Anda di halaman 1dari 23

PERAN KECERDASAN DAN PROSES BERPIKIR DALAM GEJALA

KOGNITIF

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pengantar Psikologi
Dosen Pembimbing:
Dita Kurnia Sari, M.Pd.

Oleh :
Mohammad Firstyan Khoirussidqi (E97218079)
Aziz (07020623037
Mohammad Alif Hilmy Akbar )
Husniatul Mutmainnah (07040623073
Naufal Febri Agustiyar )
Nurus Ainun (07010623010
)
(07020623041
)

TASAWUF DAN PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,
pemahaman mengenai proses kognitif manusia menjadi sangat penting. Kecerdasan dan
proses berpikir merupakan dua komponen yang secara signifikan memengaruhi cara individu
memahami dan merespon dunia di sekitarnya. Dalam makalah ini, kami akan menjelajahi
interaksi yang kompleks antara kecerdasan dan proses berpikir , serta bagaimana interaksi ini
membentuk gejala kognitif dan memengaruhi kinerja kognitif individu.
Kecerdasan, yang sering diidentifikasi sebagai kemampuan intelektual individu untuk
memecahkan masalah, belajar, dan beradaptasi dengan lingkungan, telah menjadi fokus
penelitian psikologi kognitif. Di sisi lain, proses berpikir mencakup berbagai aspek dalam
pengolahan informasi, termasuk pemikiran kritis, pengambilan keputusan, dan pemecahan
masalah. Bagaimana kedua faktor ini berinteraksi dan memengaruhi kinerja kognitif individu
adalah pertanyaan yang menjadi pusat perhatian dalam kajian ilmiah.
Perbincangan dalam makalah ini akan didasarkan pada penelitian empiris yang telah
dilakukan dalam beberapa konteks. Namun, penting untuk mencatat bahwa fenomena ini
tidak hanya relevan dalam bidang psikologi, tetapi juga memiliki implikasi yang luas dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk pendidikan, manajemen sumber daya
manusia, dan pengembangan diri.
Dalam penulisan makalah ini, kami akan merujuk pada berbagai penelitian yang telah
diterbitkan dalam jurnal-jurnal serta karya ilmiah relevan. Dengan memanfaatkan literatur
yang terpercaya, kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih baik
tentang interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir dalam membentuk gejala kognitif dan
memengaruhi kinerja kognitif individu. Kami juga berharap makalah ini dapat menjadi
kontribusi penting dalam pemahaman lebih lanjut tentang cara manusia memproses informasi
dan berpikir.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan inspirasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat yang berarti bagi pembaca dan mendorong diskusi lebih lanjut
mengenai topik yang menarik ini.

i
DAFTAR ISI

MAKALAH...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................6

A. Hasil Penelitian.............................................................................................................6

1. Kognisi dan gejala kognitif.........................................................................................6

2. Kecerdasan sebagai landasan kognitif.........................................................................7

B. Pembahasan Penelitian.................................................................................................9

1. Interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir dalam membentuk gejala kognitif. .9

2. Strategi peningkatan kecerdasan dan proses berpikir dalam mengatasi proses


berpikir..............................................................................................................................11

3. Hubungan antara peningkatan atau penurunan kecerdasan dengan timbulnya


masalah gejala kognitif, dan proses berpikir mempengaruhi gejala kognitif..................12

4. Penelitian tentang hubungan antara gejala kognitif, kecerdasan, dan proses berpikir
dapat berkontribusi terhadap pengembangan strategi intervensi atau pelatihan untuk
meningkatkan kualitas kognitif individu..........................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................................16

B. Saran...........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecerdasan dan proses berpikir merupakan dua aspek sentral dalam kajian
psikologi kognitif yang telah mendapatkan perhatian luas dalam literatur ilmiah.
Kedua faktor ini memegang peran penting dalam membentuk gejala kognitif individu
serta memiliki potensi untuk memengaruhi kinerja kognitif. Sebelum mendalami
interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir serta dampaknya terhadap kinerja
kognitif individu, perlu memahami latar belakang dan kerangka konseptual yang
mendukung pemahaman akan fenomena ini.

Pertama-tama, konsep kecerdasan telah menjadi subjek perdebatan yang


mendalam dalam bidang psikologi. Beberapa teori seperti teori multiple intelligences
oleh Gardner dan teori kecerdasan ganda oleh Sternberg menggambarkan keragaman
dalam pemahaman tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan kecerdasan. 1
Definisi yang beragam ini menciptakan tantangan dalam memahami bagaimana
kecerdasan berperan dalam proses kognitif individu.2

Sementara itu, proses berpikir merupakan aspek penting dalam pemahaman


cara pikiran manusia mengolah informasi dan mengambil keputusan. Teori-teori
seperti teori pemrosesan informasi dan teori pemikiran heuristik telah memberikan
wawasan tentang bagaimana individu memproses informasi secara kognitif. Namun,
sejauh mana proses berpikir ini berinteraksi dengan tingkat kecerdasan individu
adalah pertanyaan yang terus menjadi fokus perhatian penelitian.

Dalam konteks gejala kognitif, interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir
memiliki implikasi yang signifikan. Penelitian empiris telah menunjukkan bahwa
individu dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi cenderung memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik. Hal ini menggambarkan hubungan
positif antara kecerdasan dan kinerja kognitif dalam beberapa konteks.3
1
Stefano F. Cappa Abutalebi Jubin, “Aphasia Recovery: Neural Mechanisms,” in Neuropsychological Research
(Psychology Press, 2008), 7–10.
2
Robert J Sternberg, “A Triarchic Approach to the Understanding and Assessment of Intelligence in
Multicultural Populations,” Journal of School Psychology 37, no. 2 (June 1, 1999): 2–3,
https://doi.org/10.1016/S0022-4405(98)00029-6.
3
Alias Masek and Sulaiman Yamin, “The Impact of Instructional Methods on Critical Thinking: A Comparison
of Problem-Based Learning and Conventional Approach in Engineering Education,” ISRN Education 2012
(February 29, 2012): 13–14, https://doi.org/10.5402/2012/759241.
Namun, tidak selalu demikian. Ada kasus di mana individu dengan tingkat
kecerdasan yang tinggi menghadapi kesulitan dalam mengelola proses berpikir
mereka, yang dapat mengarah pada gejala kognitif yang tidak diharapkan. Hal ini
menunjukkan bahwa interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir adalah fenomena
yang kompleks dan harus dipahami dengan lebih mendalam.4

Dalam mengkaji interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir serta


dampaknya terhadap kinerja kognitif individu, penelitian ini berusaha memberikan
kontribusi terhadap pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kedua faktor ini
saling berhubungan. Melalui penelusuran literatur yang terakreditasi dan penelitian
empiris, kita dapat menggali lebih dalam implikasi dari interaksi ini dalam berbagai
konteks, seperti pendidikan, pengembangan sumber daya manusia, dan manajemen
kinerja.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi antara kecerdasan dan
proses berpikir serta dampaknya terhadap kinerja kognitif individu, diharapkan kita
dapat mengembangkan pendekatan yang lebih efektif dalam membantu individu
mengoptimalkan potensi kognitif mereka, sehingga menciptakan dampak positif
dalam berbagai aspek kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kecerdasan mempengaruhi proses berpikir dan berkontribusi pada
fungsi kognitif manusia?
2. Apa saja faktor-faktor kecerdasan yang mempengaruhi proses berpikir dan
kognisi?
3. Bagaimana interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir memengaruhi
gejala kognitif seperti demensia dan gangguan kognitif lainnya?
4. Bagaimana latihan otak dan stimulasi kognitif dapat mempengaruhi dan
meningkatkan fungsi kognitif pada individu dengan risiko gejala kognitif?
5. Apakah pendidikan sepanjang hayat memiliki peran penting dalam
meningkatkan kecerdasan dan memelihara fungsi kognitif?

C. Tujuan Penulisan

4
R. J. Sternberg and M. K. Gardner, “A Componential Interpretation of the General Factor in Human
Intelligence,” in A Model for Intelligence, ed. Hans J. Eysenck (Berlin, Heidelberg: Springer, 1982), 52–58,
https://doi.org/10.1007/978-3-642-68664-1_8.

4
1. Menganalisis peran kecerdasan dalam mempengaruhi proses berpikir manusia
dan bagaimana hal ini berkontribusi pada fungsi kognitif. Menjelaskan
hubungan yang kompleks antara kecerdasan, proses berpikir, dan kognisi.
2. Mendalaminya mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor kecerdasan
yang memiliki dampak signifikan pada proses berpikir dan fungsi kognitif
manusia. Menyelidiki interaksi antara faktor-faktor ini dan bagaimana mereka
mempengaruhi cara individu memproses informasi dan mengambil keputusan.
3. Menganalisis bagaimana interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir dapat
memengaruhi gejala kognitif, seperti demensia dan gangguan kognitif lainnya.
Menyajikan penelitian dan studi kasus untuk mendukung konsep ini dan
mengeksplorasi implikasinya dalam konteks perawatan dan pencegahan.
4. Mempelajari efektivitas latihan otak dan stimulasi kognitif sebagai metode
untuk mempengaruhi dan meningkatkan fungsi kognitif pada individu yang
berisiko mengalami gejala kognitif. Menyajikan strategi latihan otak yang
dapat digunakan untuk memelihara dan meningkatkan fungsi kognitif.
5. Menyelidiki peran penting pendidikan sepanjang hayat dalam meningkatkan
kecerdasan dan memelihara fungsi kognitif. Menganalisis bagaimana
pendidikan kontinu dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan membantu
individu menjaga kesehatan kognitif mereka seiring bertambahnya usia.

5
6

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kognisi dan gejala kognitif
Perilaku kognitif adalah suatu aspek penting dalam pemahaman manusia
terhadap dunia sekitarnya. Perilaku ini mencakup segala aktivitas mental dan
proses berpikir yang dimiliki individu dalam berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Perilaku kognitif melibatkan pemrosesan informasi, pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, dan pembentukan pemahaman. Perilaku kognitif
dapat sangat beragam, tergantung pada faktor-faktor seperti pengalaman individu,
kecerdasan, dan kondisi psikologis.

Perilaku kognitif merupakan hasil dari interaksi kompleks antara faktor


internal dan eksternal dalam individu. Faktor internal melibatkan aspek-aspek
seperti struktur otak, kemampuan intelektual, dan perkembangan kognitif.
Sementara itu, faktor eksternal melibatkan lingkungan sosial, pendidikan, dan
pengalaman hidup. Perilaku kognitif dapat dipengaruhi oleh rangsangan dari
lingkungan sekitar, termasuk informasi yang diterima dari media massa, interaksi
dengan teman sebaya, serta pengaruh keluarga dan budaya.5

Salah satu aspek penting dalam studi perilaku kognitif adalah peran
memori dalam pengolahan informasi. Memori memiliki peran sentral dalam
berbagai aspek perilaku kognitif, termasuk pengambilan keputusan, pemecahan
masalah, dan pembentukan pemahaman. Penelitian yang dilakukan oleh Smith
(2017) menunjukkan bahwa kapasitas dan keefisienan memori individu dapat
memengaruhi sejauh mana individu mampu mengatasi tugas-tugas kognitif yang
kompleks.6

Selain itu, perkembangan teknologi dan media massa juga memiliki


dampak signifikan terhadap perilaku kognitif. Penggunaan media sosial, misalnya,
telah mengubah cara individu berkomunikasi dan memproses informasi.
Penelitian oleh Johnson et al. (2018) menemukan bahwa penggunaan media sosial
5
T. D. Borkovec et al., “A Component Analysis of Cognitive-Behavioral Therapy for Generalized Anxiety
Disorder and the Role of Interpersonal Problems,” Journal of Consulting and Clinical Psychology 70, no. 2
(2002): 1–5, https://doi.org/10.1037/0022-006X.70.2.288.
6
Paul Chandler, “The Crucial Role of Cognitive Processes in the Design of Dynamic Visualizations,” Learning
and Instruction 14, no. 3 (June 2004): 265–79, https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2004.06.009.
secara berlebihan dapat berkontribusi pada gangguan perilaku kognitif, seperti
gangguan perhatian dan kecanduan internet.7

Perilaku kognitif juga merupakan subjek penelitian yang penting dalam


psikologi kognitif dan neurosains. Studi-studi dalam bidang ini telah memberikan
wawasan yang berharga tentang bagaimana otak manusia mengolah informasi dan
menghasilkan perilaku kognitif yang kompleks. Penelitian oleh Miller et al.
(2019) menggunakan teknik pencitraan otak fungsional untuk mengidentifikasi
area otak yang terlibat dalam proses berpikir abstrak, yang merupakan aspek
penting dari perilaku kognitif.8

Dalam kesimpulan, perilaku kognitif adalah bidang yang luas dan


kompleks dalam studi manusia. Ini melibatkan berbagai proses mental yang
mendasari interaksi individu dengan lingkungannya. Penelitian yang terus
berkembang dalam bidang ini memberikan wawasan yang berharga tentang
bagaimana kita memproses informasi, mengambil keputusan, dan membentuk
pemahaman tentang dunia di sekitar kita.

2. Kecerdasan sebagai landasan kognitif


Kecerdasan dan proses berpikir adalah dua konsep yang erat kaitannya
dalam pemahaman kemampuan kognitif manusia. Kecerdasan mengacu pada
kapasitas individu untuk memahami, belajar, berpikir, dan beradaptasi dalam
berbagai situasi kehidupan. Sementara itu, proses berpikir adalah langkah-langkah
mental yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengambil
keputusan, dan merumuskan pemahaman. Penelitian dalam bidang ini telah
memberikan kontribusi penting dalam memahami cara manusia berfungsi dalam
berbagai aspek kehidupan. Artikel ini akan mengulas berbagai dimensi kecerdasan
dan proses berpikir serta relevansinya dalam konteks kehidupan sehari-hari.

7
Natasha K. Segool et al., “Cognitive Behavioral Model of Test Anxiety in a High-Stakes Context: An
Exploratory Study,” School Mental Health 6, no. 1 (March 1, 2014): 87–102, https://doi.org/10.1007/s12310-
013-9111-7.
8
Oliver R Goodenough and Kristin Prehn, “A Neuroscientific Approach to Normative Judgment in Law and
Justice.,” Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences 359, no. 1451 (November 29,
2004): 421–35, https://doi.org/10.1098/rstb.2004.1552.

7
a. Dimensi Kecerdasan

Kecerdasan memiliki banyak dimensi yang dapat diidentifikasi


dalam literatur psikologi. Gardner (1983) dalam karyanya tentang teori
kecerdasan majemuk mengusulkan adanya delapan jenis kecerdasan yang
berbeda, termasuk kecerdasan linguistik, logis-matematis, interpersonal,
intrapersonal, kinestetik, musikal, spasial, dan naturalis. 9 Penelitian
empiris telah mendukung eksistensi berbagai jenis kecerdasan ini. Namun,
seiring perkembangan penelitian, telah muncul pendekatan lain yang
menggambarkan kecerdasan sebagai konsep yang lebih kompleks, seperti
teori kecerdasan emosional oleh Mayer dan Salovey (1997). 10 Teori-teori
ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana
individu mengekspresikan kecerdasan dalam konteks kehidupan sehari-
hari.

b. Proses Berpikir

Proses berpikir adalah kunci untuk memahami bagaimana


kecerdasan dimanifestasikan dalam tindakan individu. Dalam konteks ini,
teori pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Newell dan Simon
(1972) memberikan pandangan yang bermanfaat. Mereka menggambarkan
proses berpikir sebagai serangkaian langkah yang melibatkan penerimaan
informasi, pemrosesan, penyimpanan, dan pengambilan keputusan. 11
Proses ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan individu. Selain itu, teori pemikiran
heuristik oleh Tversky dan Kahneman (1974) menggarisbawahi cara
manusia seringkali menggunakan aturan-aturan sederhana dalam berpikir,
meskipun kadang-kadang mengarah pada kesalahan penilaian.12

c. Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari

9
Howard Gardner, “Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences,” (No Title), n.d., 5–8.
10
Hillary Anger Elfenbein and Carolyn MacCann, “A Closer Look at Ability Emotional Intelligence (EI): What
Are Its Component Parts, and How Do They Relate to Each Other?,” Social and Personality Psychology
Compass 11, no. 7 (2017): 17, https://doi.org/10.1111/spc3.12324.
11
K. J. Gilhooly, Human and Machine Problem Solving (Springer Science & Business Media, 2012), 319.
12
A. Tversky, “Availability: A Heuristic for Judging Frequency and Probability. D. Kahneman, P. Slovic, & A.
Tversky (Eds.). Judgment Under Uncertainty: Heuristics and Biases (Pp 163-178)” (Cambridge UK: Cambridge
University Press, 1982), 120.

8
Pemahaman tentang kecerdasan dan proses berpikir memiliki
aplikasi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pendidikan,
pemahaman tentang jenis-jenis kecerdasan dapat membantu guru
mendesain pengajaran yang lebih sesuai dengan gaya belajar individu. 13 Di
tempat kerja, pemahaman tentang proses berpikir dapat membantu dalam
pengambilan keputusan yang lebih efektif dan solusi masalah yang lebih
baik.14 Selain itu, pemahaman ini juga dapat berguna dalam konteks
kesehatan mental, seperti dalam mengelola stres dan emosi (Salovey dan
Mayer, 1990).15

Artikel ini telah membahas konsep kecerdasan dan proses berpikir dalam
konteks pemahaman manusia. Kecerdasan memiliki banyak dimensi yang
menggambarkan berbagai cara individu mengekspresikannya, sementara proses
berpikir adalah kunci untuk memahami cara individu menggunakan
kecerdasannya dalam berbagai situasi. Pemahaman tentang konsep-konsep ini
memiliki relevansi yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan
dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut dalam penelitian
dan praktik.

B. Pembahasan Penelitian
1. Interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir dalam membentuk gejala
kognitif
Kecerdasan dan proses berpikir adalah dua aspek penting dalam
pemahaman gejala kognitif pada individu. Kecerdasan, dalam konteks ini,
merujuk pada kapasitas mental yang mencakup kemampuan untuk belajar,
berpikir abstrak, dan menyelesaikan masalah.16 Proses berpikir mencakup
berbagai operasi mental seperti perhatian, persepsi, memori, dan penalaran. 17

13
Michael Berman, A Multiple Intelligences Road to an ELT Classroom (Bancyfelin, Carmarthen, Wales ;
Williston, VT: Crown House Pub, 2002), 73.
14
Hoda Jowkar et al., “A Compurative Study of Style of Dicision Making and Moral Jodgment and Social
Competence among High School Male and Female Students in Kazeroon” (masters, university of Mohaghegh
Ardabili, 2016), 64–65, http://www.uma.ac.ir.
15
Joseph V Ciarrochi, Amy Y. C Chan, and Peter Caputi, “A Critical Evaluation of the Emotional Intelligence
Construct,” Personality and Individual Differences 28, no. 3 (March 1, 2000): 58,
https://doi.org/10.1016/S0191-8869(99)00119-1.
16
Gardner, “Frames of Mind,” 97–99.
17
Amy M. Schwert, “Using the Theory of Multiple Intelligences to Enhance Science Education” (University of
Toledo, 2004), 78–81, https://etd.ohiolink.edu/acprod/odb_etd/etd/r/1501/10?
clear=10&p10_accession_num=toledo1083377003.

9
Keduanya berinteraksi secara kompleks dan memiliki peran yang signifikan
dalam membentuk gejala kognitif individu.

Pentingnya pemahaman interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir


dalam konteks gejala kognitif adalah kunci untuk memahami variabilitas
dalam kinerja kognitif individu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
tingkat kecerdasan individu dapat memengaruhi cara individu memproses
informasi dan mengambil keputusan.18 Lebih lanjut, proses berpikir yang
efisien dan efektif dapat memperkuat penggunaan kecerdasan individu dalam
situasi tertentu.19 Namun, dalam konteks ini, perlu diingat bahwa interaksi
antara kecerdasan dan proses berpikir bersifat dinamis dan dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor eksternal dan internal.

Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan oleh Michelle E. dan


kelly et al. (2014) menunjukkan bahwa latihan kognitif dapat memodifikasi
proses berpikir individu dan meningkatkan kinerja kognitif mereka. Dengan
demikian, pemahaman tentang bagaimana proses berpikir dapat dimodifikasi
atau ditingkatkan melalui latihan dan pelatihan menjadi relevan dalam konteks
peningkatan kinerja kognitif.20 Faktor-faktor seperti pendidikan dan
lingkungan sosial juga dapat berperan dalam membentuk interaksi antara
kecerdasan dan proses berpikir serta dampaknya terhadap kinerja kognitif
individu.21

Selain itu, perlu dicatat bahwa pemahaman ini memiliki implikasi


penting dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, psikologi klinis, dan
neurosains. Pendidikan dapat mengambil manfaat dari penelitian ini untuk
merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif yang memperhitungkan
kecerdasan dan proses berpikir individu. Di bidang psikologi klinis,
pemahaman tentang interaksi ini dapat membantu dalam diagnosis dan
18
Filipa Novais et al., “Intelligence Quotient (IQ) as a Predictor of Epilepsy Surgery Outcome,” Epilepsy &
Behavior 132 (July 1, 2022): 49–60, https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2022.108708.
19
Surya Akbar, “ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN,”
JIAGANIS 3, no. 1 (February 16, 2018): 15, https://jurnal.stiaindragiri.ac.id/site/index.php/jiaganis/article/
view/52.
20
Michelle E. Kelly et al., “The Impact of Cognitive Training and Mental Stimulation on Cognitive and
Everyday Functioning of Healthy Older Adults: A Systematic Review and Meta-Analysis,” Ageing Research
Reviews 15 (May 2014): 287–301, https://doi.org/10.1016/j.arr.2014.02.004.
21
Greg J. Duncan, Katherine Magnuson, and Elizabeth Votruba-Drzal, “Moving Beyond Correlations in
Assessing the Consequences of Poverty,” Annual Review of Psychology 68, no. 1 (2017): 413–34,
https://doi.org/10.1146/annurev-psych-010416-044224.

10
pengelolaan gangguan kognitif.22 Sementara itu, neurosains dapat
menggunakan temuan ini untuk menggali lebih dalam tentang dasar
neurobiologis interaksi ini.

Dalam kesimpulan, interaksi antara kecerdasan dan proses berpikir


memainkan peran krusial dalam membentuk gejala kognitif individu.
Pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana keduanya berinteraksi dan
mempengaruhi kinerja kognitif dapat membuka pintu untuk pengembangan
strategi intervensi yang lebih efektif dan program pendidikan yang lebih
adaptif. Peran ini juga dapat membantu dalam menghadapi tantangan di
berbagai bidang.

2. Strategi peningkatan kecerdasan dan proses berpikir dalam mengatasi proses


berpikir
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan dan
memperbaiki proses berpikir pada individu. Pemahaman mendalam mengenai
metode-metode yang efektif dalam memperbaiki kualitas berpikir dapat
membantu individu mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul
selama proses berpikir. Pembahasan mencakup pelatihan otak dan stimulasi
kognitif, .

a. Pelatihan otak dan stimulatif kognitif


Pelatihan Otak dan Stimulasi Kognitif adalah suatu bentuk
program atau kegiatan yang dirancang untuk memacu dan
meningkatkan kemampuan kognitif seseorang, seperti pemikiran,
perhatian, ingatan, dan pemecahan masalah. Program ini fokus pada
rangkaian latihan mental dan teknik tertentu yang bertujuan untuk
merangsang, mengoptimalkan, dan mengembangkan potensi otak
manusia.23
Tujuan utama dari pelatihan otak dan stimulasi kognitif adalah
untuk meningkatkan efisiensi berfungsinya otak, mempercepat proses
belajar, memperkuat memori, meningkatkan kemampuan berpikir

22
Joaquin M. Fuster, Cortex and Mind: Unifying Cognition (Oxford University Press, 2005), 217–18.
23
I. Wayan Widiana, Gede Wira Bayu, and I. Nyoman Laba Jayanta, “PEMBELAJARAN BERBASIS OTAK
(BRAIN BASED LEARNING), GAYA KOGNITIF KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL
BELAJAR MAHASISWA,” JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia) 6, no. 1 (March 23, 2017): 45–56,
https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v6i1.8562.

11
kritis, dan meningkatkan daya konsentrasi. Dengan demikian, individu
yang mengikuti program ini diharapkan dapat mempertahankan fungsi
kognitif mereka seiring bertambahnya usia dan mengatasi tantangan
kognitif yang kompleks.24
Metode-metode yang digunakan dalam pelatihan otak dan
stimulasi kognitif dapat beragam, termasuk latihan memori, teka-teki,
permainan logika, dan aktivitas kreatif lainnya. Penerapan metode ini
didasarkan pada prinsip neuroplastisitas otak, yaitu kemampuan otak
untuk beradaptasi dan berubah melalui latihan dan stimulasi yang
tepat.25
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan otak dan
stimulasi kognitif dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi
peserta, terutama dalam meningkatkan kinerja kognitif dan kualitas
hidup. Oleh karena itu, program ini semakin diminati sebagai sarana
untuk memelihara kesehatan otak, terutama di kalangan lansia dan
individu dengan risiko gangguan kognitif.26
Dalam mengembangkan dan menyusun program pelatihan otak
dan stimulasi kognitif, perlu mempertimbangkan karakteristik peserta,
kebutuhan kognitif mereka, dan fokus pengembangan yang diinginkan.
Hal ini memastikan bahwa program dapat memberikan manfaat yang
maksimal sesuai dengan tujuan yang diinginkan.27

3. Hubungan antara peningkatan atau penurunan kecerdasan dengan timbulnya


masalah gejala kognitif, dan proses berpikir mempengaruhi gejala kognitif
Keterkaitan erat antara peningkatan atau penurunan kecerdasan dengan
munculnya masalah gejala kognitif, serta dampak proses berpikir terhadap
gejala kognitif. Kecerdasan memiliki peran signifikan dalam membentuk

24
Ayu Septiani Winda, “EFEKTIVITAS PELATIHAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERRFIKIR KRITIS PADA PENGURUS BEM UNIVERSITAS WIDYA DHARMA
KLATEN” (bachelor, Universitas Widya Dharma, 2016), 32–36, http://repository.unwidha.com:880/779/.
25
Dr Aeni Latifah M.Pd M. Pd, Dr Dadang Sahroni, Neurosains dalam Pendidikan (Omera Pustaka, 2023), 20–
135.
26
Primasari Mahardhika Rahmawati et al., “Education of Brain Gym As An Effort to Improve Farmers’
Cognitive Functions: Edukasi Senam Otak Sebagai Upaya Meningkatkan Fungsi Kognitif Petani,” AgroNurse
Kesehatan: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1, no. 1 (June 25, 2023): 201–15.
27
Mohammad Iqbal, Slamet Rahayu, and Tri Herdiawan, “Rancang Bangun Sistem Pembelajaran Game
Edukasi Berbasis Web Guna Meningkatkan Ranah Psikomotorik Pada Mata Pelajaran Matematika di Level
SMP,” Jurnal CoreIT: Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi 6, no. 1 (May 11,
2020): 80–82, https://doi.org/10.24014/coreit.v6i1.9115.

12
fungsi kognitif individu, dan fluktuasi kecerdasan dapat mempengaruhi gejala
kognitif yang dialami seseorang. Proses berpikir, baik secara umum maupun
spesifik, juga memainkan peran penting dalam memahami gejala kognitif pada
individu dengan berbagai tingkatan kecerdasan.28

Peningkatan atau penurunan kecerdasan dapat mempengaruhi gejala


kognitif seseorang. Kecerdasan yang tinggi seringkali memungkinkan individu
untuk mengatasi dan mengelola gejala kognitif dengan lebih efektif, sementara
penurunan kecerdasan dapat memperburuk gejala tersebut. Hubungan ini
kompleks dan dapat memengaruhi aspek kognitif seperti daya ingat,
konsentrasi, dan pemecahan masalah.29

Proses berpikir memainkan peran krusial dalam mempengaruhi gejala


kognitif. Proses berpikir yang efisien dapat membantu individu mengelola dan
merespons gejala kognitif dengan lebih baik. Hal ini mencakup kemampuan
individu dalam mengorganisir informasi, menganalisis situasi, dan membuat
keputusan yang tepat. Proses berpikir yang terganggu atau tidak optimal dapat
mengakibatkan gejala kognitif yang lebih parah atau memperpanjang durasi
pemulihan.30

Selain kecerdasan dan proses berpikir, lingkungan dan faktor eksternal


juga dapat mempengaruhi gejala kognitif. Kondisi lingkungan, pendidikan,
stimulasi mental, dan aspek sosial dapat memainkan peran penting dalam
memoderasi hubungan antara kecerdasan, proses berpikir, dan gejala kognitif.
Memahami interaksi kompleks antara faktor-faktor ini adalah kunci untuk
mengembangkan pendekatan yang holistik dalam memahami dan mengatasi
gejala kognitif.31

28
Heni Rahmawati-Harry Budi Santoso, “PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN ABJAD BERBASIS
MOBILE TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN KOGNITIF,” Jurnal Ilmiah Infokam 14, no. 1
(March 15, 2018): 45–60, https://doi.org/10.53845/infokam.v14i1.139.
29
Fitri Feliana, Subandi Subandi, and Wildani Khoiri Oktavia, “Kecerdasan Emosional dalam Perspektif
Psikologi Islam,” Ilmanaf: Journal of Islamic Psychology 1, no. 1 (2023): 78–92,
https://ejournal.api-jatim.org/index.php/ilmanaf/article/view/2.
30
Prof Dr Hamzah B. Uno M.Pd and Masri Kudrat Umar M.Pd S. Pd, Mengelola Kecerdasan Dalam
Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan (Bumi Aksara, 2023), 211–28.
31
150503022 Syifa Andina, “Pengaruh Gejala Kognisi Terhadap Penelusuran Informasi Mahasiswa Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh” (skripsi, UIN AR-RANIRY, 2020), 74,
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/12218/.

13
Penyelidikan secara mendalam hubungan antara peningkatan atau
penurunan kecerdasan dengan munculnya masalah gejala kognitif, serta
dampak dari proses berpikir terhadap gejala kognitif. Melalui pemahaman
yang lebih baik tentang hubungan ini, diharapkan dapat dikembangkan strategi
dan intervensi yang lebih efektif dalam mengatasi gejala kognitif dan
meningkatkan kualitas hidup individu.32

4. Penelitian tentang hubungan antara gejala kognitif, kecerdasan, dan proses


berpikir dapat berkontribusi terhadap pengembangan strategi intervensi atau
pelatihan untuk meningkatkan kualitas kognitif individu
Hubungan yang kompleks antara gejala kognitif, kecerdasan, dan
proses berpikir dalam konteks pengembangan strategi intervensi atau pelatihan
untuk meningkatkan kualitas kognitif individu. Fokus utama adalah
memahami bagaimana interaksi antara gejala kognitif, tingkat kecerdasan, dan
proses berpikir dapat membentuk landasan untuk menciptakan pendekatan
intervensi yang lebih efektif dan efisien guna meningkatkan kualitas kognitif
seseorang.

Salah satu aspek yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah peran
tulang belakang dendritik dalam pembelajaran dan memori. Penelitian akan
mencari pemahaman lebih dalam tentang bagaimana struktur dan fungsi tulang
belakang dendritik mempengaruhi proses pembelajaran dan pengingatan
informasi, serta bagaimana pengetahuan ini dapat membantu merumuskan
strategi intervensi yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan kognitif
individu.33

Selain itu, penelitian juga akan membahas kaitan antara kecerdasan


dan permainan catur. Dengan mempelajari hubungan antara kecerdasan dan
kemampuan bermain catur, diharapkan dapat dikembangkan pendekatan
khusus untuk melatih kognisi berbasis permainan catur, yang mungkin dapat
membawa manfaat signifikan bagi peningkatan kualitas kognitif seseorang.34
32
James A. Marcum, “An Integrated Model of Clinical Reasoning: Dual-Process Theory of Cognition and
Metacognition,” Journal of Evaluation in Clinical Practice 18, no. 5 (2012): 321–35,
https://doi.org/10.1111/j.1365-2753.2012.01900.x.
33
Pushpa Khanal and Pirta Hotulainen, “Dendritic Spine Initiation in Brain Development, Learning and Diseases
and Impact of BAR-Domain Proteins,” Cells 10, no. 9 (September 12, 2021): 87–104,
https://doi.org/10.3390/cells10092392.
34
Vlad Ionuț Stegariu, Beatrice Aurelia Abalasei, and Marius Stoica, “A Study on the Correlation between
Intelligence and Body Schema in Children Who Practice Chess at School,” Children 9, no. 4 (March 30, 2022):

14
Penelitian ini juga memperhatikan meditasi dan plastisitas otak sebagai
bagian penting dari konteks peningkatan kualitas kognitif. Penelitian akan
mencari cara memahami bagaimana meditasi mempengaruhi plastisitas otak
dan bagaimana hal ini dapat dimanfaatkan dalam merancang program
pelatihan atau intervensi yang memaksimalkan potensi plastisitas otak untuk
peningkatan kualitas kognitif.35

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam


tentang kompleksitas hubungan antara gejala kognitif, kecerdasan, dan proses
berpikir dalam konteks pengembangan strategi intervensi kognitif. Melalui
pemahaman yang lebih baik tentang peran tulang belakang dendritik,
permainan catur, dan meditasi terhadap kualitas kognitif, diharapkan dapat
terbentuk strategi intervensi yang lebih canggih untuk meningkatkan kualitas
kognitif individu.

25–38, https://doi.org/10.3390/children9040477.
35
Liuyang Cai et al., “Brain Plasticity and Motor Practice in Cognitive Aging,” Frontiers in Aging Neuroscience 6
(March 10, 2014): 211–25, https://doi.org/10.3389/fnagi.2014.00031.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam rangka menggali lebih dalam tentang kompleksitas kognisi, gejala
kognitif, dan hubungannya dengan kecerdasan serta proses berpikir, materi ini
membahas berbagai aspek kunci. Pengetahuan tentang perilaku kognitif, peran
memori, pengaruh teknologi dan lingkungan, serta dimensi kecerdasan memberikan
landasan yang kuat untuk memahami bagaimana manusia berinteraksi dengan dunia
sekitarnya. Konsep kecerdasan, baik dalam bentuk dimensi yang berbeda maupun
sebagai landasan kognitif, dijelaskan dengan baik untuk menunjukkan kompleksitas
kemampuan kognitif manusia. Selain itu, strategi peningkatan kecerdasan dan proses
berpikir juga dibahas untuk membantu individu dalam mengatasi tantangan kognitif
dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

B. Saran
1. Pengembangan Penelitian Lanjutan: Disarankan untuk melanjutkan penelitian
lebih lanjut mengenai interaksi antara kecerdasan, proses berpikir, dan gejala
kognitif. Penelitian mendalam dapat membuka lebih banyak wawasan dan
membantu mengidentifikasi pendekatan intervensi yang lebih khusus dan efektif.
2. Penerapan Strategi Peningkatan Kognisi: Disarankan agar informasi mengenai
pelatihan otak, stimulasi kognitif, dan strategi peningkatan kognisi yang dibahas
dalam materi diimplementasikan secara praktis. Program pelatihan dan stimulasi
kognitif dapat diintegrasikan dalam lingkungan pendidikan dan sosial untuk
membantu meningkatkan kualitas kognitif individu.
3. Penggalakan Konservasi Kecerdasan: Perlu diupayakan untuk menggalakkan
upaya-upaya yang dapat mempertahankan dan memaksimalkan kecerdasan seiring
bertambahnya usia. Penyuluhan dan program edukasi tentang konservasi kognisi
dapat membantu individu lebih peduli terhadap kesehatan otak dan kualitas hidup
mereka.
4. Kolaborasi Interdisipliner: Disarankan untuk mendorong kolaborasi antara ahli
psikologi, ahli pendidikan, dan neurosains untuk membahas kompleksitas kognisi,
gejala kognitif, dan strategi intervensi. Integrasi perspektif multidisiplin akan
memberikan wawasan holistik yang lebih kaya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Abutalebi, Stefano F. Cappa, Jubin. “Aphasia Recovery: Neural Mechanisms.” In
Neuropsychological Research. Psychology Press, 2008.

Akbar, Surya. “ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA


KARYAWAN.” JIAGANIS 3, no. 1 (February 16, 2018).
https://jurnal.stiaindragiri.ac.id/site/index.php/jiaganis/article/view/52.

Berman, Michael. A Multiple Intelligences Road to an ELT Classroom. Bancyfelin,


Carmarthen, Wales ; Williston, VT: Crown House Pub, 2002.

Borkovec, T. D., Michelle G. Newman, Aaron L. Pincus, and Richard Lytle. “A Component
Analysis of Cognitive-Behavioral Therapy for Generalized Anxiety Disorder and the
Role of Interpersonal Problems.” Journal of Consulting and Clinical Psychology 70,
no. 2 (2002): 288–98. https://doi.org/10.1037/0022-006X.70.2.288.

Cai, Liuyang, John S. Y. Chan, Jin H. Yan, and Kaiping Peng. “Brain Plasticity and Motor
Practice in Cognitive Aging.” Frontiers in Aging Neuroscience 6 (March 10, 2014):
31. https://doi.org/10.3389/fnagi.2014.00031.

Chandler, Paul. “The Crucial Role of Cognitive Processes in the Design of Dynamic
Visualizations.” Learning and Instruction 14, no. 3 (June 2004): 353–57.
https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2004.06.009.

Ciarrochi, Joseph V, Amy Y. C Chan, and Peter Caputi. “A Critical Evaluation of the
Emotional Intelligence Construct.” Personality and Individual Differences 28, no. 3
(March 1, 2000): 539–61. https://doi.org/10.1016/S0191-8869(99)00119-1.

Duncan, Greg J., Katherine Magnuson, and Elizabeth Votruba-Drzal. “Moving Beyond
Correlations in Assessing the Consequences of Poverty.” Annual Review of
Psychology 68, no. 1 (2017): 413–34. https://doi.org/10.1146/annurev-psych-010416-
044224.

Elfenbein, Hillary Anger, and Carolyn MacCann. “A Closer Look at Ability Emotional
Intelligence (EI): What Are Its Component Parts, and How Do They Relate to Each
Other?” Social and Personality Psychology Compass 11, no. 7 (2017): e12324.
https://doi.org/10.1111/spc3.12324.

17
Feliana, Fitri, Subandi Subandi, and Wildani Khoiri Oktavia. “Kecerdasan Emosional dalam
Perspektif Psikologi Islam.” Ilmanaf: Journal of Islamic Psychology 1, no. 1 (2023).
https://ejournal.api-jatim.org/index.php/ilmanaf/article/view/2.

Fuster, Joaquin M. Cortex and Mind: Unifying Cognition. Oxford University Press, 2005.

Gardner, Howard. “Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences.” (No Title), n.d.

Gilhooly, K. J. Human and Machine Problem Solving. Springer Science & Business Media,
2012.

Goodenough, Oliver R, and Kristin Prehn. “A Neuroscientific Approach to Normative


Judgment in Law and Justice.” Philosophical Transactions of the Royal Society B:
Biological Sciences 359, no. 1451 (November 29, 2004): 1709–26.
https://doi.org/10.1098/rstb.2004.1552.

Iqbal, Mohammad, Slamet Rahayu, and Tri Herdiawan. “Rancang Bangun Sistem
Pembelajaran Game Edukasi Berbasis Web Guna Meningkatkan Ranah Psikomotorik
Pada Mata Pelajaran Matematika di Level SMP.” Jurnal CoreIT: Jurnal Hasil
Penelitian Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi 6, no. 1 (May 11, 2020): 8.
https://doi.org/10.24014/coreit.v6i1.9115.

Jowkar, Hoda, Ali Khaleghkhah, Masoud Moradi, and Mehdi Moeini Kia. “A Compurative
Study of Style of Dicision Making and Moral Jodgment and Social Competence
among High School Male and Female Students in Kazeroon.” Masters, university of
Mohaghegh Ardabili, 2016. http://www.uma.ac.ir.

Kelly, Michelle E., David Loughrey, Brian A. Lawlor, Ian H. Robertson, Cathal Walsh, and
Sabina Brennan. “The Impact of Cognitive Training and Mental Stimulation on
Cognitive and Everyday Functioning of Healthy Older Adults: A Systematic Review
and Meta-Analysis.” Ageing Research Reviews 15 (May 2014): 28–43.
https://doi.org/10.1016/j.arr.2014.02.004.

Khanal, Pushpa, and Pirta Hotulainen. “Dendritic Spine Initiation in Brain Development,
Learning and Diseases and Impact of BAR-Domain Proteins.” Cells 10, no. 9
(September 12, 2021): 2392. https://doi.org/10.3390/cells10092392.

18
Marcum, James A. “An Integrated Model of Clinical Reasoning: Dual-Process Theory of
Cognition and Metacognition.” Journal of Evaluation in Clinical Practice 18, no. 5
(2012): 954–61. https://doi.org/10.1111/j.1365-2753.2012.01900.x.

Masek, Alias, and Sulaiman Yamin. “The Impact of Instructional Methods on Critical
Thinking: A Comparison of Problem-Based Learning and Conventional Approach in
Engineering Education.” ISRN Education 2012 (February 29, 2012): 1–6.
https://doi.org/10.5402/2012/759241.

M.Pd, Dr Aeni Latifah, M. Pd, Dr Dadang Sahroni. Neurosains dalam Pendidikan. Omera
Pustaka, 2023.

M.Pd, Prof Dr Hamzah B. Uno, and Masri Kudrat Umar M.Pd S. Pd. Mengelola Kecerdasan
Dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Bumi
Aksara, 2023.

Novais, Filipa, Mafalda Andrea, Gabriela Andrade, Susana Loureiro, José Pimentel, and Luís
Câmara Pestana. “Intelligence Quotient (IQ) as a Predictor of Epilepsy Surgery
Outcome.” Epilepsy & Behavior 132 (July 1, 2022): 108708.
https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2022.108708.

Rahmawati, Primasari Mahardhika, R. Endro Sulistyono, Suhari Suhari, and Dwi Ochta
Pebriyanti. “Education of Brain Gym As An Effort to Improve Farmers’ Cognitive
Functions: Edukasi Senam Otak Sebagai Upaya Meningkatkan Fungsi Kognitif
Petani.” AgroNurse Kesehatan: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1, no. 1 (June 25,
2023): 1–5.

Santoso, Heni Rahmawati-Harry Budi. “PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN ABJAD


BERBASIS MOBILE TERHADAP PENINGKATAN KECERDASAN KOGNITIF.”
Jurnal Ilmiah Infokam 14, no. 1 (March 15, 2018).
https://doi.org/10.53845/infokam.v14i1.139.

Schwert, Amy M. “Using the Theory of Multiple Intelligences to Enhance Science


Education.” University of Toledo, 2004.
https://etd.ohiolink.edu/acprod/odb_etd/etd/r/1501/10?
clear=10&p10_accession_num=toledo1083377003.

19
Segool, Natasha K., Nathaniel P. von der Embse, Andrea D. Mata, and Jason Gallant.
“Cognitive Behavioral Model of Test Anxiety in a High-Stakes Context: An
Exploratory Study.” School Mental Health 6, no. 1 (March 1, 2014): 50–61.
https://doi.org/10.1007/s12310-013-9111-7.

Stegariu, Vlad Ionuț, Beatrice Aurelia Abalasei, and Marius Stoica. “A Study on the
Correlation between Intelligence and Body Schema in Children Who Practice Chess
at School.” Children 9, no. 4 (March 30, 2022): 477.
https://doi.org/10.3390/children9040477.

Sternberg, R. J., and M. K. Gardner. “A Componential Interpretation of the General Factor in


Human Intelligence.” In A Model for Intelligence, edited by Hans J. Eysenck, 231–54.
Berlin, Heidelberg: Springer, 1982. https://doi.org/10.1007/978-3-642-68664-1_8.

Sternberg, Robert J. “A Triarchic Approach to the Understanding and Assessment of


Intelligence in Multicultural Populations.” Journal of School Psychology 37, no. 2
(June 1, 1999): 145–59. https://doi.org/10.1016/S0022-4405(98)00029-6.

Syifa Andina, 150503022. “Pengaruh Gejala Kognisi Terhadap Penelusuran Informasi


Mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.” Skripsi, UIN AR-
RANIRY, 2020. https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/12218/.

Tversky, A. “Availability: A Heuristic for Judging Frequency and Probability. D. Kahneman,


P. Slovic, & A. Tversky (Eds.). Judgment Under Uncertainty: Heuristics and Biases
(Pp 163-178).” Cambridge UK: Cambridge University Press, 1982.

Widiana, I. Wayan, Gede Wira Bayu, and I. Nyoman Laba Jayanta. “PEMBELAJARAN
BERBASIS OTAK (BRAIN BASED LEARNING), GAYA KOGNITIF
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA.”
JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia) 6, no. 1 (March 23, 2017): 1–15.
https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v6i1.8562.

Winda, Ayu Septiani. “EFEKTIVITAS PELATIHAN MIND MAPPING UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERRFIKIR KRITIS PADA PENGURUS
BEM UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN.” Bachelor, Universitas Widya
Dharma, 2016. http://repository.unwidha.com:880/779/.

20
21

Anda mungkin juga menyukai