Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN NIFAS PATOLOGIS

Oleh Kelompok 3

Nama Anggota Kelompok :

ANGELINA KRISTIN NIKOLAS (C1814201056)

ANJELI PARUMPA (C1814201057)

FEBE MEISKE (C1814201067)

KRISOGONUS ZETH TETURAN (C1814201075)

LUSI YOHANA JAWAMARA (C1814201078)

LUSIA C.L. NAMANG (C1814201079)

MARIANA` (C1814201084)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

S1 KEPERAWATAN DAN NERS

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih
karuniaNya sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN NIFAS PATOLOGIS” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Rosalina Tandipau, S.Sit. M.Kes pada bidang Keperawatan Maternitas 2.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN IBU DENGAN NIFAS PATOLOGIS” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucap terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 28 April 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai
6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang
kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu
terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama (Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang
komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai
keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan
obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Sementara menurut Depkes tahun 2009, mengalami penurunan menjadi 226
per 100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan penurunan angka
kematian ibu di Indonesia tahuentara penyebab kematian ibu post partum di
Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan pendarahan pervaginam.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN

Beberapa pengertian tentang masa nifas sebagai berikut :

1. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan
(Prawirohardjo, 2009; Saifuddin,2002).

2. Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu, selama
masa ini fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang normal
(Cunningham, 2007).

3. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas 6-8 minggu (Mochtar, 2010).

4. Masa pueperium dimulai setelah persalinan selesai, dan berakhir setalh kira-
kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).

5. Periode pasca postpartum (puerperium) adalah masa 6 minggu sejak bayi


lahir sampai organ-organ reproduktif kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2004).

1.2 TUJUAN

 Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

 Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau


merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi,


KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari. Memberikan pelayanan keluarga berencana. Mendapatkan
kesehatan emosi.
1.3 PERIODE MASA NIFAS

Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Suherni (2009 : 2), dibagi
menjadi 3 periode, yakni:

1. Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri


dan berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ organ


genital, kira-kira antara 6 sampai 8 minggu.

3. Remot puerperium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

1.4 PATOLOGI NIFAS

Meskipun banyak patologi yang dapat terjadi selama masa nifas, dibanding
patologi pascasalin, hanya sedikit patologi nifas yang merupakan ancaman serius
bagi jiwa, karena dapat meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan dalam
dua dekade terakhir, perdarahan pascasalin lambat sering dapat diatasim maka
infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu
(Sastrawinata et al., 2004).

Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah (Sastrawinata et al.,
2004):

1. Infeksi Nifas (Infeksi puerperalis)


Menurut Krisnadi (2005), infeksi nifas adalah infeksi jalan lahir pasca
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam nifas
disebut juga morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas.
Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas juga disebabkan oleh pielitis,
infeksi jalan pernafasan, malaria dan tifus. Dalam Manuaba (1998) dijelaskan
bahwa setelah persalinan, terjadi beberapa perubahan penting diantaranya
makin meningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah,
terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darag vena
sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 0C yang bukan
merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama.
Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam
tubuh sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Oleh karena itu, infeksi
kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan
melebihi 380C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2
hari. Joseph dan Nugroho (2010) dan Prawirohardjo (2006) juga memberikan
definisi yang sama mengennai infeksi nifas yaitu infeksi bakteri pada dan
melalui traktus genitalia yang terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan
suhu sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Kenaikan suhu yang
terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak
ditemukan sebab-sebab ekstragenital (Prawirohardjo, 2006).
2. Perdarahan dalam masa nifas
Penyebab perdarahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut :
 Sisa plasenta dan polip plasenta
 Endometritis puerperalis
 Sebab-sebab fungsional
 Perdarahan luka
3. Infeksi saluran kemih
Kejadian innfeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini
dihubungkan dengan hipotoni kadang kemih akibat trauma kandung kemih
waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari
perineum, atau katerisasi yang sering.Sistis biasanya memberikan gejala
berupa nyeri berkemih (dysuri) sering berkemih, dan tak dapat ditahan.
Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi urine pascapersalinan
umumnya merupakan tanda adanya infeksi. Pielonefritis memberikan gejala
yang lebih berat, demam, menggigil, perasaan mual dan muntah. Selain,
disuri, dapat juga terjadi piuri dan hematuri. Pengobatan antibiotic yang
terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide, trimetroprim,
sulfametoksazol, atau sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan
resistensi microbial terhadap golongan penisilin (Krisnadi, 2005).
4. Patologi menyusui
Masalah menyusui pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa
nifas (Krisnadi, 2005). Payudara telah dipersiapkan sejak mulai terlambat
datang bulan sehingga pada waktunya pada memberikan ASI dengan
sempurna. Untuk dapat melancarkan pengeluaran ASI dilakukan persiapan
sejak awal hamil dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada
puting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat. Puting susu saat mandi
perlu ditarik-tarik sehingga menonjol untuk memudahkan mengisap ASI
(Manuaba, 1998). Berbagai variasi puting susu dapat terjadi diantaranya
terlalu kecil, puting sus mendatar dan puting susu masuk ke dalam.
Pengeluaran ASI pun dapat bervariasi seperti tidak keluar sama sekali
(agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia), terlalu banyak (poligolaksia), dan
pengeluaran berkepanjangan (galaktorea) (Manuaba, 1998). Biasanya ada
masalah-masalah yang terjadi dalam pemberian ASI, yaitu :
 Puting susu lecet
 Payudara bengkak
 Saluran susu tersumbat
 Mastitis
 Abses payudara

Namun sumber lain menyebutkan bahwa terdapat 4 masalah utama selama masa
nifas, yaitu :

1. Perdarahan pasca persalinan


2. Infeksi masa nifas
3. Tromboemboli
Trombosis vena dapat terjadi selama kehamilan atau sering terjadi pada masa
nifas antara hari 5-15. Perawatan obstetri yang baik dan ambulasi dini dapat
menurunkan kejadian penyakit tromboemboli. Proses trombosis selalu
berawal dari vena profunda tungkai bawah namun dapat pula menjalar keatas
menuju vena femoralis atau vena dalam panggul. Situasi ini sering
menyebabkan terjadinya emboli paru. Diagnosis emboli paru, yaitu : dispneoe,
nnyeri dada, sianosis, dan krepitasi pada auskultasi paru. Diagnosis DVT
(deep vien thrombosis) adalah tanda klinik terjadinya demam ringan kenaikan
frekuensi nadi dan rasa lesu; tanda klinik tak dapat memberi informasi
mengenai progresivisitas penyakit; dan konfirmasi diagnosis adanag dengan
menggunakan “colour-enhanced Doppler imaging” pada vena tibialis dan
femoralis.
4. Masalah psikiatri pasca persalinan
 “third days blues”
- 50 sampai 70% terjadi instabilitas emosional pada ibu pasca
persalinan dengan penyebab yang tidak jelas.
- Gejala berawal antara hari ke 3-5 pasca persalinan.
- Instabilitas emosional dapat berlangsung kurang dari 1 minggu
namun ada kasus yang dapat terjadi sampai berbulan-bulan.
 Depresi pasca persalinan
- 8 sampai 12% pasca persalinan akan menampakkan tanda-
tanda depresi dalam 5 menit bulan pertama pasca persalinan.
- Ibu berusia <16 tahun
- Riwayat keluarga dengan depresi atau pernah menderita depresi
- Depresi pada masa hamil
- Masalah hubungan keluarga pada masa remaja
- Tidak ada dukungan dari pasangan selama kehamilan,
persalinan
- Merawat bayi sendirian tanpa keluarga atau teman
- Pengalaman negatif saat berhubungan dengan tenaga
kesehatan selama kehamilan
- Riwayat komplikasi kehamilan
 Psikosis pasca persalinan
- 1 sampai 3% perempuan mengalami kejadian psikosis pasca
persalinan dalam bentuk manik atau depresi namun ada juga
yang diselingi dengan episode skisofrenik.
- Gangguan ini dapat terjadi secara mendadak pada hari 5-15
pasca persalinan. Pada awalnya pasien merasa bingung,
cemas, tidak dapat tidur dan sedih. Delusi (merasa bahwa
anaknya mengalami sesuatu yang berbahaya) atau halusinasi
terjadi dengan cepat.
- Pasien harus segera memperoleh perawatan secara
prodesional.
BAB III

PENUTUP

2.1 KESIMPULAN
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan
dan plasenta di keluarkan adalah masa-masa perhatian dimana seorang Ibu perlu
benar-benar dipantau keadaannya. Karena pada saat-saat itu bisa terjadi masalah
seperti adanya perdarahan dan juga infeksi akibat masuknya bakteri atau kuman di
tempat bekas jahitan akibat proses kelahiran.

2.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, namun dalam
proses pembuatan makalah penulis menemukan beberapa macam kendala dan
kesulitan dalam pencarian sumber-sumber dikarenakan belum mampu menemukan
suatu hal yang mendeksti sempurna dan tepat dalam teori. Maka dari itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi untuk mendekati
kesempurnaan dalam proses pembuatan makalah yang penulis susun. Semoga
makalah yang penulis susun dapat menjadi bermanfaat dikemudian harinya.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Obstetri fisiologi, Obstetri Patologi.


Jakarrta:EGC.
Krisnadi, Sofie.2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 2 FK
Universitas Padjadjaran. Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandunngan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Joseph, H.K dan Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn).
Yogyakarta: Nuha Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS

I. IDENTIFIKASI DATA DASAR


A. Data Subjektif
1. Identitas
 Ibu
- Nama ( untuk mengenal dan memanggil penderita dan mengantisipasi
kesalahan pemberian asuhan jika nama ibu sam).
- Umur (perlu diketahui untuk mengantisipasi diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang perlu dilakukan. Pada nifas umur sangat
berpengaruh terhadap perubahan fisik, psikologi dan sosial yang dialami
ibu).
- Suku/ras/bangsa Ibu ( untuk mengetahui latar belakang sosial budaya
yang mempengaruhi dukungan keluarga kepada Ibu pada masa nifas.
- Agama (kepercayaan memiliki pengaruh terhadap masa nifas ibu.
- Pekerjaan (untuk mengetahui tibgkat sosioekonomi ibu dan aktivitas
sehari-hari yang dilakukan).
- Alamat (untuk mengetahui ibu tnggal dimana dan diperlakukan bila
mengadakan kunjungan rumah atau home care ke ibu, mengetahui
liingkungan/tempat tinggal ibu yang juga berpengaruh dengan
kesehatan, dan juga sebagai data pendukung identitas ibu sehingga
asuhan kebidanan yang dilakukan dapat tepat sasaran.
 Suami
- Nama (yang bertanggungjawab untuk memudahkan dalam pemanggilan
pada keperluan konseling dan persetujuan tindakan medis).
- Umur (untuk mengetahui rentang usia ibu dan suami sebagai gambaran
latar belakang sosial ekonomi Ibu).
- Suku/ras/bangsa
- Agama
- Pekerjaan
- Pendidikan (untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mudah
dalam pemberian informasi, serta gaya hidup dan pengetahuan yang
berkaitan dengan deteksi dini komplikasi nifas).
- Alamat
2. Alasan Masuk RS
Untuk mengetahui alasan yang membuat Ibu masuk RS. Sebagian besar
kasus persalinan di RS adalah hasil rujukan dari pelayanan kesehatan primer
seperti puskesmas dan bidan praktik mandiri yang memerlukan tindakan medis
lanjut.
3. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang diutarakan oleh ibu dan untuk megetahui alasan ibu
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Kajian ini diperlukan untuk
mengidentifikasi patologi nifas. Keluhan yang dirasakan pada ibu nifas
biasanya nyeri pada luka jahitan. ASI yang belum keluar, peradarahan vagina,
infeksi masa nifas, sakit kepala, nyeri epigastric, pandangan kabur, demam,
muntah, rasa sakit saat berkemih.
4. Riwayat Menstruasi
Alasan : untuk mengetahui keadaan alat-alat reproduksi serta gangguannya
yang terjadi.
HPHT : bila hari pertama haid terakhir diketahui maka dapat memperhitungkan
usia persalinan dan perkiraan persalinan.
HPL : untuk mengetahui hari perkiraan lahir. Perkiraan lahir pada ibu nifas
berpengaruh pada pemberian konseling apabila bayi yang dilahhirkkan
preterm, aterm atau postpartum.
5. Riwayat Obstetri
Alasan : untuk mengetahui ada tidaknya riawayat obstetri yang buruk pada
kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya.
6. Riwayat persalinan sekarang
 Penolong : untuk mengetahui siapa yang membantu proses
persalinan ibu dan keamanan proses persalinan.
 Tempat : untuk mengetahui tempat persalinan Ibu.
 Lama persalinan
Lama Kala I : pada primigravida kala I berlangsung ± 13 jam
sedangkan pada multigravida ± 7 jam.
Lama Kala II : pada primi berlangsung 1½ jam dan pada multi ½ jam.
Lama Kala III : proses biasanya berlangsung selama 6-15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan/dengan tekanan.
 Perdarahan Kala IV : Normalnya <500 ml
 BB Bayi : Normalnya 2500-3500 gr
 Jenis Kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi sebagai
informasi untuk pemberian asuhan BBL.
 Apgar Score : 7-10 normal
4-6 asifiksia ringan
0-3 asifiksia berat
Untuk mengetahui ada tidaknya kondisi gawat
darurat pada bayi baru lahir, sebagai informasi
untuk memberikan dukungan psikologis pada Ibu
postpartum.
7. Riwayat Nifas Sekarang
Untuk mengetahui selama nifas apakah terjadi perdarahan, kontraksi rahim,
pengeluaran pervaginam (warna dan banyaknya), laktasi dan penyulit laktasi.
8. Riwayat KB terakhir
Untuk mengetahui pemakaian KB.
9. Riwayat Kesehatan Ibu
Riwayat kesehatan memiliki pengaruh terhadap pemulihan pasca persalinan.
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga ibu memmpunyai penyakit atau riwayat
penyakit yang dapat menjadi penyulit dalam persalinanny/ada kemungkinan
menurun atau menurun pada ibu.
11. Riwayat Sosial
Perkawinan, persalinan ini, dan respon keluarga.
12. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Berpengaruh terhadap masa nifas. Karena nutrisi merupakan kebutuhan
dasar ibu nifas.
b. Pola Eliminasi
Berhubungan dengan ketidaknyaman yang dirasakan ibu. Dalam 6 jam
postpartum ibu harus sudah dapat BAK, dan harus BAB dalam 24 jam
postpartum.
c. Pola Menyusui
Normalnya menyusui setiap 2 jam – siang dan malam hari – dengan lama
menyusui 10-15 di setiap payudara.
d. Pola Istirahat dan Tidur
Istirahat memiliki pengaruh terhadap pemulihan keadaan fisik ibu nifas.
e. Pola Aktifitas
Menguraikan aktivitas yang dilakukan sehari-hari (berat ringannya aktivitas)
dan macam-macam aktivitas yang dilakukan.
f. Pola Personal Hygiene
Merupakan kebutuhan dasar pada ibu nifas, terutama pada ibu yang
memiliki jahitan laserasi, kebersihan diri akan mempengaruhi proses
penyembuhan.
g. Pola Kebiasaan
Normalnya ibu tidak merokok, mengkonsumsi alkohol, jamu daan narkoba.
Ibu tidak memelihara hewan peliharaan dan tidak memiliki tradisii
tertentu/dipijat.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik,cukup,kurang
Kesadaran : normalnya composmentis
TD : normalnya 100-130/60-80 mmHg, untuk melihat resiko
tinggi ibu nifas.
Suhu : normalnya 36,5-37,5 derajat celcius untuk mengetahui
adanya tanda-tanda infeksi. ≥38 derajat celcius
dianggap tidak normal dan tidak ada tanda infeksi.
Nadi : normalnya 60-100x/menit (reguler/ireguler).
RR : normalnya 12-24x/menit.
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu. Informasi hasil dari pemeriksaan
fisik dan anamesis diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling
sesuai dengan kondisi ibu.
 Kepala dan wajah
Normal = rambut bersih, tidak rontok; tidak ada oedema
 Mata
Normal = conjungtiva merah muda, sklera = putih bersih
 Hidung
Normal = bersih tidak ada secret
 Telinga
Normal = tidak ada serum
 Mulut
Normal = mulut. Bibir = tidakpecah dantidak kering. Gigi = tidak ada caries
tidak ada stomatitis
 Leher
Normal =
Bendungan vena jugularis = tidak ada
Pembesaran kelenjar limpa = tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid = tidak ada
 Payudara
Normal = payudara simetris, payudara membesar, puting susu menonjol,
kolostomi sudah keluar atau belum. Umumnya pengeluaran kolostomi
terjadi pada 1-3 jam post partum
 Abdomen
Batas normal =
 striae livide : ada /tidak
 striae albican : ada/tidak
 linea alba : ada/tidak
 linea nigra : ada /tidak
 bekas luka operasi : ada/tidak
 diatasi rekti : normal = 1-2 jari
 konteraksi uterus : normal = uterus keras kontraksi baik
 TFU : normalnya
Involusi TFU Berat Diameter Palpasi
uteri servik
Plasenta Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak
lahir
7 hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm 2 cm
pusat
(1 minggu) Simfisis
14 hari (2 Tidak teraba 350 gram 5 cm 1 cm
minggu)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
Sumber : Mochtar, 2010

 Genitalia
- Vulva dan Vagina
Keluaran : jenis lochea
Lochea di bagi menjadi :
a. Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisi -sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
kaseosa, lanungo daneconium selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f. Lochea stasis
Lochea yang tidak lancar keluarnya
 Anus
Hemoroid : tidak ada
 Ekstrimitas
Batas normal :
Ekstrimitas atas : tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak edema
Ekstrimitas bawah : tidak pucat, tidak sianosis, tidak ada edema, tidak
ada varises, tidak ada tromboflebitis.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah
 Kadar HB
 Hematokrit
 Leukosit
 Gol. Darah
b. Pemeriksaan Urin Lengkap

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;


diuresis; keringat berlebihan.
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;
involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.

III. INTERVENSI

1. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;


perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
Tujuan : Pasien dapat mendemostrasikan status cairan
membaik.
Kriteria Hasil : Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi edema,
haluaran urine di atas 30 ml/jam, kulit kenyal/turgor kulit baik.
Intervensi Rasional
Pantau: Mengidentifikasi penyimpangan indikasi
- Tanda-tanda vital kemajuan atau penyimpangan dari hasil
setiap 4 jam. yang diharapkan.
- Warna urine.
- Berat badan setiap
hari.
- Status umum setiap 8
jam.

Beritahu dokter bila: haluaran Temuan-temuan ini menandakan


urine < 30 ml/jam, haus, hipovolemia dan perlunya peningkatan
takikardia, gelisah, TD di cairan.
bawah rentang normal, urine
gelap atau encer gelap
Konsultasi dokter bila Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi
manifestasi kelebihan cairan kelebihan cairan yang beresiko terjadinya
terjadi. edem paru.
Pantau cairan masuk dan Mengidentifikasi keseimbangan cairan
cairan keluar setiap 8 jam. pasien secara adekuat dan teratur.

2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan


saluran kemih.
Tujuan : Pola eleminasi (BAK) pasien teratur.
Kriteria Hasil : Eleminasi BAK lancar, disuria tidak ada, bladder kosong,
keluhan kencing tidak ada.

Intervensi Rasional
Kaji haluaran urine, keluhan serta Mengidentifikasi penyimpangan
keteraturan pola berkemih. dalam pola berkemih pasien.
Anjurkan pasien melakukan Ambulasi dini memberikan
ambulasi dini. rangsangan untuk pengeluaran urine
dan pengosongan bladder.
Anjurkan pasien untuk membasahi Membasahi bladder dengan air
perineum dengan air hangat hangat dapat mengurangi
sebelum berkemih. ketegangan akibat adanya luka pada
bladder.
Anjurkan pasien untuk berkemih Menerapkan pola berkemih secara
secara teratur. teratur akan melatih pengosongan
bladder secara teratur.
Anjurkan pasien untuk minum Minum banyak mempercepat filtrasi
2500-3000 ml/24 jam. pada glomerolus dan mempercepat
pengeluaran urine.
Kolaborasi untuk melakukan Kateterisasi membantu pengeluaran
kateterisasi bila pasien kesulitan urine untuk mencegah stasis urine.
berkemih.

3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi;


diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.
Tujuan : Pola eleminasi (BAB) teratur.
Kriteria Hasil : pola eleminasi teratur, feses lunak dan warna khas feses, bau
khas feses, tidak ada kesulitan BAB, tidak ada feses bercampur darah dan
lendir, konstipasi tidak ada.

Intervensi Rasional
Kaji pola BAB, kesulitan BAB, Mengidentifikasi penyimpangan serta
warna, bau, konsistensi dan kemajuan dalam pola eleminasi
jumlah. (BAB).
Anjurkan ambulasi dini. Ambulasi dini merangsang
pengosongan rektum secara lebih
cepat.
Anjurkan pasien untuk minum Cairan dalam jumlah cukup
banyak 2500-3000 ml/24 jam. mencegah terjadinya penyerapan
cairan dalam rektum yang dapat
menyebabkan feses menjadi keras.
Kaji bising usus setiap 8 jam. Bising usus mengidentifikasikan
pencernaan dalam kondisi baik.
Pantau berat badan setiap hari. Mengidentifikasi adanya penurunan
BB secara dini.
Anjurkan pasien makan banyak Meningkatkan pengosongan feses
serat seperti buah-buahan dan dalam rektum.
sayur-sayuran hijau.
4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.
Tujuan : ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi
secara adekuat.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
- Kelemahan dan kelelahan berkurang.
- Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.
- Frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.
- Kulit hangat, merah muda dan kering.

Intervensi Kriteria Hasil


Kaji toleransi pasien Parameter menunjukkan respon fisiologis
terhadap aktifitas pasien terhadap stres aktifitas dan indikator
menggunakan parameter derajat penagruh kelebihan kerja jantung.
berikut: nadi 20/mnt di atas
frek nadi istirahat, catat
peningaktan TD, dispnea,
nyeri dada, kelelahan berat,
kelemahan, berkeringat,
pusing atau pinsan.
Tingkatkan istirahat, batasi Menurunkan kerja miokard/komsumsi
aktifitas pada dasar oksigen , menurunkan resiko komplikasi.
nyeri/respon hemodinamik,
berikan aktifitas senggang
yang tidak berat.
Kaji kesiapan untuk Stabilitas fisiologis pada istirahat penting
meningkatkan aktifitas untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.
contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD
stabil/frek nadi, peningaktan
perhatian pada aktifitas dan
perawatan diri.
Dorong memajukan Konsumsi oksigen miokardia selama
aktifitas/toleransi perawatan berbagai aktifitas dapat meningkatkan
diri. jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktifitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung.
Anjurkan keluarga untuk Teknik penghematan energi menurunkan
membantu pemenuhan penggunaan energi dan membantu
kebutuhan ADL pasien. keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
Jelaskan pola peningkatan Aktifitas yang maju memberikan kontrol
bertahap dari aktifitas, jantung, meningkatkan regangan dan
contoh: posisi duduk mencegah aktifitas berlebihan.
ditempat tidur bila tidak
pusing dan tidak ada nyeri,
bangun dari tempat tidur,
belajar berdiri.

5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka


episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
Tujuan : Pasien mendemonstrasikan tidak adanya nyeri.
Kriteria Hasil : Vital sign dalam batas normal, pasien menunjukkan
peningkatan aktifitas, keluhan nyeri terkontrol, payudara lembek, tidak ada
bendungan ASI.

Intervensi Kriteria Hasil


Kaji tingkat nyeri pasien. Menentukan intervensi keperawatan
sesuai skala nyeri.
Kaji kontraksi uterus, proses Mengidentifikasi penyimpangan dan
involusi uteri. kemajuan berdasarkan involusi uteri.
Anjurkan pasien untuk membasahi Mengurangi ketegangan pada luka
perineum dengan air hangat perineum.
sebelum berkemih.
Anjurkan dan latih pasien cara Melatih ibu mengurangi bendungan
merawat payudara secara teratur. ASI dan memperlancar pengeluaran
ASI.
Jelaskan pada ibu tetang teknik Mencegah infeksi dan kontrol nyeri
merawat luka perineum dan pada luka perineum.
mengganti PAD secara teratur
setiap 3 kali sehari atau setiap kali
lochea keluar banyak.
Kolaborasi dokter tentang Mengurangi intensitas nyeri denagn
pemberian analgesik bila nyeri menekan rangsang nyeri pada
skala 7 ke atas. nosiseptor.

6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.


Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tanda infeksi tidak ada, luka episiotomi kering dan bersih,
takut berkemih dan BAB tidak ada.

Intervensi Kriteria Hasil


Pantau: vital sign, tanda infeksi. Mengidentifikasi penyimpangan dan
kemajuan sesuai intervensi yang
dilakukan.
Kaji pengeluaran lochea, warna, Mengidentifikasi kelainan
bau dan jumlah. pengeluaran lochea secara dini.
Kaji luka perineum, keadaan Keadaan luka perineum berdekatan
jahitan. dengan daerah basah
mengakibatkan kecenderungan luka
untuk selalu kotor dan mudah terkena
infeksi.
Anjurkan pasien membasuh vulva Mencegah infeksi secara dini.
setiap habis berkemih dengan cara
yang benar dan mengganti PAD
setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
Pertahankan teknik septik aseptik Mencegah kontaminasi silang
dalam merawat pasien (merawat terhadap infeksi.
luka perineum, merawat payudara,
merawat bayi).

7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang


cara merawat bayi.
Tujuan : Gangguan proses parenting tidak ada.
Kriteria Hasil : Ibu dapat merawat bayi secara mandiri (memandikan,
menyusui).

Intervensi Kriteria Hasil


Beri kesempatan ibu untuk Meningkatkan kemandirian ibu dalam
melakukan perawatan bayi secara perawatan bayi.
mandiri.
Libatkan suami dalam perawatan Keterlibatan bapak/suami dalam
bayi. perawatan bayi akan membantu
meningkatkan keterikatan batin ibu
dengan bayi.
Latih ibu untuk perawatan Perawatan payudara secara teratur
payudara secara mandiri dan akan mempertahankan produksi ASI
teratur. secara kontinyu sehingga kebutuhan
bayi akan ASI tercukupi.
Motivasi ibu untuk meningkatkan Meningkatkan produksi ASI.
intake cairan dan diet TKTP.
Lakukan rawat gabung sesegera Meningkatkan hubungan ibu dan bayi
mungkin bila tidak terdapat sedini mungkin.
komplikasi pada ibu atau bayi.

IV. IMPLEMENTASI
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh
dengan efisien dan aman sesuai perencanaan.
V. EVALUASI
Tindakan penngukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria
hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau
tidak, pendokumentasian dengan 7 langkah Varney.

Anda mungkin juga menyukai