Anda di halaman 1dari 20

SEMINAR ILMU KEDOKTERAN JIWA

BULLYING
Pembimbing : dr. Nining Febriyana, Sp. KJ
Tim penyusun
Raniah Baswedan 011211131016
Benedictus Hanjaya 011211131040
Shabrina Avi Wulandari 011211131070
Esravila Ariya Wibisono 011211132029
Gemilang Nurhasanah 011211132030
Petra Bella Aritonang 011211133032
Kimberly Luana 011211133033
Marissa Jayawinata 011211133088
Stella Andriana 011211133112
Arya Wiradewa 011211131017
Dyah Ayu Pradnyaparamitha 011211131071
Fahrun Nisa’i Fatimah 011211131073
Izzatul Islam 011211132031
Bella Nadia Anggisti 011211132033
Bab 1 pendahuluan
Latar belakang

Bullying didefinisikan sebagai tindakan negatif yang bisa berupa fisik atau
verbal, memiliki niat bermusuhan, yang berulang dari waktu ke waktu, dan
melibatkan diferensial kekuasaan. Ini mungkin melibatkan satu atau lebih
pelaku dan korban (Farrington, 1993).Studi sebelumnya telah menemukan
bahwa anak laki-laki memiliki prevalensi lebih tinggi Bullying dibandingkan
anak perempuan dan perilaku Bullying cenderung memuncak di sekolah
menengah dan kemudian menurun (Wang, et al., 2010). Sekitar 1 dari 10
anak sekolah melaporkan mendapatkan Bullying mingguan di sekolah
(Kaltiala-¬Heino, et al., 1999).
Bab 1 pendahuluan
Latar belakang

Perilaku ini dapat mengambil banyak bentuk, seperti fisik, verbal, dan
relasional atau sosial (Wang, et al., 2010). Dalam beberapa tahun terakhir
juga terdapat bentuk baru dari Bullying, diberi label "cyberBullying", di
mana terjadi melalui perangkat modern teknologi, dan secara khusus ponsel
atau internet (Slonje & Smith, 2008). Kekerasan di sekolah ibarat fenomena
gunung es yang nampak ke permukaan hanya bagian kecilnya saja. Akan
terus berulang, jika tidak ditangani secara tepat dan berkesinambungan dari
akar persoalannya.
Bab 1 pendahuluan
Latar belakang

Budaya Bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi di kalangan
peserta didik. Biasanya Bullying terjadi berulang kali. Bahkan ada yang dilakukan
secara sistematis. Dari menjamurnya, kasus – kasus Bullying yang ada di lembaga
pendidikan di Indonesia khususnya lingkungan sekolah, penulis mengambil tema
yang berkaitan dengan perilaku Bullying di jenjang pendidikan. Diperlukan
intervensi yang bertujuan untuk mengurangi intimidasi di sekolah, serta penilaian
kejiwaan dan pengobatan bagi pengganggu dan orang-orang yang diganggu, juga
dapat mencegah depresi dan bunuh diri (Farrington, 1993).
Oleh itu, dalam menyikapi masalah ini, diperlukan pemahaman terhadap Bullying
serta terhadap segala manifestasinya dalam rangka menentukan prevensi,
rehabilitasi, dan edukasi secara keseluruhan yang ditujukan kepada semua elemen
masyarakat.
Bab 1 pendahuluan
Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari Bullying?
2. Bagaimana prevalensi, etiologi, dan akibat dari Bullying?
3. Apa saja diagnosis yang dapat ditemukan pada korban Bullying?
4. Bagaimana penanganan korban kasus Bullying?

tujuan
1. Mengetahui definisi dari Bullying.
2. Mengetahui prevalensi, etiologi, dan akibat dari Bullying.
3. Mengetahui diagnosis yang dapat ditemukan pada korban Bullying.
4. Mengetahui penanganan korban kasus Bullying.
Bab 1 pendahuluan
manfaat
1. Menambah kajian ilmiah mengenai Bullying.
2. Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dokter muda
dalam menangani kasus Bullying.
Bab 2 pembahasan
Definisi & prevalensi
Perilaku Bullying dapat dikarakteristikan sebagai perilaku agresif yang
bersifat merusak yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang dengan
tujuan merugikan korban yang disertai adanya perbedaan atau
ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan yang menjadi korban
(National Crime Prevention Centre, 2008; American Association of School
Administrators, 2009; Jing, 2009).
Penelitian Soedjatmiko dkk pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi Bullying
pada pelajar kelas V SD di Jakarta Pusat sebesar 89,5% dengan proporsi
terbesar adalah kelompok korban sekaligus pelaku (46,1%).
Dalam penelitiannya didapatkan tipe Bullying tersering adalah fisik, diikuti
verbal, psikologis, dan emosional, sedangkan bentuk Bullying tersering di
sekolah ialah ejekan, diikuti pemukulan, ancaman, dan penyebaran gosip.
Bab 2 pembahasan
Etiologi & akibat bullying

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi seorang anak berkembang


menjadi pembuli. Faktor-faktor tersebut, yaitu:
1. Faktor Individu : Pembully dan Terbully
2. Faktor Keluarga
3. Faktor Teman Sebaya
4. Faktor Sekolah
5. Faktor Media
6. Faktor Pengendalian Diri
Bab 2 pembahasan
Etiologi & akibat bullying

Bullying memberikan dampak negatif terhadap pelaku dan korban. Dampak


terbesar dialami oleh korban Bullying. Korban Bullying mengalami
gangguan psikosomatik dan psikososial. Gangguan prestasi belajar dan
tindakan bolos sekolah yang kronik juga dikaitkan dengan kemungkinan
menjadi korban Bullying. Strategi dalam penanganan Bullying memerlukan
pendekatan holistik yang melibatkan guru, orangtua, murid, pekerja sosial,
dan dokter (Soedjatmiko dkk, 2013).
Bab 2 pembahasan
Diagnosa bullying

Seseorang dikatakan menjadi korban Bullying dilihat dari


frekuensi mengalami Bullying, yaitu minimal dua sampai
tiga kali dalam sebulan. Seorang korban Bullying dapat
mengalami satu atau beberapa bentuk Bullying. Ketika hanya satu
bentuk Bullying yang dialami seseorang, namun frekuensinya
minimal dua sampai tiga kali dalam sebulan, hal itu juga
termasuk menjadi korban Bullying.
Bab 2 pembahasan
Penanganan bullying
Untuk mengatasi dan mencegah masalah Bullying perlu adanya kebijakan yang bersifat
menyeluruh di sekolah. Kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari
kepala sekolah sampai orang tua murid, kerja sama antara guru, orang tua dan masyarakat
atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. sangat
diperlukan dalam menangani masalah ini.
Kegiatan yang bisa dilakukan selama program anti Bullying ini antara lain:
• Brainstorming dan diskusi
• Kegiatan menggunakan lembar kerja
• Membaca buku cerita yang berhubungan dengan Bullying
• Membuat gambar, kolase, poster mengenai pencegahan Bullying
• Bermain drama
• Berbagi cerita dengan orang tua di rumah
• Menulis puisi
• Menyanyikan lagu anti Bullying, misalnya dengan lyrik yang sudah diubah dari
lagu Populer yang digemari anak-anak (remaja).
• Bermain teater boneka
• Mencegah Terjadinya Bullying
Bab 2 pembahasan
Penanganan bullying
Salah satu program yang sangat komprehensif yang ditujukan untuk
menanggulangi Bullying dan terbukti efektif yakni the bully busters
program. Fokus dari program ini yakni merubah sistem sosial sehingga
kemunculan Bullying bisa dihindarkan (Espelage & Swearer, 2004). Program
tersebut memiliki beberapa prinsip utama sebagai berikut:
Prinsip utama yang pertama yakni bahwa merubah lingkungan lebih
berdampak kuat daripada merubah individu per individu.
Prinsip kedua, yakni pencegahan lebih baik daripada intervensi.
Program anti Bullying bukan hanya ditujukan pada korban dan pelaku Bullying,
akan tetapi melibatkan semua elemen sekolah. Di mana dampak dari
perilaku Bullying dan perilaku kekerasan yang lain seringkali diperbesar oleh
orang-orang atau anak-anak lain yang mengetahui kejadian tersebut namun
membiarkan hal tersebut berlangsung, entah karena kekurangpahaman mereka
ataukah karena sebab- sebab lain.
Bab 2 pembahasan
Penanganan bullying

CBT
CBT adalah metode pengobatan yang paling diakui secara luas,
terpercaya dan penelitian-didukung untuk masalah ini. CBT
mengajarkan individu untuk lebih memahami pikiran dan perasaan
mereka dalam kaitannya dengan situasi. Selain itu, mengajarkan
individu bagaimana pikiran dan perasaan mereka mempengaruhi
tindakan mereka dan akhirnya perilaku mereka.
Bab 3 kesimpulan dan saran

• Dari pembahasan yang telah dibuat, kesimpulan yang didapat yaitu :


– Bullying adalah penyalahgunaan kekuatan yang disengaja dan berulang-ulang oleh
seorang anak atau lebih terhadap anak lain, dengan maksud untuk menyakiti atau
menimbulkan perasaan tertekan/ stres
– Prevalensi Bullying di Indonesia sangat banyak dan merupakan fenomena gunung es.
Etiologinya multipel dan faktor individu pembuli dan korban Bullying mempunyai peran
yang cukup besar.
– Tiga unsur dasar Bullying, yaitu bersifat menyerang dan negatif, dilakukan
secara berulang kali, dan adanya ketidak seimbangan kekuatan antara pihak
yang terlibat
– Strategi dalam penanganan Bullying memerlukan pendekatan holistik yang
melibatkan guru, orangtua, murid, pekerja sosial, dan dokter
• Saran : Perlu dilakukan kegiatan yang dapat mengedukasi semua lapisan masyarakat
tentang perilaku dan dampak Bullying sehingga tindakan ini bisa dicegah.
Daftar pustaka
Coloroso, Barbara. (2006). The Bully,The Bullied, and The Bystander.New York.

Farrington D, 1993. Understanding and preventing Bullying.. Chicago: University of Chigago Press.

Hidayati, N.. (2012). Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi. insan. 14 (1), hal. 46-47.
[Online]. Available: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-artikel%205-14-1.pdf. Last
accessed 11 Juli 2016.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwiHnLm5vuvNAhXJKo8KHbISDzYQFggeMAA&url=http%3A%2F%2Fsaripediatri.idai.or.id%2F
pdfile%2F15-3-8.pdf&usg=AFQjCNEzfW9zDRL_iRhv-u5SsBVNRojT0g

Kaltiala-¬Heino R, et al., 1999. Bullying, depression, and suicidal ideation in Finnish adolescents:
school survey. BMJ, Volume 319, pp. 348-351.

Krahe, Barbara. (2005). Perilaku Agresif, Buku Panduan Psikologi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Daftar pustaka
Latifah, Fika. 2012. Hubungan Karakteristik Anak Usia Sekolah Dengan Kejadian Bullying Di
Sekolah Dasar X di Bogor. Skripsi: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia: Depok

Lohmann, R.C.. (2013). Teen Bullying: A CBT Approach to Addressing the Issue. Available:
https://www.psychologytoday.com/blog/teen-angst/201306/teen-Bullying-cbt-approach-
addressing-the-issue. Last accessed 11 Juli 2016.

Nansel, T.R., Overpeck, M., Pilla, R.S., Ruan, W.J., Simon, M.B. & Scheidt, P. (2001). Bullying
behavior among US Youth. JAMA, 285:2094-2100.

Ningrum, E.A. (2015). Bullying. Available:


http://blog.uad.ac.id/ega1300001313/2015/01/12/makalah-Bullying/. Last accessed 11 Juli
2016.

O'Connell P, et al., 1997. Prevalence of Bullying and victimization among Canadian elementary
and middle school children. Washington, s.n.

Olweus, Dan.(2006). Bullying in Schools: Facts and Intervention. Norwegia: Research


Center for Helath Promotion , University of Bergen.
Daftar pustaka
Rahayu, DP. 2012. Penerapan Misconduct Slip dan Faktor-Faktor Penyebab
Bullying. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Kesejahteraan
Sosial Universitas Indonesia : Depok.

Slee P, 1995. Bullying: health concerns of Australian secondary school. Int J


Adolescence Youth, Volume 5, pp. 215-224.

Slonje R & Smith P, 2008. CyberBullying: Another main type of Bullying?.


Scandinavian Journal of Psychology, Volume 49, p. 147–154.

Soedjatmiko dkk. 2013. Gambaran Bullying dan Hubungannya dengan Masalah


Emosi dan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar. Sari Pediatri Vol. 15 No. 3, Oktober
2013 [online] diakses pada 11 Juli 2016 di:
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-3-
8.pdf&ved=0ahUKEwimsuHpqerNAhVFpo8KHfpFBcgQFggZMAA&usg=AFQjCNEz
fW9zDRL_iRhv-u5SsBVNRojT0g

Sognonvi, Serge and Carmen Sognonvi. "Bullying Reasons: Why Do People Bully?
Why Do Bullies Bully?". Urban Martial Arts. N.p., 2010. Web. 11 July 2016.
Daftar pustaka

VanDamme, Eric. "IDENTIFICATION AND PREVENTION OF BULLYING IN


SCHOOLS". Master Of Arts In Education. Northern Michigan University,
2012. Print.

Verlinden, S., Herson, M. & Thomas, J. (2000). Risk factors in school


shootings. Clinical Psychology Review. 20:3-56.

Wang J, Iannotti RJ, & Nansel TR, 2010. School Bullying Among US
Adolescents: Physical, Verbal, Relational and Cyber. J Adolesc Health,
45(4), pp. 368-375.

Yusuf, H., Fahrudin, A. (2012). Perilaku Bullying: Asesmen Multidimensi


dan Intervensi Sosial. Jurnal Psikologi Undip, 11(2): 1-10.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai