Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISLOKASI

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 3

Dosen Pembimbing :
Ns. Ita Sulistiani,S,Kep.,M.kep.
Oleh
KELOMPOK 4
Kelas A/C
Ismiyati R.Ismail (A) 841419037
Sabriah Dwi Anhari(A) 841419048
Tarissa mangendre (A) 841419039
Wisnawati pilo (A) 841419026
Nurfadlah Usman (A) 841418035
Sri Rintan (C) 841419108
Nabila Khairunnisa Badoe (C) 841419095
Amelia Ishak (C) 841419018
Nurulfita Hasan (C) 841419078
Indah Cahyani Mamu (C) 841419133
Laraswaty T. Suleman (C) 841419102
Mohammad Prajab Baderan (C) 841419098
Sita Fanisa Aliu (C) 841419129
Ismi Rahmatia Bahsoan (C) 841419123
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T/A 2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta petunjuk-Nya, sehingga kami bisa
menyelesaikan pembuatan Asuhan Keperawatan ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dislokasi”.
Shalawat serta salam kita panjatkan kepada baginda Rasulullah SAW yang kita nanti –
nantikan syafa’atnya di akhirat. Kemudian kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Ns. Ita Sulistiani,S,Kep.,M,Kep yang telah membimbing kami dalam mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III hingga kami mampu mengerjakan Asuhan
Keperawatan ini dengan baik.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini dan teman-teman
serta semua pihak yang tidak bisa kami ucapkan satu-persatu.
Kami sadar Asuhan Keperawatan ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan.
Maka besar kiranya harapan kami untuk mendapatkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan ini. Dan kami berharap Asuhan
Keperawatan Dislokasi ini bisa benar-benar bermanfaat bagi semua pihak.

Gorontalo, Desember 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

BAB 2 4

KONSEP MEDIS 4

2.1 Definisi 4

2.2 Etiologi 5

2.3 Manifestasi Klinis 6

2.4 Patofisiologi 6

2.5 Klasifikasi

2.6 Prognosis

2.7 Pemeriksaan Penunjang

2.8 Pencegahan

2.9 Penatalaksanaan

2.10 Komplikasi

2.6N

BAB III 8

KONSEP KEPERAWATAN 8

3.1 Pengkajian 8

3.2 Patway 8

3.3 Diagnosa Keperawatan 8


3.4 Intervensi Keperawatan 9

DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dislokasi atau luksasio merupakan kehilangan hubungan yang normal


antara kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap .terlepasnya kompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi, Dislokasi ini dapat hanya komponen
tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi
rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah
mengalami dislokasi (Santosa, 2013).

Kasus yang terjadi pada keadaan ini selalu seringkali disebabkan oleh
karena riwayat trauma atau benturan pada anggotan pergerakan tubuh. Penyebab
utama dislokasi adalah cedera atau trauma yang disebabkan oleh benturan keras.
Contohnya ketika seseorang terjatuh, tertabrak, atau bentuk trauma lainnya yang
bisa menyebabkan benturan keras (Sunarto,2018).

Dislokasi juga sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi


bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi
itupun menjadi macet.Selain macet, juga terasa nyeri.Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya,
sendi itu akan gampang dislokasi lagi (Santosa, 2013).

Untuk penanganan pertama pada kasus dislokasi sendi, yang perlu


diperhatikan adalah mengutamakan imobilisasi anggota gerak selama proses
pemindahan pasien ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas dokter
spesialis bedah tulang (orthopedic surgeon).Dengan demikian pertolongan
pertama yang diterapkan secara tepat dapat memberi perbedaan antara hidup dan
mati, antara pemulihan yang cepat dan dan rawat inap di rumah sakit yang lama,
atau antara kecatatan temporer dan permanen (Sanusi,2019).

BAB II

KONSEP MEDIS

2.1 Defisini

Dislokasi adalah cedera pada sendi di mana ujung dari tulang pada sendi
tersebut lepas dari posisi normalnya. Sering terjadi pada bahu dan jari, lokasi
lain meliputi siku, lutut maupun pinggul. Dislokasi pada sendi besar erat
kaitannya dengan adanya cedera pada jaringan saraf dan pembuluh darah di
sekitarnya. Dislokasi sendi yang paling sering terjadi adalah pada bahu di mana
95% merupakan dislokasi sendi bahu anterior (Hidayati,Arif Nurul 2014)

Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar atau bergeser dari posisi
normalnya pada sendi. Semua persendian yang ada di tubuh dapat mengalami
dislokasi, terutama saat terjadi benturan akibat kecelakan berkendara atau
terjatuh ketika berolahraga.Dislokasi paling sering terjadi pada bahu dan jari
tangan, walau sebenarnya dislokasi dapat terjadi di semua sendi, termasuk lutut,
siku, rahang, dan panggul (Faisal,2019)

2.2 Etiologi
Dislokasi Sendi dapat Di sebabkan Oleh :
a. Cedera Olahraga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.

b. Trauma Yang Tidak Berhubungan dengan Olahraga


Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi:
c. Terjatuh
1) Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
2) Faktor predisposisi(pengaturan posisi)
3) Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.
4) Trauma akibat kecelakaan.
5) Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang
tulang
6) Terjadi infeksi disekitar sendi (Fauzia,Rohmatul 2020)
2.3 Manifestasi Klinis
a. Nyeri
b. perubahan kontur sendi
c. perubahan panjang ekstremitas
d. kehilangan mobilitas normal
e. perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
f. deformitas(Islamiyah et al., 2021)
2.4 Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari
dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.

Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan


exercise sebelum olahraga memungkinkan terjadinya dislokasi, dimana cedera
olahraga menyebabkan terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi
sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya
terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek
kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari
posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi. Begitu pula dengan
trauma kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan
atau saat berkendara tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman
memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma kecelakaan dapat kompresi jaringan
tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen.
Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke
depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya
tulang berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi(Pujiriyani et
al., 2018).
E. Klasifikasi

1. Klasifikasi Dislokasi Berdasarkan Penyebabnya :


a) Dislokasi Congenital Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan,
paling sering terlihat pada pinggul.
b) Dislokasi Spontan atau Patologik Akibat penyakit sendi dan atau
jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang.
Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
c) Dislokasi Traumatic Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf
rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia)
akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa
(Suriya,Melti 2019)
2. Klasifikasi Dislokasi Berdarkan Tipe Klinik :
a) Dislokasi akut dapat dikaitkan dengan sejumlah etiologi, seperti
pembukaan mulut yang berkepanjangan selama prosedur
pemeriksaan gigi, menguap dan bernyanyi. Ada juga laporan
dislokasi akut sekunder kejang epilepsi, trauma wajah akut, dan
laringoskopi langsung. Dislokasi akut biasanya merupakan
peristiwa yang terisolasi, yang, jika dikelola dengan tepat,
biasanya tidak memiliki gejala sisa jangka panjang. Dislokasi
akut dapat mempengaruhi seseorang untuk berkembang ke
spektrum dislokasi kronis.Dislokasi akut adalah kondisi klinis yang
sangat menyakitkan, tetapi mudah dikelola. Metode konservatif
dalam penatalaksanaannya meliputi pereda nyeri simtomatik
dengan analgesik dan reduksi manual
b) Dislokasi kronis merupakan dislokasi akut yang tidak sembuh sendiri dan
berkembang tanpa pengobatan.Seringkali, dislokasi akut sembuh
sendiri, tanpa sekuele jangka panjang yang merugikan atau masalah
berulang. Dengan mengingat hal itu, dislokasi akut dapat menyebabkan
kecenderungan terhadap dislokasi kronis, atau dislokasi kronis
berulang. Terlepas dari subtipe, dislokasi kronis dapat dikelola
melalui modalitas perawatan bedah atau non-bedah
c) Dislokasi kronis berulang, yaitu di mana individu mengalami
beberapa dislokasi berulang karena aktivitas sehari-hari. Dislokasi
kronis berulang dapat menciptakan gangguan signifikan dalam
kehidupan sehari-hari pasien, dan dapat menjadi sangat menyulitkan
secara fisik maupun emosionalPada dislokasi kronis berulang
dapat dilakukan metode konservatif meliputi penggunaan berbagai zat
sclerosing (Skleroterapi) seperti alkohol, natrium tetradecyl sulfate,
natrium psylliate, natrium morrhuate, dan plasma kaya platelet yang
telah disuntikkan ke ruang sendi.(Botilangi,Elri Fliria.2020).
2.5 Prognosis
Sebuah tinjauan sistematik melaporkan bahwa risiko rekurensi dislokasi
bahu setelah dislokasi bahu anterior primer adalah sebesar 21%. Jenis kelamin
laki-laki dan usia yang lebih muda berkaitan dengan risiko rekurensi yang lebih
tinggi. Sedangkan fraktur tuberositas mayor berkaitan dengan penurunan risiko
rekurensi.
Dislokasi bahu yang terjadi pada usia muda akan
meningkatkan kemungkinan redislokasi, kebanyakan
redislokasi terjadi 2 tahun pasca dislokasi bahu pertama.
Bila dislokasi bahu pertama terjadi pada usia belasan,
rekurensi diperkirakan mencapai 90%, dan hanya 10-15%
bila terjadi pada pasien berusia ≥40 tahun. Redislokasi
juga dipengaruhi jenis kelamin. Pria lebih sering
mengalami redislokasi (46,84%) dibandingkan wanita
(27,22%). (Sugandi Hartanto, 2019)
2.6 Pemeriksaan penunjang
a. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.
b. CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3
dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
c. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih
detail. Seperti halnya CTScan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi.(Andi Pranata, 2017)
2.7 Pencegahan
a. Cedera Akibat Olahraga
1. Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari
2. Latihan atau exercise
3. Conditioning
b. Trauma Kecelakaan
1. Kurangi kecepatan
2. Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman
3. Patuhi peraturan lalu lintas (Suddarth’s, 2018)
2.8 Penatalaksanaan
a. Medis
1. Farmakologi
a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
1) Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit
kepala, nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah
agranulositosis. Dosis: sesudah makan, dewasa: sehari 3×1
kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
2) Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau
sedang, kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri
otot, nyeri setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah
mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis
awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a) Operasi ortopedi Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang
mengkhususkan pada pengendalian medis dan bedah para pasien
yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif
minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang
sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna
atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut dibawah
ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim
dilakukan :
1) Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
2) Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi
dengan skrup, plat, paku dan pin logam.
3) Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk
menstabilisasi atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu
alat yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi
tanpa irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan
logam atau sintetis.
8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler
dalam sendidengan logam atau sintetis.
b. Non Medis
1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
(Sugandi Hartanto, 2019)
2.9 Komplikasi
a. Komplikasi Dini
1. Cedera Saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan
otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot
tesebut.
2. Cedera Pembuluh Darah : Arteri aksilla dapat rusak.
3. Fraktur Dislokasi
b. Komplikasi Lanjut
1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis
membatasi abduksi.
2. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid
3. Kelemahan otot (Andi Pranata, 2017)
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi golongan
darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), dan
diagnosis medis.
1. Umur
Pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga
menyebabkan fungsi tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi
cenderung terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak, biasanya klien
jatuh dengan keras dalam keadaan strecth out.
2. Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelakaan yang
mengakibatkan trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang
mempunyai pekrjaan buruh bangunan. Seperti terjatuh, ataupun
kecelakaan di tempat kerja, kecelakaan industri dan atlet olahraga, seperti
pemain basket, sepak bola dll - Jenis kelamin Dislokasi lebih sering di
temukan pada anak laki–laki dari pada perempuan karna cenderung dari
segi aktivitas yang berbeda.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya
nyeri. Kaji penyebab, kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat
dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi,
pergerakan terbatas, pasien melaporkan penyebab terjadinya cedera.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah
keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
e. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung pengkajian anamnesis
1) Keadaan umum
Klien yang yang mengalami cedera pada umumnya tidak mengalami
penurunan kesadaran, periksa adanya perubahan tanda-tanda vital, yang
meliputi brakikardia, hipotensi dan tanda-tanda neurogenik syok.
2) B3 ( brain)
a.) Tingkat kesedaran pada pasien yang mengalami dislokasi adalah
kompos mentis
b.) Pemeriksaan fungsi selebral
c.) Status mental: observasi penampilan ,tingkah laku gaya bicara,
ekspresi wajah aktivitas motorik klien
d.) Pemeriksaan saraf kranial
e.) Pemeriksaan refleks
Pada pemeriksaan refleks dalam ,reflecs achiles menghilang dan
refleks patela biasanya meleamh karna otot hamstring melemah
3) B6 (Bone)
a.) Paralisis motorik ekstermitas terjadi apabila trauma juga mengompresi
sekrum gejala gangguan motorik juga sesuai dengan distribusi
segmental dan saraf yang terkena
b.) Look, pada insfeksi parienum biasanya di dapatkan adanya
pendarahan, pembengkakan dan deformitas
c.) Fell, kaji adanya derajat ketidakstabilan daerah trauma dengan palpasi
pada ramus dan simfisi fubis
d.) Move, disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan
kelumpuhan pada daerah ekstermitas.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
2) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor
dengan gambar 3 dimensi.
3) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan
gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan
gambar yang lebih detail.
3.2 Pathway

Trauma Infeksi penyakit lain Kelainan Kongenital

Cedera olahraga/gerakan Penyakit


berlebihan mempengaruhi sendi
Kekenduran ligamen

Terlepasnya kompresi Terjadi perubahan


jaringan tulang dari struktur sendi pada Penurunan stabilitas
mangkuk sendi jaringan sekitar sendi

Kompresi jaringan Tulang berpindah


DISLOKASI
tulang kendor atau terlepas dari
mangkuk sendi

Merobek kapsul Trauma joint


dislocation

Tepi genoid
teravulasi Deformatis tulang

Tulang berpindah Gangguan bentuk


dari mangkuk dan gerakan
sendi

Rasa tidak nyaman Kerusakan saraf dan


akibat bentuk yang pembuluh darah
tidak normal disekitar sendi

Pengungkapan secara Terjadi peradangan


verbal merasa malu, Kekhawatiran dengan dan inflamasi
cemas, dan takut tidak kondisi yang dihadapi
diterima

Sendi kesemutan Sendi terasa nyeri


Gangguan Citra saat digerakkan
Tubuh dan mati rasa
Kesulitan dalam
menggerakkan sendi Nyeri Akut
Ansietas

Gangguan
Mobilitas Fisik
Analisa Data

Problem Etiologi shyptomp


DS : Faktor Penyebab : Trauma, Nyeri Akut
Infeksi penyakit lain, dan
1. Mengeluh nyeri (D.0077)
Kelainan Kongenital
DO :

1. Tampak meringis
Dislokasi
2. Bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindar nyeri)
3. Gelisah
Trauma joint dislocation
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
6. Tekanan darah meningkat Deformatis tulang
7. Pola napas berubah
8. Nafsu makan berubah
9. Proses berpikir terganggu Gangguan bentuk dan gerakan

10. Manarik diri


11. Berfokus pada diri sendiri
Kerusakan saraf dan pembuluh
12. Diaforesis
darah disekitar sendi

Terjadi peradangan dan


inflamasi

Sendi terasa nyeri saat


digerakkan

Nyeri Akut
DS : Faktor Penyebab : Trauma, Gangguan
Infeksi penyakit lain, dan Mobilitas Fisik
1. Mengeluh sulit menggerakan
Kelainan Kongenital (D.0054)
ekstremitas Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Dislokasi
DO :

1. Kekuatan otot menurun


Trauma joint dislocation
2. Rentang gerak (ROM) menurun
3. Sendi kaku
4. Gerakan tidak terkoordinasi Deformatis tulang
5. Gerakan terbatas
6. Fisik lemah
Gangguan bentuk dan gerakan

Kerusakan saraf dan pembuluh


darah disekitar sendi

Terjadi peradangan dan


inflamasi

Sendi terasa nyeri saat


digerakkan

Sendi kesemutan dan mati rasa

Kesulitan dalam
menggerakkan sendi

Gangguan Mobilitas Fisik


DS : Faktor Penyebab : Trauma, Gangguan Citra
Infeksi penyakit lain, dan Tubuh (D.0083)
1. Mengungkapan
Kelainan Kongenital
kecacatan/kehilangan bagian
tubuh
2. Tidak mau mengungkapkan
Dislokasi
kecacatan/kehilangan bagian
tubuh
3. Mengungkapkan perasaan Trauma joint dislocation
negatif tentang perubahan tubuh
4. Mengungkapkan kekhawatiran
pada penolakan.reaksi orang Deformatis tulang
lain
5. Mengungkapkan perubahan
Gangguan bentuk dan gerakan
gaya hidup

DO :
Rasa tidak nyaman akibat
1. Kehilangan bagian tubuh
bentuk yang tidak normal
2. Fungsi/struktur tubuh
beubah/hilang
3. Menyembunyikan/menunjukan
Pengungkapan secara verbal
bagian tubuh secara berlenihan
merasa malu, cemas, dan takut
4. Mengindari melihat
tidak diterima
dan/menyentuh bagian tubuh
5. Fokus berlebihan pada
perubahan tubuh Gangguan Citra Tubuh
6. Respon nonverbal pada
perubahan dan persepsi tubuh
7. Fokus pada penampilan dan
kekuatan masa tubuh
8. Hubungan sosial berubah

DS : Faktor Penyebab : Trauma, Ansietas


1. merasa bingung Infeksi penyakit lain, dan (D.0080)
2. merasa khawatir dengan akibat Kelainan Kongenital
3. sulit berkonsentrasi
4. mengeluh pusing
5. anoreksia Dislokasi

6. palpitasi
7. merasa tidak berdaya
Trauma joint dislocation

DO :
1. tampak gelisa
Deformatis tulang
2. tampak tegang
3. sulit tidur
4. frekuensi napas meningkat Gangguan bentuk dan gerakan
5. frekuensi nadi meningkat
6. tekanan darah meningkat
7. diaforesis Rasa tidak nyaman akibat
8. tremor bentuk yang tidak normal
9. muka tampak pucat
10. suara bergetar
Pengungkapan secara verbal
11. kontak mata buruk
merasa malu, cemas, dan takut
12. sering berkemih
tidak diterima
13. berorientasi pada masa lalu

Kekhawatiran dengan kondisi


yang dihadapi
Ansietas

3.3 Diagnosa
a. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkatgoris : Nyeri dan Kenyamanan
b. Gangguan Mobilitas Fisik ((D.0054)
Kategori : Fisiologis
Subkategoris : aktivitas/istirahat
c. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
Kategori : Psikologis
Subkategoris : Integritas Ego
d. Ansietas (D.0080)
Kategori : Psikologis
Subkategoris : Integritas Ego
3.4 Intervensi

No Diangnosa Keperawatan (SDKI) Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan RASIONAL

(SLKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
(I.08238)
Kategori: Psikologis Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3× 24 Tindakan
Subkatgoris: nyeri dan kenyamanan 1. Mengetahui lokasi
jam maka masalah Tingkat
Observasi nyeri, karakteristik
Definisi nyeri dapat teratasi dengan
nyeri, berapa lama nyeri
1. Identifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik atau kriteria hasil : dirasakan serta kualitas dan
karakteristik,
emosional yang berkaitan dengan 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri yang
durasi, frekuensi,
kerusakan jaringan aktual atau dirasakan pasien untuk
2. sikap protektif menurn kualitas, intensitas
fungsional,dengan onset mendadak mengetahui penanganan
nyeri.
atau lambat dan berintensitas ringan 3. gelisah menurun apa yang akan diberikan.
hingga berat yang berlangsung Terapeutik
4. perasaan takut Terapeutik.
kurang dari 3 bulan.
mengalami cidera berulang 2. Berikan tehnik non
2. Agar pasien tidak
Penyebab menurun farmakologis untuk
akan
mengurangi rasa
1. Agen pencendera fisiologis ketergantungan
nyeri( mis, TENS,
(mis. Inflamasi, iskemia, pada obat.
hipnosis,
neoplasma) akupresure, terapi 3. Memastikan pasien
2. Agen pencendera kimiawi musik, merasakan nyaman
(mis. Terbakar, bahan kimia) biofeedback, terapi sehingga nyeri
3. Agen pencendera fisiologis pijat, aroma terapi, yang pasien
(mis. Abses, amputasi, tehnik imajinasi rasakan tidak
terbakar, terpotong, terbimbing, semakin parah.
mengangkat berat, prosedur kompres
Edukasi
oprasi, prosedur oprasi, hangat/dingin,
trauma, latihan fisik terapi bermain) 4. Dengan

berlebih) 3. Kontrol lingkungan mengetahui

yang memperberat penyebab, periode,


Gejala dan Tanda Mayor
rasa nyeri (mis. dan pemicu nyeri
Subjektif Suhu ruangan, maka pasien dapat

pencahayaan , mengatasi nyerinya


2. Mengeluh nyeri
kebisingan) sendiri.
Objektif 5. Agar pasein dapat
Edukasi
memilih strategi
1. Tampak meringis
4. Jelaskan penyebab, untuk meredeakan
2. Bersikap protektif (mis.
periode, dan nyeri yang ia
Waspada, posisi menghindar
pemicu nyeri rasakan sendiri
nyeri)
5. Jelaskan strategi sesuai keinginan
3. Gelisah meredakan nyeri dan
4. Frekuensi nadi meningkat 6. Ajarkan tehnik non kenyamanannya.
5. Sulit tidur farmakologis untuk 6. Agar pasein dapat
mengurangi rasa mengetahui terapi
Gejala dan Tanda Minor
nyeri farmakologi (obat-
Subjektif obatan) yang dapat
Kolaborasi
Tidak tersedia digunakan selain
7. Kolaborasi non farmakologi
Objektif pemberian jika terapi non
1. Tekanan darah meningkat analgesik,jika perlu farmakologi tidak
2. Pola napas berubah berhasil.
3. Nafsu makan berubah
Kolaborasi
4. Proses berpikir terganggu
5. Manarik diri 7. Memastikan Terapi

6. Berfokus pada diri sendiri analgetik yang

7. Diaforesis diberikan efektif


dengan melakukan
Kondisi klinis terkait kolaborasi.
1. Kondisi pembedahan
2. Cidera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma

2. Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I. Dukungan Mobilisasi (I.
((D.0054) 05173) 05173)
Setelah dilakukan tindakan
Kategori: Fisiologis keperawatan selama 3× 24 Tindakan Tindakan
jam maka masalah
Subkategoris: aktivitas/istirahat Observasi : Observasi :
Mobilitas Lupa dapat
Definisi teratasi dengan kriteria hasil 1. Identifikasi adanya 1. Untuk mengidentifikasi
nyeri atau keluhan adanya nyeri atau keluhan
Keterbatasan dalam gerakan fisik :
fisik lainnya fisik lainnya
dari satu atau lebih ekstremitas 1. Pergerakan
2. Identifikasi toleransi 2. Untuk mengiidentifikasi
secara mandiri eksternitas
fisik melakukan toleransi fisik melakukan
Penyebab meningkat
pergerakan pergerakan
2. Kekuatan otot
1. Kerusakan integritas struktut 3. Monitor frekuensi 3. Untuk memonitor
meningkat
tulang jantung dan tekanan frekuensi jantung dan
3. Rentang gerak
2. Perabuhan metabolisme darah sebelum tekanan darah sebelum
(ROM)
3. Ketidakbugaran fisik memulai mobilisasi memulai mobilisasi

4. Penurunan kendali otot 4. Monitor kondisi 4. Untuk memonitor kondisi

5. Penurunan massa otot umum Selma umum Selma amelkukan


6. Penurunan kekuatan otot amelkukan mobilsiasi mobilsiasi
7. Keterlambatan
Terapeutik Terapeutik
perkembangan
8. Kekuatan sendi 5. Fasilitasi aktivitas 5. Untuk memfasilitasi

9. Kontraktur mobilisasi dengna alat aktivitas mobilisasi

10. Malnutrisi bantu mis. Oagar dengna alat bantu mis.

11. Gangguan muskuloskletal temoat tidur Oagar temoat tidur

12. Gangguan neuromuskular 6. Fasilitasi melakukan 6. Untuk menngetahui

13. Indek masa tubuh diatas pergerakan Fasilitasi melakukan

presentasi ke-75 sesuai usia 7. Libatkan keluarga pergerakan

14. Efek agen farmakologis untik membantu 7. Untuk menngetahui

15. Program pembatasan gerak pasien dalam Libatkan keluarga untik

16. Nyeri meningkatkan membantu pasien dalam

17. Kurang terpapar informasi pergerakan meningkatkan pergerakan

tentang aktivitas fisik Edukasi :


18. Kecemasan
8. Jelasan tujuan dan Edukasi :
19. Gangguan kognitif
prosedur mobilisasi
20. Keengganan melakukan 8. Untuk menjelaskan tujuan
9. Anjurkan melkuakn
pergerakan dan prosedur mobilisasi
mobilisais dini
21. Gangguan sensoripersepsi 9. Untuk menganjurkan
10. Ajarkan mobilisais
Gejala dan Tanda Mayor sederhana yang harus melkuakn mobilisais dini\
di lakukan is. Duduk 10. Untuk mengajarkan
Subjektif
di tempat tidur, di sisi mobilisais sederhana
1. Mengeluh sulit menggerakan tempat tidur, pindah yang harus di lakukan is.
ekstremitas dari tempat tidur Duduk di tempat tidur, di

Objektif kekursi). sisi tempat tidur, pindah


dari tempat tidur
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM)
menurun

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Nyeri saat bergerak


2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak

Objektif

1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah

Kondisi klinis terkait

1. Stroke
2. Cidera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteorthiritis
6. Ostemalasia
7. Keganasan

3. Gangguan Citra Tubuh (D.0083) Harapan ( L. 9068 ) Promosi Citra Tubuh ( I. Observasi :
Setelah dilakukan tindakan 09305 )
Kategori: Psikologis 1. untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24
Observasi harapan citra tubuh
Subkategoris: Integritas Ego jam ketersediaan alternatif
berdasarkan tahap
Definisi pemecahan pada masalah 1. Identifikasi harapan
perkembangan
yang dihadapi dengan citra tubuh berdasarkan
Perubahan persepsi tentang 2. mengetahui budaya,
tahap perkembangan
penampilan, truktur dan fungsi fisik kriteria hasil : 2. Identifikasi budaya,
agama, jenis kelamin, dan

individu. umur terkait citra tubuh


1. Keterlibatan dalam agama, jenis kelamin,
3. mengetahui budaya,
aktivitas perawatan dan umur terkait citra
Penyebab meningkat tubuh agama, jenis kelamin, dan
3. Identifikasi perubahan umur terkait citra tubuh
1. Perubahan strutur/bentuk 2. selera makan meningkat
citra tubuh yang 4. mengetahui frekuensi
tubuh (mis.
3. inisiatif meningkat mengakibatkan isolasi pernyataan kritik terhadap
Amputasu,trauma,luka
4. minat komunikasi verbal sosial diri sendiri
bakar,obesitas, jerawat)
4. Monitor frekuensi 5. mengetahui apakah
2. Perubahan fungsi tubuh meningkat
pernyataan kritik pasien bisa melihat
(mis. Proses penyakit, 5. verbalisasi keputusasaan
terhadap diri sendiri bagian tubuh yang
kehamilan, kelumpuhan) perilaku pasif menurun
5. Monitor apakah pasien berubah
3. Perubahan fungsi kognitif
6. afek datar menurun bisa melihat bagian
4. Ketidaksesuaian Terapeutik
tubuh yang berubah
kebudayaan, keyakinan atau 7. mengangkat bahu saat
6. untuk mengetahui
sistem nilai bicara menurun Terapiutik
perubahan tubuh dan
5. Transisi perkembangan
8. pola tidur membaik 6. Diskusikan perubahan fungsinya
6. Gangguan psikososial
tubuh dan fungsinya 7. untuk mengetahui
7. Efek tindakan//pengobatan
7. Diskusikan perbedaan perbedaan penampilan fisik
(mis. Pemebdahan,
penampilan fisik terhadap harga diri
kemoterapi, terapi radiasi)
terhadap harga diri 8. untuk mengetahui akibat
Gejala dan Tanda Mayor 8. Diskusikan akibat perubahan pubertas,
perubahan pubertas, kehamilan dan penuaan
Subjektif
kehamilan dan 9. untuk mengetahui kondisi
1. Mengungkapan penuaan stres yang mempengaruhi
kecacatan/kehilangan bagian 9. Diskusikan kondisi citra tubuh (mis.luka,
tubuh stres yang penyakit, pembedahan)
mempengaruhi citra 10. untuk mengetahui cara
Objektif
tubuh (mis.luka, mengembangkan harapan
1. Kehilangan bagian tubuh penyakit, citra tubuh secara realistis
2. Fungsi/struktur tubuh pembedahan) 11. untuk mengetahui persepsi
beubah/hilang 10. Diskusikan cara pasien dan keluarga
mengembangkan tentang perubahan citra

Gejala dan Tanda Minor harapan citra tubuh tubuh


secara realistis
Subjektif Edukasi
11. Diskusikan persepsi
1. Tidak mau mengungkapkan pasien dan keluarga 12. agar pasien dan keluarga
kecacatan/kehilangan bagian tentang perubahan tahu tentang perawatan

tubuh citra tubuh perubahan citra tubuh

2. Mengungkapkan perasaan 13. agar pasien dan keluarga


Edukasi
negatif tentang perubahan tahu cara mengungkapkan

tubuh 12. Jelaskan kepada gambaran diri terhadap

3. Mengungkapkan keluarga tentang citra tubuh

kekhawatiran pada perawatan perubahan 14. Agar pasien dan keluarga


citra tubuh tahu menggunakan alat
penolakan.reaksi orang lain 13. Anjuran bantu( mis. Pakaian , wig,
4. Mengungkapkan perubahan mengungkapkan kosmetik)
gaya hidup gambaran diri 15. Agar pasien dan keluarga
terhadap citra tubuh mengikuti kelompok
Objektif
14. Anjurkan pendukung( mis.
1. Menyembunyikan/menunjuk menggunakan alat Kelompok sebaya).
an bagian tubuh secara bantu( mis. Pakaian , 16. agar pasien dan keluarga
berlenihan wig, kosmetik) tahu melatih fungsi tubuh
2. Mengindari melihat 15. Anjurkan mengikuti yang dimiliki
dan/menyentuh bagian tubuh kelompok 17. Agar pasien dan keluarga
3. Fokus berlebihan pada pendukung( mis. tahu melatih meningkatkan
perubahan tubuh Kelompok sebaya). penampilan diri (mis.
4. Respon nonverbal pada 16. Latih fungsi tubuh berdandan)
perubahan dan persepsi yang dimiliki 18. Agar pasien dan keluarga
tubuh 17. Latih peningkatan tahu melatih pengungkapan
5. Fokus pada penampilan dan penampilan diri (mis. kemampuan diri kepada
kekuatan masa tubuh berdandan) orang lain maupun
6. Hubungan sosial berubah 18. Latih pengungkapan kelompok
kemampuan diri
Kondisi klinis terkait
kepada orang lain
1. Mastektomi
2. Amputasi maupun kelompok
3. Jerawat
4. Parut atau luka bakar yang
Promosi Kepercayaan
terlihat
diri ( L09310 )
5. Obesitas
6. Hiperpigmentasi pada Observasi
Promosi Kepercayaan diri
kehamilan 1. Identifikasi ungkapan
( L. 09310 )
7. Gangguan psikiatrik verbal dan nonverbal
8. Program terapi neoplasma yang tidak sesuai Observasi
9. Alopecia chemically induced 2. identifikasi masalah 1. mengetahui ungkapan
potensial yang dialami verbal dan nonverbal yang

Terapeutik tidak sesuai

3. Gunakan teknik 2. mengetahui masalah

mendengarkan aktif potensial yang dialami

mengenai harapan Terapeutik


pasien 3. agar kita dapat lebih dekat
4. Diskusikan kekuatan dan mengetahui mengenai
yang dimiliki ( swot ) harapan pasien
serta hal yang penting
4. agar dapat mengetahui
(smart) kekuatan yang dimiliki
5. Diskusikan rencana ( SWOT ) serta hal yang
mencapai tujuan yang penting (smart)
diharapkan
5. agar dapat pasien dapat
6. Diskusikan rencana
mengetahui membuat rencana
perubahan diri
mencapai tujuan yang
7. motivasi berpikir
diharapkan
positif dan
berkomitmen dalam 6. agar pasien dapat

mencapai tujuan melakukan perubahan diri ke

8. Buat dan cari yang lebih baik


keputusan prioritas 7. agar pasien lebih berpikir
untuk memecahkan positif dan berkomitmen
masalah dalam mencapai tujuan
9. Buat catatan pribadi
8. agar pasien tahu cara
dalam menentukan
memecahkan suatu masalah
pencapaian dan
menikmati setiap 9. agar pasien tahu cara
pencapaian menentukan pencapaian dan
10. diskusikan solusi menikmati pencapaian
dalam menghadapi 10. agar pasien tahu mencsri
masalah solusi dalam menghadapi
11. Diskusikan cara masalah
menangani situasi
11. agar pasien tahu cara
tidak terduga secara
menangani situasi tidak
efektif
terduga secara efektif
Edukasi
Edukasi
1. Anjurkan
mengevaluasi cara 1. agar pasien tahu

pemecahan mengevaluasi cara pemecahan

masalah yang masalah yang dilakukan


dilakukan 2. Agar pasien dan keluarga
2. Ajarkan pemecahan tahu pemecahan masalah dan
masalah dan situasi situasi yang sulit misalnya
yang sulit misalnya mengancam jiwa
mengancam jiwa
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim
1. Kolaborasi dengan
keperawatan spesialis
tim keperawatan
dalam memodifikasi
spesialis dalam
memodifikasi intervensi
intervensi

4. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi ansietas Reduksi ansietas (I.09314)


(L.09093) (I.09314)
Kategori: Psikologis Observasi :

Subkategoris: Integritas Ego Tindakan :


Setelah dilakukan tindakan 1. Agar kita dapat
Definisi keperawatan selama 3x24 Observasi : mempersiapkan pasien
jam diharapkan kondisi menghadapi segala
Kondisi emosi dan pengalaman 1. Identifikasi saat
emosi dan pengalaman kemungkinan pada saat
subyektif individu terhadap objek tingkat ansietas
subjektif terhadap objek tingkat ansietas
yang tidak jelas dan spesifik akibat berubah (mis.
yang tidak jelas dan spesifik berubah
antisipasi bahaya yang Kondisi, waktu,
akibat antisipasi bahaya 2. untuk mengetahui
memungkinkan individu melakukan stresor)
yang memungkinkan kemampuan
tindakan untuk menghadapi 2. Identifikasi
individu melakukan mengambil keputusan
ancaman kemampuan
tindakan untuk menghadapi 3. Untuk mengetahui
Penyebab ancaman. mengambil
tanda-tanda ansietas
Dengan Kriteria Hasil : keputusan
1. Krisis situasional pada pasien ( verbal
1. verbalisasi kebingungan 3. Monitor tanda-tanda dan non verbal )
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
menurun ansietas (verbal dan
3. Krisis maturasional Terapeutik :
4. Ancaman terhadap konsep
diri 2. verbalisasi khawatir nonverbal) 1. Agar dapat
5. Ancaman terhadap kematian akibat kondisi yang kepercayaan dari
Terapeutik :
6. Kekhawatiran mengalami dihadapi menurun pasien
kegagalan 3. perilaku gelisah 1. Ciptakan suasana 2. agar dspst mengetahui
7. Fisfungsi sistem keluarga menurun terapeutik utuk situasi yang membuat
8. Hubungan antara orang tua 4. perilaku tegang menumbuhkan pasien ansietas
dan anak tidak memuaskan menurun kepercayaan 3. agar pasien lebih rileks
9. Faktor keturunan (temramen 5. keluhan pusing 2. pahami situasi yang saat berkomunikasi
mudah teragitasi sejak lahir) menurun membuat ansietas 4. untuk mengurangi
10. Penyalahgunaan zat 6. anoreksia menurun 3. gunakan kecemasan pada pasien
11. Terpapar bahaya linglungan 7. palpitasi menurun pendekatan yang Edukasi :
(mis. Toksin,polutan, dan 8. frekuensi tenang dan
1. Agar pasien dapat
lain-lain) pernafasan menurun meyakinkan
mengetahui sensasi
9. frekuensi nadi 4. Pahami situasi
Gejala dan Tanda Mayor yang akan mungkin
menurun yang membuat
dialami
Subjektif 10. tekanan darah ansietas
2. Untuk mengetahui
1. Merasa bingung menurun
perasaan dan persepsi
2. Merasa khawatir dengan 11. diaforesis menurun
Edukasi : klien
akibat dari kondisi yang 12. tremor menurun
3. agar pasien dapat
pucat menurun 1. Jelaskan prosedur,
dihadapi mengetahui diagnosis,
3. Sulit berkonsentrasi 13. konsentrasi termasuk sensasi pengobatan dan
membaik yang mungkin prognosis
Objektif
14. pola tidur membaik dialami 4. Untuk menghindari
1. Tampak gelisah 15. perasaan 2. Anjurkan ansietas pada pasien
2. Tampak tegang keberdayaan mengungkapkan
Kolaborasi :
3. Sulit tidur membaik perasaan dan
16. kontak mata persepsi 1. Kolaborasi
Gejala dan Tanda Minor
membaik pemberian obat
3. informasikan
Subjetif antiansietas,
secara faktual
1. Mengeluh pusing jika perlu
diagnosis,
2. Anoreksia pengobatan dan
3. Palpitasi prognosis
4. Merasa tidak berdaya
4. Latih teknik
Objektif relaksasi

1. Frekuansi napas meningkat Kolaborasi :


2. Frekuensi nadi meningkat
1. Kolaborasi
3. Tekanan darah meningkat
pemberian obat
4. Diaforesis
antiansietas, jika
5. Tremor
6. Muka tampak pucat perlu
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu

Kondisi Klinis Terkait

1. Penyakit kronis progresif


(mis. Kanker, penyakit
autoimun)
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi
4. Rencana oprasi
5. Kondidi diagnosa penyakit
belum jelas
6. Penyakit neurologis
7. Tahap tumbuh kembang

Terapi Relaksasi

Terapi Relaksasi Observasi


1. agar mengetahui
penurunan tingkat
Observasi
energy,
ketidakmampuan
1. Identifikasi berkonsentrasi, atau
penurunan tingkat gejala lain yang
energy,
menganggu
ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau kemampuan kogniti
gejala lain yang 2. agar menegtahui
menganggu
penurunan tingkat
kemampuan kognitif
energy,
ketidakmampuan
2. Identifikasi teknik berkonsentrasi, atau
relaksasi yang pernah
efektif digunakan gejala lain yang
menganggu
3. Identifikasi
kesediaan, kemampuan kogniti
kemampuan, dan 3. agar mengetahui
penggunaan teknik kesediaan,
sebelumnya
kemampuan, dan
4. Periksa ketegangan penggunaan teknik
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan sebelumnya
suhu sebelum dan 4. agar mengetahui
sesudah latihan
ketegangan otot,
5. Monitor respons
frekuensi nadi, tekanan
terhadap terapi
relaksasi darah, dan suhu
sebelum dan sesudah
Terapeutik
latihan
1. Ciptakan
5. agar mengehui
lingkungan tenang
dan tanpa respons terhadap terapi
gangguan dengan relaksasi
pencahayaan dan
suhu ruang Terapeutik
nyaman, jika
memungkinkan 1. agar pasien dapat lebih
2. Berikan informasi
tenang dan nyaman
tertulis tentang
persiapan dan 2. agar pasien mengetahui
prosedur teknik persiapan dan prosedur
relaksasi
teknik relaksasi yang
3. Gunakan nada akan di berikan
suara lembut
dengan irama 3. agar pasien tidak
lambat dan merasa tertekan dan
berirama mengurangi kecemasan

Edukasi

1. agar pasien mengetahui


tujuan, manfaat,
Edukasi
batasan, dan jenis,
1. Jelaskan tujuan,
relaksasi yang tersedia
manfaat, batasan,
dan jenis, relaksasi (mis. music, meditasi,
yang tersedia (mis. napas dalam, relaksasi
music, meditasi,
otot progresif)
napas dalam,
relaksasi otot 2. agar pasien mengetahui
progresif) intervensi relaksasi
2. Jelaskan secara yang dipilih
rinci intervensi 3. agar pasien dalam
relaksasi yang
posisi nyaman
dipilih
4. agar pasien rileks dan
3. Anjurkan
merasakan sensasi
mengambil psosisi
nyaman relaksasi

4. Anjurkan rileks dan 5. agar pasien lebih


merasakan sensasi terampil dalam
relaksasi mengatasi kecemasan
5. Anjurkan sering 6. agar pasien dapat
mengulang atau mempraktekkan teknik
melatih teknik yang
relaksasi (mis. napas
dipilih’
dalam, peregangan
6. Demonstrasikan
atau imajinasi
dan latih teknik
terbimbing
relaksasi (mis.
napas dalam,
peregangan atau
imajinasi
terbimbing
DAFTAR PUSTAKA

Botilangi,dkk. 2020.Processing of temporomandibular joint dislocation cases atigd


rsud undata palu in 2017-2018. Jurnal Medical Profession Program of
Medicine.vol 2 No 2

Faisal, et al. (2019). Monitoring Methods of Human Body Joints: State-of-the-Art and
Research Challenges. Sensors (Basel), 19(11), pp. 2629.

Hidayati,dkk.2019.Gawat Darurat medis dan bedah.Airlangga university press:


Surabaya

Islamiyah, W. R., Fatimah, E., & Kusumastuti, K. (2021). Nocturnal Epilepsy dan
Dislokasi Sendi Bahu Anterior Bilateral Berulang. 1, 92–94.
Pujiriyani, D. W., Soetarto, E., Santosa, D. A., & Agusta, I. (2018). Deagrarianization
and Livelihood Dislocation of Peasant Community in Rural Java. Sodality: Jurnal
Sosiologi Pedesaan, 6(2). https://doi.org/10.22500/sodality.v6i2.23235
Sanusi,Rahmat.2019.Penanganan Cedera Engkel.Universitas Karimun
Sugandi Hartanto, Nana Supriana Buku ajar keperawatan medikal bedah III
Departemen Radioterapi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta
Sunarto.2018.Asuhan Keperawatan Ny.R Dengan Dislokasi Shoulder Dextra Di Ruang
Edelweis Rumah Sakit Tk.Ii Dr.Soedjono Magelang.Poltekkes Yogyakarta
Suriya,Melti dan Zuriati.2019. Buku ajar asuhan keperawatan medikal bedah gangguan
pada sistem muskuloskeletal aplikasi nanda nic & noc. Pustaka Galeri Mandiri.
Sumatera Barat.

Brunner, Suddarth’s. 2018. Jurnal Keperawatan sendi Edisi 12. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.

Prabowo, Eko & Eka, Andi Pranata. 2017. jurnal Buku Ajar Asuhan Keperawatan
penyakit dislokasi. Nuha Medika. Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan indikator diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus
pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus
pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai