Anda di halaman 1dari 5

PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON

Volume 1, Nomor 2, April 2015 ISSN: 2407-8050


Halaman: 347-351 DOI: 10.13057/psnmbi/m010230

ISI LAMPIRAN :

Diversifikasi produk olahan buah mangrove sebagai sumber pangan


alternatif masyarakat pesisir Toroseaje, Kabupaten Pohuwato, Provinsi
Gorontalo
Diversification of mangrove fruit-based products as an alternative food source in Toroseaje
coastal communities, Pohuwato District, Gorontalo

DEWI WAHYUNI K. BADERAN1,♥, MARINI SUSANTI HAMIDUN1,♥♥, CHAIRUNNISAH LAMANGANDJO2,


♥♥♥
, YULIANA RETNOWATI2,♥♥♥
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo. Jl. Jendral Sudirman 06 Kota Gorontalo,
Gorontalo,Indonesia. Tel./Fax. +62-435-821752,εemail: dewibaderan14@gmail.com, εε
marinish70@gmail.com
2 ♥♥♥
Pusat Kajian Ekologi Pesisir Berbasis Kearifan Lokal, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Gorontalo, Gedung N.1.10, Gorontalo,Indonesia. email:
♥♥♥♥
chairunnisahjl@gmail.com; yuliana_ri@yahoo.com

Manuskrip diterima: 6 November 2014. Revisi disetujui: 15 Januari 2015.

Abstrak. Baderan DWK, Hamidun MS, Lamangandjo C, Retnowati Y. 2015. Diversifikasi produk olahan buah mangrove sebagai
sumber pangan alternatif masyarakat pesisir Toroseaje, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1
(2): 347-351. Hutan mangrove di wilayah pesisir Toroseaje yang berfungsi sebagai daerah penyangga Teluk Tomini, saat ini terus
mengalami tekanan akibat aktivitas manusia yang melampaui daya dukungnya. Hutan mangrove sangat penting karena secara ekologis
berfungsi sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground), dan tempat berkembang biak (nursery
ground) berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Selain itu, hutan mangrove juga memiliki fungsi ekonomi karena buah
mangrove dapat dijadikan sebagai sumber pangan alternatif pengganti beras. Beras merupakan komoditas utama bangsa Indonesia.
Dipakainya beras sebagai indikator pangan utama telah mematikan posisi pangan lokal yang menghasilkan berbagai masakan Nusantara.
Masyarakat pesisir Toroseaje belum mengetahui bahwa buah mangrove yang terbuang percuma ke lingkungan dapat diolah menjadi
berbagai makanan pengganti beras. Dengan memanfaatkan buah mangrove tujuan yang ingin dicapai yakni merubah paradigma
masyarakat pesisir Toroseaje yang menyatakan bahwa beras adalah satu-satunya makanan pokok. Metode yang digunakan yakni metode
survey dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan berupa data sekunder dan primer yang dapat diperoleh di lapangan dan studi
literatur. Hasil penelitian ini menghasilkan enam produk unggulan, yakni pia apapi, dodol munto, stik manis munto, stik asin munto,
kerupuk soneratia, tepung munto, dan tiga produk tambahan, yakni cake munto, kue agar-agar munto, dan kacang keong munto.
Sembilan produk pangan bersumber dari tiga spesies mangrove, yakni spesies Avicennia alba (apapi), Bruguiera gymnorrhiza (munto),
dan Sonneratia alba.

Kata kunci: Diversifikasi, mangrove, pangan alternatif

Abstract. Baderan DWK, Hamidun MS, Lamangandjo C, Retnowati Y. 2015. Diversification of mangrove fruit-based products as an
alternative food source in Toroseaje coastal communities, Pohuwato District, Gorontalo. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (2): 347-
351. Mangrove forests in the Toroseaje coastal area serving as a buffer zone of Tomini Bay is continuously pressured by anthropogenic
activities beyond its carrying capacity. Mangrove forest is ecologically important, as it serves as foraging/feeding ground, spawning
ground, and breeding/nursery grounds of fishes, shrimps and other marine organisms which many of them are economically important
species. Human may also benefits from mangrove forests as it produces fruits that can be utilized as alternative food sources replacing
rice. The nationally popular consumption rice has been overrunning potential use of local food resources, such mangrove fruits. Coastal
communities in Toroseaje have not been aware that mangrove fruits can be processed into a variety of food. The development of
mangrove fruit-based food is aimed to diversify food sources of Toroseaje communities, relieving the community from the heavy
dependence of rice. Field and literature survey with a qualitative approach was conducted to collect primary and secondary data. The
study highlights six superior mangrove fruits-based products, namely pia apapi, dodol munto, sweet munto stick, salty munto stick,
soneratia crackers and munto flour. There are also three additional products made from mangrove fuits, namely munto cake, munto jelly,
and kacang keong munto. Those nine products were made from three mangrove species Avicennia alba (apapi), Bruguiera gymnorrhiza
(Munto), and Sonneratia alba.

Keywords : Diversification, mangrove, alternative food


348 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 347-351, April 2015

PENDAHULUAN Kerusakan hutan mangrove akibat ulah manusia


membawa dampak juga pada ancaman rawan pangan dan
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki kelangkaan pangan didaerah khususnya di wilayah pesisir.
keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (mega Peduduk Indonesia hanya mengetahui tanaman pangan
biodiversity). Tingginya keanekaragaman hayati tersebut yang asli Indonesia diantaranya adalah padi, pisang, jenis
bukan hanya disebabkan oleh letak geografis yang sangat umbi, jagung, sagu, dan talas. Padahal ada komoditi
strategis, melainkan juga dipengaruhi oleh iklim, arus, sumber pangan yang juga mengandung karbohidrat yang
masa air laut, dan keanekaragaman ekosistem yang terdapat bersumber dari hutan mangrove yakni buah mangrove yang
didalammya. Keanekaragaman hayati pesisir dan lautan tidak pernah diolah oleh masyarakat pesisir karena
Indonesia hadir dalam berbagai bentuk ekosistem masyarakat pesisir beranggapan bahwa buah mangrove
diantaranya adalah ekosistem mangrove, padang lamun dan berbahaya, beracun, dan tidak dapat di konsumsi.
ekosistem terumbu karang. Tingginya keanekaragaman Penduduk di desa-desa pesisir Torosiaje berada pada
hayati di wilayah pesisir dan lautan Indonesia dalam bentuk rata-rata garis kemiskinan, mata pencaharian keluarga
keanekaragaman genetik, spesies, maupun ekosistem, nelayan sangat tergantung pada kondisi dan sumberdaya
merupakan aset yang paling berharga untuk menunjang alam pesisir dan laut. Perubahan iklim yang tidak menentu
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di menyebabkan sumberdaya ikan sulit dijangkau sehingga
Indonesia. keluarga nelayan beralih pencaharian ke hutan mangrove.
Secara fisik, hutan mangrove berfungsi menjaga garis Mereka dapat terpengaruh merambah hutan mangrove
pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing demi kebutuhan hidup. Dengan demikian faktor yang
sungai dari proses abrasi, meredam dan menahan hempasan mendorong aktivitas perusakan hutan mangrove adalah
badai tsunami, sebagai kawasan penyangga proses intrusi kebutuhan ekonomi untuk kelangsungan hidup keluarga.
atau rembesan air laut ke darat. Fungsi kimia, sebagai Persoalan utama yang harus dipertimbangkan adalah
proses daur ulang yang menghasilkan oksigen dan memenuhi kebutuhan ekonomi penduduk desa pesisir
menyerap karbon dioksida, sebagai pengolah bahan-bahan Torosiaje dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang
limbah hasil pencemaran industri dan kapal-kapal di lautan. tersedia tanpa mengabaikan pelestarian hutan mangrove.
Fungsi biologi, merupakan penghasil bahan pelapukan Dengan menemukan sumber pangan baru dalam bentuk
(decomposer), sebagai kawasan pemijah (spawning produk dari buah mangrove maka masyarakat mendapatkan
ground) atau asuhan (nursery ground) bagi udang, kepiting, informasi dan pengetahuan baru bahwa ada sumber pangan
kerang, dan sebagainya, sebagai kawasan berlindung, lain pengganti beras selain umbi-umbian, sagu, dan jagung
bersarang, serta berkembang biak bagi burung dan satwa dalam bentuk bubur buah dan penepungan disamping
lain, sebagai sumber plasma nutfah, sebagai habitat alami produk makanan lainnya. Pemanfaatan melalui buah
bagi berbagai jenis biota darat dan laut lainnya. Fungsi mangrove tidak akan berdampak pada habisnya spesies
sosial ekonomi, penghasil bahan bakar, bahan baku mangrove. Melalui diversifikasi produk olahan buah
industri, obat-obatan, perabot rumah tangga, kosmetik, mangrove dapat dijadikan sebagai sumber pangan alternatif
makanan, tekstil, lem, penyamak kulit, penghasil pengganti beras bagi masyarakat yang hidup di wilayah
bibit/benih ikan, udang, kerang, kepiting, dan sebagai pesisir. Secara tidak langsung pemanfaatan buah mangrove
kawasan wisata, konservasi, pendidikan dan penelitian tersebut, akan mengatasi ancaman rawan pangan bangsa
(Saparinto 2007). Indonesia.
Provinsi Gorontalo mempunyai kawasan mangrove
yang luas salah satu kawasan mangrove tersebut berada di
wilayah pesisir Toroseaje, Kabupaten Pohuwato. Hutan BAHAN DAN METODE
mangrove di pesisir Toroseaje memiliki fungsi utama
sebagai penyangga pesisir Teluk Tomini. Luas hutan Area kajian
mangrove di kawasan pesisir ini makin menurun akibat Area kajian meliputi tiga desa Toroseaje serumpun,
tekanan ekonomi masyarakat dan aktivitas penduduk yang yaitu Desa Torosiaje, Desa Torosiaje Jaya dan Desa Bumi
melampaui daya dukung. Alihfungsi hutan mangrove di Bahari di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato,
wilayah pesisir Toroseaje yang tidak terkendali Provinsi Gorontalo (N 00028’35,5” E 121026’5,03”).
menyebabkan perubahan luasan mangrove dan hilangnya Wilayah Torosiaje bagian pantai yaitu Desa Torosiaje Jaya
flora dan fauna di lokasi ini. Perubahan luas hutan dan Desa Bumi Bahari berada pada ketinggian lebih kurang
mangrove tersebut diakibatkan oleh adanya tekanan sosial 3 m dpl, dan Desa Torosiaje di permukiman laut berada di
ekonomi masyarakat dan aktivitas manusia yang telah laut dangkal dengan kedalaman sekitar 0,5-2 m. Posisi
melampaui daya dukung lingkungan, di mana masyarakat geografis wilayah kajiandisajikan pada peta (Gambar 1).
yang berbatasan langsung dengan hutan mangrove sering
melakukan penebangan liar baik dalam skala kecil maupun Cara kerja
secara besar-besaran untuk diambil kayunya, dijadikan Metode yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai bahan bakar, arang dan bahan bangunan rumah. metode survey, yaitu metode yang dilakukan untuk
Lebih parah lagi, ekosistem ini berubah peruntukannya mengadakan pemeriksaan yang berlangsung di lapangan
menjadi tambak yang produktif dan non produktif. atau lokasi penelitian. Cara kerja pengolahan buah
Aktivitas masyarakat ini semata-mata untuk memenuhi mangrove menjadi produk pangan sebagai berikut:
kebutuhan hidup sehari-hari.
BADERAN et al. – Diversifikasi produk olahan buah mangrove 349

Gambar 1. Lokasi penelitian di Kawasan mangrove pesisir Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Tanda panah menunjukkan lokasi pengambilan sampel dari buah mangrove (PKEPKL 2014).

Tahap pengambilan buah mangrove: (i) Melakukan dilakukan selama dua hari. Perendaman tersebut di lakukan
observasi untuk memeperoleh informasi awal mengenai selama 2x24 jam atau 2 hari. Dan yang sangat diperhatikan
loasi yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian, dimana yakni pada tahap perendaman air yang digunakan harus
peneliti melakukan pengamatan di lapangan yang meliputi diganti air setiap 6 jam. (iv) Penghancuran. Buah yang
keseluruhan kawasan hutan mangrove mengenai keadaan sudah selesai direndam kemudian akan dihancurkan (bisa
fisiogami hutan mangrove serta keadaan pasang surut yang di ulek halus, ditumbuk, atau di blender).
ada di pesisir Toroseaje, Kecamatan Popayato Kabupaten Buah mangrove yang sudah melewati berbagai tahap di
Pohuwato, Gorontalo. (ii) Melakukan identifikasi spesies atas kemudian siap diolah untuk menghasilkan berbagai
mangrove secara langsung di lapangan. (iii) Jumlah produk pangan yang diinginkan
individu setiap spesies mangrove yang ditemukan dicatat.
Tahap pelaksanaan. Sebelum pelaksanaan pelatihan Analisis data
pembuatan produk dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis
tahapan persiapan selama 3 hari. Adapun tahap persiapan deskriptif kualitatif.
yang dilakukan sebagai berikut : (i) Pengupasan. Buah
mangrove yang akan diolah terlebih dahulu di kupas.
Khusus untuk spesies Avivennia spp pengupasan ini untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
memisahkan lembaga dengan putiknya.Tahap pengupasan
untuk pemisahan lembaga dan putik.Hasil dari pemisahan Spesies dan pemanfaatan buah mangrove
lembaga dengan putiknya untuk mendapatkan daging buah Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh tigaspesies
yang akan digunakan untuk berbagai olahan. (ii) Perebusan. mangrovedi pesisir Toroseaje yang dapat diolah menjadi
Daging buah yang sudah diperoleh kemudian akan direbus. produk pangan yaitu spesies Avicennia alba (apapi),
Tahapan perebusan dilakukan 2 tahap yakni perebusan 1 Bruguiera gymnorrhiza (munto), dan Sonneratia alba.
selama 10 menit dan perebusan 2 ditambah abu gosok. (iii) Spesies dan pemanfaatan buah mangrove yang digunakan
Pencucian. Buah yang sudah dicuci bersih kemudian akan oleh masyarakat disajikan pada (Table 1).
direndam. Tahapan perendaman minimal
350 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 1 (2): 347-351, April 2015

Tabel 1. Spesies dan pemanfaatan buah mangrove yang digunakan oleh masyarakat

Nama Produk pangan


Nama spesies Cara pengolahan
lokal
Avicennia alba Apapi Perebusan, pengupasan, perendaman, Pia khas Gorontalo
penghancuran
Bruguiera gymnorrhiza Munto Perebusan, pengupasan, perendaman, pemarutan Tepung mangrove, stik asin, stik
manis, cake, kue pudding, kacang
Sonneratia alba Pappa Pengupasan, penghancuran keong Dodol, Kerupuk

A B C

D E F

Gambar 2. A. Pia apapi; B. Tepung munto; C. Stik manis munto; D. Dodol Pappa; C. Cake munto; D. Kue pudding munto (PKEPKL
2014).

Produk pangan berbahan dasar buah mangrove Buah Avicennia spp. mempunyai perawakan agak
Buah mangrove yang sudah melewati berbagai tahapan, membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan
kemudian siap diolah menghasilkan berbagai produk buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung
pangan yang diinginkan. Adapun produk pangan yang telah buah agak tajam seperti paruh dengan ukuran sekitar
dihasilkan disajikan pada (Gambar 2). 1,5x2,5 cm. Menurut Kasemat (2011) buah mangrove
seperti spesies Avicennia alba memilki kandungan
Pembahasan karbohidrat 21,43, protein 10,85, lemak 0,04, serat kasar
Kawasan pesisir Torosiaje memiliki berbagai potensi 4,09, air 61,95, abu 1,27, Fe (mg/kg) 30,11, Mg 76,22, K
sumber daya alam pesisir serta kearifan lokal masyarakat 5689,13, Ca 383,63, Vit B 3,74 mg/100g, dan Vit C 22,24
yang mendukung pelestarian ekosistem hutan mangrove mg/100g.
Persentase penutupan dan kerapatan vegetasi mangrove Buah Bruguiera gymnorrhiza perawakannya melingkar
cukup baik. Ekosistem hutan mangrove di kawasan pesisir spiral, bundar melintang dengan panjang 2-2,5 cm.
dan laut Torosiaje masih dipelihara dengan baik oleh Hipokotil lurus tumpul dan berwarna hijau tua keunguan.
masyarakat sehingga potensial untuk dikembangkan Ukuran hipotokil mempunyai panjang 12-30 cm dan
gunamenghasilkan berbagai produk pangan. Produk pangan berdiameter 1,5-2 cm. Buah dari spesies ini, sudah banyak
yang bersumber dari tiga spesies yakni spesies Avicennia dieksplorasi sebagaai sumber pangan lokal baru menjadi
alba (Bahasa lokal: apapi), Bruguiera gymnorrhiza (Bahasa kue, cake, dicampur dengan nasi atau dimakan langsung
lokal: munto), dan Sonneratia alba (Bahasa lokal: pappa). dengan kelapa parut (Fortuna 2005). Buah mangrove jenis
Bruquiera gymnorrhiza yang secara tradisional diolah
BADERAN et al. – Diversifikasi produk olahan buah mangrove 351

menjadi kue, cake, dicampur dengan nasi atau dimakan pokok bangsa kita yakni beras. Hanggarawati (2012)
langsung dengan bumbu kelapa (Sadana 2007) menyatakan bahwa, sasaran dari kebijakan diversifikasi
mengandung energi dan karbohidrat yang cukup tinggi, pangan untuk menaikkan Skor Pola Pangan Harapan (tahun
bahkan melampaui berbagai jenis pangan sumber 2010 = 80,6; tahun 2014 = 93,3), menurunnya konsumsi
karbohidrat yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti beras/kapita (1,5% tahun), diimbangi dengan peningkatan
beras, jagung singkong atau sagu. Penelitian yang konsumsi/kapita hasil-hasil ternak, ikan, umbi, buahan, dan
dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerjasama sayuran. Sasaran skor Pola Pangan Harapan setiap wilayah
dengan Badan Bimas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan
Timur menghasilkan kandungan energi buah mangrove ini potensi sumberdaya lokal. Sumberdaya lokal dalam hal ini
adalah 371 kalori per 100 g, lebih tinggi dari beras (360 diversivikasi pangan berbasis buah mangrove akan
kalori per 100 g), dan jagung (307 kalori per 100 g). membutuhkan buah yang melimpah dan itu bisa diperoleh
Kandungan karbohidrat buah bakau sebesar 85.1 g per 100 dengan terus melakukan pelestarian mangrove. Jika upaya
g, lebih tinggi dari beras (78.9 g per 100 g) dan jagung rehabilitasi berhasil dan pelestarian terjaga maka bahan
(63.6 g per 100 g) (Hidayat 2014). baku industri pengolahan mangrove akan cukup tersedia
Produk pangan yang dihasilkan dengan keterbatasan memungkinkan untuk terbentuknya industri pengolahan
waktu menyebabkan penyimpanan dari produk tersebut mangrove dan produksi pangan berbasis buah mangrove
tidak bisa bertahan lama, cepat menjadi busuk, maka diolah lebih kontinyu.
lagi buah Bruguiera gymnorrhiza menjadi tepung.
Penepungan merupakan salah satu solusi untuk
mengawetkan buah tersebut. Hal ini ditegaskan oleh UCAPAN TERIMA KASIH
Kasemat (2011) bahwa spesies Bruguiera gymnorrhiza
memiliki kadar air 73,75%, karbohidrat 23,528%, protein Ucapan terima kasih kepada Pusat Studi Kajian Ekologi
1,128%, kadar lemak 1,246%, kadar abu 0,342, HCN Pesisir, Universitas Negeri Gorontalo serta Mangrove for
6,8559 mg, Tannin 34,105 mg, HCN setelah perebusan the Future (MFF) yang telah mendanai kegiatan
0,72 mg dan setelah perendaman 0,504 mg, tannin setelah pengolahan buah mangrove sebagai produk pangan.
perebusan 28,2 mg dan setelah perendaman 25,37 mg.
Buah Sonneratia alba tampak seperti bola dengan
ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus DAFTAR PUSTAKA
kelopak bunga. Buah mengandung biji (150-200 biji) dan
tidak akan membuka pada saat telah matang, memiliki Fortuna J de. 2005. Ditemukan buah bakau sebagai makanan pokok.
ukuran buah berdiameter 3,5-4,5 cm. Spesies ini memiliki http:// Tempointeraktif.com
potensi yang bisa dikembangkan menjadi sumber pangan Hanggarawati. 2012. Produksi pertanian dan pangan berbasis kawasan dan
lingkungan.meretas kedaulatan pangan dan penganekaragaman
lokal, dimana buah Sonneratia spp. memiliki keunikan dari pangan berbasis komunitas.Penerbit Omar Niode Foundation. Jakarta.
buah mangrove lainnya yakni buah Sonneratiaspp ketika Hidayat T. 2014. Pengembangan Beras Analog Berbasis Buah Lindur,
sudah matang (masak) sudah bisa langsung di manfaatkan Sagu, dan Kitosan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional
menjadi jus dan dodol. Berkelanjutan. Departemen Teknologi Hasil Perairan Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Produk pangan dengan bahan dasar buah mangrove, Kasemat. 2011. Pengolahan buah mangrove. Universitas Diponegoro
dapat dikategorikan sebagai produk yang unik, dikarenakan Semarang.
selama ini masyarakat yang hidup di wilayah pesisir belum PKEPKL. 2014.Modul pusat kajian ekologi pesisir berbasil kearifan local.
Jurusan Biologi. Universitas Negeri Gorontalo.
banyak memanfaatkan buah dari berbagai spesies Sadana. D. 2007. Buah aibon di biak timur mengandung karbohidrat
mangrove untuk menjadi sumber pangan pengganti beras. tinggi. Situs Resmi
Melalui informasi ilmiah yang telah dilakukan di Toroseaje Saparinto C. 2007. Pendayagunaan ekosistem mangrove mengatasi
provinsi Gorontalo menambah khasanah pengetahuan dan kerusakan wilayah pantai dan meminimalisasi dampak gelombang
tsunami. Effhar dan Dahara Prize, Semarang.
ikut serta menurunkan ketergantungan pada makanan

Anda mungkin juga menyukai