Anda di halaman 1dari 20

Intranasal Drug Delivery System

Kelompok 4
1. Diena Nur Fauzia
2. Ega Widyawati
3. Martina Wati Dewi
4. Niken Selfiani
5. Rizki Lidia Putri
6. Nur Anna Mitra
7. Annisa Ermalita
8. Aulia Rizka Darmawan
Pendahuluan
Drug Delivery System Intranasal (DDS Intranasal)
merupakan system penghantaran obat melalui hidung.
Mukosa hidung telah dianggap sebagai rute pemberian
obat untuk mencapai absorpsi yang lebih cepat dan
lebih tinggi karena dapat mengurangi aktivitas dari
saluran pencernaan, mengurangi aktivitas pankreas dan
aktivitas enzimatik lambung, pH netral pada mucus
hidung akan mengurangi aktivitas gastrointestinal.
Anatomi Hidung
TIPE SEL PADA EPITELIA HIDUNG
Sel yang bersilia memfasilitasi
pergerakan mukus ke
nasofaring.
 Sel basal bertindak sebagai
stem cell untuk menggantikan
sel epitelia yang lain.
 Sel goblet mengandung granul
yang berisi musin, yang
menghasilkan sekresi
pembentuk lapisan lendir. 95 %
mengandung air, 2% musin, 1%
garam, 1% protein lain (albumin,
IGG, lisozim, laktoferin), <1%
lemak.
 1,5-2 L lendir/ hari
 ketebalan 5 - 20 μm
Keunggulan dan Kelemahan
Penghantaran Rute Nasal
Keunggulan Kelemahan
1. Obat dengan stabilitas yang 1. Ada resiko efek samping setempat dan
rendah di dalam cairan menyebabkan kerusakan pada cilia dari
gastrointestinal bisa diberikan mukosa hidung, keduanya dari bahan
dengan rute nasal. aktif dan bahan tambahan yang
2. Area permukaan untuk absorpsi ditambahkan ke formulasi obat.
2. Volume yang dapat dihantarkan ke
luas (160 cm3)
rongga hidung terbatas dari 25-200μl,
3. Senyawa polar yang menunjukan
tidak layak untuk bobot molekul yang
absorpsi oral yang rendah tingginya lebih dari 1 k Da.
mungkin bisa ditukar untuk rute 3. Permeabilitas obat dapat terbatas,
ini. karena penghambatan enzim, dan bila
4. Penyerapan obat sangatkah cepat terdapat iritasi pada hidung, obat tidak
melalui mucosa vaskular, onset of dapat diberikan.
action yang cepat serta aktivitas 4. Surfaktan tertentu digunakan senyawa
metabolism yang rendah kimia yang bisa menggangu dan kadang
dibandingkan dengan peroral, melarutkan membrane dalam
menghindari reaksi saluran cerna konsentrasi yang tinggi.
dan metabolisme hati. 5. Keadaan dingin atau kondisi patologik
5. Kenyamanan dan kepatuhan lain termasuk disfungsi cilia mukosa, bisa
meningkat, penggunaan yang sangat mempengaruhi kecepatan
mudah. absorpsi di hidung.
Faktor –Faktor yang Mempengaruhi
Absorbsi Obat Nasal
a. Ukuran partikel
Penyerapan obat melalui rute hidung dipengaruhi oleh
ukuran
molekul. Obat lipofilik memiliki hubungan langsung
antara MW dan permeasi obat sedangkan senyawa yang
larut dalam air
menggambarkan hubungan terbalik.

Sifat Fisiko kimia b. Keseimbangan lipofilik dan hidrofilik


obat Sifat HLB dari obat mempengaruhi proses penyerapan.
Dengan meningkatkan lipofilisitas, permeasi senyawa
biasanya
meningkat melalui mukosa hidung.
c. Degradasi enzimatik dalam rongga hidung
Obat seperti peptida dan protein memilikibioavailabilitas
yang
rendah di rongga hidung, sehingga obat ini mungkin
memiliki
kemungkinan untuk mengalami degradasi enzimatik dari
Lanjutan… a. Permeabilitas membrane
Permeabilitas membran hidung adalah faktor yang paling
penting, yang mempengaruhi penyerapan obat melalui rute
hidung.
Obat larut dalam air dan berat molekul obat sangat besar seperti
peptida
dan protein mengalami permeabilitas membran rendah.

b. Lingkungan Ph
pH lingkungan memainkan peran penting dalam efisiensi
Efek faktor pada penyerapan obat hidung. Senyawa kecil larut dalam air seperti
hidung asam
benzoat, asam salisilat, dan asam alkaloid menunjukkan
penyerapan
hidung dalam tikus terjadi secara lebih luas di mana nilai-nilai pH
senyawa ini dalam bentuk terion.

c. Pembersihan Mukosiliar
Pembersihan mukosiliar merupakan salah satu fungsi dari
saluran pernapasan bagian atas adalah untuk mencegah zat
berbahaya
sikap (alergen, bakteri, virus, racun dan lain-lain) mencapai
paru-paru.
Lanjutan… a. Formulasi (Osmolaritas, pH, Konsentrasi)
pH sediaan obat dan permukaan hidung dapat mempengaruhi
permeasi obat ini. Untuk menghindari iritasi hidung, pH
sediaan obat harus disesuaikan dengan pH 4,5-6,5 karena
lisozim ditemukan di sekret hidung, yang bertanggung jawab
untuk menghancurkan bakteri tertentu pada pH asam. Dalam
kondisi basa, lisozim tidak aktif dan jaringan yang rentan
terhadap infeksi mikroba.

b. Gradien konsentrasi memainkan peran yang


sangat penting dalam proses penyerapan/permeasi
obat melalui membran hidung karena kerusakan
mukosa hidung.
Faktor yang
memberikan efek c. Osmolaritas bentuk sediaan mempengaruhi penyerapan obat di
penghantar hidung.
Sebagai contoh ialah natrium klorida yang mempengaruhi
penyerapan hidung.

d. Distribusi Obat dan deposisi.


Distribusi obat dalam rongga hidung merupakan salah satu factor
penting yang mempengaruhi efisiensi penyerapan hidung.

e. Viskositas
Viskositas yang lebih tinggi dari formulasi meningkatkan waktu kontak
antara obat dan mukosa hidung sehingga meningkatkan waktu untuk
permeasi.
Bentuk Sediaan Intranasal
a. Semprot hidung b. Tetes hidung
Ketersediaan pompa dosis terukur Tetes hidung adalah salah satu yang
pada nasal spray dapat paling sederhana dan nyaman
memberikan dosis yang tepat dari dikembangkan untuk penghantaran.
25-200 μm. Ukuran partikel dan Kerugian utama dari ini adalah
morfologi dari obat dan viskositas kurangnya presisi dosis tetes hidung
formulasi menentukan pilihan mungkin tidak cocok untuk produk
pompa dan perakitan (Kushwara: resep (Kushwara: 2011).
2011).

c. Nasal gel
Keuntungan dari nasal gel yaitu
pengurangan dampak rasa karena
mengurangi menelan, pengurangan
kebocoran anterior formulasi,
pengurangan iritasi dengan
menggunakan eksipien
menenangkan/emolien dan sasaran
pengiriman ke mukosa untuk
penyerapan lebih baik (Kushwara:
2011).
Lanjutan…
e. Intranasal mikroemulsi
Intranasal mikroemulsi merupakan salah satu pengiriman
d. Nasal bubuk
obat non-invasive untuk sirkulasi sitemik. Vyas (2006) telah
Keuntungan untuk bentuk sediaan serbuk hidung adalah tidak melaporkan bahwa formulasi mikroemulsi clonazepam
adanya bahan pengawet dan stabilitas superior formulasi. digabungkan dengan agen mukoadhesif dipamerkan
Namun, kesesuaian bubuk formulasi tergantung pada timbulnya status epileptikus. Dalam penelitian lain, Vyas dkk
kelarutan, ukuran partike, sifat aerodinamis dan iritasi hidung
dilaporkan cepat dan tingkat yang lebih besar dari
obat aktif dan/ atau bahan pembantu. Tetapi iritasi mukosa
hidung dan pengiriman dosis terukur adalah beberapa
transportasi obat ke dalam otak tikus setelah pemberian
tantangan formulasi. Umumnya, penyerapan bertindak intranasal mukoadhesif mikroemulsi zolmitriptan dan
melalui salah satu dari mekanisme berikut antara lain sumatriptan. Mukesh dkk (2008) mempelajari pengiriman
menghambat aktivitas enzim, mengurangi kekentalan lendir intranasal risperidone dan menyimpulkan bahwa jumlah yang
atau elastisitas, penurunan pembersihan mukosiliar, dan signifikan dari risperidone dengan cepat dan efektid
melarutkan atau menstabilkan obat (Kushwara: 2011). disampaikn ke otak dengan pemberian intranasal
nanoemulsion mukoadhesif risperidone (Kushwara: 2011).
Mekanisme Absorpsi Obat Intranasal

Rute Paraceluller
• Melibatkan rute berair
• Lambat dan pasif
• Obat alrut dalam air yang
memiliki berat molekul ≥
100 dalton menunjukkan
bioavailabilitas
yangburuk. Contoh
Rute transeluler
insulin
Pengangkutan obat lipofilik
melalui membran sel
dengan transport aktif atau
melalui pembukaan
persimpangan ketat
Perjalanan Sistem Penghantaran Obat (
DDS ) Intranasal Dalam Tubuh
b. Fase biofarmasetik
a. Bentuk sediaan obat nasal dengan zat Obat dihisap melalui rongga
aktif . hidung masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Faseini
Sediaan nasal diformulasikan atau meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat
dirancang dengan sedemikian rupa melalui hidung
untuk penggunaan efek lokal.  hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh

c. Ketersediaan farmasi d. Fase farmakokinetik


Obat siap Tidak
untuk diabsorbi obat dalam bentuk zat aktif terjadi ADME fase ini meliputi waktu
terlarut siap untuk diabsorpsi yang selama obat diangkut ke organ yang
selanjutnya zat aktif akan di distribusikan ditentukan setelah obat dilepas dari
keseluruh tubuh(sistemik). bentuk sediaan.
Lanjutan
e. Ketersediaan hayati f. Efek terapi
Obat
untuk memberi efek pada tahap ini obat Obat pada akhirnya memberikan efek
mulai memberi efek terapi atau pengobatan pada pasien.
pada pasien dengan cara berikatan dengan Yang diharapkan dapat memberikan kes
embuhan pada pasien.
reseptor - reseptor yang ada pada tubuh

f. Fase farmakodimanik

Interaksi dengan reseptor ditempat


kerjabila obat telah berinteraksi dengan
sisireseptor biasanya protein membrane
akan menimbulkan respon biologik.
Tujuan utama pada fase ini adalah
optimisasi dari efek biologik
Alat-alat yang digunakan dalam
penghantaran obat secara intranasal
antara lain:
a. Instillation and rhynile catheter
- Obat berupa larutan
- Formula obat diletakkan di dalam
tube, diposisikan ujung akhir tube
dalam hidung, dan larutan obat akan
masuk ke rongga hidung dengan
meniup ujung yang lain dengan mulut.
contoh obat: Desmopressin
b. Compressed air nebulizer
Menggunakan oksigen untuk merubah cairan
menjadi droplet-droplet kecil (mist).
Obat yang sering digunakan adalah
kortikosteroid dan bronkodilator seperti
salbutamol.
c. Squeezed bottle
Umumnya digunakan untuk dekongestan.
Botol yang digunakan terbuat dari plastik
yang dapat ditekan dengan simple jet outlet.
Kekurangan: kontaminasi cairan oleh
mikroorganisme, sekresi hidung masuk ke
dalam botol, dosis tergantung dari
penekanan.
Perkembangan terbaru alat telah dilengkapi
teknologi untuk mencegah sekresi hidung
masuk ke botol.
d. Metered-dose pump spray
- dapat berupa larutan, suspensi, emulsi
- untuk efek lokal maupun sistemik
- dosis terukur
- 3 tipe obat yang tersedia dalam bentuk ini:
antihistamin, kortikosteroid dan dekongestan lokal.
- terdiri dari kontainer, pompa dengan aktuator
dan katup.
B.
A.

C.
a. Single dose
b. Bi-dose
c. Multi dose
e. Direct Haler

f. Mucosal Automized Device (MAD)


Nasal
g. Nasal Sprayer
Pertimbangan Formulasi

Anda mungkin juga menyukai