1]KECEMASAN
A. DEFINISI KECEMASAN
Cemas merupakan sifat bawaan manusia sejak lahir. Potensi cemas masing-
masing tergantung dimana seseorang dibesarkan. Bila seseorang dibesarkan
dilingkungan olahraga maka bentuk kecemasan adalah adanya pikiran terhadap
situasi pertandingan yang akan dihadapi. Misalnya bayangan lawan yang dihadapi,
wasit yang memimpin pertandingan serta jumlah penonton. Bahkan untuk urusan
cemas dalam dunia olahraga tidak hanya dialami oleh olahragawan itu sendiri
tetapi juga bisa saja menghantui pihak terkait lainnya seperti pelatih, manajer dan
juga pemilik klub atau tim serta fans fanatik.
Hal ini membuktikan bahwa kecemasan dapat menimpa siapa saja dan
kapan saja. Kondisi ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Wiwik agustina
dkk (2014:63) kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
mengambarkan keadaan kebigungan, khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak
jelas. Pada hakekatnya kecemasan bukan sesuatu yang harus dihindari atau
bahkan dihilangkan, karena kecemasan merupakan anugrah dari Allah
SWT.Sebenarnya kecemasan sangat bermanfaat bagi manusia itu sendiri
permasalahannya adalah tinggal bagaimana mengelolanya. Kecemasan ibarat
sebuah pisau jika digunakan sesuai peruntukannya maka akan memberikan
manfaat, sebaliknya jika digunakan tidak sesuai peruntukannya maka akibatnya
dapat merugikan penggunanya.
1. Faktor predisposisi :
⮚ Perisitiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
⮚ Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik.
⮚ Medifikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan
⮚ Ketidakmampuan individu berfikir secara realistis
2. Faktor presipitasi
a). Ancaman terhadap integritas fisik
Jika dikaji lebih jauh, maka dapat dikatakan bahwa untuk mengatasi rasa
cemas yaitu seseorang harus menjadi bagian dari cemas tersebut, bukan
menghindarinya. Alasan saya karena rasa cemas merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari sifat manusia itu sendiri. Misalnya jika anda cemas dengan
ketinggian maka memanjatlah. Kata orang bijak jangan pernah berpikir untuk
menenangkan ombak di laut, tetapi berusahalah anda tenang menghadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, Hendra .,2016., Berani Tampil Beda dan Percaya Diri Araska :
Yogyakarta
Wiwik agustina, sumiatun, diana nur fatmawati,2014 jurnal keperawatan
sriwijaya,volume 1 program studi D3 kebidanan,stikes maharani malang
2]EMOSI
Manusia dapat berkemunikasi karena emosi. Dengan emosi kita dapat
mengenal diri sendiri dan orang lain. Emosi adalah salah satu anugrah dari Allah
SWT yang selalu menyertai kehidupan seseorang tidak terkecuali olahragawan.
Bagi olahragawan emosi dapat berfungsi sebagai pimacu dan pemicu semangat
juang. Oleh karena itu kita perlu mengetahui dan memahami apa sebenarnya yang
dimasud dengan emosi.
A. DEFINISI EMOSI
Emosi dapat membakar semangat seorang atlit dalam menghadapi lawan
tanding. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Hastria Effendi
(2016:24) Emosi adalah keadaan mental yang ditandai oleh perasaan yang kuat dan
diikuti ekspresi motorik yang berhubungan dengan suatu objek atau situasi
eksternal. Artinya emosi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkunganHal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mappiare (1982) dalam jurnal Nunuk
nur shokhiyah (2013:68) bahwa emosi sudah ada dan berkembang semenjak ia
bergaul dengan lingkungan. Bila seseorang hidup dalam suatu komunitas
olahragawan maka emosi orang tersebut pasti berhubungan dengan nuansa
keolahragaan.
Dari berbagai pendapat dan ulasan tersebut dapat dikatakan bahwa emosi
adalah perwujudan penolakan seseorang terhadap suatu tekanan yang menghalangi
keinginannya.
Emosi seseorang tidak dapat dilihat secara kasat mata, tetapi dapat dilihat
dari perilaku. Berubahnya perilaku seseorang dari biasanya menunjukan adanya
gejala yang kurang baik. Artinya untuk mengetahui emosi seseorang dapat dilihat
dari gejala-gejala tersebut.
B.GEJALA-GEJALA EMOSI
Kegiatan belajar faktor belajar dinilai lebih penting karena lebih muda
dikendalikan di banding faktor lain. Caranya adalah dengan mengendalikan positif
lingkungan belajarnya guna menjamin pembinaan emosi si anak, pembinaan
dengan belajar juga dibudayakan dengan menghilangkan pola reaksi emosional
yang tidak di dorongkan. Tindakan ini juga sekaligus sebagai usaha preventis bagi
perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
3]TAKUT
Kadar rasa takut manusia tergantung pada manusia itu sendiri. Jika rasa
takutnya lebih dominan daripada berani, maka manusia tersebut dikatakan manusia
penakut. Sebaliknya jika rasa berani lebih dominan daripada rasa takut, maka
manusia tersebut dikategorikan manusia pemberani. Oleh karena itu sering
terungkap kalimat bahwa manusia tergantung apa pikirannya. Artinya tidak mudah
menggolongkan seseorang apakah penakut atau pemberani. Untuk meminimalisir
kesalahan dalam penafsiran sikap seseorang apakah penakut atau pemberani
sebaiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan rasa takut.
A. DEFINISI TAKUT
Takut adalah salah satu kata yang setiap saat menghantui seseorang. Ada
yang terpengaruh dan ada pula yang tidak terpengaruh. Sehubungan dengan
kondisi tersebut Mohamad Surya (2013: 276) mengatakan bahwa takut dan cemas
merupakan suatu reaksi emosional dari individu apabila berhadapan dengan suatu
objek yang dirasakan atau dipersepsi sebagai suatu bahaya yang mengancam
kelangsungan hidupnya. Biasanya tinggi rendahnya reaksi emosional seseorang
tergantung pada permasalahan yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Davidoft (1991) dalam Nurul Azmi (2015: 39) yang mendefinisikan ketakutan
sebagai sebuah sindorma psikiatris yang dapat diamati dan terjadi sangat kuat.
Artinya dapat dikatakan bahwa perasaan takut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia pada umumnya. Oleh karena itu untuk
mengetahui perasaan takut seseorang dapat diamati melalui perilaku orang
tersebut. Makin stabil perilaku seseorang menghadapi permasalahan makin rendah
rasa takut orang tersebut. Sebaliknya jika perilaku seseorang mudah terganggu oleh
suatu permasalaahan maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut sedang dilanda
rasa takut.
Fenoemna rasa takut sebenarnya bukan sesuatu yang harus dijadikan beban
dalam hidup, sebab menurut Cokya Aditya (2013 :107) rasa takut adalah hal yang
normal dalam kehidupan asalkan tidak berlarut larut, terlebih menjadi phobia.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rasa takut merupakan modal yang
menentukan sukses tidaknya seseorang.
Jika dikaji lebih jauh yang paling penting diketahui dan dikuasai dari rasa
takut adalah bagaimana mendeteksi gejala-gejala rasa takut tersebut. Dengan
memahami gejala-gejala maka kita dapat meminimalisir resiko yang akan timbul.
B. GEJALA-GEJALA TAKUT
Tak seorangpun ahli jiwa dapat memastikan seseorang dalam keadaan takut,
kecuali atas petunjuk atau gejala-gejala yang dinampakkannya, termasuk atlit.
Sehubugan dengan gejala tersebut Arista Kriswantoro (2016:84) mengatakan
terdapat 2 faktor gejala takut pada atlit:
⮚ Faktor Internal, yaitu: a) takut akan kegagalan, b) takut akan cedera fisik dan c)
takut akan penilaian social. Penyebab takut pada subjek pertama ini di
karenakan minim pengalamn dan takut bermain buruk dan baru pertama kali
mengikuti sebuah turnamen. Sehingga seorang individu merasakan takut.
