerja Praktek harus mengikuti bagian alir
yang disiapkan oleh Ketua Program Studi.
Mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan tersebut diwajibkan untuk
meninjau secara langsung kelapangan pada salah satu proyek yang sedang

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 1
dilaksanakan. Proyek yang diamati dapat berupa proyek pembangunan, perbaikan,
maupun peningkatan jalan, bangunan air, lapangan terbang dan lain-lain yang
berhubungan dengan prinsip ilmu ketekniksipilan.

I.2. Maksud dan Tujuan


Kerja praktek yang kami lakukan adalah suatu rangkaian sarana untuk
meningkatkan kemampuan kami sebagai mahasiswa mengenai tata cara
pelaksanaan suatu pekerjaan dari awal masa kerja praktek kami dimulai sampai
masa kerja praktek selama dua bulan berakhir. Tujuan dari kerja praktek yang
kami lakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui urutan kerja ( sequence ) dalam sebuah pekerjaan.
2. Sebagai studi perbandingan antara pengetahuan secara teoritis yang
didapat dibangku kuliah dan merealisasikan secara teknis di lapangan.
3. Sebagai pengetahuan teknis dilapangan agar nantinya dapat mengambil
suatu keputusan yang tepat bila sudah terjun ke lapangan.
4. Mempunyai pengalaman kegiatan fisik pembangunan, perencanaan &
manajemen konstruksi.
5. Sebagai salah satu persyaratan akademis dalam penyelesaian program
studi S1 di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.

I.3. Batasan Masalah


Proyek dilaksanakan selama 150 hari kalender. Proyek dimulai dari
pekerjaan persiapan sampai pekerjaan tiang sandaran. Kami memulai kerja praktik
pada minggu ke-8 atau bulan ke-2 dari pekerjaan tiang pancang hingga pekerjaan
tiang dan pipa sandaran berdasarkan time schedule. Dengan waktu pelaksanaan
kerja praktek selama 2 bulan (60 hari), maka kami memulai kerja praktek pada
pelaksanaan pekerjaan struktur bawah. Sehingga kami hanya melaporkan kegiatan
proyek dari pelaksanaan pekerjaan pemancangan tiang pancang hingga pekerjaan
tiang dan pipa sandaran. Oleh karena itu, pekerjaan yang tidak di amati akan di
laporkan secara garis besar.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2
I.4. Waktu dan Lokasi
Penentuan pelaksanaan kerja praktek ini ditentukan berdasarkan
permohonan mahasiswa kerja praktek dan izin pelaksana proyek dan waktu
pelaksanaan kerja praktek ini dilaksanakan selama dua bulan yang terhitung sejak
tanggal 6 Juli 2020 s/d 6 September 2020. Adapun Pembangunan ini berlokasi di
Jl. Pramuka, Desa Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

LOKASI

Gambar 1. 1 Peta Lokasi Proyek Pembangunan Jembatan Tanggul Laut

l.5. Sumber Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini di
antaranya bersumber dari:
1. Hasil pengamatan secara langsung di lapangan selama melaksanakan kerja
praktek.
2. Keterangan-keterangan dari pengawas lapangan, mandor, kepala tukang
dan pihak-pihak yang berkaitan dengan proyek.
3. Buku-buku dan literatur mengenai ketekniksipilan.
4. Pustaka mengenai ilmu teknik sipil serta peraturan dan pedoman yang
berhubungan dengan bangunan yang mendukung isi laporan.
5. Laporan kerja praktek yang telah diseminarkan.
Dengan beberapa sumber di atas, selanjutnya dianalisis dan dituangkan
dalam sebuah laporan agar sesuai dengan yang diinginkan.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 3
I.6. Ruang Lingkup
Dalam kerja praktek terdapat ruang lingkup yang bisa dipilih sesuai
dengan pilihan yang telah ada. Sebagaimana telah disarankan oleh pihak program
studi jurusan Teknik Sipil bahwa ruang lingkup kerja praktek adalah sebagai
berikut:
1. Aktivitas dalam bidang organisasi/manajemen, yaitu mempelajari
mengenai sistem organisasi/manajemen proyek tersebut melalui kerja
praktek di lapangan.
2. Aktivitas dalam bidang teknik pelaksanaan di lapangan, yaitu mengamati
secara langsung kegiatan pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan di
lapangan dengan teori yang sudah didapatkan dalam perkuliahan dari
bidang Teknik Sipil serta mencoba menganalisis sendiri pekerjaan
konstruksi di lapangan.

I.7. Metode Pelaksanaan Kerja Praktek


I.7.1. Cara Pelaksanaan
Adapun cara pelaksanaan yang dilakukan yaitu dengan ikut terlibat secara
langsung mengamati pelaksanaan dan mendapat pengarahan oleh pengawas
lapangan dari pihak MK pada kegiatan Pembangunan Jembatan Tanggul Laut.
I.7.2. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kerja praktek dilakukan dari senin sampai sabtu, yang
mana dalam pelaksanaannya, kerja praktek dilakukan pada jam kerja serta
menyesuaikan dengan jadwal perkuliahan.
I.7.3. Tempat Pelaksanaan
Kerja praktek dilakukan langsung di lapangan pada tahap Pembangunan
Jembatan Tanggul Laut, Desa Sungai Rengas, Kab. Kubu Raya, Kalimantan
Barat.
I.7.4. Alat Pelaksanaan
Alat yang digunakan berupa gambar kerja, pulpen, buku, dan Handphone.
I.7.5. Obyek Pengamatan
Kerja praktek ditujukan pada pelaksanaan di lapangan, tata cara
pengerjaan, kesesuaian pengerjaan yang direalisasikan di lapangan dengan
rencana pekerjaan sesuai gambar kerja.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 4
I.7.6. Sumber Dana
Sumber dana untuk kegiatan pekerjaan Pembangunan Jembatan Tanggul
Laut ini bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBD)
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 5
BAB II
URAIAN UMUM PROYEK

II.1. Latar Belakang Proyek


Dengan semakin berkembang wilayah di Kabupaten Kubu Raya
khususnya di Desa Sungai Rengas, maka pemerintah Kab. Kubu Raya melalui
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Perumahan Rakyat dan Kawasan
Pemukiman melakukan pembangunan ulang jembatan dari jembatan dengan
konstruksi kayu menjadi jembatan dengan konstruksi beton. Pembangunan ulang
dilakukan karena jembatan tersebut tidak layak di lalui serta adanya peningkatan
lalu lintas di kawasan tersebut.

II.2. Lingkup Pekerjaan Proyek


Pekerjaan yang terdapat dalam proyek Pembangunan Jembatan Tanggul
Laut ini yang akan dikerjakan adalah pekerjaan sebagai berikut:
1. Pekerjaan Pendahuluan
• Papan Nama Proyek
• Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
• Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan
• Dokumentasi dan Pelaporan
• Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
• Pembongkaran Jembatan Laut
2. Pekerjaan Jembatan (Panjang : 35,00 m x Lebar : 5,50 m)
• Pekerjaan Tiang Pancang
• Pekerjaan Poer 50x50x50
• Pekerjaan Balok Beton 25/60
• Pekerjaan Balok Beton 25/55
• Pekerjaan Balok Beton 25/50
• Pekerjaan Lantai Beton K-300
• Pekerjaan Cansteen 25/30
• Pekerjaan Plat Injak
• Pekerjaan Turap

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 6
• Pekerjaan Tiang Sandaran

II.3. Data Teknis Proyek


Nama Proyek : Pembangunan Jembatan Tanggul Laut
Lokasi Proyek : Jl. Pramuka, Desa Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya
Kalimantan Barat
Pemilik Proyek : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Perumahan
Rakyat dan Kawasan Pemukiman (PUPR PRKP &
PERKIM) Kabupaten Kubu Raya.
Konsultan Pengawas : CV. Global Khatulistiwa Konsultan
Pelaksana : CV. Devita Sejati
Ukuran Jembatan : 35 m x 5,5 m
Biaya Proyek : Rp 1.516.913.000,-

II.4. Struktur Organisasi Proyek


Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak
rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta
memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya
keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka sebuah
organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang
dimiliki agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan
proyek bisa tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan
bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan
sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
Dengan adanya struktur organisasi dapat memudahkan pembagian
pekerjaan agar dapat direncanakan dan dilaksanakan secara matang. Pekerjaan
yang di rencanakan dengan matang dengan pembagian tugas serta tanggung
jawab sesuai keahlian, meningkatkan pendayagunaan dana, fasilitas, serta
kemampuan yang tersedia secara maksimal sehingga akan didapat pekerjaan
yang tepat sasaran. Dalam Pembangunan Jembatan Tanggul Laut ini terdapat
struktur organisasi proyek sebagai berikut :

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 7
KEPALA DINAS PUPR PRKP
& PERKIM KAB. KUBU RAYA

PEJABAT SPM

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

KAUR
ADMINISTRASI UMUM
KOORDINATOR PELAKSANA
(PPTK)

PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS


LAPANGAN LAPANGAN LAPANGAN

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Pengguna Jasa

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 8
CV. DEVITA SEJATI

ANIARSYAH
DIREKTUR

SITE MANAGER
APRIZAL, ST

PELAKSANA
SUDARMIN, ST

AHLI K3 / PETUGAS K3

ALIFATUL ROFIQOH

Pelaksana Lapangan Pengawas Lapangan Juru Gambar PJT Perusahaan

AGUS BUDIONO MAULIDAR RIRIN MARINI DEVITA IKLIMA M

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 9
Keterangan :
: Garis Instruksi
: Garis Koordinasi

Gambar 2. 3 Struktur Organisasi Keterkaitan Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 10
BAB III
SPESIFIKASI MATERIAL DAN ALAT

Pembangunan jembatan memerlukan pengelolaan bahan dan peralatan yang


baik, karena hal ini sangat menunjang kelancaran pekerjaan. Bahan-bahan dan
peralatan yang digunakan harus diatur penggunaannya dengan baik dan disimpan
di tempat yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan sehingga tidak terjadi
kerusakan atau kehilangan. Pengaturan, pengelolaan, dan penyimpanan bahan-
bahan yang digunakan untuk pekerjaan pelaksanaan ini menjadi bagian tanggung
jawab logistik dan gudang. Bahan bangunan adalah komponen yang sangat
penting dalam pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan pembangunan. Bahan
bangunan sebagai penyusun harus mendapat perhatian khusus, terutama untuk
pembangunan-pembangunan yang berskala besar di mana standar mutu bahan
yang tersedia harus memenuhi standar yang disyaratkan.

