DOSEN PEMBIMBING
Ns.Hariet Rinancy,S.kep.M.kep
DISUSUN OLEH :
Kelompok 2:
Fauzia Herdila
Hafifatul Khairiyah
Hafizah Rahmi
Leli Suriani
TP: 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan yang berjudul ”Asuhan keperawatan
VSD”
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Ns.Hariet Rinancy,S.kep.M.kep
Kami pun menyadari bahwa di dalam askep ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan askep yang kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan refarat ini adalah untuk membahas secara ringkas
mengenai definisi, diagnosis, manajemen dan prognosisVentricular Septal
Defect (VSD).
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Tinjauan teori VSD?
2. Bagaimna asuhan keperawatan teoritis pada VSD?
D. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang Tinjauan teori VSD
2. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan teoritis pada VSD
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Embriologi
2. Etiologi
3
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara
pasti (idiopatik), tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian VSD. Faktor yang mempengaruhi adalah :
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari seluruh
kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak tertutup
sempurna. Kelainan ini umumnya kongenital, tetapi dapat pula terjadi karena
trauma. Kelainan VSD ini sering bersama-sama dengan kelainan lain misalnya
trunkus arteriosus, tetralogy of Fallot.
3. Klasifikasi
4
Septum ventrikel terdiri dari septum membran dan septum muskular. Secara
anatomis DSV dapat diklasifikasikan sesuai letak defeknya. Klasifikasi DSV
berdasarkan letak:
Pada DSV terjadi aliran darah dari ventrikel kiri menuju ventrikel kanan,
terjadi pencampuran darah arteri dan vena tanpa sianosis. Ukuran dan besarnya
aliran melalui defek merupakan faktor yang penting dalam menentukan akibat
fisiologis serta tambahan klasifikasi DSV. Ekokardiografi dapat dipakai untuk
mengukur besarnya defek dan menghitung perbandingan besar defek terhadap
ukuran annulus aorta.
a) DSV kecil (diameter defek 0 – 3 mm saat lahir atau defek < 1/3 diameter
aorta), terjadi gradien yang signifikan antara ventrikel kiri dan kanan (> 64
mmHg). Defek seperti ini disebut restriktif, dengan berbagai variasi aliran
dari kiri ke kanan, tekanan sistol ventrikel kanan dan resistensi pulmonal
normal. 6,9 Pada DSV terjadi aliran darah dari ventrikel kiri menuju
ventrikel kanan, terjadi pencampuran darah arteri dan vena tanpa sianosis.
Ukuran dan besarnya aliran melalui defek merupakan faktor yang penting
dalam menentukan akibat fisiologis serta tambahan klasifikasi DSV.
Ekokardiografi dapat dipakai untuk mengukur besarnya defek dan
menghitung perbandingan besar defek terhadap ukuran annulus aorta.
5
b) DSV moderat dengan restriksi (diameter defek 3 – 5 mm saat lahir atau
defek antara 1/3 – 2/3 diameter aorta), gradien berkisar 36 mmHg.
Awalnya derajat aliran dari kiri ke kanan bersifat sedang berat. Resistensi
vaskular paru dapat meningkat, tekanan sistolik ventrikel kanan dapat
meningkat walaupun tidak melampaui tekanan sistemik. Ukuran atrium
dan ventrikel kiri dapat membesar akibat bertambahnya beban volume.
c) DSV besar non restriktif (diameter defek < 5 mm saat lahir atau defek
mendekati ukuran aorta), tekanan sistol ventrikel kiri dan kanan sama.
Sebagian besar pasien akan mengalami perubahan vaskular paru yang
menetap dalam waktu satu atau dua tahun kehidupan. Dengan waktu
terjadi penurunan aliran dari kiri ke kanan, bahkan terjadi aliran dari kanan
ke kiri, yang kita kenal sebagai fisiologi Eisenmenger.
4. Patofisiologi
Gangguan hemodinamik pada penderita DSV tergantung pada ukuran defek dan
tahanan vaskular pulmonal. Pada janin normal, tahanan arteri pulmonalis tinggi,
dan akan menurun dengan cepat pada saat setelah lahir hingga tahanan vaskular
pulmonal sama dengan tahanan vaskular sistemik. Pada usia 4 – 6 minggu,
penurunan tahanan vaskular pulmonal berlanjut pelan-pelan sampai mencapai
tahanan setingkat dewasa, yang mencapai puncaknya pada umur 3 – 6 bulan. 4,10
Pada penderita DSV adanya defek septum interventrikular akan menyebabkan
darah mengalir melalui defek dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan (left-to-right
shunt) karena pengaruh perbedaan tekanan. Bunyi bising disebabkan oleh
derasnya aliran darah. Darah di ventrikel kanan didorong ke arteri pulmonalis
sehingga terjadi peningkatan aliran darah melalui arteri pulmonalis yang berlanjut
sebagai peningkatan tahanan vaskular pulmonal. Resistensi relatif antara 2
sirkulasi bersifat dinamis dan berubah dengan waktu:
1. Periode neonatus:
6
b. TVki = TVka (tahanan ventrikel kiri sama dengan tahanan ventrikel
kanan)
2. Bayi (3 – 4 minggu)
a. TVP menurun
b. TVki>TVka
5. WOC
6. Manifestasi Klinis
7
Manifestasi klinis yang ditimbulkan tergantung ukuran defek saat
ditemukan. Pada VSD kecil terdengar bising peristolik. Defek kecil bersifat
benigna, dan dapat menutup spontan tergantung tipenya, dan biasanya tidak
mengganggu pertumbuhan anak. Pada VSD besar dapat dijumpai sesak napas dan
gangguan pertumbuhan oleh karena meningkatnya aliran pulmonal.
1. VSD kecil
a. Biasanya asiptomatik
b. Defek kecil 1-5 mm
c. Tidak ada gangguan tumbuh kembang
d. Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang
menjalar ke seluruh tubuh pericardium dan berakhir pada waktu
distolik karena terjadi penutupan VSD
e. Pada EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan
aktivitas ventrikel kiri
f. Pada radiologi ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau
sedikit meningkat.
g. Menutup secara spontan pada waktu umur 3 tahun.
2. VSD sedang
8
f) Takipnea
g) Retraksi pada jugulum, sela intercostal, region epigastrium h.
Bentuk dada normal
h) Pada EKG terdapat peningkatan aktivtas ventrikel kiri maupun
kanan, tetapi ventrikel kiri yang lebih meningkat.
i) Pada radiologi terdapat pembesaran jantung derajat sedang,
conus pulmonalis menonjol, peningkatan vaskularisasi paru
dan pembesaran pembuluh darah di hilus.
3. VSD besar
7. Diagnosis
a. Anamnesis
9
Pada penderita DSV defek sedang terdapat gangguan pertumbuhan yaitu
berat badan yang kurang
Pada DSV defek besar dengan peningkatan tahanan vaskular paru
penderita mengalami sesak dan biasanya mengalami infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) berulang, gagal tumbuh, banyak keringat.
b.Pemeriksaan fisik
c.Pemeriksaan penunjang
FotoToraks
Pada defek kecil gambaran radiologis menunjukkan ukuran jantung
normal dan vaskularisasi normal.
Pada defek sedang tampak pembesaran jantung dan peningkatan
vaskular paru.
10
Pada foto PA tampak bayangan jantung melebar ke arah bawah dan
kiri akibat pembesaran hipertrofi ventrikel kiri yang disertai
peningkatan vaskularisasi paru.
Elektrokardiografi
Pada bayi, gambaran EKG sering tidak jelas menunjukkan
kelainan.
Pada DSV defek kecil, EKG biasanya normal.
Pada defek sedang,sering didapatkan hipertrofi ventrikel kiri,
akibat pirau kiri ke kanan yang akan menyebabkan beban tekanan
pada ventrikel kiri; sering tidak didapatkan hipertrofi ventrikel
kanan.
Pada penderita DSV besar dengan tekanan ventrikel kiri dan kanan
yang sama, selain tampak gambaran hipertrofi ventrikel kiri juga
didapatkan hipertrofi ventrikel kanan. Bila telah terjadi hipertensi
pulmonal maka hipertrofi ventrikel kanan tampak makin menonjol,
bahkan hipertrofi ventrikel kiri dapat menghilang.
Ekokardiografi
Ekokardiografi perlu dilakukan pada defek septum ventrikel untuk
mengetahui lokasi
dan besar/ukuran defek
8. Tatalaksana
11
operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat badannya 12
kg.
c) Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen :
biasanaya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam
pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi
eritrosit yang selanjutnya diteruskan dengan terapi besi. Operasi dapat ditunda
sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan
setelah berumur 6 bulan.
d) Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen, operasi paliatif atau
operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis mengalami
arteriosclerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi beban yang
berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila defek tidak
ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan ke ventrikel
kiri melalui defek. Beberapa sifat alamiah VSD perlu dipertimbangkan dalam
penanganan penyakit ini :
o Sebagian besar defek kecil akan menutup spontan, sedangkan defek
sedang dan besar cenderung untuk mengecil dengan sendirinya.
o Defek besar dapat menyebabkan gagal jantung, biasanya pada bulan kedua
kehidupan. Penderita yang sampai umur 1 tahun tidak mengalami gagal
jantung, biasanya tidak akan mengalaminya di kemudian hari, kecuali bila
terdapat faktor lain seperti anemia atau pneumonia.
o Perubahan vaskuler paru sudah dapat terjadi dalam 6-12 bulan pertama
kehidupan. Pada defek berat, pada umur 2-3 tahun sudah dapat terjadi
hipertensi pulmonal yang irreversibel
1) VSD Kecil
Penderita dengan VSD kecil tidak memerlukan penanganan medis atau
bedah karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik. Anak dengan VSD
kecil mempunyai prognosis baik dan dapat hidup normal, kecuali observasi
kemungkinan infeksi paru dan mencegah/ mengobati endokarditis bila terjadi.
Penderita harus diobservasi sampai defeknya menutup.
12
2) VSD Sedang
Terapi medis Apabila gagal jantung telah dapat diatasi, diperlukan digitalis
dosis rumat (digoxin dan diuretik misalnya Lasix). Sebagian kecil tidak
dapat diatasi dengan digitalis saja, anak tetap dalam keadaan gagal jantung
kronik atau failure to thrive dan penderitanya ini memerlukan koreksi
bedah segera.
Terapi bedah Pendrita VSD sedang dengan tahanan vaskuler paru normal
dengan tekanan arteri pulmonal kurang dari setengah tekanan sistemik,
kecil kemungkinannya untuk menderita obstruksi paru. Mereka hanya
memerlukan terapi medis dan sebagian akan menjadi simptomatik. Terapi
bedah dipertimbangkan bila setelah umur 4-5 tahun defek kelihatannya
mengecil.
3) VSD Besar
VSD besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik terapi medis yang
diberikan sama seperti VSD sedang dengan tahanan vaskuler paru normal.
Bila dengan terapi medis dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan
membaiknya pernapasan dan pertambahan berat badan maka operasi dapat
ditunda sampai usia 2-3 tahun. Bila gagal jantung dapat diatasi penderita harus
diawasi ketat untuk menilai terjadinya perburukan/ penyakit vaskuler paru.
Bila terjadi perburukan maka diperlukan koreksi bedah.
13
b. Operasi korektif
Operasi dilakukan dengan sternotomi median dengan bantuan
mesin jantung-paru. Keputusan untuk melakukan operasi korektif
sangat bergantung pada kemampuan tim bedah dengan segala fasilitasi
pendukungnya. Di Negara maju terdapat kecenderungan untuk
langsung melakukan operasi penutupan defek meskipun pada bayi
kecil. Mortalitas keseluruhan akibat operasi dilaporkan sekitar 5-15%.
Prognosis operasi makin baik bila tahanan paru rendah dan penderita
dalam kondisi baik dengan berat badan diatas 15 kg.
9. Komplikasi
a) Gagal jantung
b) Endokarditis infektif
c) Insufisiensi aorta atau stenosis pulmoner
d) Penyakit vaskular paru progresif
e) Kerusakan sistem konduksi ventrikel
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis,
aktifitas terbatas)
b. Kaji adanya komplikasi
c. Riwayat kehamilan
d. Riwayat perkawinan
e. Pemeriksaan umum : keadaan umum, berat badan, tanda – tanda vital,
jantung dan paru
f. Kaji aktivitas anak
g. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai,
hepatomegali.
h. Kaji adanya tanda hypoxia kronis : clubbing finger
i. Kaji pola makan, pertambahan berat badan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak
adekuatnya ventilasi
14
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan anak.
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
3. Rencana keperawatan
15
nutrisi bila anak sering minta
o Tidak ada tanda2 malnutrisi minum karena kehausan
o Menunjukkan peningkatan 4) Berikan subtansi gula
fungsi pengecapan dari 5) Ajarkan pasien
menelan bagaimana membuat
catatan makanan harian
3. Gangguan Setelah diberikan asuhan 1) Monitor tinggi dan
pertumbuhan dan keperawatan diharapkan berat badan setiap hari
perkembangan pertumbuhan dan dengan timbangan dan
berhubungan dengan perkembangan tidak terganggu didokumentasikan
tidak adekuatnya dengan kriteria hasil : dalam bentuk grafik.
suplai oksigen dan o Anak berfungsi optimal 2) Ijinkan anak untuk
zat nutrisi ke sesuai tingkatannya sering beristirahat dan
jaringan. o Keluarga dan anak manpu hindarkan gangguan
menggunakan koping pasa saat tidur.
terhadap tantangan karena 3) Kaji faktor penyebab
adanya ketidakmampuan gangguan
o Keluarga mampu perkembangan anak
mendapatkan sumber 4) Berikan perawatan
o sumber sarana komunitas yang konsisten
5) Dorong anak
melakukan perawatan
sendiri
4. implementasi keperawatan
5. evaluasi
a) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
16
b) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
c) Monitor status kardiovaskuler
d) Monitor adanya perubahan tekanan darah
e) Monitor adanya dispneu
BAB III
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dengan di selesaikannya makalah ini di diharapkan bisa menjadi
tambahan referensi untuk mahasiswa keperawatan. Kami sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar sempurnanya
makalah ini.
17
Daftar Pustaka
1. Rilantono L.I., 1996. Defek Septum Ventrikel. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp: 232-235
2. Herintya F., Wahab A.S., 2003. Defek Sekat Ventrikel (Ventriculer Septal
Defect). Yogyakarta: Yayasan Penerbitan IDI bekerjasama dengan Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. pp: 1-
21.
3. Ekici F., Tutar E., Atalay S., Arsan S., Özçelik N., 2008. The Incidence and
Follow-up of Isolated Ventricular Septal Defect in Newborns by
Echocardiographic Screening. Turk J Pediatr. 50: 223-27.
4. Wahab A.S., 2009. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital yang
Tidak Sianotik. Jakarta: EGC. pp: 37-51
5. Layangool T., Kirawittaya T., Sangtawesin C., Kojaranjit V., Makarapong P.,
Pechdamrongsakul A., Intasorn Y., Noisang P., 2008. Natural Aortic Valve
Complications of Ventricular Septal Defect: A Prospective Cohort Study. J
Med Assoc Thai. 91(Suppl 3): S53.
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta:
IDAI. pp: 38- 40
7. Kapita Selekta Kedokteran, 2000. Defek Septum ventrikel, Bab VI Ilmu
Kesehatan Anak Ed. III Jilid 2 Editor: Arif Mansjoer, et al. Jakarta : Media
Aesculapius FK UI hal.445- 447.
8. Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam Indonesia, 2009. Ilmu Penyakit
Dalam.Ed. V Jilid 2 Editor : Aru W.S.., et al. Jakarta : FKUI.
18
9. Lisa C., Wahab A.S., 1994. Defek Septum Ventrikel. Dalam Sastroasmoro S.
& Madiyono B., Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: IDAI. pp: 192-203 10.
Ghanie A., 2014. Penyakit Jantung Kongenital. dalam Setiati S., et al. (eds)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing.
pp: 1261-1262
19