⮚ Faktor Eksternal, yakni; 1) takut akan kekuatan tim lawan, 2) takut akan
teriakan penonton dan 3) takut akan kekacauan yang akan terjadi. Penyebab
takut pada subjek kedua ini dikarenakan adanya intimidasi dari penonton,
sorakan, ejekan serta kata-kata yang merendahkan sehingga menimbulkan rasa
takut pada seorang individu.
Jika dikaji lebih jauh maka dapat dikatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi munculnya rasa takut adalah adanya penghakiman terhadap diri
sendiri. Untuk menyiasati rasa takut kita paham betul cara mengatasinya. Sebab,
salah langkah dalam mengatasi masalah bukan mengurangi masalah tapi
menambah rumitnya masalah. Oleh karena itu kita harus paham betul bagaimana
cara mengatasi rasa takut.
Sementara itu menurut Dona Fitri Annisa (2016:22) rasa takut dapat diatasi
dengan; a) bersikap optimis atau percaya diri, b) belajar dari pengalaman, c)
berbicara dengan teman, d) banyak berdoa dan e) tenangkan pikiran. Atas dasar
pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa untuk mengatasi rasa takut
yaitu dengan memperbanyak komunikasi dan berdoa.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, Fitri, Dona. 2016. Konsep Ketakutan Pada Lanjut Usia : Tidak Diterbitkan.
Fitia dona, Anisa. 2016. Jurnal konsep ketakutan Vol 5, No. 2. Dalam http://
4]JENUH
Jenuh adalah musuh yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan dari profesi
apapun. Tak seorangpun manusia dimuka bumi ini yang bisa menghindar dari rasa
jenuh meski tak menyukainya. Artinya jenuh adalah suatu keadaan dimana
seseorang merasa tak memiliki pilihan kecuali pasrah. Kondisi ini bisa terjadi
dalam profesi apapun termasuk olahraga. Oleh karena itu perlu kita mengetahui
apa sebenarnya yang dimaksud jenuh.
Artinya jenuh dapat memberikan efek yang tidak baik bila selalu mendera
seseorang. Oleh karena itu jenuh dapat dikatakan sebagai musuh yang terselubung
dan dapat meledak setiap waktu. Kondisi ini menggambarkan bahwa jenuh bersifat
tentatif atau dengan kata lain situasional. Muhiddin Susihono ( 2012 : 182 )
berpendapat bahwa secara harifan junuh ialah, padat atau penuh sehingga tidak
mampu lagi memuat apapun, setelah itu, jenuh juga dapat berarti jenuh atau bosan,
dalam belajar atau berlatih. Akhirnya dapat dikatakan bahwa jenuh adalah situasi
memaksa seseorang untuk mengabaikan keinginannya. Untuk meminimalisir rasa
jenuh kita perlu mengatahui berbagai hal yang ada kaitannya, misalnya gejala-
gejala, faktor yang mempengaruhi rasa jenuh serta cara mengatasinya.
B. GEJALA-GEJALA RASA BOSAN ATAU JENUH
Rasa bosan atau jenuh merupakan salah satu sifat yang dimiliki manusia
sejak lahir. Berkembang tidaknya rasa bosan atau jenuh tergantung pada diri
masing-masing individu. Rasa bosan akan hadir dengan sendirinya jika manusia
terjebak dengan rutinitas. Dalam dunia olahraga rasa bosan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam mengembangkan prestasi. Seorang atlit dapat
menggapai prestasi puncak bila ia tekun melakoni latihan dan mengikuti kompetisi.
a) Tidak serius latihan, artinya tetap ikut latihan tapi tidak memperhatikan
instruksi pelatih.
b) Banyak bergurau pada saat latihan, tidak peduli dengan suasana latihan,
baginya latihan bukan hal yang penting.
c) Program latihan yang kurang bervariasi, yaitu program latihan menotot atau
itu-itu saja.
Berdasarkan berbagai argumen dan pendapat saya dapat dikatakan bahwa
rasa bosan atau jenuh adalah salah satu aspek mental yang turut berpengaruh pada
penampilan atlit.
⮚ Latihan, yang mempengaruhi rasa bosan dalam latihan sepak bola iyalah, ketika
latihan yang di lakukan, hanyalah gerak itu itu saja, maksudnya latihan yang di
lakukan tidak ada perubahan, cara latihanya hanya begitu begitu saja. Sehingga
akan menimbulkan rasa bosan atau jenuh pada seorang pemain tersebut.
