Anda di halaman 1dari 17

Teori belajar kognitif merupakan teori belajar yang muncul setelah teori behavioristik.

Hadirnya teori
belajar kognitif untuk merespon teori belajar behavioristik yang hanya memerhatikan kondisi psikologi
saja. Para penemu teori belajar behavioristik beranggapan bahwa kondisi mental yang ada di dalam
peset didik tidak bisa diamati. Padahal pada kenyataannya, kondisi mental bisa dikatakan harus diamati
saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.

Jika teori belajar behavioristik mengutamakan adanya stimulus dan respon, maka lain halnya dengan
teori belajar kognitif yang tidak hanya memerhatikan stimulus dan respon, tetapi juga mengutamakan
adanya perubahan mental dan perilaku, seperti cara peserta didik memahami suatu hal, cara peserta
didik berpikir, dan cara peserta didik menggunakan pengetahuannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kognitif adalah berhubungan dengan atau melibatkan
kognisi atau berdasar kepada pengetahuan faktual yang empiris.

Istilah “kognitif” sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu “cognition” yang berarti pengertian
mengerti. Dalam hal ini, “pengertian” yang dimaksud adalah penggunaan pengetahuan, penataan, dan
perolehan. Pada awalnya istilah “kognitif” ini hanya ada pada bidang psikologi saja, tetapi zaman yang
terus berkembang membuat istilah “kognitif” menjadi lebih dikenal dalam dunia pendidikan atau
kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori belajar kognitif memiliki peranan penting dalam
mengubah mental dari peserta didik. Maka dari itu, teori belajar kognitif lebih mengutamakan proses
pembelajaran daripada hasil dari pembelajaran itu sendir. Seorang guru yang menerapkan teori belajar
kognitif selalu percaya bahwa proses belajar bisa mengubah mental dan cara berpikir yang cukup
kompleks. Sederhananya, teori belajar kognitif tidak harus dilihat dari perubahan tingkah laku peserta
didik, tetapi lebih mementingkan yang dimiliki oleh peserta didikan dalam melihat atau menilai suatu
hal.

Gramedia blog

Teori Belajar Kognitif dan Tokoh Yang Mengembangkanya

https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar-kognitif/
Aplikasi teori kognitif pada pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari
anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

3. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

4. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.

5. Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.
Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-
pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan tahap fungsi kognitif dan jika
guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan
tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.

6. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak
didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus berupaya
untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.

8. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan-
gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat
diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan
fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi Teori belajar
kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam
membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh
sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui
sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi
kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah
dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui
dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar
mengajar di kelas.

Oleh karena itu, peran ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama
yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh
peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh
peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.

Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para
guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif
peserta didik, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan peserta didik di kelas yang pada
akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui
proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Sebaliknya, dengan adanya pengetahuan
yang mendalam akan pentingnya teori kognitif serta diterapkan dalam proses belajar anak didik tidak
mustahil apabila teori kognitif nantinya dapat meningkatkan prestasi anak didik dalam dunia pendidikan.

MAKALAH PEMBELAJARAN KOGNITIF. Rahmat

https://dokumen-makalah.blogspot.com/2016/11/makalah-pembelajaran-kognitif.html?m=1

kumpulan makalah lengkap

download kumpulan makalah

MAKALAH PEMBELAJARAN KOGNITIF


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia. Menciptakan manusia-
manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal mapun non formal. Dengan
diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum
memperoleh ilmu pengetahuan umum, sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.

Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Negara sebagai
lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan tugas negara yang amat
penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami kesulitan
untuk berkembang. Cara dan system pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya
perubahan sistem pendidikan setiap adanya perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.

Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Teori Kognitif
lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya usaha dari setiap individu
dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan
sebagai penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu
pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar.
Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas
mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses belajar dan
pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan serta pengembang program-
program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan
pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan
diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.

Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi teori kognitif
dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan
dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk
tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan
kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:


Jelaskan pengertian teori kognitif?

tokoh – tokoh yang berperan dalam teori Belajar kognitif?

prinsip-prinsip teori belajar kognitif?

Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif?

Bagaimana pengaplikasi teori kognitif dalam proses belajar sebagai upaya meningkatkan prestasi anak
didik?

Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:

Menjadikan pedoman dalam pengaplikasian teori kognitif sebagai modal awal dalam mengembangkan
potensi-potensi lain dalam diri anak didik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitif


Secara etimologi istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Dalam artian yang luas Cognition adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Didalam
perkembangan selanjutnya, kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia
atau konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental
yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang
berpusat diotak juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang berkaitan
dengan rasa.

Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajar sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks.

Teori kognitif memberikan banyak konsep utama dalam psikologi pendidikan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema
bagaimana seseorang memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat
seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental. Teori kognitif
digolongkan ke dalam konstruktivisme, bukan teori nativisme yang menggambarkan perkembangan
kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan.

Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir,
bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya
memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi
sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Selain itu, dalam
psikologi kognitif, manusia melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya,
lalu mensintesiskannya kembali. Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan
kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Piaget, discovery learning oleh Jeron Bruner, dan reception
learning oleh Ausubel.

B. Teori Belajar Menurut Beberapa Pakar

1. Piaget

Menurut Piaget (Uno,2006: 10-11) salah satu penganut aliran kognitif yang kuat, proses belajar
sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi (penyimpangan).

a. Proses asimilasi adalah proses penyatuan (engintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada dalam benak siswa.

b. Proses akomodai adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.

c. Proses ekulibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.


Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan empat tahapan, antara lain:

a. Tahap Sensori Motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini seorang anak mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi
rangkaian pembuatan yang bermakna.

b. Tahap pra-operassional (2-7 tahun )

Pada tahap ini seeorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari
pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan
menyimpulkan sesuatu seecara konsisten.

c. Tahap operasional konkret (7-11 tahun )

Pada tahap ini seorang anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu pada situasi nyata atau dengan
menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara
bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).

d. Tahap operasional formal (11 tahun keatas )

Pada tahap ini kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Selain itu pula
kemampuan menalara secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berfikir secara
deduktif. Dan juga pada tahap ini, seseorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
situasi secara bersama-sama.

Piaget juga berpendapat bahwa peerkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui sebuah proses
asimilasi dan akomodasi. Di dalam pemikiran seseorang, sudah terdapat struktur kognitif atau kerangka
kognitif yang disebut skema. Setiap orang akan selalu berusaha untuk mencari suatu keseimbanga,
kesesuaian atau ekuilibrium antara apa yang baru dialami(pengalaman barunya) dan apa yang ada pada
struktur kognitifnya.jika pengalaman barungan cocok dengan yang tersimpan pada kerangka kognitifnya,
proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah, dan keseimbangan (ekuilibrium) tidak terganggu. Jika apa
yang tersimpan di krangka kognitifnya tidak cocok dengan pengalaman barungan, ketidak seimbangan
akan terjadi, dan anak beerusaha untuk menyeimbangkanya lagi.

Dengan demikian, diperoleh proses akomodasi. Dapat disimpulkan proses asimilasi adalah suatu proses
tempat informasi atau pengalaman yang baru menyatuhkan diri kedalam kerangka kognitif yang ada,
sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang ada
agar sesuai dengan pengalaman baru yang dialaminya.

Piaget juga mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh proses asimilasi dan akomodasi di atas,
perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan dari otak sistem saraf anak,
intraraksi anak dengan objek-objek diseekitarnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam
menghubungkan pengalamanya kerangka kognitifnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam
menghubungkan pengalamanya denngan kerangka kognitifnya (peengalaman logico-mathematics), dan
interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.

Para pengikut Piaget menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan
perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung mempunyai akibat yang lebih
sedikit dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Aktif dalam arti bahwa siswa melibatkan
mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkret.

2. Bruner

Bruner mengusulkan teori yang disebut free Discovery learning ( Uno, 2008:12). Menurut teori ini,
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) sebagai contoh-contoh
yang mengambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Iswa dibimbing secara induktif untuk
memahami suatu sebenaran umum. Misalnya, untuk memahami konsep kejujuran, siswa tidak
menghafal definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kejujuran. Dari
contoh itulah, siswa dibimbindg untuk mendefinisikan kata kejujuran.

Lawan pendekatan ini disebut “belajar ekspositori”( belajar dengan cara menjelaskan. Dalam hal ini,
siswa diberi informasi umum untuk diminta menjelaskan informasi tersebut melalui contoh-contoh
khusus dan konkret.

Menurut pandangan Bruner (Uno, 2008 :13), teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan teori
pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar memprediksi berapa usia maksimum seorang
anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran mengguraikan bagaimana cara-cara
mengajarkan penjumlahan. Menurut Bnuner, perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat li ngkungan, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap enaktif

Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memaami lingkungan sekitarnya. Suatu
tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan
benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran tersebut dipresentasikan atau diwujudkan
dalam bentuk benda-benda nyata.

b. Tahap ikonik

Tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunkan
ikon, gambar dan diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda konkret. Dengan
demikian, topic pembelahjaran yang bersifat abstrak ini telah direpresentasikan atau diwujudkan dalam
bentuk benda-benda nyata yang dapat diamati siswa, lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam
gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.
c. Tahap simbolik

Seseorang telah mampu mempunyai ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuanya dalam
berbahasa atau logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).

3. David P. Ausubel

Teori ini disebut juga teori hafalan ( rote learning)sebagaimana pernyataan yang dikutip (Bell, 1978:132)
berikut: “…, if the learner’s intention is to memorise it verbatim as a series of arbitrarily related word,
both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and meaningless ( jika
seseorang, contohnya si siswa tadi, berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang
satu dengan hal yang lain sudah diketahuinya, maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat
dinyatakan sebagai hafalan dan tidak bermakna sama sekali baginya.”

Kelemahan lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab soal baru
lainya. karena materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah, namun merupakan suatu
pengetahuan yang utuh dan saling berkaitantara yang satu dan lyang lainya, setiap siswa harus
menguasai beberapa konsep dan keterampilan dasar terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mampu
megaitkan antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sudah dipunyanya agar terjadi suatu
proses pembelajarn yang berrmakna (meaningful learning).

Karenanya Ausubel menyatakan berikut sebgaimana dikutip Orton (1987 : 34). “if I had to reduce all of
educational psychology to just one principle, I would say this: the most important single factor
influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach accordingly.” Jelaslah
bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan bermakna tidaknya suatu
proses pembelajaran. Belajar hafalan akan terjadi jika siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang lama.

Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip
dasar teori kognitivisme, antara lain:

Ø Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan

Ø Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran

Ø Menekankan pada pola pikir peserta didik

Ø Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya
Ø Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di
dalam diri peserta didik

Ø Menerapkan reward and punishment

Ø Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada
cara peserta didik memproses informasi tersebut.

· Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping
memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa
kelebihan dan kelemahan teori kognitif

Kelebihan Teori Belajar Kognitif

a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri

Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon
dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat
menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri
contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar
siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang
lain dengan.

b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta
didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik
mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada
pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.

Kelemahan Teori Belajar kognitif

a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.

b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.

c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

Pendekatan Kognitif (Cognitive Approach)


Sejalan dengan upaya menerapkan filsafah teknologi pembelajaran Tut Wuri Hadayani pada semua
jenjang pendidikan formal, pendekatan kognitif mulai menjajaki keberadaan pendekatan perilaku sejak
pertengahan dekade 80-an.

Pendekatan kognitif itu sendiri berangkat pada teori Gestalt yang memproposisikan bahwa keseluruhan
bukanlah penjumlahan dari bagian-bagiannya.

Sebagaimana dideskripsikan Brunner (1975), pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar
siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan
pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Sedangkan Ausubel (1978) memdeskripsikan
agar pembelajar dapat mengembangkan situasi belajar , memilih dan menstrukturkan isi, serta
menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajar yang terorganisasi dari umum menuju kerinci
dalam satu satuan bahasan yang bermakna.

Dalam pandangan psikologi kognitif, peran guru atau dosen menjadi semakin menentukan apabila
variabel perbedaan karakter individu dihargai dalam bentuk penyajian variasi pola struktur kegiatan
belajar mengajar.

Masalah yang sering muncul pada tahapan aplikasi teori-teori kognitif dibidang pembelajaran adalah
dalam kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan atau bahan belajar dan penstrukturan kegiatan
belajar mengajar.

Sehubungan dengan adanya kenyataan empiris tersebut , maka teori dan teorema kognitif yang ada bisa
saja digunakan sebagai acuan umum bagi setiap jenis cabang disiplin keilmuan. Namun, kemungkinan
dapat terjadi bahwa kefektifan penerapannya pada level kesulitan dan jenis kemampuan pada suatu
bidang studi berbeda dengan bidang studi lainnya. Oleh karena itu, cara yang dipandang efektif untuk
meningkatkan kualitas output pendidikan dari sudut pandang psikologi kognitif adalah pengembangan
program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual
pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomen-dasikan Merril (1983:286), jenjang
tersebut bergerakdari tahapan meningkat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan
konsep, prosedur atau prinsip baru dibidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.

Gaya Kognitif Dalam Pembelajaran

Salah satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif . Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas
dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap
informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.

Gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan
pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya kognitif dibutuhkan untuk
merancang atau memodifikasi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran.
Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode
pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pendapat
beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar
tertentu.

Beberapa batasan para ahli tentang gaya kognitif tersebut diantaranya Witkin mengemukakan bahwa
gaya kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar.

Shirley dan Rita menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam berpikir,
merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Sebagai karakteristik perilaku,
gaya kognitif berada pada lintas kemampuan dan kepribadian serta dimanifestasikan pada beberapa
aktivitas dan media. Gaya kognitif menunjukkan adanya variasi antar individu dalam pendekatannya
terhadap satu tugas, tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau kemampuan tertentu.
Sebagai karakteristik prilaku, karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif yang sama belum tentu
memiliki kemampuan yang sama. Apalagi individu yang memiliki gaya kognitif yang berbeda
kecendrungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar.

Setiap individu mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses informasi. Todd menyatakan bahwa
gaya kognitif adalah langkah individu dalam memproses informasi melalui strategi responsif atas tugas
yang diterima. Pada bagian lain, Woolfolk menunjukkan bahwa didalam gaya kognitif terdapat suatu
cara yang berbeda untuk melihat ,mengenal , dan mengorganisasi informasi. Setiap individu akan
memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap
stimulasi lingkungannya. Ada individu yang cepat merespons dan adapula yang lambat , cara-cara
merespons ini juga berkaitan dengan sikap dan kualitas personal.

Selanjutnya menurut Woolfolk gaya kognitif seseorang dapat memperlihatkan variasi individu dalam hal
perhatian, penerimaan informasi, mengingat, dan berpikir yang muncul atau berbeda diantara kognisi
dan kepribadian.

Selanjutnya Keefe agak berbeda pandangannya dengan Woolfolk tentang dimensi gaya kognitif.
Menurut Keefe, gaya kognitif dapat dipilah dalam dua kelompok, yaitu gaya dalam menerima informasi
(reception style) dan gaya dalam pembentukan konsep dan retensi (concept formation and retention
style). Keefe juga menambahkan, bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar , dan gaya
berlajar berhubungan dengan kemampuan intelektual.

Pengelompokan gaya kognitif tersebut didasarkan atas dimensi gaya kognitif yang dikaji dari beberapa
hasil penelitian. Dimensi gaya kognitif dalam menerima informasi meliputi :

1. Perceptual modality prefrrence, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan
seseorang dalam menggunakan alat indranya. Khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual
atau spasial, pemahaman auditory atau verbal.

2. Field Dependent-Field Independent, yaitu gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang
dalam berinteraksi dengan lingkungan.

3. Scanning, yang menggambarkan kecendrungan seseorang dalam menitik beratkan perhatiannya


pada suatu informasi.
4. Strong and Weakness Automatization, yang merupakan gambaran kapasitas seseorang untuk
menampilkan tugas secara berulang-ulang.

Sedangkan dimensi gaya kognitif yang termasuk dalam pembentukan konsep dan retensi menurut
Pettegrew dan Holzman terdiri atas dua gayakognitif, yaitu :

1. Breath Of Categorization, yang berkaitan dengan kesukaan seseorang dalam menyusun kategori
konsep secara luas atau sempit.

2. Leveling Sharperning, berkaitan dengan perbedaan seseorang dalam pemprosesan ingatan, yakni
antara kesukaan mengingat sesuatu dengan menyamakan pada hal-hal yang telah diingatkannya atau
kesukaan mengingat sesuatu dengan membuat ciri yang baru serta mengingatnya dalam ciri baru
tersebut.

Berdasarkan pemilahan gaya kognitif sebagaimana diuraikan diatas, dalam konteks penelitian ini yang
digunakan sebagai salah satu variabel adalah gaya kognitif perceptual modality preference, yaitu gaya
kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya ,
khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial. Atau dengan kata lain variabel gaya
kognitif yang teliti adalah gaya kognitif meruangkan.

Pijakan teoritis gaya kognitif meruangkan bertolak dari teori hemisfer yang menjelaskan tentang
belahan otak manusia yang terdiri dari belahan kanan dan belahan kiri. Kedua hemisfer ini mempunyai
fungsi yang berbeda dalam penghayatan dan penyusunan informasi selama proses belajar.

Kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran dapat diabaikan. Hal ini sesuai dengan pandangan
Reigeluth bahwa dalam variabel pengajaran, gaya kognitif merupakan salah satu karakteristik siswa yang
masuk dalam variabel kondisi pembelajaran, disamping karakteristik siswa lainnya seperti motivasi,
sikap, bakat, minat, kemampuan berpikir, dan lain-lain. Sebagai salah satu karakteristik siswa ,
kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru atau perancang
pembelajaran sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan gaya kognitif
berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki
siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan tercipta dengan baik karena pembelajaran
tidak terkesan mengintervensi hak siswa. Selain itu, pembelajaran disesuaikan dengan proses kognitif
atau perkembangan kognitif siswa.

Resnick and collins mengemukakan bahwa penumbuhan dan pengaktifan proses kognitif sangat erat
hubungannya dengan karakteristik proses kognitif siswa. Dengan demikian , untuk meningkatkan proses
kognitif dalam diri siswa, diperlukan perhatian terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam
rancangan pembelajaran pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian buku teks, sebelum
rancangan disusun , hal yang dilakukan guru terlebih dahulu adalah mengadakan pengetesan terhadap
karakteristik siswa yang diarahkan pada pengetesan tentang kognitif. Dengan pengetesan gaya kognitif
tersebut , guru atau perancang pembelajaran dapat mengetahui tentang gaya kognitif yang dimiliki
siswa. Paling tidak ditemukan empat kelompok gaya kognitif siswa tersebut sebagaimana diuraikan
diatas.

Selanjutnya bagaimana peran gaya kognitif dalam proses pembelajaran? Mengacu dari pandangan para
pakar tentang dimensi gaya kognitif diatas, menurut Woolfolk bahwa implementasinya dalam
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.

Gaya kognitif memiliki nilai adaptif yang bervariasi dari budaya dan situasi sosial. Selain gaya kognitif FD
dan Fi yang banyak dikaji dalam melihat karakteristik siswa, gaya kognitif lain yang tidak kalah
pentingnya adalah dimensi gaya kognitif spasial (GR) dan gaya kognitif analitis (GA).Dimensi gaya kognitif
GR berkaitan dengan pembentukan imajinasi tentang objek ruang dalam pikiran, sedangkan dimensi
gaya kognitif GA berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menganalisis secara kritis dalam
memecahkan masalah.

C. Pengaplikasi Teori Kognitif Dalam Proses Belajar Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Anak Didik

Aplikasi teori kognitif pada pendidikan, yaitu sebagai berikut:

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari
anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

3. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

4. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.

5. Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.
Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-
pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memerhatikan tahap fungsi kognitif dan jika
guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan
tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.

6. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) anak
didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

7. Memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbuhan itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu, guru harus berupaya
untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-
kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal.

8. Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan-
gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat
diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.

Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan
fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi Teori belajar
kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam
membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh
sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui
sentuhan proses pendidikan.

Peranan guru menurut teori belajar psikologi kognitif ialah bagaimana dapat mengembangkan potensi
kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah
dapat berfungsi dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta akan mengetahui
dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar
mengajar di kelas.

Oleh karena itu, peran ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan bahwa salah satu faktor utama
yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh
peserta didik. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh
peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar secara kelompok.

Pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para
guru demi untuk menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif
peserta didik, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkan peserta didik di kelas yang pada
akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas melalui
proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Sebaliknya, dengan adanya pengetahuan
yang mendalam akan pentingnya teori kognitif serta diterapkan dalam proses belajar anak didik tidak
mustahil apabila teori kognitif nantinya dapat meningkatkan prestasi anak didik dalam dunia pendidikan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-
sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not
balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan
yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Teori belajar kognitif lebih menekankan
pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan
manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara
keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.
Dari belajar teori ini terdapat Kelebihan dan Kelemahan yaitu :

Kelebihan Teori Belajar Kognitif

· Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri

· Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Kelemahan Teori Belajar kognitif

· Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.

· Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.

· Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

DAFTAR PUSTAKA
Fatimah,Enung.2006.Psilogi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik).Bandung:CV Pustaka Setia.

Hamzah.2010.Perencanaan Pebelajaran.Jakarta:PT Bumi Aksara

Makmun, Abin Syamsuddin.2007.Psikologi Kependidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sunarto,dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT Renaka Cipta Jarkarta.

Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Alif.2011.Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

rahmat

Share

No comments:

Post a Comment

Home

View web version

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai