Anda di halaman 1dari 36

Etik dan Kebijakan terkait

Palliatif Care

Dian Sari, Ns., M.Kep.,


Sp.Kep.An
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapakan dapat
memahami konsep etik pada paliatif care dan mengetahui kebijakan
nasional terhadap paliatif care
“Saya mengalami krisis ketika
anggota keluarga meminta saya
untuk tidak mengatakan yang
sebenarnya kepada pasien.
Maksudku, jika aku berada di dalam
posisi mereka, aku ingin tahu, aku
ingin membuat keputusan bersama
dengan dokter. Aku ingin
memilih bagaimana menjalani
hidupku sampai akhir”
“Itu menyangkut situasi pribadi, dengan ayah saya […].
Aku berbohong padanya tentang apakah dia akan
meningggal. Aku merasa
sangat buruk dan setelah 25 tahun aku masih tidak
tahu apakah
akan lebih baik untuk memberitahunya, dia akan—
tetap meninggal ... Jika dia adalah salah satu pasien
saya, saya
akan memberitahunya, tetapi berbeda dengan keluarga
anggota…”
Apa itu etik?
Etik berasal dari bahsa
Yunani, ethos yang berarti
kebiasaan, adat.

Etik adalah cabang dari ilmu


filosofi yang focus kepada
perilaku, kebiasaan, terutama
yang berkaitan dengan aturan
perilaku dan
justifikasi/alasannya
● Kode etik Adalah pernyataan standar profesional
yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan
menjadi kerangka kerja untuk membuat
keputusan.
● Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanaka tugas/fungsi
perawat adalah kode etik perawat nasional
Indonesia, dimana seorang perawat selalu
berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.
Kode etik keperawatan (PPNI)
Perawat dan klien

Perawat dan praktek

Perawat dan masyarakat

Perawat dan teman sejawat

Perawat dan profesi


Kode etik: Perawat-Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan 2) Perawat dalam memberikan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan pelayanan keperawatan
tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, senantiasa memelihara suasana
warnakulit, umur, jeniskelamin, aliran politik dan agama yang lingkungan yang menghormati
dianutserta kedudukan sosial nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama
klien.

3) Tanggung jawab utama perawat 4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu


adalah kepada mereka yang yang dikehendaki sehubungan dengan tugas
membutuhkan asuhan yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
keperawatan. diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
Kode etik: Perawat-Praktek
1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi 2) Perawat senantiasa
dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional
3) Perawat dalam membuat yang menerapkan
keputusan didasarkan pada pengetahuan serta
informasi yang akurat ketrampilan keperawatan
dan mempertimbangkan sesuai dengan kebutuhan
kemampuan sertakualifikasi klien.
seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi
dan memberikan delegasi 4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi
kepada orang lain nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.
Kode etik: Perawat-Masyrakat

1) Perawat mengemban tanggung jawab bersama


masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
dan kesehatan masyarakat
Kode etik: Perawat-Teman sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan
baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan
kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi
klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak
kompeten, tidak etis dan ilegal.
Kode etik: Perawat-Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan
standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan 2) Perawat berperan aktif
dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi
keperawatan

3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk


membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif
demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.
Prinsip Etik Keperawatan

1 2 3 4
Non-maleficence Justice
Autonomi Beneficence Tindakan yang
adil
Tindakan yang dilakukan harus
Pasien memiliki
dilakukan harus tidak bertujuan
hak untuk
memberikan mencederai atau
memilih atau
manfaat bagi memperburuk
menolak
pasien keadaan
pengobatan
Informed Conset
● Hubungan tenaga kesehatan dan pasien tidak terlepas dari perjanjian
terapeutik dimana masing-masing punya hak dan kewajiban
● Salah satu hak pasien adalah berhak mendapatkan informasi yang
diperlukan dan kemudian memberikan persetujuan terhadap tindakan
yang akan dilakukan
● Untuk itu, adlam hubungannya dieprlukan adanya suatu informed consent
● Informed  telah mendapatkan penjelasan
● Consent persetujuan
● Informed consent persetujuan yang diberikan oleh
pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medic yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut (Komalawati)
● Informed consent persetujuan yang diberikan oleh
apsien atau keluarga terdekat setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien
(Peraturan Menteri Kesehatan, 2008)
● Informed consent memastikan terpenuhinya hak atas
informasi dan hak memberikan persetujuan pasien.
Informed Consent dalam pelayanan medis
menurut jenis tindakan
Yang bertujuan untuk
penelitian

Yang bertujuan untuk


mencari diagnosis

Yang bertujuan untuk


terapi
● Banyak yang sering salah kaprah mengenai informed consent dengan
menganggap bawah formulir persetujuan itu sendiri adalah yang disebut
dengan informed consent.
● Padahal formulir tersebut diperlukan untuk melindungi tenaga kesehatan
dari gugatan bahwa pasien dirawat berdasarkan paksaan atau tanpa
persetujuan.
● Apabila sebelumnya tidak diberi penjelasan, maka pasien tidak dapat
dikatakan informed, sehingga yang tercapai hanyalah consent tanapa
adanyanya pemberian informasi
● Perlu pemahaman perbedaan antara informed consent dan consent
Penjelasan yang diperlukan saat penyampaian informed
consent
1) Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
2) Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
3) Alternatif tindakan lain dan risikonya
4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
6) Perkiraan pembiayaan
Informed Consent
dalam Perawatan
Paliatif
Hal-hal yang harus diperhatiakn dalam
penyampaian informed consent pada pasien
paliatif
1. Apabila pasien masih kompeten, maka diutamakan ia menjadi penerima
informasi maupun pemberi persetujuan dengan saksi anggota keluarga.
Namun apabila pasien tidak kompeten, maka keluarga terdekat yang
kompeten yang melakukannya.

Definisi pasien kompeten menurut peraturan Menteri Kesehatan No.


290/MENKES/PER/III/2008 adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut
peraturan perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidak terganggu
kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami
kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit
mental sehingga mampu membuat keputusan secara bebas
2. Pada pasien paliatif, pasien berpotensi mengalami gangguan dalam
pengambilan keputusan. Hal ini dapat disebabkan oleh kagagalan kognitif
dan kurangnya kapasitas pengambilan keputusan baik karena proses
penyakit, perawatan atau kombinasi keduanya

Untuk menentukan apakah pasien paliatif memiliki kompeten untuk


mengambil keputusan maka perlu penilaian lebih lanjut oleh dokter. Penilaian
tersebut dapat dilakukan dengan bantuan psikolog atau psikiater, mengingat
perawatan paliatif adalah perawatan interdisiplipner.

3. Rumah sakit juga memiliki tanggungjawab terhadap pelaksanaan informed


consent berupa kelengkapan administrative seperti penyediaan formulir yang
dibutuhkan, khususnya formulir persetujuan serta penolakan terhadap suatu
tindakan kedokteran
Contoh Penerapan
informed consent
dalam perawatan
paliatif di RS kanker
Dharmais
Alur Penerapan Informed Conset di Perawatan Paliatif di RS Kanker
Dharmais
Ethical decision
making
(EDM) pada
perawatan paliatif
● Keputusan etis adalah bagian dari praktik medis kontemporer dalam
perawatan paliatif
● Dalam menjalankan asuhan perawatan paliatif kepada pasien, sering
terjadi bersamaan konflik dalam tim perawatan kesehatan professional,
dengan keluarga pasien. Sebagian besar hal ini disebabkan karena
perspektif yang berbeda terkait kepentingan yang terbaik untuk pasien
● Profesional kesehatan seringkali mengambil keputusan etis dalam kondisi
stress dan sulit
● Hal ini salah satunya dikaitkan dengan tingkat kelelahan yang tinggi dan
tekanan moral, serta kurangnya keterlibatan interdisipliner dalam
pengambilan keputusan
● Keputusan etis yang paling umum dibuat oleh tim perawatan paliatif
adalah terkait dengan komunikasi dan penyampaian informasi terkait
diagnosis dan prognosis, penghentian pengobatan dan sedasi paliatif
● Perlunya mempromosikan perawatan terpadu dan meningkatkan
komunikasi antara tim kuratif (misalnya ahli onkologi) dan penyedia
perawatan paliatif sepanjang rangkaian penyakit pasien
● Keputusan untuk menghentikan pengobatan juga dibuat oleh tenaga
kesehatan professional yang relevan
● Dalam banyak kasus penentuan jalan terbaik mengenai perawatan pasien
sangat penuh tantangan terutama pasien yang berada pada tahap akhir
kehidupan, karena keputusan mempengaruhi hidup dan mati pasien.
● Akibatnya perawat yang merawat pasien terminal, terkadang menghadapi
dilemma etik
● Perawat yang berhadapan dengan dilemma etik dapat mengalami stress
yang ekstrim serta penurunan kualitas perawatan
● Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan etis dari perawat
professional harus diselidiki mendalam
Langkah-langkah menghadapi dilemma etik
(Matzo, Sherman, 2010)
1) Tinjau situasi keseluruhan—identifikasi apa yangs edang terjadi pada
kasus ini
2) Kumpulkan semua fakta yang relevan tentang pasien dan situasi
kontekstual antara lain: a) riwayat medis dan social yang signifikan, b)
kapasitas pengambilan keputusan, c) arahan dalam perawatan lanjutan
3) Identifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam situasi, termasuk mereka yang
terpengaruh saat keputusan dibuat
4) Identifikasi data hukum yang relevan
5) Identifikasi konflik spesifik dari prinsip-prinsip etik. Identifikasi dan
pertimbangkan pedoman profesi keperawatan
6) Identifikasi kemungkinan pilihan, tujuan dan kemungkinan konsekuensi
terhadap kesejahteraan pasien. Identifikasi dan manfaatkan interdisipliner
sumber daya

7) Identifikasi kendala praktis untuk pengambilan keputusan, misalnya


hukum, organisasi, politik, ekonomi

8) Ambil tindakan jika telah mengambil keputusan dan laksanakan keputusan


9) Tinjau dan evaluasi situasi setelah tindakan diambil
Isu etik dalam
perawatan paliatif
Contoh situasi yang menyebakan terjadinya
dilemma etik pada pasien paliatif
1) Cardiopulmonary resuscitation (CPR);
2) Mechanical ventilation (MV), extracorporeal membrane oxygenation
(ECMO), and mechanical circulatory support (MCS);
3) Artificial nutrition and hydration (ANH);
4) Terminal sedation;
5) Withholding and withdrawing treatment;
6) Euthanasia and physician-assisted suicide (PAS).
Kebijakan Nasional
terkait perawatan
paliatif

Anda mungkin juga menyukai