Anda di halaman 1dari 54

OLAHRAGA DALAM DIMENSI PSIKOLOGI

1]KECEMASAN

Akselerasi perkembangan dunia yang kian hari kian tak tertahankan


membuat bayak orang menjadi cemas. Banyak yang merasa tidak berdaya
menghadapi tantangan yang seakan tak pernah berkompromi dengan mereka.
Padahal sebagai manusia, anda tidak akan pernah bisa menghindar dari
kecemasan. Karena kecemasan pasti akan datang dengan sendirinya, terutama
ketika kondisi mental kita tengah menurun. Tidak sedikit orang cemas padahal
yang tidak perlu cemas. Di sisi lain, rasa cemas sebenarnya bisa menjadi stimulus
bagi perkembangan mental dan diri kita. Kalau perlu anda menciptakan kondisi
yang membuat anda tidak nyaman dalam hidup. Artinya dengan pembiasaaan ini
anda tidak akan cemas bila suatu saat bertemu dengan kondisi dimana anda harus
cemas. Jika hal ini anda lakukan maka anda pun bisa lebih berkonsentrasi untuk
melakukan hal-hal positif dan lebih penting bagi hidup anda. Ketimbang hanya
berkutat dengan rasa cemas yang sebenarnya tidak perlu anda cemaskan. Untuk
meminimalisir pemahaman yang keliru dalam hal cemas maka perlu mengetahui
definisi dari rasa cemas tersebut.

A. DEFINISI KECEMASAN
Cemas merupakan sifat bawaan manusia sejak lahir. Potensi cemas masing-
masing tergantung dimana seseorang dibesarkan. Bila seseorang dibesarkan
dilingkungan olahraga maka bentuk kecemasan adalah adanya pikiran terhadap
situasi pertandingan yang akan dihadapi. Misalnya bayangan lawan yang dihadapi,
wasit yang memimpin pertandingan serta jumlah penonton. Bahkan untuk urusan
cemas dalam dunia olahraga tidak hanya dialami oleh olahragawan itu sendiri
tetapi juga bisa saja menghantui pihak terkait lainnya seperti pelatih, manajer dan
juga pemilik klub atau tim serta fans fanatik.

Hal ini membuktikan bahwa kecemasan dapat menimpa siapa saja dan
kapan saja. Kondisi ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Wiwik agustina
dkk (2014:63) kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
mengambarkan keadaan kebigungan, khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak
jelas. Pada hakekatnya kecemasan bukan sesuatu yang harus dihindari atau
bahkan dihilangkan, karena kecemasan merupakan anugrah dari Allah
SWT.Sebenarnya kecemasan sangat bermanfaat bagi manusia itu sendiri
permasalahannya adalah tinggal bagaimana mengelolanya. Kecemasan ibarat
sebuah pisau jika digunakan sesuai peruntukannya maka akan memberikan
manfaat, sebaliknya jika digunakan tidak sesuai peruntukannya maka akibatnya
dapat merugikan penggunanya.

Kecemasan bagi sebahagian orang digunakan sebagai alat kontrol diri


sebelum bertindak. Alasan mereka bila kecemasan dianggap sebagai ancaman,
maka dapat dipastikan akan menghambar perkembangan. Kondisi ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Kementrian pemuda dan olahraga
(2013:112) yang mengatakan bahwa cemas membuat seseorang sulit
berkonsentrasi dan menjadi kurang percaya diri. Biasanya atlet yang
mengalami kecemasan menjelang bertanding ini sering di anggap memiliki
mental bertanding yang kurang baik. Artinya cemas merupakan suatu
gangguan ketakutan yang tidak realistic dan tidak rasional sebagaimana yang
dikatakan oleh Sutardjo A. Wirahardja, (2015:74). Berbagai pendapat tersebut
mengisyaratkan bahwa kecemasan sebenarnya dapat dijadikan modal utama
dalam berusaha, karena dengan cemas seseorang selalu waspada akan kondisi
yang dihadapi. Dengan cemas seseorang akan lebih dewasa dalam menghadapi
perubahan yang senantiasa akrab dengan kehidupannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa cemas adalah suatu sifat


yang berfungsi mengontrol diri seseorang dalam menghadapi tantangan. Makin
tinggi tingkat kecemsan seseorang makin rendah resiko yang dihadapi.
Sebaliknya makin rendah tingkat kecemasan seseorang makin tinggi resiko
yang dihadapi. Contoh umumnya mahasiswa yang terlambat masuk kuliah
bukan tidak cukup waktu tapi rendahnya tingkat kecemasan terhadap resiko
jika terlambat (kurang peduli). Sebaliknya mahasiswa yang tingkat
kepeduliannya tinggi tidak pernah terlambat masuk kuliah. Jelasnya dapat
dilihat dari gejala-gejala kecemasan berikut;
B.GEJALA-GEJALA CEMAS

Setiap manusia terlahir dengan kodrat masing-masing. Ada yang terlahir


dengan kodrat pemarah, ada pula yang terlahir dengan kodrat penyabar, ada pula
yang terlahir dengan kodrat penyayang dan lain sebagainya. Dari ketiga kodrat
tersebut ternyata kodrat pemarah yang cenderung mudah cemas. Hal ini dapat
kita simak dari apa yang dikatakan oleh Apta Mylsidayo (2015 : 47-48) bahwa
gejala-gejala cemas terbagi atas 4 aspek yaitu:

a. Biasanya cenderung tidak sabar, mudah tersinggung, sering mengeluh, sulit


berkonsentrasi, dan mudah terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan tidur.
b. Jantung berdegub kencang, tangan dan kaki terasa dingin, tampak pucat,
bergetar, berkeluh dingin.
c. Individu cenderung terus- menerus merasa khawatir akan keadaan yang buruk,
yang akan menimpah dirinya atau orang lain.
d. Otot kaku, merasa cepat lelah, tidak mampu rileks, sering terkejut, mengeluh
sakit pada persendian.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gejala cemas adalah dimana


seseorang merasa tidak nyaman dengan dirinya. Misalnya melihat penampilan
calon lawan yang begitu meyakinkan, baik pakaian maupun postur tubuhnya. Hal
ini membuktikan bahwa gejala-gejala cemas seseorang turut dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Oleh karena itu perlu mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan seseorang.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN


Berbicara soal kecemasan tidak dapat dipisahkan dari unsur psikis dan
pisik. Hal ini dikarenakan kedua unsur tersebut bersemayam pada diri individu
seseorang. Kedua hal tersebut dapat berjalan bersama-sama dan dapat pula
sendiri-sendiri. Bersama-sama maksudnya psikis bagus otomatis pisik bagus
demikian sebaliknya. Meskipun kenyataan dilapangan tidak jarang kita
menemui seseorang sehat secara pisik tapi tidak sehat secara psikis (gila).
Bahkan yang lebih memprihatinkan adalah kedua-duanya tidak sehat. Oleh
karena itu sebelum semuanya terpasung dengan pikiran ini, maka alangkah
baik kita mengetahui dan memahami faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kecemasan tersebut.

Hendra Widjaja (2016:13-16) berpendapat bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi cemas terbagi atas 2 bagian yaitu:

1. Faktor predisposisi :
⮚ Perisitiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
⮚ Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik.
⮚ Medifikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan
⮚ Ketidakmampuan individu berfikir secara realistis
2. Faktor presipitasi
a). Ancaman terhadap integritas fisik

✔ Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem


imun.
✔ Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap inveksi virus dan
bakteri.
b). Ancaman terhadap harga diri
▪ Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian diri terhadap peran baru.
▪ Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,
penceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok dan sosial
budaya.

Sementara itu Nur Azis Rohmansyah (2017:44) berpendapat bahwa faktor


fisik, psikis, lingkungan dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kecemasan
seseorang dalam proses pencapaian prestasi. Berdasarkan kedua pendapat tersebut
dapat dikatakan bahwa faktor yang menyebabkan hadirnya rasa cemas dalam diri
seseorang karena adanya rasa takut menjadi bagian (menghindar) dari kecemasan
tersebut. Oleh karena itu agar rasa cemas tidak menjadi beban dalam hidup
seseorang maka kita perlu mengetahui teknik atau cara mengatasinya.

D. CARA MENGATASI KECEMASAN


Setelah mengetahui dan paham faktor penyebab kecemasan maka tugas
selanjutnya adalah mencari tahu bagaimana cara mengatasinya. Agar
penyelesaiannya efektif dan efisien, maka kita perlu mengetahui dan
menguasai cara mengatasi rasa cemas tersebut.
Keterlibatan dalam suatu peristiwa yang berpotensi menimbulkan
kecemasan adalah kunci untuk mengatasi rasa cemas tersebut. Hendra Wijaya
(2016:24-25) berpendapat bahwa cara mengatasi rasa cemas yaitu:
⮚ Hadapi rasa takut, jangan hindari rasa takut, karena ia tidak akan berakibat
seburuk yang anda bayangkan.
⮚ Berlatih, semakin sering anda berlatih dan menempatkan diri pada situasi yang
menegangkan, anda semakin percaya diri.
⮚ Tidur yang cukup, tidur yang cukup, biasanya sekitar delapan jam sehari, hal
ini akan membantu menenangkan diri anda dan setidaknya mengurangi
kecemasan yang anda rasakan.
⮚ Joging, Olahraga tentunya selalu menjadi solusi untuk kesehatan jasmani
maupun rohani anda.
⮚ Lupakan masa lalu, hindari membuat kesalahan yang sama.

Jika dikaji lebih jauh, maka dapat dikatakan bahwa untuk mengatasi rasa
cemas yaitu seseorang harus menjadi bagian dari cemas tersebut, bukan
menghindarinya. Alasan saya karena rasa cemas merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari sifat manusia itu sendiri. Misalnya jika anda cemas dengan
ketinggian maka memanjatlah. Kata orang bijak jangan pernah berpikir untuk
menenangkan ombak di laut, tetapi berusahalah anda tenang menghadapinya.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Mustapa .,2017., Jurnal Konseling Jogyakarta

Kementerian pemuda dan olahraga,2013,jurnal iptek olahraga,volume


15,kementerian pemuda dan olahraga jakarta pusat

Nur azis rohmansyah 2017 kecemasan dalam olahraga vol.3.no1.januari 2017.

Widjaja, Hendra .,2016., Berani Tampil Beda dan Percaya Diri Araska :
Yogyakarta
Wiwik agustina, sumiatun, diana nur fatmawati,2014 jurnal keperawatan
sriwijaya,volume 1 program studi D3 kebidanan,stikes maharani malang

Wiramihardja, Sutardjo. A 2015 Pengatar Psikologis Upnormal. Bandung : Pt


Rapika Aditama

2]EMOSI
Manusia dapat berkemunikasi karena emosi. Dengan emosi kita dapat
mengenal diri sendiri dan orang lain. Emosi adalah salah satu anugrah dari Allah
SWT yang selalu menyertai kehidupan seseorang tidak terkecuali olahragawan.
Bagi olahragawan emosi dapat berfungsi sebagai pimacu dan pemicu semangat
juang. Oleh karena itu kita perlu mengetahui dan memahami apa sebenarnya yang
dimasud dengan emosi.

A. DEFINISI EMOSI
Emosi dapat membakar semangat seorang atlit dalam menghadapi lawan
tanding. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Hastria Effendi
(2016:24) Emosi adalah keadaan mental yang ditandai oleh perasaan yang kuat dan
diikuti ekspresi motorik yang berhubungan dengan suatu objek atau situasi
eksternal. Artinya emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkunganHal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mappiare (1982) dalam jurnal Nunuk
nur shokhiyah (2013:68) bahwa emosi sudah ada dan berkembang semenjak ia
bergaul dengan lingkungan. Bila seseorang hidup dalam suatu komunitas
olahragawan maka emosi orang tersebut pasti berhubungan dengan nuansa
keolahragaan.

Olahraga secara teratur dapat membangkitkan emosi seseorang dalam


mempertahankan harga diri. Kompetisi dalam olahraga dapat memancing emosi
seseorang dalam upaya merebut pengakuan dari lawan tanding. Selain itu
lingkungan juga punya andil dalam memicu emosi seseorang. Oleh karena itu
Kazuo Murakami dalam Elang Gemilang (2014:18) berpendapat bahwa dengan
mempelajari bagaimana mengaktifkan gen positif dan menonaktifkan gen negative
sangat terbuka kemungkinan yang tak terbatas untuk mengembangkan potensi
emosi menjadi modal dalam berjuang. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
mekanisme nyala/padam semangat seseorang dapat dipicu oleh sikap mental dan
cara berpikir serta emosi positif. Artinya jika seseorang ingin berpikiran positif,
mental yang baik serta emosi yang terkendali rahasianya adalah rajin berolahraga.

Eleng Gemilang (2014:28) mengatakan bahwa orang-orang yang berlatih


Yoga telah membuktikan bahwa mereka memiliki perasaan dan kondisi tubuh yang
jauh lebih baik, sekalipun sesi latihan yang mereka lakukan cukup singkat. Yoga
memang bukan konsumsi kebanyakan orang dan dibutuhkan komitmen yang tinggi
melakukannya. Anda dapat menggantinya dengan gerakan-gerakan peregangan
yang sederhana. Hal ini diyakini karena manusia dan alam semesta ditakdirkan
untuk selalu bergerak (bersirkulasi), oleh karena itu selaraskanlah diri dengan alam
semesta. Secara tegas Lewis dan Jones (2000) dalam jurnal Safiruddin Al Baqi’
(2015:22) berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri dan setiap individu tidak lepas dari hubungan sosial dengan orang
lain. Semua interaksi sosial dilakukan seorang individu memunculkan emosi yang
kemudian dapat menentukan sikap dan pikiran sehingga mampu bertindak sesuai
dengan dirinya.
Salah satu media yang dapat menjembatani interaksi dengan emosi adalah
dengan bergerak sebagaimana yang dikemukakan oleh Carol Welch dalam Eleng
Gemilang (2014:28) yaitu bergerak adalah obat untuk membuat perubahan
terhadap fisik, emosi dan mental seseorang. Emosi adalah satu sifat manusia yang
hanya dapat dideteksi melalui perilaku atau lebih dikenal dengan gejala atau tanda-
tanda. Yessy Nur Endah Sary (2015:10) mengatakan bahwa Emosi adalah gejala
penyesuaian diri yang berasal dari dalam yang melibatkan hampir keseluruhan diri
individu yang berfungsi untuk tercapainya suatu pemuasan atau perlindungan diri
atau kesejahteraan diri pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek
tertentu. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Jingga Gemilang
(2013:10) emosi adalah perasaan interis yang ditujukan kinerja seseorang atau
sesuatu. Atau dengan kata lain Emosi adalah perasaan tertentu yang bergejala dan
dialami seseorang serta berpengaruh pada kehidupan manusia itu sendiri, (Purwa
Atmajo prawira, 2016:159)

Dari berbagai pendapat dan ulasan tersebut dapat dikatakan bahwa emosi
adalah perwujudan penolakan seseorang terhadap suatu tekanan yang menghalangi
keinginannya.

Emosi seseorang tidak dapat dilihat secara kasat mata, tetapi dapat dilihat
dari perilaku. Berubahnya perilaku seseorang dari biasanya menunjukan adanya
gejala yang kurang baik. Artinya untuk mengetahui emosi seseorang dapat dilihat
dari gejala-gejala tersebut.

B.GEJALA-GEJALA EMOSI

Gejala adalah suatu tanda yang mengindikasikan sesuatu atau seseorang


tidak berada pada kondisi yang sebenarnya. Misalnya seorang periang tiba-tiba
menjadi pendiam maka dapat dipastikan itu adalah gejala ada sesuatu yang kurang
baik dalam pikirannya. Untuk memastikan gejala tersebut Nurul Azmi (2015:36)
membagi gejala emosi dalam 4 bagian yaitu yaitu 1)Tekanan perasaan, 2) Frustrasi
dan 3) Konflik internal serta 4) Konflik eksternal. Hal ini membuktikan bahwa
emosi seseorang tidak dapat dilihat apalagi dinilai dari satu sisi saja tetapi dari
berbagai bagian.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gejala emosi adalah suatu
perilaku seseorang yang ditimbulkan oleh berbagai aspek. Artinya gejala emosi
tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu jika ingin mengetahui gejala emosi secara
mendalam maka perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI

Emosi sebagaimana unsur psikis lainnya bisa bergejola karena berbagai


aspek. Atas dasar itulah Hastria Effendi (2016:24) mengatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi emosi yaitu: ketegangan (stress), takut, marah,
gembira, muak, dan kecewa. Kompleksnya faktor yang mempengaruhi emosi
mengharuskan kita lebih tenang menghadapinya. Oleh karena itu Disha ladiati
(2016) dalam Purwa Atmajo prawira (2016:163) menyederhanakan faktor-faktor
tersebut menjadi ada dua faktor yaitu, kematangan perilaku emosional dan
kematangan belajar. Kematangan perilaku emosional secara sisiologis di pengaruhi
oleh kelenjar endoktrin yang menghasilkan hormon adrenalin, kelenjar endoktrin
tersebut berkembang sangat cepat ketika anak berusia 5 tahun dan kemudian
melambat ketika anak berusia diatas 5 tahun hinga 11 tahun. Diatas umur 11 tahun
kelenjar endoktrin akan membesar lagi hingga anak berumur 16 tahun.
Perkembangan kelenjar endoktrin yang berpengaruh kuat terhadap emosi dapat
dikendalikan dengan cara memelihara kesehatan fisik dan keseimbangan tubuh.

Kegiatan belajar faktor belajar dinilai lebih penting karena lebih muda
dikendalikan di banding faktor lain. Caranya adalah dengan mengendalikan positif
lingkungan belajarnya guna menjamin pembinaan emosi si anak, pembinaan
dengan belajar juga dibudayakan dengan menghilangkan pola reaksi emosional
yang tidak di dorongkan. Tindakan ini juga sekaligus sebagai usaha preventis bagi
perkembangan anak.

Dari ulasan tersebut dapat dikatakan bahwa gejala-gejala emosi dapat


dilihat dari seberapa besar reaksi seseorang terhadap keadaan yang dihadapinya.
Oleh karena itu jika ingin emosi tidak menggorogoti pikiran kita maka perlu
mengetahui cara mengatasinya.

D.CARA MENGATASI EMOSI


Tak seorangpun manusia yang lahir ke dunia tanpa perasaan emosi. Manusia
tanpa emosi sama halnya manusia tanpa gairah untuk hidup. Meski demikian
emosi yang berlebihan akan memberikan dampak negatif bagi seseorang. Untuk
mereduksi dampat emosi tersebut James C.Coleman (2015:163) menganjurkan
melakukan hal-hal sebagai berikut; 1)bangkitkan rasa humor, 2)peliharalah selalu
emosi-emosi yang positif, 3) senantiasa berorientasi kepada kenyataan dan dan 4)
hilangkan emosi yang negatif.

Rasa humor diyakini dapat mereduksi emosi seseorang karena yang


dibicarakan adalah hal-hal yang menyegarkan pikiran. Emosi positif dapat
membawa seseorang kepada lingkungan yang produktif, dan menerima kenyataan
adalah perilaku yang mumpuni untuk maju serta menghilangkan emosi negatif
adalah cara terbaik untuk mereduksi perselisihan dalam hidup. Sementara itu
Komarudin (2015:46) berpendapat bahwa untuk meminimalisir emosi, seseorang
harus melakukan hal-hal sebagai berikut; a) Memberikan jurnal atau lembar umpan
balik, b) Latihan Imagery, c) diskusi kelompok dan d) menciptakan kondisi
pelatihan yang menyenangkan. Artinya jika kedua teori ini yang menjadi pijakan
untuk berpendapat, maka dapat dikatakan bahwa cara mengatasi emosi cukup
dengan memahami orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Eleng Gemilang, 2014., Hidup seindah Firdaus.Edutama Gowa Sulawesi Selatan.

Gemilang.Jingga.2013.Manajemen Stress dan emosi.Yogyakarta: Mantra books

Hastria Effendi. 2016. Peranan psikologi olahraga dalam meningkatkan prestasi


atlet. Jurnal ilmu pengetahuan sosial

James C.Coleman. 2015. Psikologi pendidikan. PT Bumi Aksara : Jakarta


Komarudin. (2015). Psikologi Olahraga. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Ofset.

Nunuk Nur Shokhiyah,2013 Melukis sebagai media pembentukan kecerdasan


emosional pada remaja,Vol,5,No,1,Juli 2013

Nurul Azmi. 2015. Potensi emosi remaja dan pengembangannya. Jurnal


pendidikan sosial

Prawira, purwa atmajo.2016.Psikologi pendidikan dalam perspektif


baru.Yogyakarta: Ar-ruzz media

Sary, yessy Nur Endah. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : parama


Publishing

Safiruddin Al Baqi’,2015,Ekspresi emosi marah,Fakultas psikologi Universitas


Gadjah Mada,VOLUME 23,NO,1,Juni 2015;22-30

3]TAKUT

Kadar rasa takut manusia tergantung pada manusia itu sendiri. Jika rasa
takutnya lebih dominan daripada berani, maka manusia tersebut dikatakan manusia
penakut. Sebaliknya jika rasa berani lebih dominan daripada rasa takut, maka
manusia tersebut dikategorikan manusia pemberani. Oleh karena itu sering
terungkap kalimat bahwa manusia tergantung apa pikirannya. Artinya tidak mudah
menggolongkan seseorang apakah penakut atau pemberani. Untuk meminimalisir
kesalahan dalam penafsiran sikap seseorang apakah penakut atau pemberani
sebaiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan rasa takut.

A. DEFINISI TAKUT
Takut adalah salah satu kata yang setiap saat menghantui seseorang. Ada
yang terpengaruh dan ada pula yang tidak terpengaruh. Sehubungan dengan
kondisi tersebut Mohamad Surya (2013: 276) mengatakan bahwa takut dan cemas
merupakan suatu reaksi emosional dari individu apabila berhadapan dengan suatu
objek yang dirasakan atau dipersepsi sebagai suatu bahaya yang mengancam
kelangsungan hidupnya. Biasanya tinggi rendahnya reaksi emosional seseorang
tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Davidoft (1991) dalam Nurul Azmi (2015: 39) yang mendefinisikan ketakutan
sebagai sebuah sindorma psikiatris yang dapat diamati dan terjadi sangat kuat.
Artinya dapat dikatakan bahwa perasaan takut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia pada umumnya. Oleh karena itu untuk
mengetahui perasaan takut seseorang dapat diamati melalui perilaku orang
tersebut. Makin stabil perilaku seseorang menghadapi permasalahan makin rendah
rasa takut orang tersebut. Sebaliknya jika perilaku seseorang mudah terganggu oleh
suatu permasalaahan maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut sedang dilanda
rasa takut.

Artinya dengan demikian rasa takut dapat menjadi penghalang sekaligus


sebagai pendorong jiwa seseorang dalam menghadapi permasalahan. Menjadi
penghalang jika perasaan takut lebih dominan daripada perasaan berani. Menjadi
pendorong jika perasaan takut lebih kecil daripada perasaan berani. Seorang
peneliti JB. Watson yang dikutif oleh Djaali (2015: 40) terdapat kutipan menurut
J.B Watson melalui observasi yang dilakukannya, ia mengatakan bahwa rasa takut
seorang adalah hasil dari conditioning.

Fenoemna rasa takut sebenarnya bukan sesuatu yang harus dijadikan beban
dalam hidup, sebab menurut Cokya Aditya (2013 :107) rasa takut adalah hal yang
normal dalam kehidupan asalkan tidak berlarut larut, terlebih menjadi phobia.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasa takut merupakan modal yang
menentukan sukses tidaknya seseorang.
Jika dikaji lebih jauh yang paling penting diketahui dan dikuasai dari rasa
takut adalah bagaimana mendeteksi gejala-gejala rasa takut tersebut. Dengan
memahami gejala-gejala maka kita dapat meminimalisir resiko yang akan timbul.

