Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR HIV PADA BAYI DAN ANAK

DOSEN PEMBIMBING

Ns.Maria Valentina Sibarani,M.kep

DISUSUN OLEH

Hafizah rahmi (191012114201009)

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESMAS

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


STANDAR OPERASIONAL PADA BAYI DAN ANAK

Pencegahan transmisi vertical

1. Pencegahan primer

Pendekatan yang paling efektif untuk mencegah transmisi vertikal adalah pencegahan
pada wanita usia pinggiran kota. Konseling sukarela, rahasia, dan pemeriksaan darah
adalah cara mendeteksi pengidap HIV secara dini.

2. Pencegahan sekunder

a. Pemberian antiretrovirus secara profilaksis

Saat ini membuktikankan bahwa mempersembahkan satu kali Nevirapine pada saat
persalinan kepada ibu dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian saru kali pada
bayi pada usia 48-72 jam

b pertolongan persalinan pada petugas terlampir

Pertolangan kerja dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terampil dengan prosedur
yang invasif dan menetrapkan tindakan pencegahan untuk mencegah penularan HIV

c. Pembersihan jalan lahir

tindakan pencegahan HIV membersihkan jalan lahir ini menurunkan morbiditas ibu
dan bayi serta mortalitas bayi."

D. Persalinan dengan seksio sesaria

bahwa bayi yang dilahirkan secara seksio sesaria yang dilakukan sebelum ketuban
pecah memiliki kejadian transmisi vertikal jauh lebih rendah dibandingkan dengan
kelahiran per vaginam

e. Menjaga kesehatan ibu


ibu dapat merusak integritas mukosa usus dan memudahkan tranmisi Selain vit A,
riboflavin dan mikronutrien lain dapat mempertahankan integritas mukosa usus

Tata laksana Bayi dari ibu HIV positif

 Gunakan sarung tangan saat terpapar dengan darah atau cairan tubuh
 Jepit dan potong tali pusat dengan hati-hati untuk mengurangi kontaminasi
percikan darah
 Keringkan dan bersihkan kulit bayi dengan kain hangat untuk mengurangi
kontaminasi darah atau cairan tubuh ibu sebelum pindah ke ruang perawatan
 Hindari penggunaaan gastric tube yang tidak perlu untuk mencegah trauma
mukosa
 Berikan vitamin K dan vaksinasi

Diagnosis HIV pada bayi

1. Pemeriksaan fisik

Pemantauan perlu dilakukan secara berkala, setiap bulan untuk 6 bulan pertama, 2
bulan sekali pada 6 bulan kedua setiap 6 bulan, kelainan yang dapat ditemukan antara
lain berupa agal tumbuh, anoreksia , demam yang berlebihan atau berkepanjangan

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah

b. Pemeriksaan kadar imunogiobulin.

c. Pemeriksaan antibodi HIV

Tata laksana selanjutnya

1. Pengobatan antiretroviral

Sampai sekarang belum ada obat antiretroviral yang dapat menyembuhkan infeksi
HIV, obat yang ada hanya dapar memperpanjang kehidupan. ensefalopati
progresif, jumlah trombosit e 75.000 / mm3 selama 2 minggu, atau terdapat
penurunan status imunologis.

2. Pemberian makanan

Telah diketahui bahwa ASI mengandung virus HIV dan transmisi melalui ASI
sebesar 15%. maka scbaiknya bayi tidak mendapat ASI.

3. Imunisasi

Beberapa peneliti menyatakan bahwa bayi yang tertular HIV melalui transmisi
vertikal masih memiliki kemampuan untuk memberi respon imun terhadap
vaksinasi sampai umur 1-2 tahun

4. Dukungan

Perlu mendapat dukungan ibu, sebab ibu dapar mengalami stres karena
penyakitnya sendiri maupun infeksi berulang yang diderita anaknya.

Anda mungkin juga menyukai