⮚ Permainan, juga masuk pada rasa bosan, pada seorang pe sepak bola karena
ketika dalam suatu permainan tidak ada peningkatan maka akan
menimbulkan rasa bosan pada seorang pemain tersebut.
⮚ Teman, juga dapat menimbulkan rasa bosan di karenakan ketika di suatu
pertandingan pasangan pemain tidak sesuai dengan kemampuanya dengan
pemain yang lain maka akan menyebabkan timbulnya rasa bosan pada
seorang temanya tersebut.
Dalam dunia olahraga untuk mengusir rasa jenuh atau bosan diatasi dengan
program transisi. Pelatih yang paham program latihan pasti akan menuangkan
program transisi dalam program latihan. Tujuan utama program latihan transisi
adalah mengalihkan suasana yang membelenggu atlit selama latihan ke tempat
yang lain dengan suasana yang berbeda. Gould & Dieffenbach,2002, dalam
Rachman Widohardhono (2017:183-184) yaitu:
Sementara menurut Rea dan Hadi dalam Hendri Suryo Leksono (2016:17),
menjelaskan bahwa solusi mengatasi kebosanan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
cuti dan refresing. Artinya dapat dikatakan bahwa cara mengatasi rasa bosan
cukup mengalihkan kebiasaan lama untuk sementara waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Hendi Suryo Leksono . 2016 . kebosanan kerja peningkatan stres dan penurunan
kinerja kariawan dalam spesialisasi pekerjaan
5]KECEWA
Suka atau tidak suka setiap manusia pasti dihadapkan pada sebuah masalah,
misalnya rasa kecewa. Kekecewaan merupakan reaksi atas ketidaksesuaian antara
ekspektasi dengan realita. Ada pula yang mengatakan kecewa adalah ungkapan
terbelenggunya harapan. Untuk meminimalisir pemahaman terhadap kecewa kita
perlu mengetahui pendapat para ahli tentang kecewa tersebut.
A. Sulit tidur
B. Badan gemetar
C. Mengeluarkan keringat secara berlebihan
D. Otot menjadi tegang
E. Jantung berdebar
F. Sesak napas
G. Lelah
H. Sakit perut atau kepala
I. Pusing
J. Mulut terasa kering
K. Kesemutan
Atas dasar pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa gejala kecewa yaitu
terganggunya unsure pisik seseorang. Artinya pisik merupakan petunjuk untuk
mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi rasa kecewa.
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECEWA
Rasa kecewa bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari hal-hal yang
kelihatannya sangat biasa, menjadi besar dan akhirnya menyiksa perasaan. Faktor
penyebab utama timbulnya kekecewaan ialah karena target yang kita tentukan
terhadap sesuatu atau seseorang tidak terpenuhi, sehingga seringkali kita ingin
menyalahkan sesuatu atau menghakimi orang lain. Bahkan, tidak sedikit yang
mengungkapkan rasa kekecewaannya dengan kata-kata maupun tindakan yang
kadangkala tidak sepatutnya. Oleh karena itu Usaman Ismail (2013:1) berpendapat
bahwa rasa kecewa disebabkan beberapa hal antara lain:
1. Ferfeksionis.
Menjadi seseoran yang bersifat ferfeksionis, berkaitan dengan kualitas
hasil yang dilakukannya mungkin akan berubah positif. Namaun tunggu
dulu, seseorang ferfeksionis justru menjadi salah satu penyebab seseorang
akan mudah mengalami kekecewaan.
Banyak hal yang dapat menjadi tolak ukur kegagalan, tergantung tiap
individu (orang) memaknai standar dimana iya merasa gagal. Kesalahan
memaknai kegagalan dapat menjadi penyebab orang menjadi kecewa,
beberapa orang beranggapan kegagalan adalah putusnya harapan mencapai
tujuan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kecewa menurut saya
adalah karena tidak siapnya seseorang menerima hasil yang terburuk. Agar kecewa
tidak terlalu lama mendera kita, maka kita harus tahu cara mengatasinya.
1. Bila kita termasuk orang yang perfeksionis, maka saatnya untuk anda hidup
didunia nyata, yang didalamnya tidak ada yang sempurna.
2. Cara menghindari kekecewaan akibat persepsi yang salah tentang kegagalan,
yaitu dengan memperbanyak intropeksi diri dan melakukan pembenahan
terhadap latar belakan penyebab kegagalan tersebut.
3. Jika anda termasuk orang yang terlalu percaya diri (overconvidence), merasa
bahwa semua “pasti” akan berjalan dengan sesuai rencana yang telah dibuat
sebaiknya anda jauhi pemikiranseperti itu mulailah berpikir lebih realistis bahwa
ketidakpastian adalah suatu hal yang selalu ada, dan menyiapkan rencana
cadangan untuk menghadapinya.
4. Jika anda juga kecewa karena harapan tidak realistis maka mulai sekarang
cobalah untuk mengukur kembali kemampuan diri, merasakan penyelesaian
tujuan dengan lebih memperhatikan segala kemungkinan, tidak lupa pula
disertai dengan usaha yang maksimal.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat dikatakan bahwa cara
mengatasi rasa kecewa tergatung pada teknik mengelola rasa kecewa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Handoko, 2017, Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, Vol. 18, No. 01.
Eswika Nilasari dan Istiatin, 2015, Jurnal Pradigma, Vol. 13, No. 01
Usaman Ismail, 2013, penyebab kecewa dan cara mengatasnya, online, http://
www.spesialistips.com
6]DEPRESI
A. DEFINISI DEPRESI
Depresi adalah salah satu kata yang sering menghantui perjalanan hidup
seseorang tidak terkecuali olahragawan maupun olahragawati. Dahsatnya
depresi bisa mempengaruhi pikiran, perasaan yang pada akhirnya membuat
seseorang kalut. Grasha dan Kiechen Baum (1980) dalam Zulfam Saam
(2012:137) depresi adalah kesedihan dan kekhawatiran dalam waktu yang
cukup lama yang disertai oleh perasaan tidak berharga. Bahkan tidak sedikit
orang yang mengalami depresi merasa dirinya tidak berharga, putus harapan
dan yang paling menyedihkan adalah tidak menyukai lagi apa yang pernah
disukai sebelumnya.
B.GEJALA-GEJALA DEPRESI
Perubahan psikis, pisik dan perilaku sosial seseorang secara tiba-tiba
biasanya menunjukan adanya gejala depresi. Ada yang memperlihatkan gejala
depresi yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya
gejala bervariasi pada individu dan juga bervariasi dari waktu ke waktu. Tanda-
tanda depresi jauh lebih rumit daripada gejala stres. Kemunculannya pun bisa
bertahap sehingga sulit untuk benar-benar menyadari kapan depresi pertama kali
menyerang. Dadang Hawari (2013:148) berpendapat bahwa gejala depresi dapat
dilihat dari 2 apek yaitu:
1. Aspek psikis
✔ Kehilangan selera untuk menikmati hobi
✔ Merasa sedih secara berkepanjangan
✔ Mudah merasa cemas
✔ Merasa hidup ini tidak ada harapan
✔ Mudah menangis
✔ Merasa sangat bersalah, tidak berharga, dan tidak berdaya
✔ Tidak percaya diri
✔ Menjadi sangat sensitif atau mudah marah terhadap orang-orang disekitar
✔ Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
✔ Berfikir atau mencoba bunuh diri
2. Aspek pisik
✔ Badan selalu merasa lelah
✔ Gangguan pada pola tidur
✔ Merasakan berbagai rasa sakit
✔ Tidak berselera untuk melakukan hubungan seksual
✔ Bergerak atau berbicara lebih lambat
✔ Merasa tidak bisa beristirahat atau kesulitan untuk duduk diam
✔ Sakit kepala
✔ Mengalami keram.
Sementara menurut Namora Lumangga Lubis (2009:22-25) gejala depresi terdiri
atas 3 bagian yaitu:
1. Gejala Pisik
a. Gangguan pola tidur, misalnya sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu
sedikit tidur
b. Menurunya tingkat aktivitas. Orang yang depresi menunjukkan perilaku
yang pasif, misalnya menonton tv, makan dan tidur.
c. Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena deperesi akan sulit
mengfokuskan perhatian atau fikiran pada suatu hal atau pekerjaan.
d. Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan
kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya.
e. Mudah merasa letih dan sakit. Karena depresi itu sendiri adalah perasaan
negatif .
2. Gejala Psikis
a. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami
depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif.
b. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala
sesuatu dengan dirinya.
c. Merasa diri tidak berguna. Peraaan tidak berguna ini muncul karena
mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama dibidang atau
lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.
d. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran
orang yang mengalami depresi.
e. Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas
kekusahan yang dialaminya.
3. Gejala Sosial
Depresi sebenarnya berasal dari diri sendiri dan pada akhirnya
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Lingkungan akan bereaksi
terhadap perilaku orang yang depresi yang pada umumnya negatif (mudah
marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, dan mudah sakit).
Problem sosial biasanya terjadi pada masalah interaksi dengan rekan kerja,
atasan atau bawahan. Masalah tersebut tidak hanya berbentuk konflik,
namun masalah lain seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada
diantara kelompok. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan
secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.
b. Susunan Kimia Otak dan Tubuh: Beberapa bahan kimia di dalam otak dan
tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita.
e. Gaya Hidup: Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak
pada penyakit misalnya penyakit jantung juga bisa memicu kecemasan
dan depresi.
Faktor Psikologis
b. Pola Pikir: Seseorang yang merasa negatif mengenai diri sendiri rentan
terkena depresi.
c. Harga Diri: Harga diri merupakan salah satu faktor yang menentukan
perilaku individu.
Depresi merupakan indikasi bahwa anda memiliki masalah dalam diri anda
yang harus anda temukan solusinya. Meskipun depresi bersifat individual tapi
pengangannya dapat dilakukan secara universal. Indikator penangan depresi dapat
dilakukan secara universal yaitu adanya perbedaan pendapat dari para ahli dalam
menanganinya. Menurut Mohamad Surya (2013: 297-298) cara mengatasi depresi
yaitu:
1.) Lebih banyak melakukan aktifitas yang berguna dan emberikan rasa puas
sehingga dapat mencegah atau memperbaiki keadaan depresi.
2.) Melakukan kegiatan yang menyenangkan
3.) Lebih banyak bertindak atas dasar penalaran (bersifat rasional) ketimbang
atas dasar perasaan ( bersifat emosional ).
4.) Lebih meningkatkan kekuatan sendiri ( ego strength) antara lain kekuatan
dalam keterbukaan diri, pemahaman diri, dan kepercayaan diri.
5.) Meningkatkan penguasaan keterampilan keterampilan sosial, yang meliputi
keterampilan dalam berinteraksi dengan orang lain.
6.) Meningkatkan keterampilan spiritual, atau lebih meningkatkan pada kadar
kehidupan keagamaan
7.) Meningkatkan keterampilan intelektual, dengan terus menerus menambah
pengetahuan melalui berbagai kesempatan.
a. Obat Antidepresan
b. CBT(Cognitive Behavior Therapy) : Pendekatan CBT memusatkan perhatian
pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan
psikologi klien.
c. Terapi Interpersonal: Bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada
hubungan antara orang-orang dengan perkembangan sintom penyakit kejiwaan.
d. Konseling Kelompok dan Dukungan Sosial: pelaksanaan wawancara komseling
yang dilakukan antara seorang konselor dengan beberapa pasien sekaligus dalam
kelompok kecil.
e. Berolahraga
f. Mengatur Pola Makan
g. Terapi Humor
h. Berdo’a
i. Hidroterapi dan Hidrotermal
j. Menolong Orang yang Sedang Menderita Depresi
Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa cara mengatasi depresi
yaitu berolahraga, mengatur pola makan dan berdoa.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Walau sudah diawali oleh niat yang kuat namun tetap saja ada hari-hari di
mana rasa malas mengalahkan motivasi untuk berolahraga. Motivasi merupakan
kalimat yang sering dihubungkan dengan pencapaian prestasi seseorang. Hal ini
membuktikan bahwa motivasi dapat dijadikan pendorong individu dalam
memperoleh hasil yang maksimal. Agar pemahaman motivasi tidak bias maka
harus paham terlebih dahulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan motivasi.
A. DEPINISI MOTIVASI
Motivasi atlet sangat/siswa dibutuhkan baik pada saat melaksanakan
program latihan maupun pada saat pertandingan atau belajar. Pada prinsipnya
motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Untuk menerapkan motivasi bukan hanya pekerjanaan pelatih dan atlit
tapi juga para orang tua atlit. Banyak pelatih yang mengatakan bahwa motivasi
atlet itu harus terlihat dalam tanggung jawab atlet, setelah atlet tersebut
mempelajari berbagai keterampilan dalam olahraga. Hal ini sejalan dengan apa
yang dikatakan oleh Apta Mylsidayu (2014:23) motivasi adalah kekuatan yang
mendorong seseorang bereaksi/tidak bereaksi untuk menentukan arah aktivitas
terhadap pencapaian tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
A. DEPINISI KONSENTRASI
Konsentrasi merupakan salah satu komponen psikis yang selalu menjadi
momok dalam setiap pertandingan. Tidak sedikit atlit atau tim atau klub yang
kalah karena kurang konsentrasi baik pada awal pertandingan maupun pada
akhir pertandingan. Supriyo (2017:54) mengatakan bahwa kurang kosentrasi
adalah kurangnya pemutusan perhatiaan dan pikiran terhadap suatu hal.
Artinya atlit atau tim yang kurang konsentrasi dapat dipastikan akan
mengalami kegagalan.
Hal ini bisa terjadi karena pada prinsipnya konsentrasi merupakan
kemampuan atlet untuk memusatkan perhatian pada informasi yang relevan
selama kompetisi (Cox (2002) Dalam Jurnal Iptek Olahraga (2013 : 116).
Bagi seorang atlit atau tim yang ingin berhasil dalam setiap pertandingan
wajib hukumnya bagi mereka untuk senantisa memelihara konsentrasi sejak
awal hingga akhir pertandingan. Banyak peristiwa kekalahan seorang atlit
atau tim disebabkan kurang konsentrasi dalam menjalani pertandingan
tersebut. Dengan kata lain atlit atau tim yang kurang konsentrasi harus siap
menerima konsekwensi dari kelalaian tersebut. Agus Supriyanto dan
lismadina (2013:112) mengatakan bahwa kurang kesentrasi adalah seseorang
terganggu pada saat melakukan aktivitas olahraga baik itu di dalam latihan
maupun di dalam perlombaan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat
dikatakan bahwa kurang konsentrasi adalah terpecahnya perhatian terhadap
tugas yang diemban. Untuk mengetahui tanda-tanda kurang konsentrasi kita
perlu pahami gejala yang ditimbulkan.
Sementara itu Weinberg dan Gould (2003) dalam Hariadi said (2017:
140) mengatakan bahwa terdapat dua sumber utama yang menjadi factor
penghambar konsentrasi, yaitu: 1) Sumber dari luar diri atlit berupa suara
yang keras yang mengganggu pendengaran, serta perang urat syaraf yang
dapat meningkatkan tensi darah sehingga pecah konsentrasi. 2) sumber dari
dalam individu atlit, seperti memikirkan kegagalan yang baru saj aterjadi
terutama atlit pemula, memikirkan hasil pertandingan yang akan dicapai,
gangguan fisiologis, misalnya merasa tercekik, napas tidak beraturan
berakibat pada rasa tegang otot dan rendahnya motivasi berprestasi. Uraian
ini menuntun dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
konsentrasi sepenuhnya berasal dari individu itu sendiri. Artinya faktor-faktor
yang mempengaruhi konsentrasi sebenarnya dapat diminimalisir apabila kita
mengetahui cara mengatasinya.
Atlit atau tim menjadi korban konsentrasi tak terhitung lagi baik yang
tergabung dalam olahraga perorangan amupun olahraga beregu. Bolt sprinter
terbaik dunia kalah dari Gatlin pada kejuaraan dunia pada tanggal 5 Agustus
tahun 2017 karena kurang konsentrasi. Berbagai penghargaan yang menjadi
harapannya terpaksa berpindah kepada Gatlin karena kurang konsentrasi.
Sementara untuk olahraga beregu seperti sepak bola hingga kini kesebelasan
yang menderita karena kurang konsentrasi tak terhtung lagi. Bermain baik
pada awal laga tiba-tiba kebobolan gol pada akhir pertandingan hanya karena
kehilangan konsentrasi yang akhirnya menderita kekalahan.
A. DEPINISI PRUSTASI
Tidak sedikit atlet berbakat yang dapat berprestasi tinggi dan dapat
menjadi juara, akhirnya gagal dan hilang ditengah perjalanan hidupnya sebagai
atlet yang berprestasi, karena merasa gagal dan mengalami frustrasi. Prustasi
secara umum banyak macamnya, berat tidaknya tergantung pada penapsiran
masing-masing individu. Artinya seseorang menganggap rintangan yang
dialaminya merupakan peristiwa alami, tapi dilain pihak ada yang
mengganggap kejadian tersebut masalah besar. Atas dasar tersebut kita perlu
mengetahui apa sebebanrnya prustasi tersebut. Prustasi adalah perasaan yang
muncul karena tidak tercapainya suatu keinginan, karena adanya rintangan yang
sulit diatasi hingga benar-benar tidak teratasi. Secara umum prustasi adalah
perasaan gagal untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, yang sifatnya
berkepanjangan.
Menurut Makmun Khairani (2013:162) frustasi adalah suatu keadaan
dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya kepuasan atau suatu
tujuan akibat adanya halangan atau rintangan dalam usaha mencapai kepuasan
dan tujuan tersebut. Sementara itu Husdarta (2014:83) berpendapat frustasi
biasanya timbul manakala seseorang merasa gagal dan tidak dapat mencapai
tujuan yang di inginkan. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Mohamad
Surya (2013:288) frustasi yaitu keadaan kekecewaan yag mendalam dan
kemudian mengganggu kondisi keseimbangan psikisnya. Dengan demikian
dapat dikatakan prustasi adalah perwujudan ketidakmampuan seseorang
menguasasi dirinya. Untuk meminimalisir agar rasa prustasi tidak menjadi
bagian dari hidup kita, maka salah satu cara yaitu dengan mendeteksi gejala-
gejala dari prustasi tersebut.
B. GEJALA-GEJALA PRUSTASI
Munculnya perasaan frusrasi pada umumnya setelah mengalami kegagalan,
dan sulit untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi kegagalannya itu. Tanda atau
gejala atau ciri prustasi secara visual dapat dilihat meski belum sepenuhnya benar.
Menurut Haryuni ( 2013 : 59-60 ) bahwa gejala gejala frustasi terdiri dari 3 aspek
yaitu:
1. Aspek Kejiwaan dan Perasaan misalnya adanya perasaan berduka secara terus
menerus ataupun sebentar-sebentar (tetapi sering). Tingkatan yang paling tinggi
adalah kesedihan. Beberapa gejalanya seperti: perasaaan cemas, takut,
terguncang, dan panik tanpa sebab.
2. Aspek Pikiran, contoh adanya kelemahan dalam kewaspadaan dn konsentrasi.
Beberapa gejalanya: Kehilangan perhatian terhadap segala sesuatu dan bersikap
ambisius
3. Aspek Fisik, misalnya gangguan tidur, gangguan pernafasan, sering buang air
kecil, cepat merasa lelah.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa gejala prustasi
yaitu adanya perubahan perilaku seseorang dari biasanya. Agar gejala tersebut
tidak menjadi kenyataan, maka lagkah paling tepat adalah kita harus
menelusuri faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebabnya.
c. Dengan cara introversi, yaitu menempuh jalan dengan menarik diri dan
masuk kedalam dunia khayal.
d. Melakukan proyeksi, yaitu menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya
kepada orang lain.
e. Substitusi, yaitu cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara
yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran.
Atas dasar pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa cara
untuk mengatasi prustasi yaitu dengan menyerahkan diri seutuhnya kepada
Allah SWT dan memahami lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA