Dosen Pembimbing :
Ns. Ita Sulistiani,S,Kep.,M.kep.
Oleh
KELOMPOK 4
Kelas A/C
Ismiyati R.Ismail (A) 841419037
Sabriah Dwi Anhari(A) 841419048
Tarissa mangendre (A) 841419039
Wisnawati pilo (A) 841419026
Nurfadlah Usman (A) 841418035
Sri Rintan (C) 841419108
Nabila Khairunnisa Badoe (C) 841419095
Amelia Ishak (C) 841419018
Nurulfita Hasan (C) 841419078
Indah Cahyani Mamu (C) 841419133
Laraswaty T. Suleman (C) 841419102
Mohammad Prajab Baderan (C) 841419098
Sita Fanisa Aliu (C) 841419129
Ismi Rahmatia Bahsoan (C) 841419123
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T/A 2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta petunjuk-Nya, sehingga kami bisa
menyelesaikan pembuatan Asuhan Keperawatan ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dislokasi”.
Shalawat serta salam kita panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW yang kita nanti –
nantikan syafa’atnya di akhirat. Kemudian kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Ns. Ita Sulistiani,S,Kep.,M,Kep yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III hingga kami mampu mengerjakan Asuhan
Keperawatan ini dengan baik.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini dan teman-teman
serta semua pihak yang tidak bisa kami ucapkan satu-persatu.
Kami sadar Asuhan Keperawatan ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan.
Maka besar kiranya harapan kami untuk mendapatkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan ini. Dan kami berharap Asuhan
Keperawatan Dislokasi ini bisa benar-benar bermanfaat bagi semua pihak.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
BAB 2 4
KONSEP MEDIS 4
2.1 Definisi 4
2.2 Etiologi 5
2.4 Patofisiologi 6
2.5 Klasifikasi
2.6 Prognosis
2.8 Pencegahan
2.9 Penatalaksanaan
2.10 Komplikasi
2.6N
BAB III 8
KONSEP KEPERAWATAN 8
3.1 Pengkajian 8
3.2 Patway 8
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I
PENDAHULUAN
Kasus yang terjadi pada keadaan ini selalu seringkali disebabkan oleh
karena riwayat trauma atau benturan pada anggotan pergerakan tubuh. Penyebab
utama dislokasi adalah cedera atau trauma yang disebabkan oleh benturan keras.
Contohnya ketika seseorang terjatuh, tertabrak, atau bentuk trauma lainnya yang
bisa menyebabkan benturan keras (Sunarto,2018).
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Defisini
Dislokasi adalah cedera pada sendi di mana ujung dari tulang pada sendi
tersebut lepas dari posisi normalnya. Sering terjadi pada bahu dan jari, lokasi
lain meliputi siku, lutut maupun pinggul. Dislokasi pada sendi besar erat
kaitannya dengan adanya cedera pada jaringan saraf dan pembuluh darah di
sekitarnya. Dislokasi sendi yang paling sering terjadi adalah pada bahu di mana
95% merupakan dislokasi sendi bahu anterior (Hidayati,Arif Nurul 2014)
Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar atau bergeser dari posisi
normalnya pada sendi. Semua persendian yang ada di tubuh dapat mengalami
dislokasi, terutama saat terjadi benturan akibat kecelakan berkendara atau
terjatuh ketika berolahraga.Dislokasi paling sering terjadi pada bahu dan jari
tangan, walau sebenarnya dislokasi dapat terjadi di semua sendi, termasuk lutut,
siku, rahang, dan panggul (Faisal,2019)
2.2 Etiologi
Dislokasi Sendi dapat Di sebabkan Oleh :
a. Cedera Olahraga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi golongan
darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), dan
diagnosis medis.
1. Umur
Pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga
menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi
cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak, biasanya klien
jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out.
2. Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelakaan yang
mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang
mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh, ataupun
kecelakaan di tempat kerja, kecelakaan industri dan atlet olahraga, seperti
pemain basket, sepak bola dll - Jenis kelamin Dislokasi lebih sering di
temukan pada anak laki–laki dari pada perempuan karna cenderung dari
segi aktivitas yang berbeda.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya
nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat
dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi,
pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
e. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis
1) Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran, periksa adanya perubahan tanda-tanda vital, yang
meliputi brakikardia, hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.
2) B3 ( brain)
a.) Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah
kompos mentis
b.) Pemeriksaan fungsi selebral
c.) Status mental: observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara,
ekspresi wajah aktivitas motorik klien
d.) Pemeriksaan saraf kranial
e.) Pemeriksaan refleks
Pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan
refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring melemah
3) B6 (Bone)
a.) Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi
sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi
segmental dan saraf yang terkena
b.) Look, pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya
pendarahan, pembengkakan dan deformitas
c.) Fell, kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi
pada ramus dan simfisi fubis
d.) Move, disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan
kelumpuhan pada daerah ekstermitas.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
2) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor
dengan gambar 3 dimensi.
3) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan
gambar yang lebih detail.
3.2 Pathway
Tepi genoid
teravulasi Deformatis tulang
Gangguan
Mobilitas Fisik
Analisa Data
1. Tampak meringis
Dislokasi
2. Bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindar nyeri)
3. Gelisah
Trauma joint dislocation
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
6. Tekanan darah meningkat Deformatis tulang
7. Pola napas berubah
8. Nafsu makan berubah
9. Proses berpikir terganggu Gangguan bentuk dan gerakan
Nyeri Akut
DS : Faktor Penyebab : Trauma, Gangguan
Infeksi penyakit lain, dan Mobilitas Fisik
1. Mengeluh sulit menggerakan
Kelainan Kongenital (D.0054)
ekstremitas Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Dislokasi
DO :
Kesulitan dalam
menggerakkan sendi
DO :
Rasa tidak nyaman akibat
1. Kehilangan bagian tubuh
bentuk yang tidak normal
2. Fungsi/struktur tubuh
beubah/hilang
3. Menyembunyikan/menunjukan
Pengungkapan secara verbal
bagian tubuh secara berlenihan
merasa malu, cemas, dan takut
4. Mengindari melihat
tidak diterima
dan/menyentuh bagian tubuh
5. Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh Gangguan Citra Tubuh
6. Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi tubuh
7. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa tubuh
8. Hubungan sosial berubah
6. palpitasi
7. merasa tidak berdaya
Trauma joint dislocation
DO :
1. tampak gelisa
Deformatis tulang
2. tampak tegang
3. sulit tidur
4. frekuensi napas meningkat Gangguan bentuk dan gerakan
5. frekuensi nadi meningkat
6. tekanan darah meningkat
7. diaforesis Rasa tidak nyaman akibat
8. tremor bentuk yang tidak normal
9. muka tampak pucat
10. suara bergetar
Pengungkapan secara verbal
11. kontak mata buruk
merasa malu, cemas, dan takut
12. sering berkemih
tidak diterima
13. berorientasi pada masa lalu
3.3 Diagnosa
a. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkatgoris : Nyeri dan Kenyamanan
b. Gangguan Mobilitas Fisik ((D.0054)
Kategori : Fisiologis
Subkategoris : aktivitas/istirahat
c. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
Kategori : Psikologis
Subkategoris : Integritas Ego
d. Ansietas (D.0080)
Kategori : Psikologis
Subkategoris : Integritas Ego
3.4 Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
(I.08238)
Kategori: Psikologis Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3× 24 Tindakan
Subkatgoris: nyeri dan kenyamanan 1. Mengetahui lokasi
jam maka masalah Tingkat
Observasi nyeri, karakteristik
Definisi nyeri dapat teratasi dengan
nyeri, berapa lama nyeri
1. Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik atau kriteria hasil : dirasakan serta kualitas dan
karakteristik,
emosional yang berkaitan dengan 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri yang
durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan aktual atau dirasakan pasien untuk
2. sikap protektif menurn kualitas, intensitas
fungsional,dengan onset mendadak mengetahui penanganan
nyeri.
atau lambat dan berintensitas ringan 3. gelisah menurun apa yang akan diberikan.
hingga berat yang berlangsung Terapeutik
4. perasaan takut Terapeutik.
kurang dari 3 bulan.
mengalami cidera berulang 2. Berikan tehnik non
2. Agar pasien tidak
Penyebab menurun farmakologis untuk
akan
mengurangi rasa
1. Agen pencendera fisiologis ketergantungan
nyeri( mis, TENS,
(mis. Inflamasi, iskemia, pada obat.
hipnosis,
neoplasma) akupresure, terapi 3. Memastikan pasien
2. Agen pencendera kimiawi musik, merasakan nyaman
(mis. Terbakar, bahan kimia) biofeedback, terapi sehingga nyeri
3. Agen pencendera fisiologis pijat, aroma terapi, yang pasien
(mis. Abses, amputasi, tehnik imajinasi rasakan tidak
terbakar, terpotong, terbimbing, semakin parah.
mengangkat berat, prosedur kompres
Edukasi
oprasi, prosedur oprasi, hangat/dingin,
trauma, latihan fisik terapi bermain) 4. Dengan
2. Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I. Dukungan Mobilisasi (I.
((D.0054) 05173) 05173)
Setelah dilakukan tindakan
Kategori: Fisiologis keperawatan selama 3× 24 Tindakan Tindakan
jam maka masalah
Subkategoris: aktivitas/istirahat Observasi : Observasi :
Mobilitas Lupa dapat
Definisi teratasi dengan kriteria hasil 1. Identifikasi adanya 1. Untuk mengidentifikasi
nyeri atau keluhan adanya nyeri atau keluhan
Keterbatasan dalam gerakan fisik :
fisik lainnya fisik lainnya
dari satu atau lebih ekstremitas 1. Pergerakan
2. Identifikasi toleransi 2. Untuk mengiidentifikasi
secara mandiri eksternitas
fisik melakukan toleransi fisik melakukan
Penyebab meningkat
pergerakan pergerakan
2. Kekuatan otot
1. Kerusakan integritas struktut 3. Monitor frekuensi 3. Untuk memonitor
meningkat
tulang jantung dan tekanan frekuensi jantung dan
3. Rentang gerak
2. Perabuhan metabolisme darah sebelum tekanan darah sebelum
(ROM)
3. Ketidakbugaran fisik memulai mobilisasi memulai mobilisasi
Subjektif
Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
1. Stroke
2. Cidera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteorthiritis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
3. Gangguan Citra Tubuh (D.0083) Harapan ( L. 9068 ) Promosi Citra Tubuh ( I. Observasi :
Setelah dilakukan tindakan 09305 )
Kategori: Psikologis 1. untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24
Observasi harapan citra tubuh
Subkategoris: Integritas Ego jam ketersediaan alternatif
berdasarkan tahap
Definisi pemecahan pada masalah 1. Identifikasi harapan
perkembangan
yang dihadapi dengan citra tubuh berdasarkan
Perubahan persepsi tentang 2. mengetahui budaya,
tahap perkembangan
penampilan, truktur dan fungsi fisik kriteria hasil : 2. Identifikasi budaya,
agama, jenis kelamin, dan
Terapi Relaksasi
Edukasi
Faisal, et al. (2019). Monitoring Methods of Human Body Joints: State-of-the-Art and
Research Challenges. Sensors (Basel), 19(11), pp. 2629.
Islamiyah, W. R., Fatimah, E., & Kusumastuti, K. (2021). Nocturnal Epilepsy dan
Dislokasi Sendi Bahu Anterior Bilateral Berulang. 1, 92–94.
Pujiriyani, D. W., Soetarto, E., Santosa, D. A., & Agusta, I. (2018). Deagrarianization
and Livelihood Dislocation of Peasant Community in Rural Java. Sodality: Jurnal
Sosiologi Pedesaan, 6(2). https://doi.org/10.22500/sodality.v6i2.23235
Sanusi,Rahmat.2019.Penanganan Cedera Engkel.Universitas Karimun
Sugandi Hartanto, Nana Supriana Buku ajar keperawatan medikal bedah III
Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta
Sunarto.2018.Asuhan Keperawatan Ny.R Dengan Dislokasi Shoulder Dextra Di Ruang
Edelweis Rumah Sakit Tk.Ii Dr.Soedjono Magelang.Poltekkes Yogyakarta
Suriya,Melti dan Zuriati.2019. Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah gangguan
pada sistem muskuloskeletal aplikasi nanda nic & noc. Pustaka Galeri Mandiri.
Sumatera Barat.
Brunner, Suddarth’s. 2018. Jurnal Keperawatan sendi Edisi 12. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Prabowo, Eko & Eka, Andi Pranata. 2017. jurnal Buku Ajar Asuhan Keperawatan
penyakit dislokasi. Nuha Medika. Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan indikator diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus
pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus
pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.