XI MIPA 3
Selasa, 2 November 2021
Pada tahun 1912, Cokroaminoto, seorang tokoh yang mengusulkan kepada Haji Samanhudi
agar perkumpulan tersebut jangan membatasi diri pada golongan pedagang saja, tetapi
diperluas, khususnya kepada umat Islam. Dengan alasan tersebut, maka kata dagang dalam
anggaran dasar perkumpulan tersebut dihapus.
Perubahan ini dilakukan agar organisasi tidak hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tetapi
juga dalam bidang lain. Sarekat Islam kemudian makin berkembang pesat. Sarekat Islam
bahkan sempat menjadi sebuah partai politik dan diakui sebagai organisasi resmi pada bulan
Maret 1916 oleh pemerintah.
Dengan mencantumkan Islam sebagai dasar rupanya telah menjadi daya tarik yang kuat,
sehingga berhasil menarik banyak anggota dari kalangan rakyat. Dalam waktu yang relatif
singkat SI telah meluas menjadi perkumpulan yang banyak anggotanya.
Adalah HOS Cokroaminoto yang ditunjuk sebagai ketua dari organisasi pergerakan nasional ini
pada tahun 1912. Sederhana saja, tujuan utama dari organisasi ini adalah agar pengusaha
lokal bisa bersaing dengan pengusaha yang datang dari berbagai daerah lain di luar Jawa dan
indonesia.
Anggota-anggota Sarekat Islam seperti Semaoen, Darsono, Alimin, dan Tan Malaka berusaha
mengubah perjuangan Sarekat Islam ke arah yang lebih radikal sesuai dengan semangat
komunisme.
Namun, upaya mereka mendapatkan perlawanan dari golongan Islam konservatif seperti
Kartosuwiryo, Agus Salim dan Abdoel Moeis.
Pada akhirnya Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Merah di bawah pimpinan
Semoen dan Sarekat Islam Putih di bawah pimpinan Tjokroaminoto.