B. GEJALA-GEJALA TAKUT
Tak seorangpun ahli jiwa dapat memastikan seseorang dalam keadaan takut,
kecuali atas petunjuk atau gejala-gejala yang dinampakkannya, termasuk atlit.
Sehubugan dengan gejala tersebut Arista Kriswantoro (2016:84) mengatakan
terdapat 2 faktor gejala takut pada atlit:

1. Gejala Fisik yaitu:


❖ Adanya perubahan yang dramatis pada tingkahlaku, gelisah dan sulit
tidur.
❖ Terjadinya peregangan otot-otot pundak, leher, perut.
❖ Terjadinya perubahan irama pernapasan
❖ Terjadi kontraksi otot setempat, misalnya dagu, sekitar mata dan
rahang.
2. Gejala Psikis yaitu:
⮚ Gangguan pada perhatian dan konsentrasi
⮚ Perubahan emosi
⮚ Menurunnya rasa percaya diri
⮚ Tidak ada motivasi.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa takut adalah adanya perasaan
tidak nyaman ketika menghadapi suatu masalah. Intinya adalah untuk
meminimalisir rasa takut kita harus mempelajari factor-faktor apa yang menjadi
pemicunya.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RASA TAKUT


Rasa takut berlebihan yang dipicu oleh suatu benda atau kejadian bisa saja
dialami oleh siapapun. Rasa takut terhadap sesuatu pada dasarnya bersifat wajar
atau normal pada semua orang. Namun hal ini bisa menjadi tidak normal apabila
rasa takut mulai berlebihan. Rasa takut yang berlebihan tersebut akan memberikan
tekanan yang pada akhirnya menyebabkan anda gagal. Mengetahui pengertian atau
definisi takut pada dasar dapat mengatasi rasa takut tersebut. Mohamad Surya
(2013: 277) mengatakan bahwa takut terjadi kalau sumber takut berasal dari objek
diluar dirinya dan bersifat kongkrit atau nyata, misalnya takut oleh binatang buas,
takut oleh kenderaan yang lewat, takut oleh api, takut terjatuh dari tempat yang
tinggi.

Lain halnya dalam dunia olahraga, sebagaimana yang dikatakan oleh


sudarta (2010:10) bahwa ketakutkan dalam menghadapi pertandingan disebabkan
oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

⮚ Faktor Internal, yaitu: a) takut akan kegagalan, b) takut akan cedera fisik dan c)
takut akan penilaian social. Penyebab takut pada subjek pertama ini di
karenakan minim pengalamn dan takut bermain buruk dan baru pertama kali
mengikuti sebuah turnamen. Sehingga seorang individu merasakan takut.
⮚ Faktor Eksternal, yakni; 1) takut akan kekuatan tim lawan, 2) takut akan
teriakan penonton dan 3) takut akan kekacauan yang akan terjadi. Penyebab
takut pada subjek kedua ini dikarenakan adanya intimidasi dari penonton,
sorakan, ejekan serta kata-kata yang merendahkan sehingga menimbulkan rasa
takut pada seorang individu.
Jika dikaji lebih jauh maka dapat dikatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi munculnya rasa takut adalah adanya penghakiman terhadap diri
sendiri. Untuk menyiasati rasa takut kita paham betul cara mengatasinya. Sebab,
salah langkah dalam mengatasi masalah bukan mengurangi masalah tapi
menambah rumitnya masalah. Oleh karena itu kita harus paham betul bagaimana
cara mengatasi rasa takut.

D. CARA MENGATASI RASA TAKUT


Setiap orang pasti pernah merasakan apa yang dikatakan takut. Memiliki
rasa takut bukan pertanda bahwa anda lemah. Ketakutan adalah bagian dari naluri
alami manusia untuk bertahan hidup. Rasa takut membantu Anda menyadari
adanya bahaya sehingga muncul keinginan untuk menjauh untuk melindungi diri
dari bahaya tersebut.  Namun, tidak semua rasa takut itu sama. Ketakutan
berlebihan bisa juga berdampak negatif. Oleh karena itu sebelum segalanya
berubah jadi masalah alangkah baiknya kita mengetahui cara mengatasi rasa takut,
sebagaimana yang dikatakan oleh Mohamad Surya (2013: 279) terdiri dari;

⮚ Berfikir secara jernih, objektif dan rasional.


⮚ Mengembangkan kemampuang pengendalian diri.
⮚ Mengembangkan kualitas kemandirian yang tercermin dalam pemahaman diri,
kepercayaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri.
⮚ Mengembangkan perencanaan yang tepat.
⮚ Menciptakan suasana lingkungan yang kondusif dengan cara menghindari
lingkungan-lingkungan yang banyak menimbulkan ancaman tertentu sebagai
sumber takut, yang mengembangkan lingkungan yang baik.
⮚ Mengembangkan kontak dan interaksi sosial yang baik.
⮚ Kualitas keimanan dan ketakwaan.

Sementara itu menurut Dona Fitri Annisa (2016:22) rasa takut dapat diatasi
dengan; a) bersikap optimis atau percaya diri, b) belajar dari pengalaman, c)
berbicara dengan teman, d) banyak berdoa dan e) tenangkan pikiran. Atas dasar
pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa untuk mengatasi rasa takut
yaitu dengan memperbanyak komunikasi dan berdoa.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya coky.2013.terapi beragam masalah emosi harian.sabil.banguntapan


Jogjakarta.

Anisa, Fitri, Dona. 2016. Konsep Ketakutan Pada Lanjut Usia : Tidak Diterbitkan.

Arista Kiswantoro, Pembinaan mental bagi atlit untuk membantu pengendalian


ketakutan dan agresifitas. Jurnal Konseling Gusjigang Volume 2.Nomor 1
ISSN 2460-1187. Online ISSN 2502-28ix. Program studi bimbingan dan
konseling FKIP Universitas Muria Kudus.
Dahlan, Ahmad. 2015. Jurnal konsep psikilog. Vol 4, No.1,

Djaall.2015.Psikologi Pendidikan.Jakarta:PT Bumi Askara

Fitia dona, Anisa. 2016. Jurnal konsep ketakutan Vol 5, No. 2. Dalam http://

Mohamad Surya.2013.Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi:Bandung:Alfabeta

Nurul Azmi.2015.Potensi Emosional Remaja dan Pengembangannya.Jurnal


Pendidikan Sosial

4]JENUH

Jenuh adalah musuh yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan dari profesi
apapun. Tak seorangpun manusia dimuka bumi ini yang bisa menghindar dari rasa
jenuh meski tak menyukainya. Artinya jenuh adalah suatu keadaan dimana
seseorang merasa tak memiliki pilihan kecuali pasrah. Kondisi ini bisa terjadi
dalam profesi apapun termasuk olahraga. Oleh karena itu perlu kita mengetahui
apa sebenarnya yang dimaksud jenuh.

A. DEFINISI JENUH ATAU BOSAN


Tawaran pihak sponsor yang sangat menggiurkan bagi atlit berprestasi
dalam bentuk hadiah bagi pemenang telah memicu bergulirnya kompetisi seakan
tanpa henti. Regulasi kompetisi yang sangat padat sepanjang tahun memaksa atlit
berlatih sekuat tenaga. Susihono (2014:36) mengatakan bahwa bertanding dan
bertanding dari satu Kota ke Kota lain atau dari satu Negara ke Negara lain yang
dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama tanpa adanya variasi
kerja akan memberikan dampak kebosanan. Kondisi ini dapat dilihat dari
kesalahan yang disebabkan oleh gerakan fungsi tubuh yang kurang dikoordinasi
dengan baik atau terjadinya penurunan kondisi fisiologis tubuh pekerja dan atlet.
Jika kondisi ini menimpa atlit maka dapat dipastikan akan terjadi permasalahan
yang sangat rumit.

Smith dalam Rachman Widohardono (2017:177) berpendapat bahwa


kejenuhan sebagai suatu sikap menarik diri secara emosional, psikologis, dan fisik
dari aktivitas-aktivitas yang sebelumnya menyenangkan baginya dikarenakan
stress kronis yang dialami. Fenomena ini bisa menimpa siapa saja termasuk atlit.
Dalam konteks olahraga definisi tersebut menjelaskan perilaku atlit yang
mengalami kejenuhan yang dicirikan dengan sikap menarik diri dalam aktivitas
olahraga yang dia geluti. Sikap menarik diri tersebut tidak harus penarikan diri
secara fisik, misalnya dengan bolos latihan atau enggan mengikuti pertandingan
atau kompetisi. Namun disisi lain dapat berupa sikap pasif dan acuh tak acuh
ketika mengikuti latihan dan pertandingan. Sebenarnya gejala ini merupakan hal
yang biasa terjadi. Namun hal ini dapat menjadi masalah yang sulit, ketika
kebosanan terjadi secara terus menerus, demikian pendapat yang dikemukakan
oleh Soryo Leksono (2016 : 14).

Artinya jenuh dapat memberikan efek yang tidak baik bila selalu mendera
seseorang. Oleh karena itu jenuh dapat dikatakan sebagai musuh yang terselubung
dan dapat meledak setiap waktu. Kondisi ini menggambarkan bahwa jenuh bersifat
tentatif atau dengan kata lain situasional. Muhiddin Susihono ( 2012 : 182 )
berpendapat bahwa secara harifan junuh ialah, padat atau penuh sehingga tidak
mampu lagi memuat apapun, setelah itu, jenuh juga dapat berarti jenuh atau bosan,
dalam belajar atau berlatih. Akhirnya dapat dikatakan bahwa jenuh adalah situasi
memaksa seseorang untuk mengabaikan keinginannya. Untuk meminimalisir rasa
jenuh kita perlu mengatahui berbagai hal yang ada kaitannya, misalnya gejala-
gejala, faktor yang mempengaruhi rasa jenuh serta cara mengatasinya.
B. GEJALA-GEJALA RASA BOSAN ATAU JENUH
Rasa bosan atau jenuh merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia
sejak lahir. Berkembang tidaknya rasa bosan atau jenuh tergantung pada diri
masing-masing individu. Rasa bosan akan hadir dengan sendirinya jika manusia
terjebak dengan rutinitas. Dalam dunia olahraga rasa bosan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam mengembangkan prestasi. Seorang atlit dapat
menggapai prestasi puncak bila ia tekun melakoni latihan dan mengikuti kompetisi.

Rutinitas latihan dari hari ke hari merupakan pekerjaan yang sangat


menguras tenaga dan pikiran bagi yang melakoninya. Demikian halnya dengan
kompetisi dari satu daerah ke daerah lain dari satu tempat ke tempat yang lain
sangat memungkinkan seorang atlit untuk dibelenggu rasa bosan atau jenuh.
Meski demikian rasa bosan atau jenuh tidak dapat dilihat dengan kasat mata
melainkan hanya melalui tanda-tanda atau hejala-gejala diperlihatkan seorang atlit.
Bericara gejala atau tanda-tanda bosan menurut Mohamad Bambang Hermanto
(2016:3-4) dapat dilihat dari dari 3 aspek yaitu:

a) Tidak serius latihan, artinya tetap ikut latihan tapi tidak memperhatikan
instruksi pelatih.
b) Banyak bergurau pada saat latihan, tidak peduli dengan suasana latihan,
baginya latihan bukan hal yang penting.
c) Program latihan yang kurang bervariasi, yaitu program latihan menotot atau
itu-itu saja.
Berdasarkan berbagai argumen dan pendapat saya dapat dikatakan bahwa
rasa bosan atau jenuh adalah salah satu aspek mental yang turut berpengaruh pada
penampilan atlit.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RASA BOSAN


Manusia umumnya terlahir dengan bakat masing-masing. Ada yang terlahir
sebagai olahragwan dan juga yang terlahir sebagai seniman dan lain sebagainya.
Terlahir sebagai olahragawan maka masalah utama yang senantiasa mewarnai
kehidupannya adalah tuntutan untuk berprestasi. Untuk mencapai prestasi dalam
olahraga kuncinya yaitu latihan dan bertanding. Atlit yang ingin berprestasi harus
mampu melakukan kedua hal tersebut secara berkesinambungan. Latihan tanpa
pertandingan terasa hampa dan pertandingan tanpa latihan terasa sia-sia . Atlit
yang menekuni olahraga tentu diharapkan bisa melakoni kedua hal tersebut secara
rutin.

Rutinitas berlatih dan bertanding merupakan sesuatu yang normal-normal


saja. Meski demikian, tidak berarti tidak ada masalah. Latihan tiap hari dan
bertanding setiap bulan tentu membutuhkan persiapan mental yang prima. Berlatih
dan bertanding yang berlangsung lama dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh
bagi atlit itu sendiri. Suryo leksono (2016:19) mengatakan bahwa terdapat 3 hal
yang membuat pemain jenuh atau bosan yaitu; latihan, permainan dan teman.

⮚ Latihan, yang mempengaruhi rasa bosan dalam latihan sepak bola iyalah, ketika
latihan yang di lakukan, hanyalah gerak itu itu saja, maksudnya latihan yang di
lakukan tidak ada perubahan, cara latihanya hanya begitu begitu saja. Sehingga
akan menimbulkan rasa bosan atau jenuh pada seorang pemain tersebut.
⮚ Permainan, juga masuk pada rasa bosan, pada seorang pe sepak bola karena
ketika dalam suatu permainan tidak ada peningkatan maka akan
menimbulkan rasa bosan pada seorang pemain tersebut.
⮚ Teman, juga dapat menimbulkan rasa bosan di karenakan ketika di suatu
pertandingan pasangan pemain tidak sesuai dengan kemampuanya dengan
pemain yang lain maka akan menyebabkan timbulnya rasa bosan pada
seorang temanya tersebut.

Chaplin dalam Muhibbin Syah (2012:12), faktor yang mempengaruhi


kebosanan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: kehilangan motivasi dan kehilangan
konsolidasi. Biasanya atlit yang kehilangan motivasi dapat dilihat dari rendahnya
minat untuk menang dalam pertandingan. Kehadiran dilapangan hanya sekedar
memenuhi jadwal pertandingan yang telah disusun oleh panitia. Sementara
kehilangan konsolidasi yaitu keterlibatannya bukan dikarenakan dia ingin
melakukannya, namun karena beberapa alasan tetentu sehingga memutuskan
untuk tetap terlibat dan menjadi atlit. Hal ini bisa terjadi karena melakukan
pekerjaan secara monoton, berulang-ulang serta pelaksanaan atau kegiatan yang
tidak menarik membuat seseorang menajdi bosan sebagaimana yang dikemukakan
oleh Anies dalam Hendri Suryo Leksono (2016:14). Dari berbagai pendapat
tersebut dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruh rasa jenuh yaitu
kepekaan seseorang terhadap rutunitas hidup. Agar tidak terpasung dengan
kepekaan terhadap rasa bosan kita harus mengetahui dan menguasai cara atau
teknik menanggulagi rasa bosan tersebut.

D. CARA MENANGGULANGI ATAU MENGATASI BOSAN ATAU


JENUH
Setiap orang mempunyai cara sendiri-sendiri dalam mengatasi rasa bosan
atau jenuh. Ada yang mengatasi rasa bosan dengan rekreasi ada pula yang
meninggalkan hobinya untuk selama-lamanya. Suryo leksono (2016:18)
berpendapat bahwa untuk mengatasi kebosanan dalam kerja, spesialisasi pekerjaan
di perlukan solusi yang tepat, misalnya melakukan variasi dalam pekerjaan,
mengubah tugas, meningkatkan rangsangan mental pekerja atau gairah, sehingga
dapat meningkatkan kinerja dalam perusahaan. Jika hal ini dilakukan secara
saksama maka dapat dipastikan rasa bosan atau jenuh berangsur-angsur akan
hilang.

Dalam dunia olahraga untuk mengusir rasa jenuh atau bosan diatasi dengan
program transisi. Pelatih yang paham program latihan pasti akan menuangkan
program transisi dalam program latihan. Tujuan utama program latihan transisi
adalah mengalihkan suasana yang membelenggu atlit selama latihan ke tempat
yang lain dengan suasana yang berbeda. Gould & Dieffenbach,2002, dalam
Rachman Widohardhono (2017:183-184) yaitu:

1. Atlit sebaiknya mengembangkan awareness terkait kondisinya. Atlit


harus peka terhadap kondisi dirinya sendiri, misalnya apakah dia sedang
dalam kondisi fisik yang prima atau tidak, kualitas istirahatnya seperti
apa, dan kondisi psikologinya bagaimana. Ini penting agar atlit dapat
melakukan tindakan-tindakan selanjutnya untuk mengatasi kondisi-
kondisi yang mengganggu dirinya menunjukan performa optimal.
2. Meskipun latihan memiliki peran krusial dalam pengembangan
kemampuan dan keterampilan atlit, namun jumlah dan jadwal latihan
yang terlalu berat dapat membuat atlit mudah merasakan kejenuhan. Oleh
karena itu, sebaiknya seimbangkan antara jadwal dan intensitas latihan
dengan periode recovery atau istirahat. Tujuannya supaya kondisi pisik
dan psikologis atlit tidak rentan mengalami kelelahan yang ekstrim.
3. Sebaiknya atlit memahami alasan keterilabatannya menjadi seorang atlit
bukan membahagian orang lain (seperti orang tua, keluarga, atau pelatih)
melainkan karena dia berminat dan ingin berpartisipasi dalam cabang
olahraga yang sedang dia ikuti lebih mungkin untuk tidak
mengembangkan kejenuhan.
4. Dukungan sosial sangat diperlukan bagi atlit agar dia merasa bahwa dia
tidak sendirian dalam berusaha untuk meraih prestasi. Adanya dukungan
dari orang-orang dekatnya, misalnya pelatih, orang tua, keluarga, dan
teman-teman, membuat atlit dapat menceritakan tekanan-tekanan yang
dia rasakan dan pikirkan kepada orang lain sehingga ketegangan dan
bebannya terasa ringan daripada saat dia merasa tidak memiliki seorang
pun untuk menjadi tempat bercerita dan berdiskusi.
5. Karena kejenuhan berkaitan dengan stress, terutama stress kronis, maka
alit dapat mempelajari dan mempraktikkan beberapa strategi manajemn
stress, seperti progressive muscle relaxation, autogenic training, self-
hyponosis, imagery training, self-talk, mindfulness meditation, dan goal
setting.

Sementara menurut Rea dan Hadi dalam Hendri Suryo Leksono (2016:17),
menjelaskan bahwa solusi mengatasi kebosanan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
cuti dan refresing. Artinya dapat dikatakan bahwa cara mengatasi rasa bosan
cukup mengalihkan kebiasaan lama untuk sementara waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Hendi Suryo Leksono . 2016 . kebosanan kerja peningkatan stres dan penurunan
kinerja kariawan dalam spesialisasi pekerjaan

Hendri Suryo (2016) Kebosanan Kerja: Peningkatan Stres dan Penurunan


Kinerja Karyawan Dalam Spesialisasi Pekerjaan Universitas Ma Chung
Malang.

Hermanto bambang muhamad 2016. Tingkat usaha mengatasi kejenuhan pada


atlet atletik kelas khusus olahraga (KKO) dan atlet pembinaan dan
latihan olahraga pelajar (PPLP) daerah istimewah yogyakarta. Jurnal
:Yogyakarta

Muhibbin Syeh .2012. psikologi belajar. PT RAJA GRAFINDO PERSADA.


JAKARTA
Wahyu Susino. 2014. Asessnent kebosanan kerja kariyawan sebagain dasar
evaluasi kinerja spek task, organisasi dan lingkungan perusahaan studi
kasus di kawasan industri tanggerang banten.

5]KECEWA

Suka atau tidak suka setiap manusia pasti dihadapkan pada sebuah masalah,
misalnya rasa kecewa. Kekecewaan merupakan reaksi atas ketidaksesuaian antara
ekspektasi dengan realita. Ada pula yang mengatakan kecewa adalah ungkapan
terbelenggunya harapan. Untuk meminimalisir pemahaman terhadap kecewa kita
perlu mengetahui pendapat para ahli tentang kecewa tersebut.

A. DEFENISI TENTANG KECEWA


Perasaan kecewa pada umumnya berawal dari tidak terpenuhinya keinginan
seseorang. Besarnya ekspektasi dari setiap usaha atau kegiatan biasanya berakibat
pada rasa kecewa. Dalam dunia olahraga fenomena ini sering terjadi dan tidak
sedikit menimbulkan rasa kecewa bagi atlit bahkan penonton sekalipun turut
merasakannya. Kondisi sering terjadi pada saat partai Final dimana pemain
Indonesia berlaga didalamnya, besarnya harapan masyarakat pada sebuah
kemenangan tapi tiba-tiba pemain Indonesia justru kalah. Sehubungan dengan hal
tersebut Feibe Permatasari Karundeng (2013:639) mengatakan kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan
antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu hasil.
Setiap manusia yg terlahir ke dunia ini pasti memiliki kepribadian dan
memiliki karakteristik yg berbeda,bahkan di dalam suatu keluarga yg memiliki
anak kembar tetap akan ada perbedaan karakterisik oleh si kembar tersebut. Ada
kepribadian suka bergaul dan ada juga yang lebih suka menyendiri serta sulit
bergaul. Dalam dunia psikologis dikenal pribadi yang melankolis, yaitu sifat yang
mudah kecewa. Artinya kecewa adalah bagian dari pribadi seseorang. Rasa kecewa
seseorang akan muncul bila harapan dan kenyataan tidak sejalan. Bagus Handoko
(2017:70) mengatakan ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul
apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai dengan
harapannya. Secara etimilogi layanan adalah tindakan pemberian kepuasaan
terhadap konsumen. Makin baik layanan terhadap konsumen makin kecil potensi
untuk kecewa. Eswika Nilasari dan Istiatin (2015:4) mengatakan apabila kinerja
dibawah harapan, maka konsumen akan kecewa. Jika kita pahami secara saksama
berbagai pendapat para ahli dapat dikatakan bahwa kecewa adalah tidak
terpenuhinya hajat seseorang dalam suatu usaha. Untuk memperkuat pemahaman
terhadap kecewa kita perlu mengetahui gejala atau tanda-tanda yang diperlihatkan
seseorang atau sekelompok orang.
B. GEJALA-GEJALA KECEWA
Kecewa adalah fenomena yang sangat manusiawi, begitu anda sadar dari
tidur, mungkin rasa kecewa menyelinyap merusak pagi anda. Tak seorangpun
dapat memastikan saudara dalam keadaan kecewa. Umumnya kita hanya dapat
menyimpulkan seseorang dalam keadaan kecewa berdasarkan tanda-tanda atau
gejala yang diperlihatkan. Bernadeta Dhaniswara Widyaningsih (2013:130)
mengatakan bahwa gejala-gejala kecewa dari segi pisik yaitu:

A. Sulit tidur
B. Badan gemetar
C. Mengeluarkan keringat secara berlebihan
D. Otot menjadi tegang
E. Jantung berdebar
F. Sesak napas
G. Lelah
H. Sakit perut atau kepala
I. Pusing
J. Mulut terasa kering
K. Kesemutan
Atas dasar pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa gejala kecewa yaitu
terganggunya unsure pisik seseorang. Artinya pisik merupakan petunjuk untuk
mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi rasa kecewa.
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECEWA
Rasa kecewa bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari hal-hal yang
kelihatannya sangat biasa, menjadi besar dan akhirnya menyiksa perasaan. Faktor
penyebab utama timbulnya kekecewaan ialah karena target yang kita tentukan
terhadap sesuatu atau seseorang tidak terpenuhi, sehingga seringkali kita ingin
menyalahkan sesuatu atau menghakimi orang lain. Bahkan, tidak sedikit yang
mengungkapkan rasa kekecewaannya dengan kata-kata maupun tindakan yang
kadangkala tidak sepatutnya. Oleh karena itu Usaman Ismail (2013:1) berpendapat
bahwa rasa kecewa disebabkan beberapa hal antara lain:

1. Ferfeksionis.
Menjadi seseoran yang bersifat ferfeksionis, berkaitan dengan kualitas
hasil yang dilakukannya mungkin akan berubah positif. Namaun tunggu
dulu, seseorang ferfeksionis justru menjadi salah satu penyebab seseorang
akan mudah mengalami kekecewaan.

