Disusun oleh:
JURUSAN FARMASI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
ISI
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi juga dikenal sebagai analisis volumetri, dimana
zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Zat yang akan ditentukan kadarnya biasanya
diletakkan didalam erlemeyer, sedangkan zat yang tidak diketahui konsentrasinya biasanya
diletakkan di dalam buret atau sebaliknya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasinya. Titrasi dibedakan menjadi 4, yaitu: 1)titrasi asam basa;
2)titrasi redoks; 3 )titrasi kompleksometri; dan 4)titrasi pengendapan.
Pada makalah ini dikhususkan untuk membahas titrasi redoks. Titrasi redoks merupakan
suatu metode analisa yang didasarkan pada terjadinya reaksi oksidasi reduksi antara analit
dengan titran. Analit yang mengandung spesi redukstor dititrasi dengan titran yang berupa
larutan standart dari oksidator atau sebaliknya. Konsep reaksi redoks tersebut merupakan konsep
reaksi reduksi oksidasin berdasarkan peruahan bilangan oksidasinya.
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau
oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksiantara analit dengan titran, dimana
redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi. Analit yang mengandung spesi
reduktor di titrasi dengan titran yang berupa larutan standar dari oksidator atau sebaliknya.
Istilah okidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biangan oksidasi.
Jadi proses oksidasi disertai dengn hilangnya electron sedangkan redulsi disertai dengan
pertamahan electron. Oksidator adalah senyawa di mna atom yang terkadung
mengalamipenurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung
mengalami kenaikan bilangan oksidasi.oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama
dan salingmengkompensasisatu sama lain.istilah oksidator dan reduksi tidak mengacu pada
atom saja akan tetapi juga pada suatu senyawa. Jika suatu reagen berperan baik sebagai
oksidator atau reduktor, maka dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau
disporposionasi.
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit. Dalam
titrasi redoks biasanya digunakan potensiometeri untuk mendeteksi titik akhir, namun ada
pula yang mengunakan indikator yang dapat berubah warna nya dengan adanya kelebihan
titran yang digunakan
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi
persyaratan umum sebagai berikut :
1.Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron
secara stokhiometri.
2.Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan
99%).
3.Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Titik titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi antara
potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan
memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering
kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai
indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol
dengan kalium dikromat.
Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa
yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya
penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan
kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
1. Permanganometri
2. Iodine
3. Bromo
4. Cerimetri
1. PERMANGANOMETRI
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh
kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi
yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu.
Kalium permanganate adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat diperoleh dengan
mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator terkecuali untuk larutan yang
amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganate memberikan warna merah muda yang jelas
pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini
digunakanuntuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Kelemahannya adalah dalam
medium HCL. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, memiliki kestabilan yang
terbatas.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang
terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih besar:
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan netral.
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Bagaimanapun juga, mengingat
reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titrasi-
titrasi permanganat.
Ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan-larutan encer pada suhu ruangan.
Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan MnO2. Namun
demikian, jangan pernah menambahkan permanganat berlebih ke dalam sebuah unsur
reduksi dan kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi yang
nantinya muncul akan berlangsung dengan laju yang rendah.
a. Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untuk permanganat
dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil
pada saat pengeringan, dan non higroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit
rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan
sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat,
namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak
sebagai katalis, dan reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam
reaksi itu sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi
dengan cepat dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi
menengah (+3 atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat,
kembali ke kondisi divalent.
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.
Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride, yang
mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih tinggi dengan
pengadukan yang kuat. Kemudian, Fowler dan Bright melakukan suatu penelitian yang
sangat mendalam terhadap kesalahan- kesalahan yang mungkin di dalam titrasi. Mereka
menemukan beberapa bukti dari pembentukan peroksida
(Asam yang di produksi dengan melarutkan AsO berprilaku sebagai sebuah asam
lemah monoprotik HAsO). Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan kecuali sebuah
katalis di tambahkan. Kalium iodida, KI, kalium iodidat, KIO3 , dan iodin monoklorida
ICl, telah dipergunakan sebagai katalis.
c. Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang diproduksi
selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh
permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran
besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang
lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara
bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari
As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut
larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam
larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat
menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks,
membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna
kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak
berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas.
Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi
langsung (iodimetri) dan titrasi tak langsung (iodomotri).
larutan baku iodium dapat digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa- senyawa
yang mempunyai potensial oksidasi lebih kecil dari pada sistem iodium-iodida
sebagaimana persamaan di atas atau dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa
yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfida,
sulfit, Stibium(III), timah(II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam zat
ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan
tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif.
Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium
sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Reaksi yang terjadi:
OH O
OH O
+ I2 + 2HI
H2 H2
HO C HC HO C HC
O O O O
OH OH
Adapun indikator yang digunakan dalam titrasi iodometri adalah indicator kanji,
dimana warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodine dapat
bertindak sebagai indicator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau
violet yang intens untuk zat – zat pelarut seperti karbon tetra klorida dan kloroform.
Namun demikian, larutan dari kanji lebih umum dipergunakan karena warna biru gelap
dari kompleks iodin – kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin.
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari
ion bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini
menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan
reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam
keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat
dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat, dan bromin
yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna kuning pucat, warna ini sangat
lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir.
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang
tinggi dan mudah menguap, karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah
mungkin, serta labu yang dipakai untuk titrasi harus ditutup.
Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi iod,
sementara dirinya direduksi menjadi brimida :
Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini, karena suatu reaksi
asam basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya. Namun
nampak bahwa 6 ion iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya diambil oleh
sebuah ion bromat tunggal.
4. TITRASI SERIMETRI
Larutan serium(IV) sulfat dalam asam sulfat encer merupakan zat pengoksidasi
yang kuat dan lebih stabil daripada larutan kalium permanganat, dengan suatu syarat
bahwa asam sulfat cukup mampu menghindari hidrolisis dan pengendapan garam
basanya. Kalau larutan kalium permanganate dapat direduksi menjadi beberapa macam
keadaan hasil reduksi, maka reduksi larutan serium(III), menurut reaksi:
Ce4+ + e- Ce3+
2Ce4++2Cl-↔ 2Ce3++Cl2
Reaksi ini berlangsung benar – benar cepat pada pendidihan , maka HCl tidak
dapat digunakan dalam oksidasi – oksidasi yang memerlukan pendidihan dengan
serium(IV)sulfat berlebih dalam larutan asam .asam sulfat harus digunakan dalam
oksidasi demikian .adanya asam fluoride membentuk suatu kompleks stabil dengan
serium (IV) sulfat dan menghilangkan warna dari larutan yang kuning itu .
Titrasi redoks sering digunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang
bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan
kadar laktat pada minuman berisotonik menggunakan permanganat, penentuan sulfite dalam
minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan
menggunakan kalium dikromat.
Penentuan besi dalam bijih-bijih besi. Penentuan besi dalam bijih-bijih besi adalah
aplikasi terpenting dari permanganometri. Mula-mula bijih besi dilarutkan dalam asam
klorida, lalu besi direduksi menjadi Fe2+. Setelah semua besi berada sebagai Fe2+b,kadarnya
ditentukan dengan cara titrasi
Pada Kalsium (secara tak langsung). Mula-mula kalsium diendapkan sebagai CaC2O4.
Setelah penyaringan dan pencucian, endapan dilarutkan dalam asam sulfat dan oksalatnya
dititrasi dengan permanganat
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai titran adalah
untuk menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi
yang tidak besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri
langsung.Pengunaan ini memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk
mengadisi iod. Penentuan kadar vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan
titrasi ini.
Aplikasi lain dari titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl Fischer.
Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang
dioksida membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks
ini dengan kelebihan piridin beraksi dengan air.
a. Titrasi permanganometri
Metode permanganometri ini digunakan untuk menentukan antimony (III), arsen (III),
bromine , hydrogen peroksida, besi (II), molybdenum (III), nitrit,oksalat, timah (II), titanium
(III), tungsten (III), uranium(IV), Vanadium(IV).
1. Adanya faktor pencarian dari lapisan di dalam tanah yang menyebankan tanah
membentuk lapisan oksidasi dan lapisan reduksi.
2. Adanya zat-zat protein yang berhubungan langsung oleh mikroorganisme yang
sangat berperan penting dalam proses oksidasi reduksi dalam tanah.
Beberapa faktor yan mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi, sifat zat
yang bereaksi, suhu dan katalisator.
a) Konsentrasi
Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang
bereaksi makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin
banyak zat-zat yang bereaksi sehingga makin besar kemungkinan terjadinya
tumbukan dengan demikian makin besar pula kemungkinan terjadinya reaksi
b.) Sifat Zat Yang Bereaksi
Sifat mudah ukarnya zat bereaksi akan menentukan kecepatan berlangsungnya
reaksi. Secara umum dinyatakan bahwa :
Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat.
Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion – ion yang
muatannya berlawanan . Contoh :
Ca2+(aq) + CO32+(aq) → CaCO3(s)
Rekasi ini berlangsung dengan cepat .
Reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat.
Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebur dibutuhkan
energi untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul
zat yang bereaksi. Contoh :
CH4(g) + Cl2(g) → CH3Cl(g) + HCl(g)
Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercaya apabila diberi energi
misalnya cahaya matahari .
c.) Suhu
Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan
menaikkan suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan
bertambah sehingga akan lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau
lebih besar dari Ea. Dengan demikian lebih banyak molekul yang dapat mencapai
keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan reaksi menjadi lebih besar.
d.) Katalisator
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi
tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir
reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti
sebelum reaksi. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya
(mempercepat reaksi) dengan jalanmemperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan
dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan
maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat
DAFTAR PUSTAKA
Mursyidi, Achmad dan Rohman. 2008. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan
Gravimetri. Yogyakarta: UGM Press.
Underwood, A.L dan Day.1993. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi V. Jakarta: Erlangga.
Wunas, J dan Said.1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: UNHAS Press.