III.1 Material Beton


Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang
direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari bahan agregat campuran (halus
dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen. Singkatnya dapat dikatakan bahwa
semen adalah pasta pengikat pasir dan bahan-bahan agregat lain (batu kerikil dan
sebagainya). Dalam perencanaan beton diperlukan suatu komposisi campuran
yang baik atau tepat yang diharapkan mendapat suatu hasil yang memuaskan
sesuai kekuatan yang telah direncanakan dan dengan pengeluaran yang seefisien
mungkin. Komposisi campuran beton yang direncanakan supaya memenuhi
kekuatan yang optimal diperlukan perhitungan yang tepat. Hal ini menuntut suatu
keahlian dan ketelitian seorang dalam prakteknya diperlukan pengawasan yang
ketat.
Dalam hal ini sebagaimana konstruksi teknik mendefinisikan bahwa beton
adalah sebagai batu-batuan yang dicetak dalam suatu wadah atau cetakan dalam
keadaan cair kental, yang kemudian mampu mengeras secara baik. Setelah terjadi
pengerasan, beton hanya mampu terhadap gaya tekan dan lemah terhadap gaya
tarik. Dikarenakan beton hanya kuat terhadap gaya tekan dan lemah terhadap gaya
tarik yang bisa menyebabkan keretakan-keretakan, maka diperlukan pemasangan

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 11
tulangan baja pada daerah yang menerima gaya tarik dan daerah dimana
diperkirakan bahwa beton akan mengalami keretakan. Alasan menggunakan
tulangan baja dikarenakan baja kuat terhadap gaya tarik sesuai dengan
spesifikasinya. Secara umum beton dapat diartikan sebagai pencampuran bahan-
bahan agregat halus dan kasar, yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan
semacamnya. Dengan menambahkan semen secukupnya sebagai perekat dan air
sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan
berlangsung. Jika ditambah dengan tulangan besi pada beton tersebut, maka
dikenal dengan nama beton bertulang. Penemuan adanya hubungan kerja sama
antara baja dan beton merupakan dukungan yang penting dalam penggunaan
penulangan beton. Kepesatan perkembangan metode perhitungan beton bertulang,
mengakibatkan banyaknya bangunan yang dibangun menggunakan struktur beton
bertulang.
Beton yang baik adalah beton yang dapat menahan beban yang diberikan
kepadanya baik itu beton bertulang atau beton tumbuk. dikatakan beton yang baik
jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Kedap air artinya bahwa beton tersebut tidak bisa dimasuki oleh air.
2. Awet (durable) artinya beton tersebut harus tahan terhadap pengaruh
lingkungan.
3. Tidak banyak mengalami penyusutan artinya beton tersebut tetap pada
kondisi awal meskipun mengalami perubahan sedikit sekali.
4. Tidak retak-retak artinya beton tersebut selalu dalam kondisi yang baik.
5. Tidak timbul karang-karang beton (boney combing), artinya beton tersebut
harus memiliki permukaan yang halus.
6. Tidak menjadi lapuk (eflorescence), artinya beton tersebut selalu memiliki
struktur tetap.
7. Tidak pecah-pecah (spalling) artinya bahwa beton tersebut mempunyai
ikatan yang kuat antara komponen-komponen penyusunya.
8. Permukaan tahan terhadap pengausan (abration) artinya beton tersebut
tahan terhadap gesekan apapun.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 12
A. Keuntungan dan Kerugian Beton Bertulang
Adapun keuntungan dan kerugian dari beton bertulang adalah :
1. Keuntungan beton bertulang
a) Mempunyai daya dukung yang besar, melebihi bahan-bahan
kayu, batu bata dan sebagainya. Karena kuat tekan sangat tinggi
dari betonnya dan kuat tarik yang sangat besar dari bajanya.
b) Mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang tinggi dan
dapat tahan lama asalkan dipelihara dengan baik.
c) Cukup tahan terhadap kejutan serta getaran, misalnya akibat
gempa bumi, mesin yang bergetar dan lain-lain.
d) Beton dapat dicor dalam bentuk sesuai dengan yang
dikehendaki, dan mendapatkan keteguhan yang disyaratkan
sehingga penggunaannya praktis.
2. Kerugian beton bertulang
a) Biayanya mahal dan pembongkarannya sulit sehingga tidak
sesuai dengan bangunan yang sifatnya sementara.
b) Berat sendiri yang relatif besar.
c) Sisa pembongkaran konstruksi beton tidak dapat digunakan lagi
(sulit untuk dibongkar pasang).
d) Sifat keteguhan beton dicapai pada saat pelaksanaannya,
sehingga untuk mengetahui kekuatan beton harus mengadakan
pengujian beton dan slump test.
e) Relatif sulit dalam pelaksanaannya, di mana membutuhkan
keahlian dan pengawasan khusus di dalam pengerjaannya.
B. Kelas dan Mutu Beton
Kelas dan mutu beton sangat beraneka ragam, disesuaikan
dengan keperluan untuk konstruksi yang akan dibangun. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh nilai kekentalan dari adukan, diameter
maksimum yang terkandung di dalamnya, maupun perbandingan dari
masing-masing agregat pendukung serta umur dari beton itu sendiri.
Adapun pada proyek pembangunan Jembatan Tanggul Laut ini,
direncanakan menggunakan mutu beton yang berbeda sesuai dengan

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 13
kebutuhan. Seperti perencanaan pembangunan jembatan ini
menggunakan beton mutu K-300.
C. Sifat Utama Beton
1. Kedap air (water tight)
2. Awet (durable)
3. Tidak banyak mengalami penyusutan
4. Tidak retak-retak (craks)
5. Tidak timbul karang-karang beton
6. Tidak lapuk (efflorescence)
7. Tidak pecah-pecah (spalling)
8. Permukaan harus tahan terhadap pengausan (abbration).

III.2 Bahan Pembentuk Beton


A. Semen
Semen sangat berperan penting dalam sebuah pembangunan,
semen merupakan bahan dasar dari pembuatan sebuah bangunan.
Semen yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako, maupun
bahan lainnya sangat dibutuhkan oleh para pembangun rumah,
jembatan, rumah susun, gedung, tempat sekolah, dan tempat-tempat
lainnya. Semen yang digunakan harus memenuhi standar: SNI 15-
2049-1994, atau ASTM C 595 kecuali tipe S dan SA, atau ASTM C
845 dan ASTM C 1240 (yang menggunakan bahan tambahan silica
fume). Agar sebuah bangunan menjadi bangunan yang kokoh dan
tertata rapi sesuai dengan model arsitektur yang diinginkan.
Di samping itu, perlu diperhatikan tempat penyimpanan semen
atau gudang di tempat pelaksanaan harus dijaga agar semen tidak
menjadi lembap. Penyimpanan semen dibuat pada tempat yang kering,
tahan air, dan cukup ventilasinya dengan susunan sedemikian rupa
sehingga pembungkus semen tidak rusak. Ketentuan-ketentuan yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan semen antara lain:
1. Pemakaian semen dalam satu adukan tidak dibenarkan berlainan
merek.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 14
2. Dalam penyimpanan kantung-kantung semen, tidak boleh ditumpuk
lebih tinggi dari dua meter.
3. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa
sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-penerimaan
sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis
sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung yang kosong harus
segera dikeluarkan dari lapangan.
B. Air
Pengerasan beton berdasarkan reaksi kimia antara semen dan
air, maka sangat diperlukan proses pemeriksaan terhadap mutu air,
apakah air tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Air tawar yang dapat diminum, tanpa diragukan dapat dipakai.
Persyaratan mutu air antara lain :
1. Air yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali,
garam, zat organik atau bahan lain yang dapat merusak beton atau
tulangan dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
2. Apabila terjadi keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirimkan contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan yang
diakui, untuk diselidiki seberapa jauh air itu mengandung zat-zat
yang dapat merusak beton dan tulangan.
3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti tertera pada poin (2) ini
tidak dapat dilakukan, maka pemeriksaan juga dapat dilakukan
percobaan perbandingan antara kekuatan tekan mortar dan air
dengan memakai air tanpa suling. Air tersebut dapat dipakai
apabila kekuatan tekan mortar dan air dengan memakai air tanpa
disuling pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari
kekuatan tekan mortar dengan memakai air yang telah disuling
pada umur yang sama.
4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton, dapat
ditentukan menurut ukuran isi dan ukuran berat dan harus
dilakukan dengan tepat. Selain hal tersebut di atas, air yang
digunakan untuk perawatan

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 15
Selanjutnya harus mempunyai syarat-syarat lebih tinggi
dengan tingkat keasaman (PH) air tidak boleh lebih dari 6, juga tidak
diperbolehkan apabila zat kapur yang terkandung di dalamnya terlalu
sedikit. Tujuan utama dalam penggunaan air untuk pengecoran adukan
beton adalah agar terjadi proses hidrasi, yaitu suatu proses kimia
antara semen dan air, sehingga mengakibatkan campuran menjadi
mengeras.
C. Agregat Halus
Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2
mm–5 mm. Menurut SNI 02-6820-2002, agregat halus adalah agregat
dengan besar butir maksimum 4,75 mm. Menurut Nevil (1997), agregat
halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm,
sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari
pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah batu. Menurut SNI
1737-1989-F , agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah,
kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil
buatan. Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-
2002 adalah sebagai berikut:
1. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.
2. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan
larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian
yang hancur adalah 10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium
sulfat.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(terhadap berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka
pasir harus di cuci.
D. Agregat Kasar
Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan butirannya
berukuran antara 4,76 mm - 150 mm. Ketentuan agregat kasar antara
lain:

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 16
➢ Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak
berpori. Agregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai
jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui 20% berat
agregat seluruhnya.
➢ Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
dalam berat keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
➢ Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak
beton, seperti zat yang relatif alkali.
➢ Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu
pecah.
➢ Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji
Rudeloff dengan beban uji 20 ton.
➢ Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang
tembaga maksimum 5%.
➢ Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate
antara 6–7,5.
Jenis agregat kasar yang umum adalah:
1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah
alami yang digali.
2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari
pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang
mengalir.
3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa
digunakan untuk beton berbobot ringan.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar
yang diklasifikasi di sini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan
limonit.
E. Bahan Tambahan
Bahan tambahan lainnya (additive) untuk beton dapat berupa
bahan tambahan kimia (chemical admixtures) atau bahan tambahan
mineral (mineral admixtures) yang dicampurkan ke dalam adukan
beton untuk memperoleh sifat-sifat khusus dari beton, seperti
kemudahan pengerjaan, waktu pengikatan, pengurangan air

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 17
pencampur, peningkatan keawetan, dan sifat lainnya. Menurut
ASTM C 949, bahan tambahan kimia (chemical admixtures) dapat
diklasifikasikan menjadi tujuh jenis, yaitu:
1. Tipe A (Water Reducing Admixture/WRA)
Bahan tambahan ini berfungsi untuk mengurangi
penggunaan air pengaduk untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu. Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini
akan dicapai tiga hal, yaitu: menambahkan atau meningkatkan
workability, menambah kekuatan tekan beton, dan mengurani biaya
(ekonomis)
2. Tipe B (Retarding Admixture)
Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses
pengikatan beton. Biasanya digunakan pada saat kondisi cuaca
panas, memperpanjang waktu untuk pemadatan, pengangkutan,
dan pengecoran
3. Tipe C (Accelerating Admixture)
Jenis bahan tambah ini berfungsi untuk mempercepat
proses pengikatan dan penambahan kekuatan awal beton. Bahan ini
digunakan untuk memperpendek waktu pengikatan semen sehingga
mempercepat pencapaian kekuatan beton. Yang termasuk jenis
accelerator adalah: kalsium klorida, bromide, karbonat, dan silikat.
Pada daerah-daerah yang menyebabkan korosi tinggi tidak
dianjurkan menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis
maksimum yang dapat ditambahkan pada beton adalah sebesar 2%
dari berat semen.
4. Tipe D (Water Reducing and Retarding Admixture)
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk
mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan pada beton,
tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu
sekaligus memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan
beton. Dengan menambah bahan ini ke dalam beton, maka jumlah
semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang
dikurangi. Bahan ini berbentuk cair sehingga dalam perencanaan

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 18
jumlah air pengaduk beton, maka berat admixture ini harus
ditambahkan dengan berat air total pada beton.
5. Tipe E (Water Reducing and Accelerating Admixture)
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu untuk
mengurangi jumlah air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi
tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus
mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan beton. Beton
yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan dihasilkan
beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang
rendah tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini,
diinginkan beton mempunyai kuat tekan tinggi dengan waktu
pengikatan yang lebih cepat (beton mempunyai kekuatan awal
yang tinggi).
6. Tipe F (Water Reducing and High Range Admixture)
Jenis bahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih. Dengan
menambahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk
mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi
sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan tinggi
dengan jumlah air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan
(workability) beton juga lebih tinggi. Bahan tambah jenis ini
berupa superplasticizer, yaitu: kondensi sulfonate melamine
formaldehyde dengan kandungan klorida sebesar 0,005%,
sulfonate nafthaline formaldehyde, dan modifikasi
lignosulphonate tanpa kandungan klorida. Jenis bahan ini dapat
mengurangi jumlah air pada campuran beton dan meningkatkan
slump beton sampai 208 mm. Dosis yang dianjurkan adalah 1-2%
dari berat semen.
7. Tipe G (Water Reducing and High Range Retarding Admixture)
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi
jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton
dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih sekaligus

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 19
menghambat pengikatan dan pengerasan beton. Bahan ini
merupakan gabungan superpasticizer dengan memperlambat
waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan sempur karena
keterbatasan sumber daya dan ruang kerja.
Sedangkan jenis bahan tambahan mineral (mineral
admixtures) yang ditambahkan pada beton dimaksudkan untuk
meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih bersifat
penyemenan. Beton yang kekurangan butiran halus dalam agregat
menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk mengatasi
kondisi seperti ini, biasanya ditambahkan bahan tambah yang
berbentuk butiran padat yang halus. Penambahan (additive)
biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya
kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang
biasanya, tetapi perlu dipompa pada jarak yang jauh. Yang
termasuk jenis additive ini diantaranya adalah:
a. Pozzollan
Pozzollan adalah bahan yang mengandung senyawa silika
atau silika alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat
mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuk yang halus
dengan adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan
bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu normal
membentuk senyawa kalsium hidrat yang bersifat hidrolis dan
mempunyai angka kelarutan yang cukup rendah.
b. Abu Terbang (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304), abu terbang (fly
ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu
pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Abu terbang (fly
ash) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: abu terbang yang
normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit
atau batu bara bitomius dan abu terbang kelas C yang
dihasilkan dari batu bara jenis lignite atau subbitumeus. Abu
terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) >
10% dari beratnya.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 20
c. Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi.
Definisi Slag dalam ASTM adalah produk non-metal yang
merupakan material berbentuk halus, granular hasil
pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan
mencelupkannya ke dalam air.
d. Silica Fume
Menurut standar ASTM, silika fume adalah material
pozollan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak
yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon
atau alloy besi silikon (dikenal sebagai gabungan antara
microsilica dengan silica fume).
Penggunaan silica fume dalam campuran beton
dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan
tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi digunakan,
misalnya: untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast
atau beton pra-tegang, dan beberapa keperluan lain.
Penggunaan silica fume berkisar antara 0-30% untuk
memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton
dengan faktor air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau
tanpa bahan superplastisizer dan nilai slump sebesar 50 mm
(Yogendran, et al, 1987:124-129).

III.3 Perancah
Perancah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
pembangunan jembatan. Perancah itu sendiri dapat diartikan sebagai struktur
penunjang untuk keberhasilan pekerjaan acuan atau sebagai struktur vertical yang
berfungsi sebagai penyangga yang bertugas meneruskan seluruh gaya-gaya dan
beban dari atas ke bawah. Pemasangan jembatan dengan metode perancah
dilakukan dengan bantuan perancah sebagai penyangga. Perancah tersebut
dipasang untuk menahan jembatan yang telah dirangkai persegmen. Bila sudah

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 21
diberi perancah dibawah segmen yang telah dipasang, maka beban pemberat
dikurangi.

Gambar 3.1 Perancah

III.4 Mini Pile Ukuran 30 x 30


Mini pile merupakan tiang yang digunakan untuk penyangga pondasi
bangunan gedung, jembatan, dermaga, dolken dan lain sebagainya. Bentuk
penampang mini pile biasanya kotak dan segitiga dengan variasi penampang 0,2 x
0,2 m sampai dengan 0,4 x 0,4 m dengan variasi panjang antara 3 m sampai
dengan 9 m. Untuk kebutuhan yang lebih panjang pile dapat disambung dengan
plat besi yang dilas. Pada pembangunan jembatan tanggul laut ini menggunakan
mini pile berbentuk kotak dengan ukuran 30x30 cm dengan Panjang 9 m dengan
mutu beton K-550.

Gambar 3. 2 Mini Pile 30x30 cm

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 22
III.5 Baja Tulangan
Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk struktur
beton karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari hasil kerja
sama antara beton dan tulangan. Tulangan tersebut terdiri dari suatu jaringan
batang-batang besi. Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang yang
digunakan untuk penulangan beton. Dalam konstruksi bangunan dikenal dengan
baja ulir dan baja polos, di mana baja berpenampang ulir mempunyai kekuatan
lebih jika dibandingkan dengan baja polos. Syarat-syarat yang ditentukan dalam
baja tulangan :
1. Baja tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan,
retak-retak dan gelombang.
2. Permukaan hanya diperbolehkan untuk berkarat ringan
3. Batang-batang baja tulangan harus lurus.
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen
beton bertulang dibatasi hanya pada baja tulangan dan kawat baja saja. Belum ada
peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain dari baja tulangan atau
kawat baja tersebut. Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu
tanpa mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik
dalam sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan
penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton menggunakan
bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton
yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las
(wiremesh) yang berupa batang-batang baja yang dianyam dengan teknik
pengelasan.
Baja tulangan yang tersedia di pasaran ada dua jenis, yaitu:
1. Baja Tulangan Polos (BJTP)
Tulangan polos biasanya digunakan untuk tulangan geser atau
beugel atau sengkang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal
sebesar 240 MPa (disebut juga BJTP-24), dengan ukuran seperti pada
Tabel 3.1

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 23
Tabel 3.1 Dimensi Baja Tulangan Polos (BJTP)

2. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)


Tulangan ulir atau deform (BJTD) digunakan untuk untuk tulangan
longitudinal atau tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh
(fy) minimal 300 MPa (disebut juga BJTD-30), dengan ukuran seperti
Tabel 3.2
Tabel 3.2 Dimensi Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)

Sedangkan untuk pengikat antar baja (pekerjaan penulangan) digunakan


kawat bendrat (kawat baja). Pada Perencanaan jembatan ini tulangan
yang di gunakan bervariasi seperti balok air menggunakan tulangan D13
dengan sengkang ø8-150 mm, poer menggunakan tulangan D13, balok
menggunakan tulangan D22 dengan sengkang ø12 mm serta pelat
menggunkan tulangan D13 dengan jarak 150 mm.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 24
Gambar 3.3 Tulangan Poer 50x50 Gambar 3.4 Tulangan Balok

Gambar 3. 5 Tulangan Sengkang ø12 mm Gambar 3.6 Tulangan Pelat

III.6 Bekisting
Bekisting adalah konstruksi sementara yang dipergunakan untuk
mendukung dan memberikan bentuk pada beton. Meskipun bekisting hanyalah
struktur yang dalam penggunaannya hanya bersifat sementara, namun kualitas dan
kekuatan bekisting harus juga diperhatikan dengan baik karena beton mortal
mempunyai daya tekan yang cukup besar untuk membuat bekisting melengkung.
Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu
direncanakan sedemikian rupa sehingga konstruksi tidak mengalami kerusakan
akibat lendutan atau lenturan ketika beton dituangkan. Pemasangan bekisting
harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir yang membentuk ukuran dan
batas-batas sesuai dengan gambar rencana.
2. Bekisting harus kokoh dan cukup rapat sehingga dapat mencegah kebocoran
adukan.
3. Bekisting harus diberi ikatan-ikatan secukupnya sehingga dapat terjamin
kedudukan dan bentuk yang tetap.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 25
4. Bekisting dalam keadaan lembap atau harus dibasahkan terlebih dahulu
sebelum pengecoran dikerjakan agar air semen tidak meresap pada waktu
pengecoran.
5. Pemasangan bekisting harus rapi dan kaku, sehingga setelah dibongkar akan
memberikan bidang yang rata dan hanya sedikit memerlukan penghalusan
serta celah-celah antara papan harus cukup rapat sehingga pada waktu
pengecoran tidak ada air pengecoran yang keluar.
6. Pembongkaran bekisting dilakukan apabila bagian konstruksi dengan sistem
bekisting telah mencapai umur sesuai dengan beban yang diterima oleh
konstruksi tersebut. Apabila beban besar, sebaiknya dibuka setelah beton
mencapai umur 28 hari. Apabila pada saat pembongkaran terjadi cacat, maka
harus diperbaiki dengan melapisinya dengan campuran beton yang sama
dengan yang telah ada.
Adapun pada proyek pembangunan Jembatan Tanggul Laut ini menggunakan
bekisting dari kayu.

Gambar 3.7 Bekisting dari Kayu

III.7 Peralatan
Untuk mendukung serta menunjang kelancaran pekerjaan, diperlukan
beberapa peralatan yang sesuai dengan jenis pekerjaan, volume pekerjaan dan
keadaan dilapangan maupun waktu yang tersedia. Adapun peralatan yang
digunakan pada proyek antara lain:
III.7.1 Pile Driver And Hammer
Pile driver hammer adalah alat semacam palu raksasa yang
fungsinya untuk memukul tiang pancang agar berhasil masuk kedalam

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 26
tanah. Pada pembangunan Jembatan Tanggul Laut ini hammer yang
digunakan adalah hammer seberat 2,5 ton. Seperti Gambar 3.8

Gambar 3. 8 Pile Driver And Hammer


III.7.2 Truck Semi - Trailler
Truk semi - trailer adalah kendaraan terartikulasi yang terdiri dari
mesin penarik yang tersambung pada semi trailer. Mesin penarik ini
disebut juga traktor di Amerika Serikat dan truk di tempat lain. Truck semi
– trailer digunakan untuk membawa tiang pancang menuju lokasi
pembangunan.
III.7.3 Mesin Jack Hammer
Jack Hammer (bor pneumatic atau palu pembongkaran dalam
bahasa Inggris Britania) adalah alat pneumatic atau elektro-mekanis yang
menggabungkan palu secara langsung dengan pahat. Jack Hammer yang
lebih besar, seperti palu yang dipasang di rig yang digunakan pada mesin
konstruksi, biasanya memperoleh daya secara hidrolik. Alat ini biasanya
digunakan untuk memecah batu, trotoar, dan beton. Cara kerja Jack
Hammer dengan menggerakkan palu internal ke atas dan ke bawah. Palu
pertama kali didorong ke bawah untuk memukul bagian belakang dan
kemudian kembali ke atas untuk mengembalikan palu ke posisi semula,
untuk mengulangi siklus. Efektivitas Jack Hammer ini tergantung pada
seberapa banyak gaya yang diterapkan pada alat. Alat ini biasanya
digunakan seperti palu untuk memecah permukaan keras atau batu dalam
pekerjaan konstruksi

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 27
Gambar 3.9 Jack Hammer
III.7.4 Mesin Las Listrik
Las listrik juga biasa disebut las busur listrik, yaitu proses
penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber
panas. Jadi sumber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus
listrik, antara elektroda las dan benda kerja. Benda kerja merupakan bagian
dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama
dengan benda kerja akibat dari busur api arus listriik. Gerakan busur api
diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair,
setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan. Jenis
sambungan dengan las listrik ini merupakan sambungan tetap. Mesin las
ini digunakan untuk melakukan penyambungan antar tiang pancang.

Gambar 3.10 Mesin Las Listrik


III.7.5 Truck Mixer Concrete
Truck mixer concrete adalah alat berat untuk membawa campuran
beton yang sudah siap dari mixing plant. Campuran tersebut dapat
dipindahkan menggunakan concrete pump atau concrete bucket. Concrete
pump digunakan untuk memompa campuran beton menuju tempat yang
memiliki ketinggian tertentu. Concrete bucket memiliki kapasitas sebesar

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 28
0,8 m3 dengan berat 300 kg. Operator pada concrete bucket akan membuka
pengunci pada concrete bucket, sehingga beton akan keluar melewati pipa
tremie. Pipa tremie berfungsi untuk mengarahkan keluarnya campuran
beton langsung ke tempat pengecoran.
III.7.6 Concrete Pump Truck
Concrete Pump Truck adalah truk yang dilengkapi dengan pompa
dan lengan (boom) untuk memompa campuran beton ready mix ke tempat
yag sulit dijangkau. Untuk pengecoran lantai yang lebih tinggi dari
panjang lengan concrete pump truck dapat dilakukan dengan cara
disambung dengan pipa secara vertikal sehingga mencapai ketinggian yang
diinginkan, pipa dan lengan ini dapat dipasang kombinasi vertikal dan
horizontal atau miring. Sehingga pemompaan merupakan cara yang
fleksibel pada lokasi yang sulit untuk memindahkan campuran beton ke
sembarang tempat pada bidang pengecoran.

Gambar 3.11 Concrete Pump Truck

III.7.7 Beton Vibrator


Beton vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan
saat pengecoran dimana alat ini berfungsi untuk pemadatan beton yang
dituangkan dalam bekisting, dimana hal ini ditujukan untuk mengeluarkan
kandungan udara yang terjebak dalam air pada campuran beton
sehingga dengan getaran yang dihasilkan oleh vibrator maka beton akan
mengeluarkan gelembung udara dari beton sehingga beton yang dihasilkan
akan mendapatkan kekuatan yang merata dan juga untuk menghindari
adanya keropos atau sarang labah pada beton.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 29
Gambar 3.11 Beton Vibrator

Alat-alat lain yang digunakan oleh pekerja di kegiatan


Pembangunan Jembatan Tanggul Laut, diantaranya adalah:
1. Meteran 50 m dan 5 m
2. Gerobak dorong
3. Selang waterpass
4. Palu
5. Gergaji kayu dan gergaji besi
6. Pengikat kawat bendrat
7. Pahat kayu dan pahat beton
8. Gerinda
9. Cangkul
10. Sekop
11. Sendok semen + garpu semen
12. Ember
13. Peralatan lain yang mendukung pekerjaan di lapangan
Alat-alat ini digunakan sesuai dengan fungsinya, guna untuk
memperlancar kerja yang sedang dilaksanakan.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 30
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN ANALISA PERHITUNGAN

IV.1 Tinjauan Umum


Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik
pelaksanaan pekerjaan. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan
penerapan konsep rekayasa yang berpijak pada keterkaitan antara persyaratan
dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis di lapangan, serta
seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor.
Pada setiap pembangunan proyek konstruksi seperti jembatan, penyedia
jasa perlu memahami secara menyeluruh tentang bagaimana tahapan pelaksanaan
proyek yang akan dibangun. Di mana setiap proyek memiliki kondisi dan
kesulitan yang berbeda-beda sehingga perlu tata cara pelaksanaan yang berbeda
pula. Sedangkan dalam kontrak kerja penyedia jasa diberikan batas waktu tertentu
untuk menyelesaikan proyek secara tepat waktu. Di samping itu biaya
pelaksanaan dan mutu hasil kerja turut dipertimbangkan agar tercapai target
penyelesaian yang optimal. Oleh karena itu penyedia jasa perlu membuat tahapan
metode pelaksanaan konstruksi yang tepat dan berkesinambungan dengan
mempelajari kondisi aktual lapangan dan gambar kerja.
Pada laporan kerja praktek ini kami mencoba menguraikan metode
pelaksanaan konstruksinya berdasarkan metode pelaksanaan dari konsultan dan
ditambah pengamatan kami di lokasi proyek selama masa kerja praktek. Adapun
pengamatan kami berfokus pada pekerjaan pemancangan tiang pancang dan turap,
poer, balok dan plat lantai jembatan serta pemasangan pipa dan tiang sandaran.

IV.2 Metode Pelaksanaan


Adapun pekerjaan utama dari struktur bangunan terdiri dari:
1) Pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang dan Turap
2) Pekerjaan Poer (pembesian, bekisting, dan pengecoran)
3) Pekerjaan Balok (pembesian dan bekisting)
4) Pekerjaan Pelat Lantai (pembesian dan bekisting)
5) Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
6) Pekerjaan Tiang dan Pipa Sandaran (pembesian, bekisting, pengecoran,
dan pemasangan pipa GIP ø 3”)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 31
IV.2.1 Pekerjaan Pemancangan Tiang Pancang dan Turap
Adapun pelaksanaan pekerjaan pondasi sebagai berikut.
Bahan, terdiri dari:
1. Mini Pile ukuran 30 x 30 cm dengan mutu beton K-550 panjang 9 m
2. Kawat Las
Peralatan, terdiri dari:
1. Pile Driver And Hammer
2. Truck Semi - Trailler
3. Mesin Las
Tenaga kerja, terdiri dari:
1. Pelaksana
2. Kepala Tukang
3. Tukang
Metode pelaksanaan pemancangan tiang pancang dan turap :
1. Menentukan titik pemancangan tiang pancang dengan jarak yang disesuai dengan
gambar kerja.
2. Pile driver and hammer diletakkan pada posisi titik pemancangan yang
direncanakan. Kemudian mini pile ditarik atau diangkat sesuai dengan syarat
penarikan atau pengangkatan yang diizinkan untuk ditempatkan pada posisi titik
pemancangan tiang pancang dan diluruskan dengan menggunakan theodolith.
Setelah lurus tekan tiang pancang dengan hammer.

Gambar 4. 1 Proses Penarikan Tiang Pancang

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 32
3. Proses penyambungan dimulai dengan tiang sambungan diangkat seperti pada awal
pemancangan tiang pancang pertama. Bila tiang sudah lurus maka tiang mulai
ditekan mendekati tiang pancang pertama. Penekanan dihentikan sejenak saat kedua
tiang sudah bersentuhan. Kemudian lakukan pengelasan antara kedua tiang pancang.

Gambar 4. 2 Pengelasan tiang pancang


4. Setelah pengelasan selesai tiang kemudian ditekan kembali hingga kedalam yang
ditentukan.

Gambar 4. 3 Pemancangan tiang pancang


5. Pemberhentian pemancangan dilakukan saat kedalaman sudah sesuai atau nilai
kalendering sudah memenuhi kriteria.

IV.2.2 Pekerjaan Poer


Adapun pelaksanaan pekerjaan poer sebagai berikut.
Bahan, terdiri dari:
1. Tulangan D13
2. Kawat bendrat
3. Beton mutu K-300
4. Bekisting poer
5. Paku

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 33
Peralatan, terdiri dari:
1. Meteran
2. Palu
Tenaga kerja, terdiri dari:
1. Pelaksana
2. Kepala tukang
3. Tukang
Metode pelaksanaan pekerjaan poer :
1. Perakitan pembesian menggunakan tulangan D13 di lakukan di gudang
2. Setelah selesai perakitan di gudang, tulangan poer di bawa ke lokasi
pekerjaan.

Gambar 4. 4 Poer ukuran 50x50x50 mm


3. Pasang poer diatas tiang pancang sesuai dengan perencanaan gambar dan
ditambah tulangan untuk dihubungkan ke balok.
4. Selanjutnya pasang bekisting poer.

Gambar 4. 5 Bekisting poer ukuran 50x50x50 mm

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 34
5. Kemudian lakukan pengecoran.

Gambar 4. 6 Pengecoran poer ukuran 50x50x50 mm

IV.2.3 Pekerjaan Balok


Adapun pelaksanaan pekerjaan balok sebagai berikut.
Bahan, terdiri dari:
1. Tulangan memanjang dan melintang D22 mm
2. Tulangan sengkang Ø12 mm
3. Beton mutu K-300
4. Kawat bendrat
5. Bekisting Balok
6. Paku
Peralatan, terdiri dari:
1. Bar Cutter
2. Bandul
3. Meteran
4. Palu
5. Gastong
Tenaga kerja, terdiri dari:
1. Pelaksana
2. Kepala tukang
3. Tukang
Metode pelaksanaan pekerjaan balok:
1) Pembesian tulangan balok dilakukan di atas poer yang telah dicor sebelumnya
2) Pembesian tulangan balok terdiri dari tulangan balok melintang dan
memanjang dan juga tulangan sengkang. Tulangan tersebut kemudian di ikat
menggunakan kawat bendrat
3) Tidak lupa ujung-ujung tulangan poer dimasukkan ke dalam tulangan balok

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 35
4) Setelah perakitan tulangan di rasa siap, kemudian dipasang bekisting di sisi
samping tulangan
5) Kemudian pada bekisting yang menggunakan kayu dipasang kayu
penyanggah pada bekisting samping.

Gambar 4. 7 Pekerjaan balok

IV.2.4 Pekerjaan Pelat Lantai


Adapun pelaksanaan pekerjaan pelat lantai sebagai berikut.
Bahan, terdiri dari:
1. Tulangan D13-150 mm
2. Beton mutu K-300
3. Kawat bendrat
4. Bekisting pelat
5. Paku
Peralatan, terdiri dari:
1. Bar Cutter
2. Bandul
3. Meteran
4. Palu
5. Gegep
Tenaga kerja, terdiri dari:
1. Pelaksana
2. Kepala tukang
3. Tukang

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 36
Metode pelaksanaan pekerjaan pelat lantai :
1) Setelah pekerjaan balok maka akan di lanjutkan dengan bekisting bawah pelat
lantai
2) Tebal pelat lantai yang direncanakan adalah 20 cm dari atas balok
3) Setelah bekisting pelat lantai bagian bawah sudah selesai lapisi dengan
plastik. Kemudian lakukan pembesian pelat lantai dengan dua lapis dengan
tulangan ukuran D13 jarak antar tulangan 150 mm
4) Setelah selesai pembesian lanjutkan bekisting bagian samping
5) Balok dan pelat lantai sudah siap untuk di lakukan pengecoran secara
bersamaan.

Gambar 4. 8 Pekerjaan pelat lantai

IV.2.5 Pekerjaan Pengecoran


Sebelum proses pengecoran dilaksanakan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan bekisting terlebih dahulu, meliputi: posisi bekisting harus diperiksa
lagi apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan, bekisting harus lurus, tegak,
tidak bocor, dan kuat.
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pengecoran
adalah sebagai berikut:
Bahan, terdiri dari:
1. Beton ready mix mutu K-300
2. Air bersih
Peralatan, terdiri dari:
1. Mixer truck
2. Concrete Pump Truck
3. Concrete vibrator
4. Water pump

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 37
5. Penyanggah pompa beton
6. Cangkul
7. Sekop
8. Sendok semen
9. Kayu serok
Metode pelaksanaan pengecoran:
1) Concrete pump truck yang tiba terlebih dahulu di lokasi proyek melakukan
instalasi sambungan pipa-pipa beton dan mengarahkannya ke zona
pengecoran.

Gambar 4. 9 Instalasi sambungan pipa-pipa beton


2) Mixer truck tiba di proyek dan memberikan laporan kepada penanggung
jawab pekerjaan pengecoran, kemudian pihak mixer truck menyerahkan bon
penyerahan barang yang berisi waktu keberangkatan, kedatangan, waktu
selesai, dan volume beton.
3) Sebelum cairan beton dialirkan, dilakukan slump test guna memeriksa
kekentalan beton apakah sesuai dengan rencana serta di ambil sampel untuk
dilakukan tes tekan beton.

Gambar 4. 10 Slump test

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 38
4) Setelah mixer truck dan truk concrete pump siap beroperasi, cairan beton
yang diaduk dalam mixer truck dialirkan ke dalam mesin concrete pump.
Kemudian carian beton dialirkan melalui pipa yang diarahkan oleh pekerja ke
zona pengecoran.
5) Kemudian pekerja yang lain melakukan penyebaran cairan beton dengan kayu
serok serta penyodokan dengan kayu serok agar cairan beton dapat
terdistribusi ke dalam bekisting balok dan pelat lantai.

Gambar 4. 11 Penyeberan cairan beton

6) Bersamaan dengan kegiatan point (5), pekerja lain melakukan pemadatan


cairan beton dengan menggunakan concrete vibrator.

Gambar 4. 12 Pemadatan menggunakan concrete vibrator


7) Setelah bekisting balok dan pelat lantai sudah terisi campuran beton dan
padat, kemudian dilakukan perataan permukaan pelat lantai.

Gambar 4. 12 Pemerataan permukaan pelat lantai

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 39
IV.2.6 Pekerjaan Tiang Sandaran dan Pipa Sandaran GIP ø3”
Pekerjaan tiang sandaran terdiri dari penyediaan, fabrikasi, dan
pemasangan sandaran baja untuk jembatan dan pekerjaan lainnya seperti
galvanisasi, pengecatan, tiang sandaran, pelat dasar, baut pemegang dan
sebagainya. Untuk tiang sandaran akan dipasang baris demi baris serta ketinggian,
tiang – tiang harus tegak dengan toleransi tidak melapaui 3 mm per meter tinggi.
Sedangkan untuk sandaran (railing), panel sandaran yang berbatasan harus segaris
satu dengan lainnya dalam rentang 3 mm. Pada tiang sandaran digunakan tulangan
dengan diameter 8 mm dengan jarak 150 mm.

Gambar 4. 13 Penulangan dan Bekisting Tiang Sandaran


Pekerjaan pipa sandaran harus dipasang dengan hati- hati sesuai garis dan
ketinggian yang telah ditentukan. Pipa sandaran harus disetel dengan hati – hati
sebelum dimatikan agar dapat memperoleh sambungan yng tepat, alinyemen
benar dan lendutan balik (camber) pada seluruh panjang. Pekerjaan pengeboran
dan pengelasan harus sudah selesai sebelum galvanisasi. Agar kondensasi uap air
dapat lolos setelah fabrikasi sebelum galvanisasi. Setiap penambahan lubang yang
diperlukan untuk pengaliran atau diperlukan untuk galvanisasi harus diletakkan
dalam posisi yang sedemikian hingga tidak langsung tampak dan tidak
mengurangi kapisatas pipa terhadap beban. Pipa harus digalvanisasi luar dan
dalam.

Gambar 4.14 Tiang sandaran dan pipa sandaran

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 40
IV.3 Perhitungan Pelat Lantai
Menggunakan Metode M. Pigeaud
Secara umum, Cusens (1975) mengelompokan struktur beton bertulang lantai
kendaraan menjadi dua macam yaitu pelat solid (solid slab) dan pelat berongga
(voided slab). Bentuk paling sederhana dari struktur ini adalah pelat solid yang
biasanya menggunakan beton bertulang konvesional, meskipun pemakaian sistem
prategang, lambat laun makin meningkat. Dalam perancangan, berat lantai
kendaraan ikut diperhitungkan sebagai beban mati sendiri. Untuk mereduksi
beban lantai dan material yang tidak diperlukan di sekitar sumbu netral saat terjadi
pelenturan, dikenal bentuk pelat berongga.

Pelat dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :


1. Pelat tipis lendutan kecil
Pelat tipis lendutan kecil adalah pelat dengan rasio tebal terhadap panjang
sisi terpendek lebih kecil atau sama dengan 1/20 dan lendutan yang terjadi
lebih kecil atau sama dengan 0,20 tebal pelatnya.
2. Pelat tipis lendutan besar
Kriteria pelat tipis lendutan besar digunakan untuk pelat dengan rasio tebal
pelat terhadap panjang sisi terpendek lebih kecil dari 1/20 dan lendutan
yang terjadi lebih besar daripada 0,20 tebal pelatnya.
3. Pelat tebal
Kriteria pelat tebal digunakan untuk pelat yang mempunyai tebal lebih
besar dari 1/10 panjang sisi terpendek, dan pengaruh deformasi geser
harus diperhitungkan (Ugural, A.C. 1984).

Umumnya tipe jembatan yang sering dijumpai adalah tipe pelat dan gelagar (slab
and beam type). Struktur ini terdiri atas beberapa gelagar yang mempunyai
bentang searah jalan, yang dihubungkan dan ditutup dengan lantai kendaraan
beton bertulang (reinforced concrete deck). Gelagar longitudinal dapat dibentuk
dari beberapa material yang berbeda, tapi biasanya terbuat dari beton bertulang
atau baja (Heins, C.P. dkk, 1979). Pada lantai kendaraan dengan gelagar
longitudinal dan melintang, pelat beton bertulang ditumpu pada keempat sisinya,
di mana setiap sudutnya tertahan terhadap gaya angkat dan membentang dalam

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 41
dua arah. Momen dalam dua arah dapat dihitung menggunakan kurva perancangan
yang diciptakan oleh M. Pigeaud (Raju, N.K., 1991).

Perencanaan Menggunakan Metode M. Pigeaud

Dalam analisis struktur dan perancangan jembatan yang dibebani kelompok beban
terkonsentrasi, terdapat pendistribusian beban ke struktur utama jembatan
(primary structure of the bridge), gelagar longitudinal utama dan gelagar
melintang. Disamping itu, pendistribusian beban tersebut masih ditambah dengan
pendistribusian tegangan lokal (local stress distribution) pada pelat lantai
kendaraan yang ditimbulkan oleh beban roda kendaraan. Distribusi tegangan ini,
umumnya terbatas pada pelat lantai kendaraan saja yang membentang antara
gelagar memanjang dangan gelagar melintang. Akibat lendutan struktur jembatan
secara keseluruhan, tiap gelagar memanjang dan gelagar melintang mempunyai
nilai lendutan yang berbeda sehingga kondisi batas pelat lantai kendaraan menjadi
rumit. Untuk menyederhanakan kondisi batas ini dari segi analisis struktur,
biasanya pelat lantai kendaraan dianggap bertumpuan sederhana yang tidak
melendut, dengan memberikan suatu faktor tertentu untuk memperhitungkan
kontinuitas pelat di atas tumpuannya. Pengasumsian ini dipergunakan oleh M.
Pigeaud dalam membuat metode analisis struktur lantai kendaraan pada
jembatan. Metode M. Pigeaud disusun berdasarkan penyelesaian persamaan
Lagrange untuk pelat tipis berlendutan kecil dan berlaku untuk sembarang rasio
panjang terhadap lebar pelat, dan nilai rasio sisi bidang beban terhadap sisi pelat
yang berkesesuaian. Notasi yang dipergunakan dalam metode ini diperlihatkan
pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13. Bidang beban roda dan penyebaran beban dalam metode
M. Pigeaud

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 42
Beban roda diasumsikan disebarkan 45 sampai ke tulangan pelat. Menurut
Pedoman Peraturan Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR 1987), nilai u dan
v ditentukan sebagai berikut :
u = 500 + 2h (4.1a)
v = 300 + 2h (4.1b)
dengan :
u = asumsi panjang bidang beban roda (mm)
v = asumsi lebar bidang beban roda (mm)
h = tinggi penyebaran beban roda (mm)

Langkah-Langkah Umum Penggunaan Metode M. Pigeaud


Secara umum penggunaan Metode M Pigeaud untuk menentukan momen pada
pelat lantai dapat dihitung dengan langkah-langkah :
a. Menghitung nilai u dan v sehingga nilai u/B dan v/L ditemukan
b. Menentukan faktor koreksi perletakan, f1 berdasarkan keadaan keempat sisi
pelat seperti yang ditunjukan Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Kombinasi Perletakan Sisi Pelat dan Faktor Koreksinya,


f1 (Aswani, M.G., 1975)

c. Menentukan rasio sisi panjang terhadap sisi pendek terkoreksi, k


k = f1 . L/B (4.2)
dengan :
f1 = faktor koreksi perletakan
L = panjang pelat
B = lebar pelat
Pada pelat yang bertanda ’’+’’ (Gambar 4.3) bila nilai k < 1 maka nilai L
dipertukarkan dengan B dan demikian juga nilai u dan v.
d. Menentukan nilai koefisien momen m1 dan m2 dengan cara memplotkan nilai
u/B dan v/L pada grafik M. Pigeaud sesuai dengan nilai k dari persamaan
(3.2).

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 43
e. Menghitung momen lentur pada arah lebar dan panjang pelat, Mx dan My
sebagai berikut :
Mx = P (m1 + 0,15 m2) (4.3a)
My = P (m2 + 0,15 m1) (4.3b)
Dimana :
P = beban roda
m1 = koefisien momen lebar pelat
m2 = koefisien momen panjang pelat
Mx = momen lentur arah lebar
My = momen lentur arah Panjang
f. Menentukan momen lentur berdasarkan kondisi perletakan keempat sisinya, rm.
Untuk pelat yang bertumpuan jepit atau pelat bersifat menerus pada keempat
sisinya, nilai Mx dan My direduksi sebesar 20% sedangkan kondisi perletakan
yang lain ditentukan berdasarkan letak pelat seperti disajikan Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Koefisien Reduksi Momen rm

Letak pelat umum Letak pelat khusus rm

Bentang tengah Pelat dalam 0,70 (0.80 !)

Pelat tepi 0,85

Tumpuan Pelat tumpuan ujung 0,25

Pelat tumpuan penultimate 0,95

Pelat tumpuan dalam 0,90

Adanya koefisien reduksi momen mengakibatkan persamaan (4.3 a-b) menjadi


Mx = rm P (m1 + 0,15 m2) (4.4a)
My = rm P (m2 + 015 m1) (4.4b)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 44
Beberapa Kondisi Pembebanan
Untuk pembebanan hidup berupa beban roda kendaraan terdapat beberapa kondisi
letak beban sebagai berikut :
a. Beban terpusat berada tepat di tengah pelat
1) Dicari koefisien momen m1 dan m2 untuk u/B dan
v/L,
2) Besarnya momen rencana :
Mx = P (m1 + 0,15 m2)
My = P (m2 + 0,15 m1)

b. Dua beban terpusat simetris terhadap sumbu pelat


1) Dicari koefisien momen m1 dan m2 untuk u = 2(u1
+ x) dan v = v, lalu dikalikan dengan (u1 +x),
2) Dicari m1 dan m2 untuk u = 2x dan v = v, dikalikan
dengan (x),
3) Harga m1 dan m2 diperoleh dari (i) dikurangi (ii),
4) Momen rencana :
2P
Mx = (m1 + 0,15 m2)
𝑢1
2P
My = (m2 + 0,15 m1)
𝑢1

c. Dua beban terpusat simetris terhadap sumbu pelat


1) Dicari koefisien momen m1 dan m2 untuk u = u dan
v = 2(v1 + y), lalu dikalikan (v1 + y),
2) Dicari m1 dan m2 untuk u = u dan v = 2y, lalu
dikalikan dengan (y),
3) harga m1 dan m2 diperoleh dari (i) dikurangi (ii),
4) Momen rencana :
2P
Mx = 𝑣1 (m1 + 0,15 m2)

2P
My = 𝑣1 (m2 + 0,15 m1)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 45
d. Satu beban terletak simetris terhadap sumbu pendek
pelat

1) Dicari koefisien momen m1 dan m2 untuk u/B dan


v/L,
2) Momen rencana :
P
Mx = 𝑢1 (m1 + 0,15 m2)
P
My = 𝑢1 (m2 + 0,15 m1)

e. Satu beban terletak simetris terhadap sumbu Panjang


pelat

1) Langkah-langkah mencari m1 dan m2 seperti pada


kondisi pembebanan c,
2) Momen rencana :

P
Mx = (m1 + 0,15 m2)
v1

P
My = (m2 + 0,15 m1)
v1

f. Beban terpusat berada sembarang pada pelat

1) dicari koefisien momen m1 dan m2 untuk u =


2(u1 +x) dan v = (v1 +y), kemudian dikalikan dengan
((u1 +x) (v1 +y)),
2) dicari koefisien momen m1 dan m2 untuk u =
2x dan v = 2y, kemudian dikalikan dengan (xy),

3) dicari koefisien momen m1 dan m2 untuk u =


2(u1 +x) dan v = 2y, kemudian dikalikan dengan
(y(u1 +x)),

4) dicari koefisien momen m1 dan m2 untuk u =


2x dan v = 2(v1 +y), kemudian dikalikan dengan
(x(v1 +y)),

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 46
5) harga m1 dan m2 diperoleh dari (i + ii) dikurangi (iii +
iv)

6) Momen rencana :

Mx = (m1 + 0,15 m2)


My = (m2 + 0,15 m1)

Grafik 4.1 Nilai koefisien m1 dan m2


1. Untuk K = 1,25

2. Untuk K = 2,5

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 47
3. Untuk K = √2

4. Untuk K = 2,0

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 48
5. Untuk K = ~

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 49
Analisa perhitungan pelat metode M.Pigeaud:
Data Pelat:
- Tebal Pelat (tp) = 0.2 m
- Selimut Beton (p) = 0.04 m
- Tulangan Rencana lantai (D) = 13 mm
- Mutu Baja (fy) = 400 Mpa
- Mutu Beton (fc’) = 24,9 Mpa
- Panjang pelat beton, (L) = 6,00 m
- Lebar pelat beton (B) = 1,50 m
- Pelat dalam dengan semua sisi menerus
- Dengan bentang tengah pelat dalam
1. Menghitung momen yang bekerja pada pelat :

a. Rasio sisi panjang terhadap lebar pelat :


L
k = f1 = 1 x 6/1,5 = 4
B
b. Koefisien reduksi momen rm = 0,8
c. Perhitungan beban mati :
Berat pelat beton = c tp L B = 24 x 0,20 x 6 x 1,5 = 43,2 KN
Berat lapis air hujan = w tw L B = 10 x 0,05 x 6 x 1,5 = 4,5 KN
Total, Pd = 47,7 KN
Rasio bidang beban pelat
𝑢 1,5
= =1
𝐵 1,5
𝑣 6
6m = = 1
𝐿 6
dari grafik M Pigeaud diperoleh nilai koefisien momen :
m1 = 7,8 .10-2 ; m2 = 2 . 10-2
Momen lentur beban mati :
1,5 m
Mdlx = rm Pd ( m1 + 0,15 m2 )
= 0,8 . 47,7 ( 7,8.10-2 + 0,15 . 2.10-2 ) = 3,56 KNm/m
Mdly= rm Pd ( m2 + 0,15 m1 )
= 0,8 . 47,7 ( 2 .10-2 + 0,15 . 7,8.10-2 ) = 1,40 KNm/m

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 50
Perhitungan beban hidup
Beban hidup berdasarkan PPJJR 1987
Pl = 1/2 . 20 ton = 10 ton = 100 KN

Tinggi penyebaran beban roda :


h = tp – p – D/2
= 0,2 – 0,04 – 0,013/2
= 0,154 m

Kondisi Pembebanan 1 u = 0,5 + 2 x 0,154 = 0,808

v = 0,2 + 2 x 0,154 = 0,508


rasio bidang beban pelat
𝑢 0,808
= = 0,54
𝐵 1,5
6m 𝑣 0,508
= = 0,08
𝐿 6
dari grafik M Pigeaud diperoleh nilai koefisien momen :
m1 = 15 .10-2 ; m2 = 14 . 10-2
Momen lentur beban mati :
1,5 m
Mdlx = rm Pd ( m1 + 0,15 m2 )
= 0,8 . 54,9 ( 15.10-2 + 0,15 . 14.10-2 ) = 7,51 KNm/m
Mdly= rm Pd ( m2 + 0,15 m1 )
= 0,8 . 54,9 ( 14 .10-2 + 0,15 . 15.10-2 ) = 7,14 KNm/m

Kondisi Pembebanan 2

Formasi (i) :
u = 2 (u1 + x ) = 2(0,808 + 0,0625) = 1,741 m
v = 0,508

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 51
Rasio bidang beban pelat
𝑢 1,741
= = 1,16
𝐵 1,5
𝑣 0,508
= = 0,08
𝐿 6
dari grafik M Pigeaud diperoleh nilai koefisien momen :
m1 = 9,5 .10-2 ; m1 (u1 + x ) = 8,27.10-2
m2 = 8 . 10-2 ; m2 (u1 + x ) = 6,97.10-2
Formasi (ii) :
u = 2 x = 0,125
v = 0,508
Rasio bidang beban pelat
𝑢 0,125
= = 0,08
𝐵 1,5
𝑣 0,508
= = 0,08
𝐿 6
dari grafik M Pigeaud diperoleh nilai koefisien momen :
m1 = 27 .10-2 ; m1x = 1,69.10-2
m2 = 20 . 10-2 ; m2x = 1,25.10-2
Formasi (iii)
m1 = (8,27 – 1,69) 10-2 = 6,58 . 10-2
m2 = (6,97 – 1,25) 10-2 = 5,72 . 10-2
Momen lentur beban hidup kondisi 2 :
2P
Mll 2x = rm ( m1 + 0,15 m2 )
𝑢1
2.100
= 0,8 (6,58 . 10-2 + 0.15 . 5,72. 10-2)
0,808

= 14,73 KNm/m
2P
Mll 2y = rm ( m2 + 0,15 m1 )
𝑢1
2.100
= 0,8 (5,72 . 10-2 + 0.15 . 6,58 . 10-2)
0,808

= 13,28 KNm/m

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 52
Tabel 4.2 Rekapitulasi Momen

Jenis beban M arah x (KNm/m) M arah y (KNm/m)


beban mati 3,56 1,40
beban hidup 1 7,51 7,14
beban hidup 2 14,73 13,28

Momen rencana :
Mx = M dlx + Mllx
= 3,56 + 14,73 = 18,29 KNm/m
My = Mdly + Mlly
= 1,40 + 13,28 = 14,68 KNm/m

2. Perencanaan tulangan arah X

d = 200-40-13/2 = 73,5
Mu = Mx = 18,29 KNm
Mu 18,29
Mn = = = 22,8625 kNm
0,8 0,8
fy 400
m = = =18,90
0,85.fc' 0,85.24,9
Mn 22,8625 × 106
Rn = = = 4,23
bd2 1000×73,52

1 2m.Rn 1 2.(18,90).(4,23)
perlu = [1-√1- ]= [1-√1- ] = 0.0119
m fy 18,90 400

1,4 1,4
min = = = 0,0035
fy 400

0,85.β.fc' 600 0,85.0,85.24,9 600


bal = = = 0.0269
fy 600+fy 400 600+400

maks = 0,75. bal = 0,75. 0,0269 = 0,0202

Karena perlu =0,0119 < maks =0,0202, maka digunakan nilai perlu =

0,0119
As = ρ.b.d = 0,0119.1000.73,5 = 874,65 mm2

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 53
As As 874,65
n = = 1 = 1 = 6 buah
A π. .𝐷² π. .13²
4 4

S = 1000/6 = 166,67 mm
Sehingga dipakai tulangan D13 – 150 mm

2. Perencanaan tulangan arah y

d = 200-40-13-13/2 = 60,5
Mu = My = 14,68 KNm
Mu 14,68
Mn = = = 18,35 kNm
0,8 0,8
fy 400
m = '
= =18,90
0,85.fc 0,85.24,9
Mn 18,35 × 106
Rn = 2 = = 5,097
bd 1000×602

1 2m.Rn 1 2.(18,90).(5,097)
perlu = [1-√1- ]= [1-√1- ] = 0.0148
m fy 18,90 400

1,4 1,4
min = = = 0,0035
fy 400

0,85.β.fc' 600 0,85.0,85.24,9 600


bal = = = 0.0269
fy 600+fy 400 600 + 400

maks = 0,75. bal = 0,75. 0,0269 = 0,0202

Karena perlu =0,0148 < maks =0,0202, maka digunakan nilai perlu =

0,0148
As = ρ.b.d = 0,0148.1000.60,5 = 895,4 mm2
As As 895,4
n = = 1 = 1 = 6 buah
A π. .𝐷² π. .13²
4 4

S = 1000/6 = 166,67 mm
Sehingga dipakai tulangan D13 – 150 mm

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 54
IV.4 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang dengan Kalendering
(Rumus Hilley)
Pada proyek Jembatan Tanggul Laut ini, tidak dilakukan pekerjaan
peyelidikan tanah seperti Sondir maupun Boring. Oleh karena itu, untuk
perhitungan daya dukung tiang pancang menggunakan kalendering yang diambil
di lapangan. Untuk pondasi digunakan pondasi Mini Pile dengan ukuran 30 x 30
cm. Alat pemancaang tiang yang digunakan pada proyem Jembatan Tanggul Laut
ini adalah Drop Hammer. Pemancangan dihentikan jika tiang sudah sampai tanah
keras. Pada proyek ini, pengambilan data final set kalendering dilakukan sebanyak
1 kali untuk setiap tiang dengan penurunan maksimal pada sepuluh pukulan
terakhir adalah 2,5 cm.
Umumnya, kalendering test bertujuan untuk mengetahui daya dukung
tanah secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan
alat pancang. Alat yang digunakan pada saat pelaksanaan kalendering cukup
mempersiapkan spidol, kertas milimeter, selotip, dan kayu pengarah spidol agar
selalu pada posisinya. Pengambilan data kalendering dilakukan pada saat tiang
mencapai tanah keras, penetrasi atau penurunan tiang lebih kecil dari 1 cm dan
rebound hammer sudah terlihat tinggi.
Untuk analisa perhitungan daya dukung tiang pancang dengan
kalendering, kami menggunakan Rumus Dinamis (Hilley) seperti berikut :

𝟐 . 𝐖 . 𝐇 𝐖+𝐧𝟐 . 𝐏
R = .
𝐒+𝐊 𝐖+𝐏
Dimana :
R = kapasitas daya dukung batas (ton)
W = berat palu atau ram (ton)
P = berat tiang pancang (ton)
H = tinggi jatuh ram (cm)
S = penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir (cm)
K = rata-rata rebound untuk 10 pukulan terakhir (cm)
n = koefisien restitusi

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 55
Hasil kalendering pada tiang pancang (P7)

S = 6,8 cm

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 56
Diketahui :
• Panjang tiang pancang rencana = 21 m
• Dimensi tiang pancang = 30 x 30 cm
• Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3
• Luas penampang tiang (As) = 0,3 x 0,3 = 0,09 m2
• Berat tiang pancang = 2400 kg/m3x0,09 m2 = 216 kg/m
• Berat palu atau ram (W) = 2,5 ton
• Berat tiang pancang (P) = 216 kg/m x 21 m = 4536 kg = 4,54 ton
• Tinggi jatuh ram (H) = 1 m = 100 cm
• Penetrasi tiang (S) = 6,8 cm/10 = 0,68 cm
• Rata – rata rebound (K) = 0,5 cm
• Koefisien restitusi (n) = 0,5 (diambil 0,5 untuk palu besi cor)

Penyelesaian :

2. W. H W+n2 . P
R = .
S+K W+P
2 . 2,5 . 100 2,5+0,52 . 4,54
= .
0,68+0,5 2,5+4,54
= 218,850 ton
Dengan daya dukung ijin pondasi sebagai berikut (FS = 3 untuk permanen load, ef
= 0,7-0,9 untuk drop hammer sehingga digunakan ef = 0,8)
1
Rpakai = ef . R . FS
1
= 0,8 . 218,786 . 3

= 58,36 ton

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 57
Hasil kalendering pada tiang pancang (P14)

S = 1 cm

Diketahui :
• Panjang tiang pancang rencana = 27 m
• Dimensi tiang pancang = 30 x 30 cm
• Berat jenis beton bertulang = 2400 kg/m3
• Luas penampang tiang (As) = 0,3 x 0,3 = 0,09 m2
• Berat tiang pancang = 2400 kg/m3x0,09 m2 = 216 kg/m
• Berat palu atau ram (W) = 2,5 ton
• Berat tiang pancang (P) = 216 kg/m x 27 m = 5832 kg = 5,83 ton
• Tinggi jatuh ram (H) = 1 m = 100 cm
• Penetrasi tiang (S) = 1 cm/10 = 0,1 cm
• Rata – rata rebound (K) = 0,8 cm
• Koefisien restitusi (n) = 0,5 (diambil 0,5 untuk palu besi cor)

Penyelesaian :

2. W. H W+n2 . P
R = .
S+K W+P

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 58
2 . 2,5 . 100 2,5+0,52 . 5,83
= .
0,1+0,8 2,5+5,83
= 263,909 ton
Dengan daya dukung ijin pondasi sebagai berikut (FS = 3 untuk permanen load, ef
= 0,7-0,9 untuk drop hammer sehingga digunakan ef = 0,8)
1
Rpakai = ef . R . FS
1
= 0,8 . 263,939 . 3

= 70,376 ton

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 59
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang
Panjang Tiang Final set Luas Berat Berat Tinggi Penetrasi Koefisien Daya Dukung Daya Dukung Izin
Rebound
NO. Tiang Tiang Rencana Tertanam (cm / 10 Penampang (As) Palu (W) Tiang Pancang (P) Jatuh Ram ( H) Tiang (S) Restitusi ( R) ( Rpakai )
(m) (m) pukulan) (cm) (m2) (ton) (ton) (cm) (cm) (n) (ton) (ton)
1 21 20.2 0.7 0.8 0.09 2.5 4.536 100 0.7 0.5 172.162 45.910
2 21 20.2 0.08 0.5 0.09 2.5 4.536 100 0.08 0.5 445.247 118.733
3 21 20.2 0.1 0.5 0.09 2.5 4.536 100 0.1 0.5 430.406 114.775
4 21 20.2 0.2 0.3 0.09 2.5 4.536 100 0.2 0.5 516.487 137.730
5 21 19.3 0.05 0.5 0.09 2.5 4.536 100 0.05 0.5 469.533 125.209
6 21 19.3 0.12 0.8 0.09 2.5 4.536 100 0.12 0.5 280.699 74.853
7 21 19.3 0.68 0.5 0.09 2.5 4.536 100 0.68 0.5 218.850 58.360
8 21 19.3 0.25 1.2 0.09 2.5 4.536 100 0.25 0.5 178.099 47.493
9 24 21 0.1 1 0.09 2.5 5.184 100 0.1 0.5 224.552 59.880
10 24 21 0.01 1 0.09 2.5 5.184 100 0.01 0.5 244.561 65.216
11 24 21 0.12 0.8 0.09 2.5 5.184 100 0.12 0.5 268.486 71.596
12 24 21 0.05 0.5 0.09 2.5 5.184 100 0.05 0.5 449.103 119.761
13 27 23.2 0.08 0.5 0.09 2.5 5.832 100 0.08 0.5 409.514 109.204
14 27 23.2 0.1 0.8 0.09 2.5 5.832 100 0.1 0.5 263.909 70.376
15 27 23.2 0.17 0.5 0.09 2.5 5.832 100 0.17 0.5 354.504 94.535
16 27 23.2 0 1 0.09 2.5 5.832 100 0 0.5 237.518 63.338
17 27 22.6 0.13 0.5 0.09 2.5 5.832 100 0.13 0.5 377.013 100.537
18 27 22.6 0.02 1 0.09 2.5 5.832 100 0.02 0.5 232.861 62.096
19 27 22.6 0.08 0.8 0.09 2.5 5.832 100 0.08 0.5 269.907 71.975
20 27 22.6 0.1 0.5 0.09 2.5 5.832 100 0.1 0.5 395.863 105.564
21 27 22.6 0.03 0.7 0.09 2.5 5.832 100 0.03 0.5 325.367 86.765
22 27 22.6 0 1 0.09 2.5 5.832 100 0 0.5 237.518 63.338
23 27 22.6 0.13 0.5 0.09 2.5 5.832 100 0.13 0.5 377.013 100.537
24 27 22.6 0.05 0.7 0.09 2.5 5.832 100 0.05 0.5 316.691 84.451
25 27 23.2 0.08 0.5 0.09 2.5 5.832 100 0.08 0.5 409.514 109.204
26 27 23.2 0.03 1.2 0.09 2.5 5.832 100 0.03 0.5 193.104 51.494
27 27 23.2 0.1 0.8 0.09 2.5 5.832 100 0.1 0.5 263.909 70.376
28 27 23.2 0.18 0.5 0.09 2.5 5.832 100 0.18 0.5 349.291 93.144
29 24 21 0.05 1 0.09 2.5 5.184 100 0.05 0.5 235.245 62.732
30 24 21 0.1 0.8 0.09 2.5 5.184 100 0.1 0.5 274.452 73.187
31 24 21 0.05 0.8 0.09 2.5 5.184 100 0.05 0.5 290.596 77.492
32 24 21 0.01 0.5 0.09 2.5 5.184 100 0.01 0.5 484.327 129.154
33 24 22.3 0.08 1.3 0.09 2.5 5.184 100 0.08 0.5 178.990 47.731
34 24 22.3 0 0.7 0.09 2.5 5.184 100 0 0.5 352.867 94.098
35 24 22.3 0.16 1 0.09 2.5 5.184 100 0.16 0.5 212.937 56.783
36 24 22.3 0.08 1.3 0.09 2.5 5.184 100 0.08 0.5 178.990 47.731
37 21 20.2 0.15 1.5 0.09 2.5 4.536 100 0.15 0.5 156.511 41.736
38 21 20.2 0.18 1.3 0.09 2.5 4.536 100 0.18 0.5 174.489 46.530
39 21 20.2 0 1 0.09 2.5 4.536 100 0 0.5 258.243 68.865
40 21 20.2 0.09 0.8 0.09 2.5 4.536 100 0.09 0.5 290.161 77.376

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 60
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik, antara lain :
1. Pembangunan Jembatan Tanggul Laut yang berlokasi di Jl. Pramuka,
Desa Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Dengan ukuran jembatan yaitu Panjang 35,00 m dan Lebar 5,50 m.
2. Pekerjaan yang diamati selama kerja praktek
• Pekerjaan Tiang Pancang
• Pekerjaan Poer 50x50x50
• Pekerjaan Balok Beton 25/60
• Pekerjaan Balok Beton 25/55
• Pekerjaan Balok Beton 25/50
• Pekerjaan Lantai Beton K-300
• Pekerjaan Turap
• Pekerjaan Tiang dan Pipa Sandaran
3. Ada beberapa kendala dalam pembangunan proyek Jembatan Tanggul
Laut ini, yaitu :
• Cuaca yang kurang mendukung
Musim hujan yang terjadi mengakibatkan menurunnya progress setiap
item pekerjaan, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mengerjakan pekerjan tersebut.
• Sequence kerja kurang tepat
Sequence kerja yang tidak tepat salah satunya mengakibatkan
banyaknya alat dan bahan yang datang terlambat sehingga target tidak
terpenuhi.
• Akses jalan yang terhambat
Akses jalan menuju lokasi pembangunan yang sangat susah. Sehingga
menghambat pengiriman alat dan bahan menuju lokasi. Oleh karena
itu, hal ini dapat menghambat pekerjaan pembangunan.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 61
4. Hubungan yang terjalin antara pekerja, pelaksana, dan pengawas lapangan
berjalan dengan baik
5. Berdasarkan hasil Analisa perhitungan pelat, tulangan yang digunakan
sesuai dengan hasil Analisa. Sedangkan berdasarkan hasil Analisa
perhitungan daya dukung menggunakan kalendering didapat daya dukung
izin dari 41,736-137,730 ton
V.2 Saran
1. Pihak pelaksana proyek diharapkan dapat mengatur sequence kerja
dilapangan dengan maksimal sehingga didapat target yang telah tertuang
dalam kurva-S (master schedule) dalam keadaan tepat waktu.
2. Untuk meminimalisir adanya kecelakaan kerja dalam pembangunan,
sebaiknya para pekerja menggunakan peralatan K3 saat melakukan
pengerjaan pembangunan.
3. Kepada mahasiswa yang akan melakukan kerja praktek disarankan untuk
menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dengan bertanya kepada
pengawas atau pekerja terkait pekerjaan yang dilakukan.

UNIVERSITAS TANJUNGPURA 62

Anda mungkin juga menyukai