2. Salah memeknai kegagalan.

Banyak hal yang dapat menjadi tolak ukur kegagalan, tergantung tiap
individu (orang) memaknai standar dimana iya merasa gagal. Kesalahan
memaknai kegagalan dapat menjadi penyebab orang menjadi kecewa,
beberapa orang beranggapan kegagalan adalah putusnya harapan mencapai
tujuan.

3. Terlalu percaya diri (overconfidence)


Merasa bahwa semua akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat, justru akan memperbesar resiko ‘dibekap’ rasa kecewa. Pada saat
hasil yang diharapkan justru berbalik dengan harapan, maka pastinya orang
dengan rasa percaya diri terlalu tinggi mudah mengalami kekecewaan.

4. Harapan tidak realistis.

Penyabab kekecewaan yang satu ini, tanpa didasari sering dilakukan


oleh kita. Terkadang harapan yang tinggi terhadapa suatu tujuan, tanpa
disertai dengan usaha maksimal, situasi dan kondisi tidak ideal serta faktor-
faktor penghambat yang diabaikan mengharapkan diri pada kegagalan
akibatnya, kecewa.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kecewa menurut saya
adalah karena tidak siapnya seseorang menerima hasil yang terburuk. Agar kecewa
tidak terlalu lama mendera kita, maka kita harus tahu cara mengatasinya.

D. CARA MENGATASI RASA KECEWA


Kekcewaan yang tersimpan, mendalam dan terpendam dapat menumbuhkan
dendam dan penyakit kronik. Oleh karena itu sekecil apa pun, sebesar apa pun,
kecewa itu harus diatasi, disembuhkan dan dihilangkan karena itu akan menjadi
ganjalan perasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik juga psikis kita.
Setiap orang mempunyai cara tersendiri dalam menyikapi rasa kecewa. Artinya
melampiaskan rasa kecewa, semua orang pasti bisa melakukannya. Meski rasa
kecewa merupakan emosi yang biasa dialami, ada baiknya kita berupaya untuk
bisa mengatasinya. Usman Ismail (2013:1) mengatakan terdapat 4 cara mengatasi
rasa kecewa, yaitu:

1. Bila kita termasuk orang yang perfeksionis, maka saatnya untuk anda hidup
didunia nyata, yang didalamnya tidak ada yang sempurna.
2. Cara menghindari kekecewaan akibat persepsi yang salah tentang kegagalan,
yaitu dengan memperbanyak intropeksi diri dan melakukan pembenahan
terhadap latar belakan penyebab kegagalan tersebut.
3. Jika anda termasuk orang yang terlalu percaya diri (overconvidence), merasa
bahwa semua “pasti” akan berjalan dengan sesuai rencana yang telah dibuat
sebaiknya anda jauhi pemikiranseperti itu mulailah berpikir lebih realistis bahwa
ketidakpastian adalah suatu hal yang selalu ada, dan menyiapkan rencana
cadangan untuk menghadapinya.
4. Jika anda juga kecewa karena harapan tidak realistis maka mulai sekarang
cobalah untuk mengukur kembali kemampuan diri, merasakan penyelesaian
tujuan dengan lebih memperhatikan segala kemungkinan, tidak lupa pula
disertai dengan usaha yang maksimal.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat dikatakan bahwa cara
mengatasi rasa kecewa tergatung pada teknik mengelola rasa kecewa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus Handoko, 2017, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, Vol. 18, No. 01.

Bernadeta Dhaniswara Widyaningsih. 2013., Gambaran Proses Pemulihan


Penderita Gangguan Mental. Wijaya Warta No.01. Tahun XXXV II. ISSN
0854-1981.

Eswika Nilasari dan Istiatin, 2015, Jurnal Pradigma, Vol. 13, No. 01

Faibe Permatasari Karundeng, 2013, Jurnal EMBA, Vol. 1, No. 3

Usaman Ismail, 2013, penyebab kecewa dan cara mengatasnya, online, http://
www.spesialistips.com

Witono Hidayat, 2017, buku pintar Bola Voli, Anugrah, Jakarta


.

6]DEPRESI

Setiap orang dalam hidupnya berpeluang mengalami depresi. Meski


memiliki dampak negatif tapi tak seorangpun dapat menghindarinya. Oleh
karena itu cara yang terbaik mengatasinya adalah dengan mempelajari definisi,
gejala, faktor-faktor yang mempengaruhi serta cara mengatasi depresi tersebut.

A. DEFINISI DEPRESI
Depresi adalah salah satu kata yang sering menghantui perjalanan hidup
seseorang tidak terkecuali olahragawan maupun olahragawati. Dahsatnya
depresi bisa mempengaruhi pikiran, perasaan yang pada akhirnya membuat
seseorang kalut. Grasha dan Kiechen Baum (1980) dalam Zulfam Saam
(2012:137) depresi adalah kesedihan dan kekhawatiran dalam waktu yang
cukup lama yang disertai oleh perasaan tidak berharga. Bahkan tidak sedikit
orang yang mengalami depresi merasa dirinya tidak berharga, putus harapan
dan yang paling menyedihkan adalah tidak menyukai lagi apa yang pernah
disukai sebelumnya.

Kenyataan menunjukkan bahwa tidak tertutup kemungkinan seseorang


yang depresi berat nekat bunuh diri. Mohammad surya, ( 2013 : 293 )
menjelaskan istilah depresi digunakan untuk menamai bentuk gejala gangguan
mental pada aspek efektif, atau emosional yang ditandai dengan tekanan
perasaan yang amat mendalam. Hal ini bisa terjadi karena depresi adalah
bentuk suatu yang lebih dari sekedar perubahan emosi sementara, depresi
bukanlah kondisi yang bisa di ubah dengan cepat atau secara langsung,(Dadang
hawari, 2013 : 147). Depresi adalah suatu kelompok penyakit sesungguhnya
yang sedikit berbeda dari sekedar merasa sedih yang disebabkan oleh suatu
yang terjadi, (Nicola morgan, 2014 : 47 ). Artinya dengan berbagai pemahaman
dan penjelasan. Untuk mebuktikannya kita perlu mengetahui dan memahami
gejala dapat dikatakan bahwa depresi adalah tertekannya perasaan seseorang
akibat pikirannya sendiri -gejala dari depresi tersebut.

B.GEJALA-GEJALA DEPRESI
Perubahan psikis, pisik dan perilaku sosial seseorang secara tiba-tiba
biasanya menunjukan adanya gejala depresi. Ada yang memperlihatkan gejala
depresi yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya
gejala bervariasi pada individu dan juga bervariasi dari waktu ke waktu. Tanda-
tanda depresi jauh lebih rumit daripada gejala stres. Kemunculannya pun bisa
bertahap sehingga sulit untuk benar-benar menyadari kapan depresi pertama kali
menyerang. Dadang Hawari (2013:148) berpendapat bahwa gejala depresi dapat
dilihat dari 2 apek yaitu:
1. Aspek psikis
✔ Kehilangan selera untuk menikmati hobi
✔ Merasa sedih secara berkepanjangan
✔ Mudah merasa cemas
✔ Merasa hidup ini tidak ada harapan
✔ Mudah menangis
✔ Merasa sangat bersalah, tidak berharga, dan tidak berdaya
✔ Tidak percaya diri
✔ Menjadi sangat sensitif atau mudah marah terhadap orang-orang disekitar
✔ Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
✔ Berfikir atau mencoba bunuh diri
2. Aspek pisik
✔ Badan selalu merasa lelah
✔ Gangguan pada pola tidur
✔ Merasakan berbagai rasa sakit
✔ Tidak berselera untuk melakukan hubungan seksual
✔ Bergerak atau berbicara lebih lambat
✔ Merasa tidak bisa beristirahat atau kesulitan untuk duduk diam
✔ Sakit kepala
✔ Mengalami keram.
Sementara menurut Namora Lumangga Lubis (2009:22-25) gejala depresi terdiri
atas 3 bagian yaitu:

1. Gejala Pisik
a.  Gangguan pola tidur, misalnya sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu
sedikit tidur
b. Menurunya tingkat aktivitas. Orang yang depresi menunjukkan perilaku
yang pasif, misalnya menonton tv, makan dan tidur.
c.   Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena deperesi akan sulit
mengfokuskan perhatian atau fikiran pada suatu hal atau pekerjaan.
d.   Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan
kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya.
e.   Mudah merasa letih dan sakit. Karena depresi itu sendiri adalah perasaan
negatif .
2. Gejala Psikis
a.  Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami
depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif.
b.  Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala
sesuatu dengan dirinya.
c.   Merasa diri tidak berguna. Peraaan tidak berguna ini muncul karena
mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama dibidang atau
lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.
d.  Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran
orang yang mengalami depresi.
e.   Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas
kekusahan yang dialaminya.
3. Gejala Sosial
Depresi sebenarnya berasal dari diri sendiri dan pada akhirnya
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Lingkungan akan bereaksi
terhadap perilaku orang yang depresi yang pada umumnya negatif (mudah
marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, dan mudah sakit).
Problem sosial biasanya terjadi pada masalah interaksi dengan rekan kerja,
atasan atau bawahan. Masalah tersebut tidak hanya berbentuk konflik,
namun masalah lain seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada
diantara kelompok. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan
secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan. 

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat dikatakan bahwa


gejala-gejala depresi dapat dilihat berubah perilaku seseorang dari biasanya.
Agar depresi tidak menjadi momok yang menakutkan maka kita perlu
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhinya.

C. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEPRESI


Agar anda mampu mengubah dan mengendalikan pikiran negatif yang
membuat anda terpasung dalam siklus depresi, alangkah baiknya anda
mengenali factor-faktor yang menjadi penyebab utama munculnya dpresi.
Menurut mohammad surya, ( 2013 ; 296 ) secara psikologis depresi terjadi
karena interaksi antara peristiwa yang terjadi tiba tiba dan menekan dengan
beberapa cirri pribadi yang memadai cotohnya ; a). kegagalan dalam
mencapi tujuan, b). kehilangan sesuatu yang amat dicitainya, c). ketegangan
yang datang dari lingkungan , d). kiritikan kritikan dari pihak lain, e).
ancaman dari lingkungan atau pihak lain, f). paksaan untuk melakukan
sesuatu tindakan. Pendapat lain diungkapkan oleh Namora Lumangga lubis
(2009:62-84) bahwa factor penyebab depresi secara umum terbagi 2 bagan
utama yaitu faktor pisik dan psikologis.

Secaca pisik yaitu,


a. Faktor Genetik: Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita
depresi berat memiliki resiko lebih besar menderita gangguan depresi
daripada masyarakat pada umumnya.

b. Susunan Kimia Otak dan Tubuh: Beberapa bahan kimia di dalam otak dan
tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita.

c.  Faktor Usia: Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia


muda yaitu remaja dan orang dewasa jauh lebih banyak terkena depresi.

d. Gender: Wanita dua kali lebih sering terdiagnosa menderita depresi


daripada pria.

e.  Gaya Hidup: Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak
pada penyakit misalnya penyakit jantung juga bisa memicu kecemasan
dan depresi.

f.  Penyakit fisik: Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi.

g. Obat-Obatan: Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat


menyebabkan depresi.

h. Obat-Obatan Terlarang: Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat


menyebabkan depresi karena memengaruhi kimia dalam otak dan
menimbulkan ketergantungan.

Faktor Psikologis

a. Kepribadian: aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya


depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi.

b. Pola Pikir: Seseorang yang merasa negatif mengenai diri sendiri rentan
terkena depresi.

c. Harga Diri: Harga diri merupakan salah satu faktor yang menentukan
perilaku individu.

d.Stres:  Stres berat itu juga menyebabkan depresi.

e. Lingkungan Keluarga: misalnya kehilangan orang tua ketika masih anak-


anak, penyiksaan fisik dan seksual ketika kecil.
f. Penyakit Jangka Panjang: Orang-orang yang sakit keras rentan terhadap
depresi saat mereka dipaksa dalam posisi dimana mereka tidak berdaya.

Atas pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa faktor-


faktor yang mempengaruhi depresi yaitu genetika dan lingkungan.

D.CARA MENGATASI DEPRESI

Depresi merupakan indikasi bahwa anda memiliki masalah dalam diri anda
yang harus anda temukan solusinya. Meskipun depresi bersifat individual tapi
pengangannya dapat dilakukan secara universal. Indikator penangan depresi dapat
dilakukan secara universal yaitu adanya perbedaan pendapat dari para ahli dalam
menanganinya. Menurut Mohamad Surya (2013: 297-298) cara mengatasi depresi
yaitu:

1.) Lebih banyak melakukan aktifitas yang berguna dan emberikan rasa puas
sehingga dapat mencegah atau memperbaiki keadaan depresi.
2.) Melakukan kegiatan yang menyenangkan
3.) Lebih banyak bertindak atas dasar penalaran (bersifat rasional) ketimbang
atas dasar perasaan ( bersifat emosional ).
4.) Lebih meningkatkan kekuatan sendiri ( ego strength) antara lain kekuatan
dalam keterbukaan diri, pemahaman diri, dan kepercayaan diri.
5.) Meningkatkan penguasaan keterampilan keterampilan sosial, yang meliputi
keterampilan dalam berinteraksi dengan orang lain.
6.) Meningkatkan keterampilan spiritual, atau lebih meningkatkan pada kadar
kehidupan keagamaan
7.) Meningkatkan keterampilan intelektual, dengan terus menerus menambah
pengetahuan melalui berbagai kesempatan.

Sementara Namora Lumangga (2009:141) mengatakan bahwa 10


komponen untuk mengatasi depresi yaitu:

a. Obat Antidepresan
b. CBT(Cognitive Behavior Therapy) : Pendekatan CBT memusatkan perhatian
pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan
psikologi klien.
c. Terapi Interpersonal: Bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada
hubungan antara orang-orang dengan perkembangan sintom penyakit kejiwaan.
d. Konseling Kelompok dan Dukungan Sosial: pelaksanaan wawancara komseling
yang dilakukan antara seorang konselor dengan beberapa pasien sekaligus dalam
kelompok kecil.
e. Berolahraga
f. Mengatur Pola Makan
g. Terapi Humor
h. Berdo’a
i.  Hidroterapi dan Hidrotermal
j.  Menolong Orang yang Sedang Menderita Depresi

Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa cara mengatasi depresi
yaitu berolahraga, mengatur pola makan dan berdoa.

DAFTAR PUSTAKA

Dadang hawari, 2013)., Menajemen sters, cemas dan depresi. Fakultas


kedokteran ;universitas Indonesia

Mohammad surya, 2013., Psikologi konsep guru dan aplikasi alvabeta, cv Jl


Gegerkalong hilir No.84 ; Bandung

Namora Lumangga lubis, 2009., Depresi Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana.


Nicola morgan, 2014., Panduan mengatasi stress bagi remaja. Jl.Ir.H, Juanda no.5 ;
ciputat

Saam Zulfam . 2012. psikologi keperawatan. PT Raja Grafindo Persada . Jakarta


7]TIDAK PECAYA DIRI

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kepercayaan


diri, misalnya menjadi bagian dari suatu kegiatan. Penyertaan diri pada suatu
kegiatan secara tidak langsung memaksa kita untuk berbuat meskipun belum
tentu benar. Memang hampir semua orang mengalami rasa tidak percaya diri
dalam melakukan sesuatu yang baru, namun bukan berarti kita membiarkan dan
abaikan semua tekanan yang mengakibatkan rasa percaya diri itu tidak ada
didalam diri Anda. Jika kita belum mengetahui tentang apa yang menjadi
penyebab ketidakpercayaan diri, maka yang harus kita lakukan adalah dengan
memahami apa dimaksdu dengan tidak percaya diri.

A. DEPINISI TIDAK PERCAYA DIRI


Tidak sedikit atlit gagal dalam suatu pertandingan karena dirinya
sendiri. Umumnya atlit seperti ini memiliki konsep diri negatif, kurang
percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Sang Budha
563-483 SM dalam Eleng Gemilang (2014:15) mengatakan bahwa diri kita
adalah akibat dari apa yang sudah kita pikirkan. Pendapat ini mengingatkan
kepada kita semua agar memperlakukan diri sendiri sebagaimana mestinya.
Tohmas Alva Edison dalam Eleng Gemilang (2014:17) mengatakan bahwa
selalu ada jalan untuk melakukan yang lebih baik, temukanlah.
Mindset adalah penyebab sebahagian orang gagal dalam menajalani
kehidupannya. Ceyhan dkk (2013) dalam Getrudis Guna Putri dkk
(2013:13) mengatakan bahwa orang yang mengalami kesulitan dalam
penerimaan diri tidak menyukai karakteristik mereka sendiri, merasa diri
mereka tidak berguna dan tidak percaya diri. Artinya orang yang tidak
percaya diri sama halnya tidak menghargai diri sendiri. Sehubungan dengan
hal tersebut Apta Mylsidayu (2015:107) berpendapat bahwa kurang percaya
diri adalah meragunakan kemampuan sendiri, akhirnya menjadi hambatan
untuk mencapai prestasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurang
percaya diri adalah minimnya kepercayaan pada potensi diri sendiri. Oleh
karena itu kita harus memahami potensi yang kita miliki. Salah satu cara
memahami potensi diri yaitu dengan mempelajari gejala-gejala yang
ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. GEJALA-GEJALA TIDAK PERCAYA DIRI


Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang
percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Kondisi bisa
menimpa siapa saja tidak terkecuali atlit atau olahragawan. Apta mylsidayu :
( 2015 : 107 ) mengatakan anak didik/atlet akan merasa kurang
mampu/kurang percaya atas kemampuannya apabila mengalami kegagalan,
akibatnya, mudah putus asa dan apabila di tuntut untuk berprestasi lebih
tinggi maka akan mengalami frustasi. Sementara itu Menurut Swallow
(2000) dalam Endah Rahayuningdyah (2016:2) menyebutkan cirri-ciri
seorang yang pemalu dan kurang percaya diri adalah menghindari kontak
mata, tidak mau melakukan apa-apa terkadang memperlihatkan perilaku
mengamuk dan menjawab secukupnya.
Tanda-tanda atau gejala ini sebagai petunjuk bahwa seseorang sedang
mengalami krisis mental. Sehubbungan dengan hal tersebut Husdarta
(2014:93) mengatakan bahwa seorang atlet yang memiliki lack confidence
tidak akan mencapai tangga juara, karena sasaran atau target yang di
tetapkan lebih rendah dari kemampuan yang dimilkinya. Artinya target yang
terlalu rendah juga sangat berpengaruh pada penampilan atlit. Atas dasar
inilah dapat dikatakan bahwa gejala atlit kurang percaya diri dapat dilihat
dari rauf wajahnya. Gejala kurang percaya diri dapat kita perbaiki apabila
kita memahami pula faktor-faktor penyebabnya.

C. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI KURANG PERCAYA DIRI


Untuk meningkatkan rasa percaya diri kita harus terlebih dahulu
mempelajari faktor apa saja yang menjadi penghalangnya. Supriyo
(2008:46) dalam Septi Rahayu Purwanti (2013:28) mengemukakan bahwa
factor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang yaitu:
1. Perasaan tidak mampu untuk berbuat lebih baik,dalam segala hal
2. Tidak percaya bahwa dirinya memiliki kelebihan
3. Merasa curiga terhadap orang lain dan memposisikan diri sebagai korban
4. Beranggapan bahwa orang lainlah yang harus berubah
5. Menolak tanggung jawab hidup untuk mengubah diri menjadi lebih baik
6. Lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang/penghargaan
terutama pada masa kanak-kanak dan pada masa remaja
7. Lingkungan yang menerapkan kedisiplinan yang otoriter,tidak
memberikan kesempatan berpikir,memilih dan berbuat
8. Kegagalan atau kekecewaan yang berulangkali tanpa di imbangi dengan
optimisme yang memadai
9. Keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal(idealism
yang tidak realistis)
10.Sikap orang tua yang memberikan pendapat dan evaluasi yang negative
terhadap perilaku dan kelemahan anak
Kesepuluh faktor ini menggambarkan bahwa betapa rumitnya
meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Sementara itu Anung Priambodo
(2017:131) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri adalah pelatih/pembina dan individu atlit. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasa
kurang percaya diri adalah individu dan laingkungan sekitar. Setelah
mengetahui gejala dan faktor yang berperan dalam kurangnya rasa percaya
diri atlit, maka langkah selanjutnya adalah mencari strategi untuk
mengatasinya.
D. CARA MENGATASI TIDAK PERCAYA DIRI
Berpikir positif dapat meningkatkan rasa percaya diri seorang atlet
dalam arena pertandingan. Kemampuan menemukan makna dari tiap
peluang, event, situasi, serta orang yang dihadapi adalah cara untuk
menimbulkan pikiran positif. Berfikir positif dimaksudkan sebagai cara
berfikir yang mengarahkan sesuatu kearah yang positif, melihat segi baiknya.
Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet atau siswa-siswi, tetapi lebih
lebih bagi pelatih atau guru yang melatihnya atau mengajarnya.
Dengan membiasakan diri berfikir positif dapat menumbuhkan rasa
percaya diri, meningkatkan motivasi dan menjalin kerjasama antara berbagai
pihak. Berfikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki
keterampilan psikologis yang tangguh. Henny setiawati(2014:52)
mengatakan bahw cara mengatasi tidak percaya diri yaitu; 1) Perhatikan
postur tubuh, 2) Bergaul dengan orang-orang yang memiliki rasa percaya diri
dan berpikir positif, 3) Sering latihan, 4) Kenali diri sendiri dan 5) Jangan
terlalu keras pada diri sendiri serta 6) Jangan takut mengambil resiko.
Pikiran positif di ikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula,
maka pikiran akan menuntun tindakan tersebut. Misalnya, jika dalam
bermain bulu tangkis terlintas pikiran negatif seperti: “takut salah, takut
memukul bola out, takut bola pukulannya tanggung” dan sebagainnya , maka
kemungkinannya terjadi hal tersebut akan lebih besar. Artinya dapat
dikatakan bahwa cara mengatasi kurang percaya diri yaitu ditentukan oleh
pola pikir individu masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Anung Priambodo., 2017., Student Handbook Psikologi Olahraga.,


PT.Edukasi Pratama Madani; Gowa Sulawesi Selatan.
Apta mylsidayu.2015.psikologi olahraga.PT Bumi Aksara:Jakarta
Enda Rahayuningdyah. 2016. Upaya meningkatkan percaya diri melalui
layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII D di SMP Negeri
3 Ngrambe. Vol 1, no, hal,2
Getrudis Guna Putri, Putri agusta K.Daq. dan shubhi najahi., 2013.,
Perbedaan self.acceptance (penerimaan diri) pada anak panti asuhan
ditinjau dari usia. Proceding PESAT (psikologi
ekonomi,sastra,arsitektur dan teknik sipil).Bandung:vol 5.hal.13
Husdarta 2014 Psikologi Olahraga Pt Alfabeta Bandung
Heny setiawati. 2014. srategi intervensi peningkatan rasa percaya diri
melalui imagery training pada atlet wushu jawa tengah: semarang.
hal 52
Septi rahayu purwanti. 2013. mengatasi masalah kepercayaan diri melalui
layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII F smp negri 2
karangpucung kabupaten cilacap: semarang. hal28
8]MOTIVASI

Walau sudah diawali oleh niat yang kuat namun tetap saja ada hari-hari di
mana rasa malas mengalahkan motivasi untuk berolahraga. Motivasi merupakan
kalimat yang sering dihubungkan dengan pencapaian prestasi seseorang. Hal ini
membuktikan bahwa motivasi dapat dijadikan pendorong individu dalam
memperoleh hasil yang maksimal. Agar pemahaman motivasi tidak bias maka
harus paham terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan motivasi.

A. DEPINISI MOTIVASI
Motivasi atlet sangat/siswa dibutuhkan baik pada saat melaksanakan 
program latihan maupun pada saat pertandingan atau belajar. Pada prinsipnya
motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Untuk menerapkan motivasi bukan hanya pekerjanaan pelatih dan atlit
tapi juga para orang tua atlit. Banyak pelatih yang mengatakan bahwa motivasi
atlet itu harus terlihat dalam tanggung jawab atlet, setelah atlet tersebut
mempelajari berbagai keterampilan dalam olahraga. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikatakan oleh Apta Mylsidayu (2014:23) motivasi adalah kekuatan yang
mendorong seseorang bereaksi/tidak bereaksi untuk menentukan arah aktivitas
terhadap pencapaian tujuan.

Motivasi adalah sebuah konsep yang di gunakan untuk menjelaskan inisiasi


demikian yang dikatakan Nyayu Khodijah,(2014:150). Sementara itu Komarudin
(2015 : 22) mengatakan bahwa motivasi merupakan keterampilan mental yang
bersifat mendasar yang perlu di miliki para atlet. Artinya motivasi sangat besar
perannya dalam menunjang pemain atau atlit atu siswa dalam mencapai prestasi.
Makmun khairani (2013 :140) mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu
tenaga yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan dan mengarahkan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi adalah daya dorong seseorang
untuk menggapai cita-cita. Besarnya dorongan motivasi seseorang akan terdeteksi
melalui tanda-tanda atau gejala yang ditunjukkan pada saat berjuang.

B. GEJALA-GEJALA MOTIVASI RENDAH


Gejala atau tanda atau ciri adalah petunjuk secara visual yang mengarahkan
seseorang pada suatu keputusan. Apabila gejala mulai tersingkap sedikit demi
sedikit, maka semakin nampak bahwa gejala tidak sesederhana yang kita
pikirkan. Ronny triand surbakti (2014: 213) mengatakan bahwa gejala
motivasi sangat bervariasi, mulai dari tidak mau bekerjasama, tidak mau
menjadi sukarelawan, selalu datang terlambat dan pulang awal dan mangkir
tanpa alasan, memperpanjang waktu istirahat, tidak menepati tenggat waktu
tugas, tidak mengikuti standar yang ditetapkan, selalu mengeluh tentang hal
sepele dan saling menyalahkan dan tidak mematuhi aturan.
Atas dasar uraian ini dapat dikatakan bahwa gejala motivasi rendah banyak
ditentukan oleh lingkungan kerja. Untuk meminimalisir munculnya perilaku
motivasi rendah sebaiknya kita pelajari factor apa saja yang menjadi
penyebabnya.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI RENDAH
Setiap tindakan manusia selalu diawali motivasi. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika dalam perannya motivasi banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Menurut Apta Mylisidayu (2014:29) motivasi dipengaruhi 2
faktor yaitu; 1) Faktor Intern yang terdiri dari pembawaan atlet, tingkat
pendidikan, pengalaman masa lalu dan cita-cita atau harapan, 2) Faktor
Extern, yang terdiri dari fasilitas, sarana dan prasarana, metode latihan dan
prongram latihan serta lingkungan/ Iklim pembinaan. Sementara itu Makmun
Khairani (2013 : 140) mengatakan bahwa pada manusia lingkaran motivasi
yang bersifat dinamis ini disebabkan karena keseimbangan pada manusia
seringkali merangsang ketidakseimbangan lain yang lebih tinggi tingkatannya.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
motivasi adalah kematangan individu dalam menyikapi permalahan yang
dihadapi. Jadi untuk mereduski factor yang berpengaruh pada motivasi
seseorang kita paham bentul cara mengatasinya.

D. CARA MENGATASI MOTIVASI


Penyerahan diri seutuhnya pada al khalik dapat membantu kita merasa
cukup atau dengan kata lain tak kekurangan apapun. Artinya, pada saat kita
merasa tidak berharga, tidak puas dalam hidup, maka satu-satunya tempat kita
berharap adalah Allah SWT. Demikian halnya dalam olahraga, motivasi adalah
segala-galanya. Pada saat kita melakukan sesuatu yang benar-benar kita sukai, kita
akan terserap 100% ke dalamnya, sehingga ruang dan waktu tak lagi relevan.
Itulah momen yang disebut "flow" berkat motivasi yang mengalir deras.

Dengan motivasi seseorang akan terpacu untuk mencapai tujuan yang


dinginkan. Apta Mylsidayu (2014:29) mengatakan bahwa jika ingin meningkatkan
motivasi jadilah orang spesial agar kamu selalu merasa lebih baik dari yang lain.
Caranya melalui, 1) motivasi verbal, yaitu dengan kata-kata atau ucapan, 2)
motivasi perilaku, yaitu bersikap positif dalam usaha untuk mencapai keberhasilan
baik dalam aktivitas olahraga maupun aktivitas lainnya di masyarakat dan 3)
motivasi berbicara sendiri, yaitu dilakukan sebelum pertandingan dimulai.
Sementara itu Heny Setyawati (2017:51-52) mengatakan bahwa terdapat 5 aspek
untuk meningkatkan motivasi, yaitu a) menentukan goal setting, b) persuasi verbal,
c) self talk dan d) imagery training serta e) insentif. Berdasarkan pendapat tersebut
dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan motivasi yakin diri melalui
penguasaan verbal.

DAFTAR PUSTAKA

Heny Setyawati., 2017., Psikologi Olahraga Student Handbook., PT Edukasi


Pratama Madani Gowa Sulawesi Selatan.
Husdarta, 2014, psikologiOlahraga, PT Alfa Beta., Bandung
KhairaniMakmun, 2013, PsikologiUmum, AswajaPressindo, jl.plosokuning v no.
73 minomartanl, ngaglik, sleman, Yogyakarta
Khodijiah ,Nyayu. 2012, Psikologi Penelitian . Jakarta: RajaGrafindo Persada
Komarudin, 2015, PsikologiOlahraga, PT RemajaRosdakarya Offset, Bandung.
Mylsidayu, Apta. 2014, Psikologi Olaraga. Jakarta : Bumi Aksara
Ronny triand surbakti., 2014: 213., Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan golongan I di Universitas Katolik Parahiyangan. Volume 1.nomor
2. 2014.
9]KURANG KONSENTRASI

Konsentrasi merupakan salah satu aspek psikologi yang paling banyak


memakan korban. Banyak atlit gagal berprestasi karena kurang konsentrasi pada
saat pertandingan. Demikian halnya dengan tim atau klub olahraga yang gagal
dalam persaingan karena kehilangan konsentrasi pada pertandingan tersebut. Oleh
karena itu perlu mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan konsentrasi.

A. DEPINISI KONSENTRASI
Konsentrasi merupakan salah satu komponen psikis yang selalu menjadi
momok dalam setiap pertandingan. Tidak sedikit atlit atau tim atau klub yang
kalah karena kurang konsentrasi baik pada awal pertandingan maupun pada
akhir pertandingan. Supriyo (2017:54) mengatakan bahwa kurang kosentrasi
adalah kurangnya pemutusan perhatiaan dan pikiran terhadap suatu hal.
Artinya atlit atau tim yang kurang konsentrasi dapat dipastikan akan
mengalami kegagalan.
Hal ini bisa terjadi karena pada prinsipnya konsentrasi merupakan
kemampuan atlet untuk memusatkan perhatian pada informasi yang relevan
selama kompetisi (Cox (2002) Dalam Jurnal Iptek Olahraga (2013 : 116).
Bagi seorang atlit atau tim yang ingin berhasil dalam setiap pertandingan
wajib hukumnya bagi mereka untuk senantisa memelihara konsentrasi sejak
awal hingga akhir pertandingan. Banyak peristiwa kekalahan seorang atlit
atau tim disebabkan kurang konsentrasi dalam menjalani pertandingan
tersebut. Dengan kata lain atlit atau tim yang kurang konsentrasi harus siap
menerima konsekwensi dari kelalaian tersebut. Agus Supriyanto dan
lismadina (2013:112) mengatakan bahwa kurang kesentrasi adalah seseorang
terganggu pada saat melakukan aktivitas olahraga baik itu di dalam latihan
maupun di dalam perlombaan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat
dikatakan bahwa kurang konsentrasi adalah terpecahnya perhatian terhadap
tugas yang diemban. Untuk mengetahui tanda-tanda kurang konsentrasi kita
perlu pahami gejala yang ditimbulkan.

B. GEJALA-GEJALA KURANG KONSENTRASI


Gejala atau tanda kurang konsentrasi dapat dilihat dari perilaku
seseorang dalam melakukan aktivitas. Menurut Nuligar Hatiningsih
(2013:324) Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif yang sering disebut
sebagai Attention Deficit Hyperaktive Disorder (ADHD) yaitu suatu sindrom
neuropsikiatrik yang akhir-akhir ini banyak ditemukan pada anak-anak.
Adapun gejala kurang konsentrasi yang terjadi pada anak ADHD dapat
mengganggu masa perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku,
sosialisasi maupun komunikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam apakah play therapy dapat meningkatkan konsentrasi.
Sementara itu Naimatul Jamaliah dkk, (2015 :74) mengatakan bahwa gejala
kurang konsentrasi yaitu; a) atlet sulit mengontrol gerakan, b) pemain menjadi
jelek, c) tidak dapat menerapkan strategi dengan baik dan d) berpengaruh
pada penampilannya serta e) percaya diri berkurang bahkan hilang. Dari
pemikiran para ahli dapat dikatakan bahwa gejala kurang konsentrasi yaitu
belum siapnya seseorang atau sekelompok orang menghadapi suatu keadaan.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa kurang konsentrasi banyak dipengaruhi
oleh berbagai aspek.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSENTRASI


Tidak sedikit pelatih hanya tahu berteriak kepada atlit agar
berkonsentrasi menghadapi setiap pertandingan. Akan tetapi tidak sedikit pula
pelatih yang tidak paham bahwa konsentrasi bisa dilatihkan kepada atlit.
Oleh karena itu tidak mengherankan jika sering konsentrasi dituduh menjadi
biang kegagalan seorang atlit dalam bertanding. Hal ini sejalan dengan
pendapat dari Naimatul Jamaliah,Sugiharto, Oktovia Woro Kasmini
(2015:74) yang mengatakan bahwa terdapat dua stimulus yang dapat
mengganggu konsentrasi yaitu; Pertama; Stimulus internal, yang terdiri dari
a) Gangguan pikiran, b)Perasaan lelah dan c) Cemas. Kedua; stimulus
eksternal yang meliputi, 1) Sorak-sorak penonton, 2) ejekan penonton, 3)
alunan musik keras, 4) kata-kata menyakitkan dari penonton dan 5) wasit
memihak.

Sementara itu Weinberg dan Gould (2003) dalam Hariadi said (2017:
140) mengatakan bahwa terdapat dua sumber utama yang menjadi factor
penghambar konsentrasi, yaitu: 1) Sumber dari luar diri atlit berupa suara
yang keras yang mengganggu pendengaran, serta perang urat syaraf yang
dapat meningkatkan tensi darah sehingga pecah konsentrasi. 2) sumber dari
dalam individu atlit, seperti memikirkan kegagalan yang baru saj aterjadi
terutama atlit pemula, memikirkan hasil pertandingan yang akan dicapai,
gangguan fisiologis, misalnya merasa tercekik, napas tidak beraturan
berakibat pada rasa tegang otot dan rendahnya motivasi berprestasi. Uraian
ini menuntun dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
konsentrasi sepenuhnya berasal dari individu itu sendiri. Artinya faktor-faktor
yang mempengaruhi konsentrasi sebenarnya dapat diminimalisir apabila kita
mengetahui cara mengatasinya.

D. CARA MENGATASI KONSENTRASI

Atlit atau tim menjadi korban konsentrasi tak terhitung lagi baik yang
tergabung dalam olahraga perorangan amupun olahraga beregu. Bolt sprinter
terbaik dunia kalah dari Gatlin pada kejuaraan dunia pada tanggal 5 Agustus
tahun 2017 karena kurang konsentrasi. Berbagai penghargaan yang menjadi
harapannya terpaksa berpindah kepada Gatlin karena kurang konsentrasi.
Sementara untuk olahraga beregu seperti sepak bola hingga kini kesebelasan
yang menderita karena kurang konsentrasi tak terhtung lagi. Bermain baik
pada awal laga tiba-tiba kebobolan gol pada akhir pertandingan hanya karena
kehilangan konsentrasi yang akhirnya menderita kekalahan.

Oleh karena itu perlu mengetahui bagaimana cara mengatasi


konsenrasi. Oktovia Woro Kasmini (2015:74) mengatakan bahwa cara terbaik
menggulangi kurangnya kosentrasi ialah dengan selalu meningkatkan
kosentrasi pada atlet. Kosentrasi merupakan suatu keterampila yang dapat di
pelajari dan dikuasai oleh atli sebagai pelatih atau pembina olahraga dapat
dilakukan berbagai cara. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pelatih
atau pembina olahraga di antaranya dengan menggunakan stimulasi pada saat
latihan, menggunakan kata-kata isarat, membentuk kebiasaan bertanding,
belajar untuk mengubah perhatian, menerapkan pemikiran, belajar
untukmempertahankan fokus permainan, melatih kosentrasi dan latihan
merespon gangguan. Sementara itu Murray (1995) dalam Komarudin (2015 :
134) berpendapat bahwa untuk mengatasi kurangnya konsentrasi yaitu;
pertama, perhatian selektif dimana proses kesadaran atlet yang mengarah
pada stimulasi yang relevan dan mengabaikan stimulasi yang tidak relevan.
Kedua, mmpertahankan perhatian pada stimulasi tertentu dalam waktu
tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan, cara mengatasi
rendahnya konsentrasi yaitu dengan menghadirkan diri secara total pada
setiap kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Supriyanto dan Lismadina,2013,volume 15,nomor 2,kementrian pemuda dan


olahraga

Hatiningsih,Nuligar.2013.Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.Fakultas Psikologi


Universitas Muhammadiyah Malang.Malang

Jurnal Iptek Olahraga, Volume 15, Nomor 2, Mei-Agustus 2013. Kementrian


Pemuda Dan Olahraga R.I. Senayan Jakarta Pusat.

Komarudin. 2015. Psikologi Olahraga. PT Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.

Mylsidayu,Apta.2015.Psikologi Olahraga.PT Bumi Aksara.Jakarta.

Naimatul Jamaliah,Sugiharto, Oktovia Woro Kasmini.,2015., Pengaruh


Hypnotheraphy dan tingkat Kecemasan terhadap konsentrasi atlit putrid club
pekerjaan umum (PU) Deli Serdang Sumatera Utara. Journal Of Physical
Education and sports Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-648X.

Supriyo,2017,volume 1,nomor 1,upaya meningkatkan kosentrasi melalui latihan


relasi atlit senam ritmi sumut
10]PRUSTASI

Meskipun kegagalan bukan satu-satu penyebab seseorang prustasi tapi merasa


gagal sebelum bertanding merupakan pemicu rasa prustasi yang sangat signifikan.
Prustrasi semacam ini lebih banyak meninpa atlit yang mempunyai sifat pesimis.
Pada atlet yang mempunyai sifat pesimis, pada waktu ia menghadapi kenyataan
kurang berhasil atau belum berhasil, mungkin atlet tersebut sudah merasa gagal
lebih dahulu. Atlet yang memiliki sifat-sifat pribadi pesimis mudah mengalami
frustrasi, karena dalam mengalami kegagalan sedikit saja, dianggapnya sebagai
kegagalan yang akan dialami seterusnya. Oleh karena itu sebelum segalanya
menjadi beban psikis bagi para atlit, pelatih dan pemerhati olahraga maka perlu
untuk menyamakan persepsi prustasi melalui pemahaman apa sebenanya yang
dimaksud prustasi tersebut.

A. DEPINISI PRUSTASI
Tidak sedikit atlet berbakat yang dapat berprestasi tinggi dan dapat
menjadi juara, akhirnya gagal dan hilang ditengah perjalanan hidupnya sebagai
atlet yang berprestasi, karena merasa gagal dan mengalami frustrasi. Prustasi
secara umum banyak macamnya, berat tidaknya tergantung pada penapsiran
masing-masing individu. Artinya seseorang menganggap rintangan yang
dialaminya merupakan peristiwa alami, tapi dilain pihak ada yang
mengganggap kejadian tersebut masalah besar. Atas dasar tersebut kita perlu
mengetahui apa sebebanrnya prustasi tersebut. Prustasi adalah perasaan yang
muncul karena tidak tercapainya suatu keinginan, karena adanya rintangan yang
sulit diatasi hingga benar-benar tidak teratasi. Secara umum prustasi adalah
perasaan gagal untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, yang sifatnya
berkepanjangan.
Menurut Makmun Khairani (2013:162) frustasi adalah suatu keadaan
dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau suatu
tujuan akibat adanya halangan atau rintangan dalam usaha mencapai kepuasan
dan tujuan tersebut. Sementara itu Husdarta (2014:83) berpendapat frustasi
biasanya timbul manakala seseorang merasa gagal dan tidak dapat mencapai
tujuan yang di inginkan. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Mohamad
Surya (2013:288) frustasi yaitu keadaan kekecewaan yag mendalam dan
kemudian mengganggu kondisi keseimbangan psikisnya. Dengan demikian
dapat dikatakan prustasi adalah perwujudan ketidakmampuan seseorang
menguasasi dirinya. Untuk meminimalisir agar rasa prustasi tidak menjadi
bagian dari hidup kita, maka salah satu cara yaitu dengan mendeteksi gejala-
gejala dari prustasi tersebut.
B. GEJALA-GEJALA PRUSTASI
Munculnya perasaan frusrasi pada umumnya setelah mengalami kegagalan,
dan sulit untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi kegagalannya itu. Tanda atau
gejala atau ciri prustasi secara visual dapat dilihat meski belum sepenuhnya benar.
Menurut Haryuni ( 2013 : 59-60 ) bahwa gejala gejala frustasi terdiri dari 3 aspek
yaitu:

1. Aspek Kejiwaan dan Perasaan misalnya adanya perasaan berduka secara terus
menerus ataupun sebentar-sebentar (tetapi sering). Tingkatan yang paling tinggi
adalah kesedihan. Beberapa gejalanya seperti: perasaaan cemas, takut,
terguncang, dan panik tanpa sebab.
2. Aspek Pikiran, contoh adanya kelemahan dalam kewaspadaan dn konsentrasi.
Beberapa gejalanya: Kehilangan perhatian terhadap segala sesuatu dan bersikap
ambisius
3. Aspek Fisik, misalnya gangguan tidur, gangguan pernafasan, sering buang air
kecil, cepat merasa lelah.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa gejala prustasi
yaitu adanya perubahan perilaku seseorang dari biasanya. Agar gejala tersebut
tidak menjadi kenyataan, maka lagkah paling tepat adalah kita harus
menelusuri faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebabnya.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRUSTASI


Pada umunya frusrasi dalam olahraga muncul setelah mengami kegagalan
yang berkepanjangan dan sulit untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi
kegagalan tersebut. Prustasi dapat menimpa siapa saja dan dari profesi apa saja,
karena prustasi merupakan bagian hidup manusia. Woodworth dalam Ngalim
purwanto ( 2014 : 128 ) mengemukakan bahwa rintangan-rintangan atau faktor-
faktor mempengaruhi frustasi 4 macam yaitu :
1) rintangan-rintangan yang bukan manusia, contoh pembalap motor yang ingin
cepat masuk finish.
2) rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain, misalnya kehadiran seseorang
yang hanya mengganggu pikiran kita sendiri.
3)  rintangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri orang itu, contoh
seorang pemain tenis yang bertanding melawan atasannya, satu sisi ia pingin
menang tapi sisi lain ia takut kepada atasannya.
4) pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat dalam diri
orang itu, misalnya seorang pemain bulutangkis yang berusaha menyenangkan
sahabatnya dengan cara mengatur pertandingan yang berakhr dengan
kemanangan sahabat tersebut.
Sementara itu Makmun Khairani (2013: 162) berpendapat bahwa faktor-
faktor penyebab prustasi yaitu;
a. Prustasi lingkungan, yaitu prustasi yang disebabkan oleh halangan atau
rintangan yang terdapat dalam lingkungan.
b. Prustasi pribadi, yaitu prustasi yang tumbuh dari ketidakpuasan seseorang
dalam mencapai tujuan dengan perkataan lain frustasi pribadi ini terjadi
karena adanya perbedaan antara tingkatan aspirasi dengan tingkatan
kemampuannya.
c.  Prustasi konflik, yaitu prustasi yang disebabkan oleh konflik dari berbagai
motif dalam diri seseorang dengan adanya motif saling bertentangan, maka
pemuasan dari salah satu motif yang menyebabkan frustasi bagi motif yang
lain.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan faktor-faktor yang
menyebabkan prustasi yaitu individu dan lingkungan.

D. CARA MENGATASI PRUSTASI


Prustasi adalah suatu fenomena yang menyertai kehidupan manusia yang
sulit diterka awal dan akhirnya. Tidak sedikit manusia bertanya kenapa
manusia itu bisa mengalami frustrasi? Pertanyaan sederhana tapi jawabannya
tidak sesederhana pertanyaannya. Alasannya, karena setiap manusia
mempunyai kebutuhan yang sangat beragam dan kompleks. Oleh karena itu
Makmun Khairani,(2013: 165-167) berpendapat bahwa untuk mengatasi
prustasi dapat didekati dengan 6 cara yaitu;
a. Bertindak secara eksplosif, yaitu semua energi yang terdapat dalam diri
individu diledakkan atau dihabiskan dengan jalan melakukan perbuatan atau
ucapan yang bersifat eksplosif.

b. Melakukan pembelaan (rationalisasi), yaitu usaha yang dilakukan untuk


mencari alasan yang masuk akal bagi tindakan yang sesungguhnya tidak
masuk akal.

c.  Dengan cara introversi, yaitu menempuh jalan dengan menarik diri dan
masuk kedalam dunia khayal.
d. Melakukan proyeksi, yaitu menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya
kepada orang lain.

e. Substitusi, yaitu cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara
yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran.

f.  Reaksi ‘Psikopatis’, yaitu golongan individu yang cenderung melanggar


aturan dalam mengatasi frustasi.

Sementara itu menurut Mohamad Surya ( 2013 : 291 ) ada 6 cara


mengatasi frustasi, yaitu :

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan yang


maha esa dalam diri masing masing.
2. Pemahaman diri dan lingkungan.
3. Kemampuan membuat keputusan yang tepat.
4. Persiapan memasuki dunia kerja secara terencana.
5. Pengendalian diri sertai sikap matang, berfikir dengan jernih
dan rasional.
6. Mengembangkan keterampilan sosial dan pribadi dalam upaya
memwujudkan pribadi yang mantap serta kemampuan interaksi
sosial yang baik.

Atas dasar pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa cara
untuk mengatasi prustasi yaitu dengan menyerahkan diri seutuhnya kepada
Allah SWT dan memahami lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Haryuni. 2013. Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Jawa Tengah

Husdarta, H.J.S. 2014. Psikologi Olahraga. Alfabeta: Bandung.

Makmun Khairani, 2013.,Psikologi Umum, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo)

Purwanto, Ngalim. 2014. Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya:


Bandung.

Sumarmo Markam, Pengantar Psikologi Klinis, (Jakarta: UI Press, 2003)

Surya, Mohamad. 2013. Psikologi Guru. Alfabeta: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai