Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN REKAYASA IDE

MATA KULIAH PEMAHAMAN TINGKAH LAKU


“Pengaruh Dorongan Konflik Internal Terhadap Pengembangan Karir Peserta Didik”

Dosen Pengampu: Yeni Marito Harahap, M. Pd., M. Psi., Psikolog

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 7:

➢ DEWI SINTA (1213151027)


➢ JESICA R TAMPUBOLON (1213151024)
➢ NURUL PIDIYA HARAHAP (1211151011)
➢ FERNANDO SIHITE (1213351038)

BK REGULER C 2021

PRODI S1 PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas rekayasa ide, mata kuliah Pemahaman Tingkah Laku.
Penulis juga berterima kasih kepada Dosen pengampu (Ibu Yeni Marito Harahap) selaku dosen
pengampu mata kuliah. Didalam rekayasa ide ini penulis akan mencoba memberikan ide
mengenai solusi permasalahan yang ada.

Penulis sangat berharap Rekayasa Ide yang ada dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai Permasalahn Pemahaman Tingkah Laku yang
berkaitan dengan Psikodinamika. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, serta
penulis juga mengharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga laporan rekayasa ide ini dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 17 November 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................................... 3

Kajian Teori............................................................................................................................ 3

A. Definisi Psikodinamik/Psikoanalis ................................................................................. 3

B. Struktur Kepribadian ....................................................................................................... 3

C. Konflik Internal Sigmund Freud ..................................................................................... 8

D. Pengertian Karir .............................................................................................................. 9

E. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir .......................................................... 9

BAB III SOLUSI PERMASALAHAN ................................................................................. 11

A. Solusi Permasalahan Secara Umum.............................................................................. 11

B. Solusi Permasalahan Secara Khusus ............................................................................. 11

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15

B. Saran ............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

i
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara lebih sederhana teori psikoanalisis adalah teori yang berusaha menjelaskan
hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut terjadi.
Hubungan antara psikoanalisis dan pendidikan sangatlah kompleks, dalam artian bahwa
psikoanalisis telah memodifikasi dan memperkaya tingkat perilaku (sikap) dalam ukuran
hubungan pendidikan (hubungan antara pendidik, orang tua, peserta didik yang bersangkutan).
Dalam banyak hal, teori psikoanalisis menyumbang berbagai pikiran dalam perkembangan
dunia pendidikan.
Pendidikan dalam hal psikoanalisis memiliki pengertian yang sangat luas, menunjuk
kepada semua tindakan yang diterapkan oleh orang dewasa, ahli atau non-pakar, guru dan
orang tua, untuk membentuk dan mempengaruhi perilaku anak (peserta didik) yang sedang
tumbuh dengan cara yang diinginkan.
Peserta didik pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan di dalam
kehidupannya. Karena itu, peserta didik mempunyai kesadaran akan pentingnya
mengembangkan diri, peserta didik merupakan manusia yang akan berusaha dalam mencapai
tujuan dalam hidupnya. Salah satu cara mengembangkan diri itu sendiri yaitu dengan cara
menempuh pendidikan. Dengan menempuh pendidikan, peserta didik akan diarahkan pada
penempuhan karier dimana mereka akan dihadapkan pada lingkungan kerja. Pada dasarnya
kehidupan peserta didik dalam pendidikan merupakan awal mula perjalanan karier mereka.
Pendidikan dan karier merupakan dua hal yang saling berkaitan, bahkan tidak dapat dipisahkan.
Dalam pengembangan karir siswa, banyak hal yang mempengaruhi keputusan
pengambilan karir siswa salah satu hal nya adalah konflik internal. Konflik internal dalam
konteks pengembangan karir dapat terjadi ketika dorongan-dorongan dan keinginan yang
berasal dari id bertentangan dengan tuntutan dan harapan yang diberikan oleh superego atau
norma sosial. Misalnya, seseorang mungkin memiliki keinginan untuk mengejar karir yang
berbeda dari yang diharapkan oleh keluarga atau masyarakat. Konflik ini dapat menciptakan
ketegangan psikologis dan menghambat perkembangan karir seseorang.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana struktur kepribadian menurut teori Freud ?
2) Bagaimana pengembangan karir pada siswa?

1
3) Bagaimana dorongan konflik internal dapat mempengaruhi pengembangan karir siswa
?

C. TUJUAN PENULISAN
Dari rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:
1) Mahasiswa dapat memahami bagaimana konflik internal dalam mempengaruhi
pengembangan karir siswa
2) Mahasiswa dapat memberikan layanan BK yang tepat dalam Bimbingan dan
Konseling;
Mahasiswa dapat menunjukkan sikap yang tepat dalam menangani kasus yang
terkait dengan pemahaman tingkah laku menurut teori psikodinamik

2
BAB II KAJIAN TEORI
Kajian Teori
A. Definisi Psikodinamik/Psikoanalis
Menurut (Susanto et al., 2023) Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha
menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam
teori ini adalah motivasi, emosi, dan asepek – aspek internal lainya. Teori ini mengasumsikan
bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis
tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak usia dini.

Teori psikodinamika didasarkan pada kontribusi Sigmund Freud dan para pengikutnya.
Model psikodinamika yang dikemukakan oleh Freud, disebut teori psikoanalitis
(psychoanalytic theory), didasarkan pada keyakinan bahwa masalah masalah psikologis seperti
histeria adalah akibat dari konflik psikologis di luar alam sadar yang dapat dilacak pada masa
kecil. Teori psikodinamika memiliki pengaruh yang menyeluruh, bukan hanya pada konsep
tentang perilaku abnormal, tetapi lebih luas pada seni, sastra, filsafat, dan budaya secara umum.
Teori ini memiliki perhatian utama pada kehidupan dalam diri kita, mimpi-mimpi, fantasi-
fantasi, dan motif-motif tersembunyi kita. Satu dari kontribusi utama model psikodinamika
adalah meningkatnya kesadaran bahwa orang mungkin dimotivasi oleh dorongan-dorongan
dan impuls-impuls tersembunyi yang bersifat seksual atau agresif (Maulanza & Denafianti,
2021)

B. Struktur Kepribadian
(Saleh, 2018) menyatakan, bahwa sebagai teori kepribadian, psikoanalisa mengatakan
bahwa jiwa terdiri dari tiga sistem yaitu id (es), superego (uber ich), dan ego (ich). Menurut
Freud (dalam Farozin & Fathiyah, 2019) kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
(1) das es (the id), (2) das ich (the ego), dan (3) das ueber ich (the superego).

a) Das Es ( The Id)


Id merupakan komponen kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada
prinsip kesenangan. Prinsip ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi ketegangan.
Prinsip kesenangan merujuk pada pencapaian kepuasaan segera dari dorongan biologis. Dalam
penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan kegiatan psikis
manusia, karena berisi insting-insting, baik insting hidup yang menggerakkan pemenuhan
kebutuhan biologis (seperti makan, minum, tidur, hubungan seks, dan lain-lain) dan juga
insting kematian yang menggerakkan tingkah laku agresif. Id bersifat primitif, tidak logis, dan
irasional (Gigerenzer, 1993 dalam Budi Purwoko, 2020)

3
ld adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan
muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang diturunkan,
seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious,
mewakili subjektivitas yang tidakpernah disadari sepanjang usia. ld berhubungan erat dengan
proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem
dari struktur kepribadian lainnya.

Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu: berusaha


memperoleh kenikrnatan dan menghindari rasa sakit. Bagi ld, kenikmatan adalah keadaan yang
relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan
enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi ketika ada stimuli yang memicu enerli untuk bekerja
timbul tegangan enerji id beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha mengurangi atau
menghilangkan tegangan itu; mengembalikan diri ke tingkat enerji yang rendaj. Pleasure
principle diproses dengan dua cara, indak refleks (reflex actions) dan proses primer (primary
proces).

Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejapkan
mata dipakai untuk menangani pemuasan rangsang sederhana dan biasanya segera dapat
dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat
mengurangi atau menghilangkan tegangan - dipakai untuk menangani stimulus kompleks,
seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk
gambaran obyek yang dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (wish
fulfillment), misalnya mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik.

Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan
kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. ld tidak mampu menilai atau
membedakan benar-salah, tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh
khayalan itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru
khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat id memunculkan ego
(Alwisol, 2014)

Adapun ciri-ciri dari struktur kepribadian ini adalah (Farozin & Fathiyah, 2019) :

a. Merupakan aspek biologis kepribadian karena berisi unsur-unsur biologis termasuk di


dalamnya instink-instink.

4
b. Merupakan sistem yang paling asli di dalam diri seseorang karena dibawa sejak lahir
dan tidak memperoleh campur tangan dari luar (dunia objektif).
c. Berupa realitas psikis yang sesungguhnya karena hanya merupakan dunia batin/dunia
subjektif manusia dan sama sekalitidak berhubungan dengan dunia objektif.
d. Merupakan sumber energi psikis yang menggerakkan das ich dan das ueber ich. Bila
energi psikis di dalam das es meningkat karena adanya perangsang, maka akan timbul
ketegangan yang menimbulkan perasaan tidak enak, sehingga das es berusaha
menguranginya.
e. Prinsip kerja das es untuk mengurangi ketegangan adalah prinsip kenikmatan (pleasure
principle), yaitu mengurangi ketegangan dengan menghilangkan ketidakenakan dan
mengejar kenikmatan. Prinsip kenikmatan ini dilakukan melalui 2 proses, yaitu:
• Refleks dan reaksi otomatis, misalnya bersin, berkedip
• Proses primer, misalnya orang lapar membayangkan makanan.

b) Das Ich ( The Ego)


Ego berperan sebagai mediator antara Id (keinginan untuk mencapai kepuasan) dengan
kondisi lingkungan atau dunia nyata. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk
mencegah ketegangan sampai mendapatkan objek yang dapat memenuhi dorongan Id.
Contohnya, seorang siswa yang lapar tetapi ia tahu harus menunggu dulu datangnya waktu
istirahat, saat itu barulah dia dapat memenuhi keinginannya untuk makan (Gigerenzer, 1993
dalam Budi Purwoko, 2020)
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita; sehingga ego beroperasi
mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id
dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan
obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu dikerjakan melalui
proses sekunder (secondary process), yakni berfikir realistik menyusun rencana dan menguji
apakah rencana itu menghasilkan obyek yang dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji realita
(reality testing): melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah difikirkan secara
realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami sebagian besar daerah operasi ego berada di
kesadaran, namun ada sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar dan daerah taksadar.
Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama;
pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan
dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana

5
kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Dengan
kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan id sekaligus juga
memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai- kesempurnaan dari
superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan ld, karena itu ego yang tidak memiliki
enerji sendiri akan memperoleh enegi dari ld (Alwisol, 2014).
Adapun ciri-ciri dari struktur kepribadian ini adalah (Farozin & Fathiyah, 2019):
a. Merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme
untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara
kebutuhan instinktif organisme dengan keadaan lingkungan.
b. Bekerja dengan prinsip kenyataan (reality principle) yaitu menghilangkan ketegangan
dengan mencari objek yang tepat di dunia nyata untuk mengurangi ketegangan.
c. Proses yang dilalui dalam menemukan objek yang tepat adalah proses sekunder, yaitu
proses berpikir realistis melaluimerumusan rencana pemuasan kebutuhan dan
mengujinya (secara teknis disebut reality testing) untuk mengetahui berhasil tidaknya
melalui suatu tindakan.
d. Merupakan aspek eksekutif kepribadian karena merupakan aspek yang mengatur dan
mengontrol jalan yang ditempuh serta memilih objek yang tepat untuk memuaskan
kebutuhan.

c) Das ueber ich (The SuperEgo)


Super ego merupakan aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral yang terkait
dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Melalui
pengalaman hidup sejak masa kanak-kanak, individu sudah menerima informasi mengenai
tingkah laku yang baik maupun buruk serta tingkah laku benar maupun salah sebagai ketentuan
standar atau norma dalam masyarakat. Selanjutnya, individu menginternalisasi aturan dalam
dirinya dan menjadi standar atas tingkah lakunya sendiri. Pelanggaran atas standar ini
menyebabkan akan menerima sanksi dari dalam diri, berupa penyesalan dan rasa bersalah
(Gigerenzer, 1993 dalam Budi Purwoko, 2020).
Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai
prinsip idealistik (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip
realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai enerji
sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda
dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan id) sehingga

6
kebutuhan kesempurnaan yang diper- juangkannya tidak realistik (id tidak realistik dalam
memperjuangkan kenikmatan).
Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal. Superego
pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai- nilai orang tua atau interpretasi orang
tua mengenai standar sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan
perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua,
akan diterima anak menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh
dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar
kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses
mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu
disebut introyeksi (introjection). Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti
kontrol orang tua.
Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras
kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Superego juga seperti
ego dalam hal mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi
pemenuhannya. Paling tidak, ada3 fungsi superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-
tujuan realistik engan tujuan-tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id, terutama impuls
seksuai dan agresif yang bertentangan dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar
kesempurnaan. Struktur kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian-bagian yang
menjalankan kepribadian, tetapi itu adalah nama dari sistem struktur dan proses psikologik
yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem itu bekerja bersama sebagai
team, di bawah arahan ego. Baru kalau timbul konflik diantara ketiga struktur itu, mungkin
sekali muncul tingkah laku abnormal (Alwisol, 2014).
Adapun ciri-ciri dari aspek ini adalah (Farozin & Fathiyah, 2019):
a. Merupakan aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional
dan cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya
melalui berbagai perintah dan larangan.
b. Merupakan aspek moral kepribadian karena fungsi pokoknya adalah menentukan
apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak sehingga seseorang
dapat bertindak sesuatu dengan moral masyarakat.
c. Dihubungkan dengan ketiga aspek kepribadian, fungsi pokok das ueber ich adalah:
• Merintangi impuls-impuls das es terutama impuls-impuls sensual dan agresi yang
sangat ditentang oleh masyarakat.

7
• Mendorong das ich untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis daripada yang
realistis.
• Mengejar kesempurnaan.

Dalam struktur kepribadian (Fairbairn, 2013 dalam (Budi Purwoko, 2020) Struktur baru
ini tidak menggantikan struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam
fungsi dan tujuannya, yaitu:Sadar (conscious), Prasadar (preconscious), Ketidaksadaran
(unconscious).

C. Konflik Internal Sigmund Freud


Konsep konflik internal adalah salah satu aspek sentral dalam teori psikoanalisis yang
dikembangkan oleh Sigmund Freud. Konflik internal ini sering kali muncul dalam tiga tingkat
struktur kepribadian yang diusulkan oleh Freud: id, ego, dan superego. Berikut adalah beberapa
contoh konflik internal yang mungkin dialami seseorang menurut teori Freud:

1) Konflik antara Id dan Ego:


- Id adalah bagian bawah sadar kepribadian yang berkaitan dengan nafsu dan insting.
Id ingin memuaskan keinginan dan kebutuhan secara instan.
- Ego adalah bagian yang berusaha mengendalikan dan mengatur Id dengan
rasionalitas dan realitas.
- Konflik antara Id dan Ego bisa muncul ketika seseorang merasa tertekan oleh
kebutuhan yang tidak dapat segera dipenuhi atau merasa bersalah karena tindakan
yang dilakukan untuk memuaskan Id.
2) Konflik antara Ego dan Superego:
- Superego adalah bagian kepribadian yang memuat norma-norma moral dan nilai-
nilai yang dipelajari dari lingkungan dan masyarakat.
- Ego berusaha mencapai keseimbangan antara keinginan-keinginan Id dan tuntutan-
tuntutan moral Superego.
- Konflik antara Ego dan Superego dapat terjadi ketika individu merasa tertekan oleh
perasaan bersalah atau konflik moral saat mengambil keputusan.
3) Konflik antara dua tuntutan Superego yang berlawanan:
- Superego mungkin memiliki tuntutan moral yang bertentangan. Sebagai contoh,
seseorang mungkin merasa bersalah karena merasa harus memenuhi ekspektasi
orang tua dan juga ekspektasi masyarakat, yang bisa berbeda.

8
- Konflik ini dapat menyebabkan ketidakpastian dan kebingungan dalam
pengambilan keputusan dan dalam mengejar tujuan hidup.
4) Konflik antara hasrat dan rasa bersalah:
- Freud berpendapat bahwa hasrat seksual dan agresif adalah bagian alamiah dari
manusia.
- Ketika individu mengejar hasrat ini, konflik internal dapat muncul jika mereka
merasa bersalah atau tidak dapat memenuhi tuntutan moral Superego.

Konflik internal dalam teori Freud adalah bagian penting dari perkembangan
kepribadian dan pengalaman psikologis seseorang. Ini juga merupakan aspek yang mendasar
dalam psikoanalisis, dan Freud berpendapat bahwa pemahaman dan penyelesaian konflik ini
dapat membantu individu dalam mengatasi masalah psikologis dan emosional.

D. Pengertian Karir
Menurut I Komang A, dkk (2012), pengembangan karir adalah peningkatan pribadi yang
dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir serta peningkatan oleh departemen
HR untuk mencapai suatu rencana kerja sesuai dengan jalur atau jenjang organisasi. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Sinambela (2016) juga mengatakan bahwa pengembangan karir
adalah upaya yang dilakukan oleh organisasi dalam merencanakan karir pegawainya yang
disebut sebagai manajemen karir, antara lain merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi
karir.

Karir adalah urutan, status, jenjang dan pengalaman pekerjaan, jabatan atau posisi
seseorang baik dalam perusahaan, organisasi maupun pekerjaan sambilan (freelance) sehingga
menuntut tanggung jawab dan kemampuan kerja yang lebih baik. Karir juga dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pekerjaan berkelanjutan dan melibatkan pilihan dari berbagai
macam kesempatan yang terjadi akibat interaksi individu dengan organisasi dan lingkungan
sosialnya

E. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karir


Dalam perkembangan peserta didik, ada pula pekerjaan yang disesuaikan dengan umur dan
tingkat dengan kematangan emosinya, yang mana ada 6 fase perkembangan dan salah satunya
adalah fase Growth. Dimana dalam fase ini dijelaskan bahwa anak sedang mengembangkan

9
berbagai potensi, pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan
dalam struktur gambaran diri

1. Nilai-nilai kehidupan (values)


2. Bakat khusus
3. Minat
4. Sifat atau ciri kepribadian
5. Prestasi
6. Keterampilan

2.6 Masalah yang Dihadapi dalam Perkembangan Karier

Perencanaan karir merupakan salah satu aspek dari tugas perkembangan karir yang harus
dicapai oleh remaja. Pada dasarnya, realitas dilapangan peserta didik pada masa perkembangan
remaja belum mampu merencanakan karir dan permasalahan yang akan dihadapi oleh peserta
didik.

1. Indikator kemampuan diri yang merasa belum mampu atau kurang yakin dengan
kemampuan diri.

2. Tidak memiliki pengetahuan karir yang luas

3. Sulit mengeluarkan ide/gagasan untuk menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan


dengan karir

4. Tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk memilih karir

5. Tidak mampu mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu

6. Sulit untuk bersikap disiplin dan sulit berinisiatif.

Dalam proses perkembangan karir itu remaja sering mengalami berbagai masalah dan
hambatan. Masalah dan hambatan-hambatan itu dapat berasal dari dalam dirinya sendiri, dari
luar dirinya atau lingkungannya ataupun kedua-duanya.

10
BAB III SOLUSI PERMASALAHAN
A. Solusi Permasalahan Secara Umum
Dalam teori psikodinamika, dorongan konflik internal pada peserta didik dapat
mempengaruhi kehidupan pribadi mereka dan pengembangan karir mereka. Berikut adalah
beberapa solusi yang dapat membantu mengatasi masalah ini:

1) Terapi Psikodinamika: Peserta didik dapat mencari bantuan dari seorang terapis
psikodinamika yang dapat membantu mereka menggali dan memahami konflik internal
yang mendasari permasalahan mereka. Terapis akan membantu peserta didik
mengidentifikasi pola pikir dan emosi yang tidak sehat, serta membantu mereka
menemukan cara untuk mengatasi dan mengubah pola-pola tersebut.
2) Refleksi Diri: Peserta didik dapat melakukan refleksi diri secara teratur untuk
memahami konflik internal yang mereka alami. Hal ini dapat melibatkan menulis
jurnal, meditasi, atau berbicara dengan seseorang yang dapat dipercaya. Dengan
mengenali dan memahami konflik internal, peserta didik dapat mulai mengambil
langkah-langkah untuk mengatasi dan menyelesaikannya.
3) Pengembangan Keterampilan Emosional: Peserta didik dapat mengembangkan
keterampilan emosional mereka untuk mengelola konflik internal dengan lebih baik.
Ini dapat melibatkan belajar mengenali dan mengungkapkan emosi dengan cara yang
sehat, mengembangkan kemampuan mengatur stres, dan belajar strategi pemecahan
masalah yang efektif.
4) Dukungan Sosial: Peserta didik dapat mencari dukungan dari teman, keluarga, atau
mentor yang dapat membantu mereka mengatasi konflik internal dan mencapai
pengembangan karir mereka. Dukungan sosial dapat memberikan perspektif baru,
saran, dan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan.
5) Mengembangkan Rencana Karir: Peserta didik dapat mengembangkan rencana karir
yang jelas dan realistis. Ini melibatkan menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang, serta mengidentifikasi langkah-langkah konkret yang perlu diambil untuk
mencapai tujuan tersebut. Dengan memiliki rencana yang baik, peserta didik dapat
merasa lebih terarah dan memiliki motivasi yang kuat untuk mengatasi konflik internal
yang mungkin muncul dalam perjalanan mereka.
6) Mengambil Waktu untuk Diri Sendiri: Peserta didik juga perlu mengambil waktu
untuk diri sendiri dan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan karir.
Melakukan kegiatan yang mereka nikmati dan merawat diri sendiri secara fisik dan
emosional dapat membantu mengurangi konflik internal dan meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan.

Perlu diingat bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan tantangan yang unik, jadi
solusi yang efektif dapat bervariasi. Jika peserta didik menghadapi konflik internal yang
signifikan, sangat disarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang
berkualifikasi untuk membantu mereka mengatasi masalah ini.

B. Solusi Permasalahan Secara Khusus

11
Teknik konseling psikoanalisis Asosiasi bebas

Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi bebas. Asosiasi bebas adalah suatu
metode pemanggilan kembali Pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-
emosi Yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lampau, yang Dikenal dengan
sebutan katarsis. Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali
bahan yang direpres dan dikurung di dalam ketaksadaran. Konselor memerintahkan klien untuk
menjernihkan pikiranya adari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan
apa yang muncul dalam kesadaranya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu
melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini
adalah metoda pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu.Asosiasi bebas adalah satu metode
pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan
situasi traumatic di masa lalu. Hal ini dikenal sebagai kataris. Kataris secara sementara dapat
mengurangi pengalaman klient yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama
dalam proses penyembuhan. Sebagai suatu cara membantu klient memperoleh pengetahuan
dan evaluasi diri sendiri, konselor menafsirkan makna-makna yang menjadi kunci dari asosiasi
bebas. Selama asosiasi bebas tugas konselor untuk mengidentifikasi hal-hal yang tertekan dan
terkunci dalam ketidaksadaran. Urutan asosiasi membimbing konselor dalam pemahaman
kaitan klient membuat peristiwa-peristiwa. Konselor menafsirkan materi kepada klient,
membimbing kearah peningkatan tilikan kedalam dinamika dirinya yang tidak disadari.

• Adapun Prosedur awal

Teknik asosiasi bebas dilakukan setelah wawancara-wawancara pendahuluan


oleh terapis. Setelah itu klien diberi sebuah kata dan diminta oleh terapis untuk menjawab
dengan kata pertama yang muncul di dalam pikiran. Peranan terapis pada teknik ini bersifat
pasif. Terapis duduk dan mendengarkan, kadang-kadang mendorong klien dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan bila klien kehabisan kata-kata. Ketika sedang asosiasi
bebas, terapis tidak melakukan interupsi bila klien sedang berbicara. Dengan melaporkan
segala sesuatu tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan
pikirannya. Untuk meminimalisasikan pengaruh gangguan dari luar, klien diminta untuk
berbaring di atas dipan dalam ruangan yang tenang. Posisi terapis duduk berada di
belakang klien agar tidak mengalihkan perhatian klien ketika berbicara, yakni pada saat
asosiasi-asosiasinya mengalir dengan jelas.

12
• Interpretasi

Selama asosiasi bebas berlangsung, tugas terapis adalah mengenali tanda-tanda


yang direpresikan dan dikurung dalam ketidaksadaran. Urutan asosiasi bebas yang
dikemukakan oleh klien membantu terapis memahami hubungan-hubungan yang dibuat
oleh klien di antara peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Hambatan-hambatan yang
dilakukan klien terhadap asosiasi-asosiasi merupakan tanda adanya kecemasan. Terapis
menginterpretasikan tanda tersebut dan menyampaikannya kepada klien. Lalu terapis
membantu membimbing klien ke arah pemahaman terhadap dinamika-dinamika yang
mendasarinya dan yang tidak disadari oleh klien. Asosiasi-asosiasi yang dikemukakan oleh
klien dicatat oleh terapis sedikit demi sedikit. Perasaan-perasaan yang meskipun tampak
tidak berhubungan, tidak logis, dan urutan waktunya salah secara emosional tetap akan
saling berhubungan. Dari wawancara pendahuluan yang sudah dilakukan terapis dan
observasi terhadap klien melalui pengalaman terapi, terapis akan mengetahui makna dari
asosiasi-asosiasi yang diungkapkan oleh klien.

Teknik asosiasi bebas menuntut klien untuk mengatakan segala sesuatu yang muncul
dalam kesadarannya dengan leluasa, tanpa perlu berusaha membuat uraian yang logis, teratur
dan penuh arti. Sigmund Freud menemukan teknik asosiasi bebas setelah ia melihat bahwa
beberapa dari kliennya tidak bisa dihipnosis atau tidak memberikan tanggapan terhadap sugesti
atau pertanyaan yang diberikan. Asosiasi bebas merupakan salah satu teknik pokok dalam teori
psikoanalisa yang bertujuan untuk memberi kebebasan pada klien dengan cara mengatakan apa
saja yang dirasakan, dipikirkan, serta apa saja yang direnungkan dalam pikiran klien tanpa
memandang baik buruknya atau logis tidaknya hal-hal tersebut. Prinsip dasar dari teknik
asosiasi bebas yaitu konselor akan memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari
pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam
kesadarannya.

Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak
disadari dan membatu klien untuk memperoleh penjelasan kepada masalah-masalah yang
belum terpecahkan. Sigmund Freud menghadirkan sebuah teori baru yang revolusioner
mengenai mimpi. Menurutnya, mimpi dapat menunjukkan berbagai keinginan yang ditekan
oleh alam sadar kita, bahkan mimpi buruk sekalipun. Analisis mimpi merupakan salah satu
teknik psikoterapi yang menerapkan teori psikoanalisa dengan tujuan untuk membuka kembali

13
hal-hal yang tidak disadari dan membatu klien untuk memperoleh penjelasan terhadap
masalah-masalah yang belum terpecahkan. Dalam analisis mimpi ini, mimpi dipandang
sebagai jalan utama menuju ke alam tak sadar. Karena mimpi juga diartikan sebagai pemuasan
yang melambangkan dari keinginan-keinginan dan sebagian besar isinya mencerminkan
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal. Dari analisis mimpi tersebut konselor dapat
memahami konflik yang dihadapi oleh klien.

14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan diatas, dapat kita Tarik kesimpulan bahwa dorongan konflik
internal pada peserta didik dapat memiliki dampak negatif pada kehidupan pribadi mereka dan
pengembangan karir mereka. Namun, dengan bantuan terapi psikodinamika, refleksi diri,
dukungan sosial, pengembangan keterampilan emosional, rencana karir yang jelas, dan
menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan karir, peserta didik dapat mengatasi
konflik internal tersebut dan mencapai pengembangan karir yang diinginkan. Penting untuk
mencari bantuan dari profesional kesehatan mental jika konflik internal yang dialami sangat
mengganggu dan sulit diatasi.

B. Saran
Ingatlah bahwa setiap individu memiliki pengalaman dan tantangan yang unik. Jika
konflik internal yang Anda alami sangat mengganggu dan sulit diatasi, sangat disarankan untuk
mencari bantuan dari seorang profesional kesehatan mental yang berkualifikasi. Mereka dapat
memberikan panduan dan dukungan yang lebih khusus sesuai dengan kebutuhan Anda.

15
DAFTAR PUSTAKA

Permadi, A. W. (2018). Kepribadian Atlet: Tinjauan Teoritis Dari Persepektif Psikodinamis.


JOSSAE : Journal of Sport Science and Education, 3(1), 22.
https://doi.org/10.26740/jossae.v3n1.p22-30
Juhrodin, U. (2022). PSIKOANALITIK-PSIKODINAMIKA. Yayasan Pendidikan Tinggi
Yapata Al-Jawami Bandung.
Alwisol. (2014). Psikologi Kepribadian (12th ed.). UMM Press.
Semiun, Yustinus (2007). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 189. ISBN 979-21-1127-1.
Singgih D., Gunarsa (2007). Staf Redaksi BPK Gunung Mulia, ed. Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 166. ISBN 978-979-415-923-1.
Reber, Arthur S. (2010). Yudi Santoso, ed. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hlm. 75. ISBN 978-602-8764-26-1.

16

Anda mungkin juga menyukai