Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SINTAKSIS
DOSEN PENGGAMPU: SUMARNI MOHAMAD, S,Pd, M,Pd.

DI SUSUN OLEH:
KELOPOK V
ZAINUDIN B SALUM
TRI ADELIAWATI LALU
ANAYUIANA ANTULI

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGRI GORONTALO
Contents
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 1

C. TUJUAN..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. HAKIKAT DAN PENGERTIAN SINTAKSIS ...................................................... 3

B. FRASA........................................................................................................................ 4

C. KLAUSA .................................................................................................................... 9

D. KALIAMAT ............................................................................................................ 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 16

A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 16

B. SARAN ..................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... iii


BAB I
PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang
Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat
sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia, yaitu berkisar
tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari.
Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu
pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis
sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas
hubungan antarkata dalam tuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata dalam
tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa
dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari sintaksis?
2. Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia?
3. Bagaimana hubungan antara frasa, klausa, dan kalimat?
4. Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?
5. Apa sajakah ciri-ciri dari frasa, klausa dan kalimat?
6. Apa sajakah macam-macam frasa, klausa dan kalimat dan beserta contohnya?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian sintaksis.
2. Mengetahui yang termasuk dalam sintaksis.
3. Mengetahui hubungan frasa, klausa dan kalimat.
4. Mengetahui pengertian frasa, klausa dan kalimat.
5. Mengetahui ciri-ciri frasa, klausa dan kalimat.
6. Mengetahui macam-macam frasa, klausa dan kalimat beserta contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat/ Pengertian Sintaksis

Sintaksis secara etiomologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘sun’ artinya dengan dan
‘tattein’ artinya menempatkan. Jadi, secara etimologis sintaksis berarti menempatkan
bersama-sama kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis yang berasal dari bahasa
Belanda yaitu syntaxsis. Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah syntax.
Secara defenisi pengertian sintaksis adalah:
 Sintaksis adalah cabang tata bahasa mengenai studi penghimpunan kata-kata dalam
kalimat-kalimat dan alat dengan mana hubungan seperti itu terlihat. Misalnya tertib
kata atau infleksi
 Sintaksis berkenaan dengan penemuan jenis-jenis kalimat dasar dengan pemberian
penggantian yang muncul dari setiap unsur dari jenis unsure itu.
 Sintaksis adalah studi dan aturan-aturan dari hubungan kata-kata satu sama lainnya
sebagai penyatuan gagasan dan sebagai bagian-bagian dari struktur-struktur kalimat,
studi dan ilmu bangun kalimat.
 Sintaksis menurut Ramlan (1981:1) mengatakan” sintaksis ialah bagian atau cabang
dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
 Ringkasnya sintaksis adalah studi penghimpunan dan tautan timbale balik antara kata-
kata, frase-frase, klausa-klausa dalam kalimat.
Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan
dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.

1. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O),
dan keterangan. Menurut Verhar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-
unsur S, P, O, dan K itu merupakan “kotak-kotak kosong” atau “tempat0tempat kosong” yang
tidak mempunyai arti apa-apa karenan kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi
oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu.
Contoh kalimat:
Nenek melirik kakek tadi pagi.
Tempat kosong yang bernama subjek disi oleh kata nenek yang berkategori nomina, tempat
kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba, tempat kosong
yang bernama objek diisi oleh kata kakek yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang
bernama keterangan diisi oleh frasa tadi pagi yang berkategori nomina.

3. Kata sebagai Satuan Sintaksis


Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem),
tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarkial menjadi
komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Kata sebagai satuan
sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsure-unsur pembentuk satuan sintaksis yang
lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecill dalam sintaksis, kata
berperanan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai
perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis, pertama-pertama harus kita
bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh (fullword) dan kata
tugas (functionword). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna,
mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan
dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan.
Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna,
tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam pertuturan dia
tidak dapat bersendiri.

B. Frasa
Frasa atau frase adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan
linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah
kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu
yang membedakan frasa dari klausa dan kalimat.
Contoh:
Nenekku
Di pohon
1. Ciri-ciri Frasa
Frasa memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :
1. Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya.
2. Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat.
3. Mengandung satu kesatuan makna gramatikal.
4. Bersifat non-predikatif.

2. Jenis-jenis Frasa
1. Frasa berdasarkan jenis/kelas kata

 Frasa Nomina
Frasa Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata
benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :

1. Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungil, hari senin, buku dua
buah, bulan pertama, dll.
2. Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan
kewajiban,sandang pangan, ', lahir bathin, dll.
3. Frasa Nomina Apositif
Contoh frasa nominal apositif :
a). Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b). Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama.

 Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata ini
terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Iabekerja
keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas depan, misal : a).
Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi
pada tahun mendatang.
2. Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya
penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang itumerusak dan
menghancurkan tempat tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
3. Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh
kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b). jorong, tempat
tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
 Frasa Ajektifa
Frasa ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai inti
(diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan,
seperti : agak,dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok kata ini terdiri dari 3 jenis,
yaitu :
1. Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekali, indah nian, hebat benar,
dll.
2. Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekar, aman
tentram,makmur dan sejahtera, dll
3. Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a). Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik danDesa
Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dantempat tinggalku
dulu, merupakan keterangan tambahan.

 Frasa Adverbial
Frasa Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa ini
bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat baik kata baik merupakan inti dan
kata sangatmerupakan pewatas. Frasa yang bersifat modifikasi ini contohnya ialah agak
besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan
bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial yang bersifat koordinatif (yang tidak
menerangkan), contoh frasanya ialahlebih kurang kata lebih tidak
menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.

 Frasa Pronominal
Frasa Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas 3 jenis
yaitu :
1. Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua.
2. Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
3. Apositif, misal :
a). Kami, putra-putri Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.
 Frasa Numeralia
Frasa Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini terdiri
atas :
1. Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban. b). Kami
membeli setengah lusin buku tulis.
2. Koordinatif, contoh : a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan. b). Dua atau tiga
orang telah menyetujui kesepakatan itu.

 Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang berintikan pada kata tanya. contoh :
a). Jawaban dari apa atau siapa ciri dari subjek kalimat. b). Jawaban
dari mengapa ataubagaimana merupakan pertanda dari jawaban predikat.

 Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh dua kata yang tidak
saling menerangkan. contoh : a). Saya tinggal di sana atau di sini sama saja. b). Kami
pergi kemari atau kesana tidak ada masalah.

 Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk oleh kata depan yang
tidak saling menerangkan. contoh : a). Petualangan kami dari dan ke
Jawa memerlukan waktu satu bulan. b). Perpustakaan ini dari, oleh, dan
untuk masyarakat umum.

2. Frasa berdasarkan fungsi unsur pembentuknya

Berdasarkan fungsi dari unsur pembentuknya frasa terdiri dari beberapa macam, yaitu :
 Frasa Endosentris yaitu frasa yang unsur-unsurnya berfungsi untuk diterangkan dan
menerangkan (DM) atau menerangkan dan diterangkan (MD). contoh frasa : kuda
hitam(DM), dua orang (MD).
Ada beberapa jenis frasa endosentris, yaitu :
1. Frasa atributif yaitu frasa yang pola pembentuknya menggunakan pola DM atau MD.
contoh : Ibu kandung (DM), tiga ekor (MD).
2. Frasa apositif yaitu frasa yang salah satu unsurnya (pola menerangkan) dapat
menggantikan kedudukan unsur intinya (pola diterangkan). contoh : Alip si penari ular
sangat cantik., kata Alip posisinya sebagai diterangkan (D), sedangkan si penari ularsebagai
menerangkan (M).

3. Frasa koordinatif yaitu frasa yang unsur-unsur pembentuknya menduduki fungsi inti
(setara). contoh : ayah ibu, warta berita, dll.
 Frasa eksosentris yaitu frasa yang salah satu unsur pembentuknya menggunakan kata
tugas. contoh : dari Bandung, kepada teman, di kelurahan, dll.
3. Frasa Berdasarkan satuan makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur pembentuknya

Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki unsur-
unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :
1. Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya
(denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ibu.
2. Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna
baru atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua Lintang baru
kembali dari Jakarta

C. Klausa

Klausa merupakan tataran dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah
tataran kalimat.

1. Pengertian Klausa
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di
dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat;
dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.

Sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final atau
intonasi kalimat. Jadi, konstruksi nenek mandi baru dapat disebut kalimat kalau kepadanya
diberi intonasi final kalau belum maka masih berstatus klausa.Tempat klausa adalah di dalam
kalimat. Dapat juga dikatakan, klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat
beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi
menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan
kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi
final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi
berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.

 Klausa kalimat majemuk setara


Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama.
Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling
menerangkan.
Contohnya sebagai berikut:
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya
tidak saling menerangkan.
 Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa
lainnya. Contohnya sebagai berikut. Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di
Bank Indonesia. Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut
induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesiamerupakan klausa
sematan (lazim disebut anak kalimat).
 Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih.
Contohnya seperti berikut ini. Dia pidah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya
kawin lagi. Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu. 1) Dia pindah ke Jakarta (klausa
utama) 2) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan) 3) Ibunya kawin lagi (klausa
sematan) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat)
Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)

2. Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa
bebasadalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai
subyek dan predikat, dan karena itu mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.

Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap. Berdasarkan kategori unsur segmental
yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal, klausa
ajektival, klausa adverbial dan klausa preposisional. Dengan adanya berbagai tipe verba,
maka dikenal adanya klausa transitif, klausa intransitif, klausa refleksif dan klausa resprokal.

Kluasa ajektival adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektiva, baik berupa kata
maupun frase. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial. Klausa
preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase berkategori.
Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frasenumerila . Klausa
berupa sata dalah klausa yang subjeknya terikat di dalam predikatnya, meskipun di tempat
lain ada nomina atau frasenomina yang juga berlaku sebagai subjek.

D. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan
cara lisan maupun tulisan.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146).
Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan
bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai
berikut:
1. Satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan
frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas
yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit
maupun implisit;
2. Satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi
oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi
final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital,
diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan
diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda
seru (!).
Ciri-ciri kalimat Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. Dalam
bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru,
Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket. Predikat transitif disertai objek,
prediket intransitif dapat disertai pelengkap. Mengandung pikiran yang utuh. Mengandung
urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek,
dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya. Mengandung satuan makna, ide,
atau pesan yang jelas.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam
satuan makna pikiran yang saling berhubungan. 3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat Fungsi
sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa
tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O),
pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi
sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan
prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur
penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.

1. Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau
dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
jawaban apa atau siapa, dapat didahului oleh kata bahwa, berupa kata atau frasa benda
(nomina) dapat diserta kata ini atau itu, dapat disertai pewatas yang, tidak didahului preposisi
di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak,
tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain (S) Ibu memasak. S

2. Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek.
Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain. (S) Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok
kalimat.
Ibu memasak. S P Ibu
3. Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi
predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi
predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi. S P O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik. S P O
Menyuapi adalah verba transitif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berupa nomina
atau frasa nominal seperti contoh berikut,
Ayah membaca koran. S P O Koran adalah nomina.
Adik memakai tas baru. S P O Tas baru adalah frasa nominal berada langsung di belakang
predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
Ibu memarahi kakak. S P O
Guru membacakan pengumuman. S P O
dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O
Kepala sekolah mengundangnya. S P O
objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti
contoh berikut,
Ani membaca buku. S P O Buku dibaca Ani. S P Pel.
4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan
objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek
karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk
berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat
pada contoh berikut.
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi. S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket. Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif
yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba
yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket. Buku dibaca Ani. S P Pel.
pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif
pengisi predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif. pelengkap merupakan unsur kalimat yang
kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan
menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan. S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa. S P Pel.
dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi
kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh
berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas. S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.
pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
Ibu memanggil adik. S P O
Ibu memanggilnya. S P O
Pak Samad berdagang rempah. S P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek
apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut. Pancasila merupakan
dasar negara. S P Pel. Dasar negara dirupakan pancasila (?)
5. Keterangan

Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat.
Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan
sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. tempat
Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: umumnya merupakan keterangan tambahan
atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
Saya membeli buku. S P O
Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. tempat
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh
berikut.
Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O keterangan diisi oleh adverbia,
adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
Ali datang kemarin. S P Ket. waktu
Ibu berangkat kemarin sore. S P Ket. Waktu

Jenis-jenis kalimat
1. Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti
Kalimat inti biasa juga disebut kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti
yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti dapat diubah
menjadi kalimat non-inti dengan berbagai proses transformasi.
2. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Perbedaan Kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di
dalam kalimat itu, kalau klausanya hanya satu maka disebut kalimat tunggal, kalau klausa
dalam sebuah kalimat lebih dari satu maka disebut kalimat majemuk
3. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan lengkap dan tidaknya
klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu kalau klausanya lengkap sekurang-
kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat maka kalimat itu disebut kalimat mayor.
Kalau klausanya tidak lengkap entah terdiri dari subjek, predikat, objek, atau keterangan saja
maka kalimat tersebut disebut kalimat minor
4, Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang
predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verbal sedangkan kalimat non verbal
adalah kalimat y6ang predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa nominal, ajektifal,
adverbial, atau juga numeralia.
5. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau
dapat memulai sebuah paragraph atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang
menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata sintaksis berasaldari kata Yunani (sun = ‘dengan’ + tattein ‘menempatkan’. Jadi
kata sintaksis secara etimologis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat.[8] Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan
antarkata dalam tuturan[9]. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi
menyangkut struktur gramatikal di dalam kata.Unsur bahasa yang termasuk di dalam
sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang
dituturkan orang dalam bentuk kalimat.
Ramlan (1981:1) mengatakan: “Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase .”.
B. SARAN
Pemahaman satuan sitaksis,frasa,klausa dan kalimat bisa menjadi bekal dalam pemakaian
bahasa indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga sangat bermanfaat
dalam pembinaan kemampuan bahasa siswa. Karena dengan di kuasainya materi ini guru
dapat mendukung tugas dalam membimbing anak didik sehingga semakin mampu berbahasa
indoneisa yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


http://www.diaryapipah.com/2012/05/pengertian-sintaksis-frase-dan-klausa.html
arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
https://arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
http://prince-mienu.blogspot.co.id/2010/01/tataran-linguistik-3-sintaksis.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat

Anda mungkin juga menyukai