Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PSIKOLOGI KONSELING

“Hasil-Hasil Penelitian Konseling”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdullah Sinring, M.Pd & Zulfikri, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Aulya Ayama Qalbi (220404500034)


Muhammad Fadil Mb (220404501041)
Hajar Anna (220404502026)
Wardina Syahmimi (220404500022)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, makalah yang berjudul “Hasil-
Hasil Penelitian Konseling” dapat penulis selesaikan. Sholawat serta salam tak lupa
kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W.

Oleh karena itu sudah seharusnya penulis menyampaikan ucapan


terimakasih, rasa hormat dan penghargaan setinggi-tingginya kepada atas
bimbingan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kesalahan


dan kekurangan dalam pengetikan, namun penulis telah berusaha semaksimal
mungkin. Besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat, memberikan
edukasi serta pengetahuan bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

Makassar, 23 April 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan........................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. Hasil-Hasil Penelitian Konseling ................................................................. 5
BAB III ................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran ........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau lebih


membenarkan kebenaran. Kehadiran penelitian kualitatif dalam bidang kajian ilmu
Bimbingan dan Konseling memberi implikasi luas terhadap perkembangan usaha
penelitian pada gejala-gejala sosial budaya termasuk di dalamnya gejala-gejala
perilaku manusia baik yang terlihat (overt behavior) dan yang tak terlihat (covert
behavior). Penelitian sebagai suatu rangkaian kegitan yang mengandung prosedur
tertentu, yaitu serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap
(Habsy, 2017).

Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan riset


yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami. Pelaksanaan riset
ini bersifat mendasar atau membumi dan bersifat naturalistik atau alami. Dengan
istilah lain, riset semacam ini sering disebut dengan Naturalistic Inquiry, Field
Study, atau studi observasional. Oleh karena itu tidak dapat dilakukan di
laboratorium, melainkan di lapangan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang lebih mengutamakan pada masalah proses dan makna/persepsi, Juliana
Batubara … 98 di mana penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai
informasi kualitatif dengan deskripsi-analisis yang teliti dan penuh makna, yang
juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah. Pada
tiap-tiap obyek akan dilihat kecenderungan, pola pikir, ketidakteraturan, serta
tampilan perilaku dan integrasinya sebagaimana dalam studi kasus genetik
(Muhadjir, 1996 dalam Batubara, 2017).

B. Rumusan Masalah

1. Hasil-hasil penelitian konseling

C. Tujuan

2. Untuk mengetahui, dan memahami hasil-hasil penelitian dalam konseling

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hasil-Hasil Penelitian Konseling

1.

Judul : Kemajuan dalam Psikoterapi dan Konseling untuk


Meningkatkan Hasil Kesehatan Mental
Sumber : Vol 2 No 10 (2023): Jurnal Multidisiplin West Science
Penulis : Ni Desak Made Santi Diwyarthi, I Wayan Adi Pratama,
Habibi Habibi, Dito Anurogo, Septin Maisharah K
Abstrak : Analisis bibliometrik ini mengeksplorasi lanskap psikoterapi
dan konseling yang terus berkembang untuk meningkatkan
hasil kesehatan mental. Melalui pemeriksaan ekstensif
terhadap publikasi-publikasi utama, penulis berpengaruh, dan
jurnal-jurnal terkemuka, penelitian ini menyelidiki masa lalu,
masa kini, dan masa depan bidang ini. Tren dan area yang
sedang berkembang, seperti kompetensi budaya, teleterapi,
dan integrasi teknologi, menawarkan wawasan tentang
kemampuan adaptasi psikoterapi dan konseling terhadap
tantangan kesehatan mental kontemporer. Implikasi dari
analisis ini meluas ke pengambilan keputusan yang tepat,
penentuan prioritas penelitian, kolaborasi lintas-disiplin, dan
peningkatan layanan kesehatan mental. Dengan mengakui
keterbatasan dan arah masa depan, penelitian ini meletakkan
dasar untuk perjalanan progresif dalam meningkatkan hasil
kesehatan mental dan memajukan praktik berbasis bukti.
Hasil dan : Dalam Artikel penulis mengidentifikasi beberapa tren dan
pembahasan area yang sedang berkembang dalam psikoterapi dan
konseling. Beberapa tren tersebut meliputi kompetensi
budaya, teleterapi, dan integrasi teknologi. Tren-tren ini
memberikan wawasan tentang kemampuan adaptasi

5
psikoterapi dan konseling dalam menghadapi tantangan
kesehatan mental kontemporer. Analisis bibliometrik ini
memiliki implikasi yang luas, termasuk dalam pengambilan
keputusan yang tepat, penentuan prioritas penelitian,
kolaborasi lintas-disiplin, dan peningkatan layanan kesehatan
mental. Dengan mengakui keterbatasan dan arah masa depan,
penelitian ini meletakkan dasar untuk perjalanan progresif
dalam meningkatkan hasil kesehatan mental dan memajukan
praktik berbasis bukti.
Artikel ini menyoroti pentingnya kesehatan mental
sebagai masalah global yang signifikan. Kesehatan mental
memiliki dampak yang besar pada individu dan masyarakat,
dan tantangan kesehatan mental yang beragam membutuhkan
pemahaman yang komprehensif tentang psikoterapi dan
konseling. Psikoterapi dan konseling diakui sebagai pilar
fundamental dalam pengobatan kondisi kesehatan mental.
Artikel ini mencatat bahwa kemajuan dalam modalitas terapi
ini memiliki potensi untuk meningkatkan hasil kesehatan
mental, mengurangi penderitaan, dan meningkatkan
kesejahteraan individu secara keseluruhan.
Selain itu, pula artikel ini menyoroti pentingnya
analisis bibliometrik dalam memahami perkembangan dalam
psikoterapi dan konseling. Analisis ini memungkinkan
identifikasi kontribusi penting, peneliti berpengaruh, dan
jurnal-jurnal penting yang membentuk bidang ini. Analisis
bibliometrik juga memberikan wawasan tentang struktur
komunitas ilmiah, pola kolaborasi, dan dampak penelitian,
yang dapat membantu dalam pengembangan kebijakan,
penelitian di masa depan, dan alokasi sumber daya yang
strategis dalam perawatan kesehatan mental.

6
2.

Judul : Efektivitas Konseling Sebaya sebagai Upaya Penguatan


Kesehatan Mental Remaja Panti Asuhan
Sumber : Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan (J-
P3K) 2021, Vol. 2 (No. 2) : 166-173
Penulis : Nur Rohmah Hidayatul Qoyyimah, Rakhmaditya Dewi
Noorrizki, Mochammad Sa’id, Juwita Apriliana & Thifla
Thuwaffa Isqy
Abstrak : Kesehatan mental pada remaja menjadi isu penting yang
memerlukan perhatian. Remaja berada dalam fase yang rentan
terkena permasalahan kesehatan mental. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji efektivitas konseling sebaya sebagai
upaya penguatan kesehatan mental Remaja Panti Asuhan.
Metode yang digunakan adalah quasi-eksperimen dengan
desain one group pretest-posttest, dengan variabel bebas
berupa konseling sebaya dan variabel terikat berupa kesehatan
mental. Subjek penelitian merupakan satu kelompok yang
terdiri atas 16 Remaja Panti Asuhan Assalam Shoobur
Malang. Subjek berada pada fase remaja awal hingga tengah
dengan rentangan usia 12 – 16 tahun. Subjek diberikan pre-
test dan post-test untuk menilai keberhasilan dari perlakuan
yang diberikan. Instrumen untuk mengukur kesehatan mental
menggunakan hasil translasi dari mental health inventory
(MHI) milik Veit dan Ware (1983). Teknik analisis data yang
digunakan dengan uji Wilcoxon signed test. Hasil uji hipotesis
terbukti secara signifikan dengan nilai signifikansi 0,040 atau
lebih rendah dari nilai alpha 0,05. Dengan begini, dapat
disimpulkan bahwa konseling sebaya efektif sebagai upaya
memperkuat kesehatan mental Remaja Panti Asuhan.
Hasil dan : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, konseling
pembahasan sebaya terbukti efektif dalam memperkuat kesehatan mental
remaja di panti asuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji

7
efektivitas konseling sebaya sebagai upaya untuk
meningkatkan kesehatan mental remaja yang tinggal di panti
asuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui
konseling sebaya, remaja dapat belajar keterampilan dasar
konseling yang membantu mereka dalam mengungkapkan
perasaan, memecahkan masalah, dan meningkatkan
keterbukaan diri.
Remaja yang tinggal di panti asuhan seringkali rentan
mengalami masalah kesehatan mental karena berbagai faktor
seperti kehilangan orang tua, pengalaman trauma, atau
kurangnya dukungan sosial. Oleh karena itu, konseling sebaya
menjadi penting sebagai upaya untuk memberikan dukungan
dan bantuan kepada remaja tersebut dalam mengatasi masalah
kesehatan mental yang mereka hadapi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling sebaya
efektif dalam meningkatkan kesehatan mental remaja di panti
asuhan. Melalui proses konseling sebaya, remaja dapat
merasa didengar, dipahami, dan didukung oleh teman
sebayanya. Hal ini membantu membangun hubungan positif
antar remaja di panti asuhan dan meningkatkan kemandirian
serta kesejahteraan mental mereka.
Dengan demikian, konseling sebaya dapat dijadikan
sebagai salah satu metode yang efektif dalam memperkuat
kesehatan mental remaja di panti asuhan. Penting untuk terus
mengembangkan dan meningkatkan program konseling
sebaya sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan remaja yang tinggal di panti asuhan dan
membantu mereka dalam mengatasi berbagai masalah
kesehatan mental yang mereka hadapi.

8
3.

Judul : Role Model Siswa Dalam Penentuan Karir Remaja


Sumber : Jurnal Educatio. ISSN: 2459-9522 (Print), 2548-6756
(Online). Vol. 9, No. 1, 2023, pp. 123-130
Penulis : Rifki Abdul Ghani, Ipah Saripah & Nadia Aulia Nadhirah
Abstrak : Remaja yang masih belum memiliki keputusan karirnya akan
menghambat pada perencanaan karir yang menjadikan siswa
remaja kebingungan dalam memilih arah karir setelah lulus
sekolah. Siswa seringkali sulit untuk memutuskan apakah
akan melanjutkan studi atau tidak. Untuk mengantisipasi hal
tersebut dibutuhkan faktor pendorong agar siswa mampu
menentukan karirnya. Dalam mencapai tujuan tersebut
diperlukan bekal yang harus dimiliki setiap individu, seperti
penguasaan kemampuan dan aspek yang menunjang
kesuksesan karir. Dalam menentukan pilihan karir tak jarang
faktor eksternal menjadi pertimbangan seseorang dalam
merencanakan karir mereka. Salah satu contoh dari faktor
eksternal yang ikut berperan dalam perencanaan karir remaja
adalah role model. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peran role model siswa yang dapat membantu
dalam penentuan karir remaja. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan Systematic Literature Review
dari jurnal maupun prosiding yang membahas mengenai role
model dan penentuan karir remaja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa role model berperan dalam penentuan
karir siswa, melalui role model siswa dapat langsung
meneladani seorang role model dan siswa dapat mengikuti
jejak yang sama dengan role model yang diteladani.
Hasil dan : Penelitian ini membahas peran penting role model dalam
pembahasan membantu remaja dalam menentukan karir mereka. Role
model memiliki pengaruh yang signifikan dalam pemilihan
karir remaja melalui contoh dan teladan yang diberikan.

9
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Systematic Literature Review, di mana peneliti mencari dan
menganalisis artikel-artikel terkait role model dan penentuan
karir remaja untuk mendapatkan pemahaman yang
komprehensif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa role model positif
dapat memberikan inspirasi kepada remaja melalui contoh
karir yang sukses, penampilan yang baik, gaya bicara yang
positif, dan pengalaman karir yang memotivasi. Remaja
cenderung meniru dan mengikuti jejak role model yang
mereka kagumi. Selain itu, teknik modeling, di mana remaja
mengamati dan meniru model yang diinginkan, juga dapat
membantu dalam perencanaan karir mereka.
Perencanaan karir yang tepat juga dapat diajarkan melalui
layanan bimbingan dan konseling. Dalam konteks ini, role
model dapat berperan sebagai mentor yang memberikan
panduan dan dukungan kepada remaja dalam menentukan
jalur karir yang sesuai dengan minat dan potensi mereka.
Namun, penelitian juga menyoroti bahwa role model negatif
dapat mempengaruhi pemilihan karir remaja dengan cara
yang berlawanan, dengan memberikan contoh yang tidak
diinginkan atau tidak sehat.
Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa pemilihan
karir remaja lebih dipengaruhi oleh aspirasi pendidikan
daripada oleh mentoring, pengayaan akademik, role model,
self-efficacy, karir eksplorasi, atau pengaruh orang
tua/keluarga. Aspirasi pendidikan menjadi faktor utama yang
memengaruhi pilihan karir remaja, meskipun role model dan
proses modeling juga memiliki peran yang signifikan dalam
membentuk aspirasi karir remaja.
Dengan demikian, kesimpulan dari penelitian ini adalah
bahwa role model memiliki peran yang penting dalam

10
membantu remaja dalam menentukan karir mereka melalui
contoh, inspirasi, dan proses modeling. Perencanaan karir
yang tepat dan pemahaman diri pribadi juga berperan penting
dalam menentukan jalur karir yang diambil oleh remaja.
Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang
bagaimana role model dapat memengaruhi pemilihan karir
remaja dan pentingnya peran mereka dalam membimbing dan
menginspirasi generasi muda dalam meraih tujuan karir
mereka.

4.

Judul : Memahami Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan


Mental Mahasiswa
Sumber : Jurnal ilmiah mutiara pendidikan VOL. 2 NO. 1 (2024).
Penulis : Muthia Rahman Nayla
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana
penggunaan media sosial memengaruhi kesehatan mental
mahasiswa. Melalui wawancara dengan 10 mahasiswa dari
berbagai universitas di Indonesia, studi ini menemukan bahwa
media sosial dapat mempengaruhi ansietas, depresi, dan
persepsi diri. Meskipun bisa memicu perbandingan sosial
yang merugikan, media sosial juga bisa menjadi sumber
dukungan dan kesadaran tentang kesehatan mental. Peneliti
menyarankan meningkatkan kesadaran akan penggunaan
media sosial yang sehat di kalangan mahasiswa, serta
pentingnya pendidikan kesehatan mental dan intervensi di
lingkungan pendidikan. Temuan ini relevan bagi pembuat
kebijakan dan praktisi kesehatan mental, dan juga
memunculkan kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut
mengenai dampak spesifik fitur dan algoritma media sosial
terhadap kesehatan mental mahasiswa.

11
Hasil dan : Hasil dan Utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pembahasan media sosial mempunyai pengaruh yang kompleks dan
multifaset terhadap kesehatan mental mahasiswa. Mayoritas
mahasiswa yang menjadi partisipan melaporkan bahwa
media sosial mempengaruhi perasaan mereka tentang diri
sendiri dan lingkungan sosial mereka. Banyak partisipan
merasa bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan
sering kali menyebabkan perbandingan diri dengan orang lain,
yang berujung pada perasaan kurang baik, yang kemudian
berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis.. Hal ini
terutama terlihat dalam konteks penampilan fisik dan
pencapaian hidup, di mana media sosial memberikan standar
yang seringkali tidak realistis dan sulit untuk dicapai.

Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa penggunaan


media sosial dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan stres.
Pengguna melaporkan bahwa tekanan untuk selalu aktif dan
responsif di media sosial seringkali menimbulkan
kekhawatiran. Sebagai contoh, fenomena FOMO (Fear of
Missing Out) membuat pengguna merasa tertekan untuk
selalu terlibat dalam aktivitas online karena takut ketinggalan.
Sementara dampak negatif media sosial signifikan, aspek
positifnya juga penting. Partisipan mengakui manfaat seperti
terhubung dengan teman dan keluarga, serta akses ke
komunitas dan dukungan. Namun, dampak negatif seringkali
lebih mencolok, terutama ketika penggunaan media sosial
mengganggu aspek lain dari kehidupan seperti citra diri,
kecemasan, dan stres.

Implikasi dari penelitian ini bagi institusi pendidikan dan


praktisi kesehatan mental adalah menegaskan pentingnya
mengintegrasikan pendidikan kesehatan mental dalam

12
kurikulum. Program semacam ini dapat membantu mahasiswa
membangun keterampilan literasi digital dan kesadaran diri
yang lebih baik, sehingga mereka dapat menggunakan media
sosial dengan cara yang mendukung kesehatan mental
mereka. Lebih lanjut, hasil studi ini menunjukkan bahwa ada
kebutuhan untuk menciptakan intervensi dan strategi khusus
yang ditujukan untuk mengatasi aspek negatif dari
penggunaan media sosial, seperti pembatasan waktu layar dan
peningkatan aktivitas sosial di dunia nyata.

Di samping itu, hasil penelitian ini juga mempunyai implikasi


penting untuk pembuat kebijakan dan pengembang media
sosial. Kebijakan yang mendukung penggunaan media sosial
yang sehat dan etis perlu dikembangkan, termasuk regulasi
yang membatasi cara-cara tertentu dalam penggunaan media
sosial yang dapat merugikan kesehatan mental. Pengembang
media sosial juga dapat mempertimbangkan untuk merancang
fitur-fitur yang mendukung kesehatan mental penggunanya,
seperti pengingat untuk istirahat, atau filter untuk mengurangi
konten yang dapat memicu perbandingan sosial yang tidak
sehat.

Secara keseluruhan, penelitian ini sangat penting karena


membantu kita memahami bagaimana media sosial dapat
memengaruhi kesehatan mental mahasiswa. Meskipun media
sosial bermanfaat, kita perlu menggunakan platform tersebut
dengan bijak untuk mengurangi dampak negatifnya. Studi ini
membuka peluang untuk lebih memahami dan
mengembangkan cara-cara agar mahasiswa dapat
menggunakan media sosial secara sehat, sehingga mereka
dapat memiliki kehidupan yang lebih seimbang dan
memuaskan di era digital.

13
5.

Judul : Cyber Counseling Sebagai Metode Meningkatkan Layanan


Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Literature Review
Sumber : Jurnal Bimbingan dan konseling Vol 11, No 1 (2021)
Penulis : Muthia Fanny Fadhilah, Dimas Alkindi, Abdul Muhid
Abstrak : Pengguna internet semakin berkembang pesat karena
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Hampir
semua masyarakat di dunia menggunakan internet dalam
kehidupan sehari-hari. Semakin berkembangnya teknologi
juga berpengaruh terhadap pemberian layanan bimbingan dan
konseling terutama di sekolah. Di era globalisasi ini, layanan
konseling online atau cyber counselingsangat dibutuhkan para
konselor atau guru bimbingan konselingkarena dapat
memberikan layanan tanpa terbatas jarak dan waktu.
Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai penerapan
cyber counselingdi sekolah. Penelitian ini menggunakan
metode literature review atau studi kepustakaanberupa artikel
jurnal. Hasil penelitian diketahui bahwa layanan cyber
counselingdinilai efektif karena dapat memberikan
kemudahan bagi konselordan para siswa untuk melakukan
konseling yang tidak terbatas jarak dan waktu. Beberapa cara
yang digunakan untukmelakukan konseling online,
diantaranya yaitu: melalui email, facebook, chat
asynchronous, aplikasi riliv, video conference, handphone,
dan website. Para guru bimbingan konseling dan konselor
diharapkan untuk terus meningkatkan kemampuan dalam
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Hasil dan : Dalam era digital yang berkembang pesat ini, teknologi
pembahasan internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari masyarakat. Seiring dengan kemajuan ini, layanan

14
bimbingan dan konseling di sekolah juga mengalami
transformasi, dengan adopsi metode cyber counseling yang
memungkinkan konselor dan siswa untuk berkomunikasi
jarak jauh melalui berbagai platform online seperti email,
chat, dan media sosial. Hal ini memungkinkan konseling yang
tidak terbatas oleh jarak dan waktu, memberikan kemudahan
bagi konselor dan siswa untuk mengakses layanan tersebut
tanpa harus bertemu secara langsung.
Pentingnya cyber counseling di sekolah juga dipertegas oleh
kenyataan bahwa siswa saat ini sangat akrab dengan
teknologi, sehingga metode ini dianggap sebagai cara efektif
untuk meningkatkan efektivitas layanan bimbingan dan
konseling. Implementasi cyber counseling telah dilakukan di
beberapa sekolah di Indonesia melalui berbagai media seperti
website, whatsapp, dan media sosial lainnya. Ini membantu
siswa yang mungkin tidak nyaman atau memiliki kendala
untuk mengakses konseling tatap muka agar tetap dapat
mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Proses cyber counseling melibatkan tahapan persiapan, proses
layanan, dan evaluasi, sementara model-modelnya mencakup
penggunaan email, chat asynchronous, aplikasi android
seperti Riliv, dan media sosial seperti Facebook. Meskipun
memiliki banyak keunggulan, cyber counseling juga memiliki
beberapa kelemahan seperti ketergantungan pada ketersediaan
jaringan internet, kesulitan dalam membangun hubungan
terapeutik, serta kurangnya regulasi hukum terkait layanan
konseling online di Indonesia. Diperlukan upaya untuk
mengatasi kendala-kendala ini agar cyber counseling dapat
menjadi metode yang lebih efektif dan 17 dapat diandalkan
dalam menyediakan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah.

15
6.

Judul : Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Rasa Percaya


Diri Dalam Belajar
Sumber : Jurnal Pendidikan dan KonselingVolume 4 Nomor 4 Tahun
2022
Penulis : Sabarrudin1, Silvianetri2, Yuliana Nelisma
Abstrak : Mengembangkan potensi diri seringkali menghadapi
hambatan, tidak hanya dari faktor eksternal tetapi juga dari
dalam diri individu itu sendiri. Salah satu faktor penghambat
dalam mengembangkan potensi diri adalah rendahnya rasa
percaya diri. Fenomena ini tampak pada siswa maupun
mahasiswa yang menunjukkan kurangnya rasa percaya diri
dalam proses belajar. Untuk mengatasi masalah tersebut,
diperlukan upaya untuk mengoptimalkan rasa percaya diri
melalui penerapan konseling kelompok. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan konseling
kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan rasa percaya
diri dalam belajar. Metode yang digunakan adalah studi
kepustakaan dengan mengkaji secara mendalam jurnal-jurnal
terkait. Hasil kajian pustaka mengungkapkan tiga poin utama,
yaitu: 1) tingkat rasa percaya diri dalam belajar, 2) sasaran
penerapan konseling kelompok untuk meningkatkan rasa
percaya diri dalam belajar, dan 3) keberhasilan penerapan
konseling kelompok dalam meningkatkan rasa percaya diri
dalam belajar.
Hasil dan : Menurut Mulkiyan (2017), rasa percaya diri merupakan suatu
pembahasan hal yang sangat krusial dan menjadi modal penting dalam
kehidupan yang harus ditumbuhkan pada setiap diri siswa.
Dengan memiliki rasa percaya diri, siswa dapat membangun
semangat untuk mencapai tujuannya, tidak merasa takut
gagal, dan dapat membuka peluang karir yang lebih besar
karena percaya pada potensi yang dimiliki dan yakin bahwa

16
potensi tersebut dapat membawanya menuju kesuksesan.
Tingkat rasa percaya diri yang ada pada diri siswa beragam,
mulai dari kategori tertinggi hingga terendah.
Sejumlah jurnal itu telah mengkaji mengenai tingkat
rasa percaya diri siswa,baik dari tingkat sekolah maupun
tingkat Perguruan Tinggi.Adapun metode atau langkah-
langkah yang dilakukan oleh seorang peneliti tersebut itu
dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan
angket,Metode penelitian tersebut itu digunakan untuk
mengindentifikasi siswa dengan tingkat rasa percaya diri yang
rendah cenderung positif pasif dalam pembelajaran,pesimis
terhadap kemampuan nereka,dan kurangnya motivasi dan
minat dalam belajar.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam belajar
konseling kelompok menjadi salah satu pendekatan yang di
implementasikan atau diterapkan. Berbagai studi
menunjukkan bahwa konseling kelompok efektif dalam
meningkatkan rasa percaya diri siswa. Berbagai teknik, seperti
permainan, psikodrama, dan restrukturisasi kognitif,
digunakan dalam konseling kelompok ini. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam skor rasa
percaya diri siswa setelah menjalani treatment konseling
kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa penerapan konseling kelompok terbukti
mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam proses
belajar, mulai dari tingkatan rendah hingga tinggi. Dengan
adanya peningkatan rasa percaya diri ini, para siswa
diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran
mereka dan pada akhirnya mencapai hasil belajar yang lebih
baik dibandingkan sebelumnya.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam perkembangan bidang konseling, hasil-hasil penelitian menjadi


landasan penting untuk memahami lebih dalam tentang berbagai aspek konseling
dan untuk memperkuat dasar ilmiah dari praktik konseling. Tinjauan terhadap hasil-
hasil penelitian dalam bidang konseling yang disajikan dalam makalah ini
menunjukkan beragam temuan yang memiliki implikasi penting bagi praktik
konseling dan pengembangan teori. Beberapa temuan tersebut mencakup:

1. Kemajuan dalam psikoterapi dan konseling untuk meningkatkan hasil


kesehatan mental, yang menyoroti pentingnya adaptasi psikoterapi dan
konseling terhadap tantangan kesehatan mental kontemporer
2. Efektivitas konseling sebaya sebagai upaya penguatan kesehatan mental
remaja, terutama di lingkungan panti asuhan, yang menunjukkan bahwa
konseling sebaya dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam memperkuat
kesehatan mental remaja.
3. Peran role model siswa dalam penentuan karir remaja, yang menekankan
pentingnya role model dalam membantu remaja menentukan pilihan karir
mereka.
4. Dampak penggunaan media sosial terhadap kesehatan mental mahasiswa,
yang mengungkapkan kompleksitas dan multifaset pengaruh media sosial
terhadap kesehatan mental mahasiswa, serta perlunya kesadaran akan
penggunaan media sosial yang sehat.
5. Cyber counseling sebagai metode meningkatkan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah, yang menyoroti keberhasilan dan kendala
implementasi layanan bimbingan dan konseling online
6. Konseling kelompok untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam belajar,
yang menunjukkan pentingnya konseling kelompok dalam mengoptimalkan
rasa percaya diri siswa dalam belajar.

B. Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, J. (2017). Paradigma Penelitian Kualitatif dan Filsafat Ilmu Pengetahuan


dalam Konseling. Jurnal Fokus Konseling, 3(2), 95.
https://doi.org/10.26638/jfk.387.2099

Diwyarthi, N. D. M. S., Pratama, I. W. A., Habibi, H., & Anurogo, D. (2023).


Kemajuan dalam Psikoterapi dan Konseling untuk Meningkatkan Hasil
Kesehatan Mental. Jurnal Multidisiplin West Science, 2(10), 868-880.

Fadhilah, M. F., Alkindi, D., & Muhid, A. (2021). Cyber Counseling sebagai
metode meningkatkan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah:
Literature Review. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 11(1), 86-
94.

Ghani, R. A., Saripah, I., & Nadhirah, N. A. (2023). Role Model Siswa dalam
Penentuan Karir Remaja. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(1), 123-130.

Habsy, B. A. (2017). Seni Memehami Penelitian Kuliatatif Dalam Bimbingan Dan


Konseling : Studi Literatur. JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(2),
90. https://doi.org/10.31100/jurkam.v1i2.56

Nayla, M. R. (2024). Memahami Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental


Mahasiswa. JIMAD: Jurnal Ilmiah Mutiara Pendidikan, 2(1), 44-56.

Qoyyimah, N. R. H., Noorrizki, R. D., Sa'id, M., Apriliana, J., & Isqy, T. T. (2021).
Efektivitas Konseling Sebaya sebagai Upaya Penguatan Kesehatan Mental
Remaja Panti Asuhan. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan
Kesehatan (J-P3K), 2(2), 166-173.

Sabarrudin, S., Silvianetri, S., & Nelisma, Y. (2022). Konseling Kelompok Untuk
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Dalam Belajar: Studi Kepustakaan. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(4), 435-441.

19

Anda mungkin juga menyukai