Oleh Kelompok 3
MARIANA` (C1814201084)
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih
karuniaNya sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN NIFAS PATOLOGIS” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Rosalina Tandipau, S.Sit. M.Kes pada bidang Keperawatan Maternitas 2.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN IBU DENGAN NIFAS PATOLOGIS” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucap terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai
6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam
angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu
penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang
kritis bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu
terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama (Prawirardjo,2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang
komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai
keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan
obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Sementara menurut Depkes tahun 2009, mengalami penurunan menjadi 226
per 100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut didapatkan penurunan angka
kematian ibu di Indonesia tahuentara penyebab kematian ibu post partum di
Indonesia dikarenakan oleh infeksi dan pendarahan pervaginam.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 PENGERTIAN
1. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan
(Prawirohardjo, 2009; Saifuddin,2002).
2. Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu, selama
masa ini fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang normal
(Cunningham, 2007).
3. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas 6-8 minggu (Mochtar, 2010).
4. Masa pueperium dimulai setelah persalinan selesai, dan berakhir setalh kira-
kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).
1.2 TUJUAN
Adapun tahapan atau periode masa nifas menurut Suherni (2009 : 2), dibagi
menjadi 3 periode, yakni:
3. Remot puerperium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.
Meskipun banyak patologi yang dapat terjadi selama masa nifas, dibanding
patologi pascasalin, hanya sedikit patologi nifas yang merupakan ancaman serius
bagi jiwa, karena dapat meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan dalam
dua dekade terakhir, perdarahan pascasalin lambat sering dapat diatasim maka
infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu
(Sastrawinata et al., 2004).
Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah (Sastrawinata et al.,
2004):
Namun sumber lain menyebutkan bahwa terdapat 4 masalah utama selama masa
nifas, yaitu :
PENUTUP
2.1 KESIMPULAN
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan
dan plasenta di keluarkan adalah masa-masa perhatian dimana seorang Ibu perlu
benar-benar dipantau keadaannya. Karena pada saat-saat itu bisa terjadi masalah
seperti adanya perdarahan dan juga infeksi akibat masuknya bakteri atau kuman di
tempat bekas jahitan akibat proses kelahiran.
2.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, namun dalam
proses pembuatan makalah penulis menemukan beberapa macam kendala dan
kesulitan dalam pencarian sumber-sumber dikarenakan belum mampu menemukan
suatu hal yang mendeksti sempurna dan tepat dalam teori. Maka dari itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi untuk mendekati
kesempurnaan dalam proses pembuatan makalah yang penulis susun. Semoga
makalah yang penulis susun dapat menjadi bermanfaat dikemudian harinya.
DAFTAR PUSTAKA
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik,cukup,kurang
Kesadaran : normalnya composmentis
TD : normalnya 100-130/60-80 mmHg, untuk melihat resiko
tinggi ibu nifas.
Suhu : normalnya 36,5-37,5 derajat celcius untuk mengetahui
adanya tanda-tanda infeksi. ≥38 derajat celcius
dianggap tidak normal dan tidak ada tanda infeksi.
Nadi : normalnya 60-100x/menit (reguler/ireguler).
RR : normalnya 12-24x/menit.
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu. Informasi hasil dari pemeriksaan
fisik dan anamesis diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang paling
sesuai dengan kondisi ibu.
Kepala dan wajah
Normal = rambut bersih, tidak rontok; tidak ada oedema
Mata
Normal = conjungtiva merah muda, sklera = putih bersih
Hidung
Normal = bersih tidak ada secret
Telinga
Normal = tidak ada serum
Mulut
Normal = mulut. Bibir = tidakpecah dantidak kering. Gigi = tidak ada caries
tidak ada stomatitis
Leher
Normal =
Bendungan vena jugularis = tidak ada
Pembesaran kelenjar limpa = tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid = tidak ada
Payudara
Normal = payudara simetris, payudara membesar, puting susu menonjol,
kolostomi sudah keluar atau belum. Umumnya pengeluaran kolostomi
terjadi pada 1-3 jam post partum
Abdomen
Batas normal =
striae livide : ada /tidak
striae albican : ada/tidak
linea alba : ada/tidak
linea nigra : ada /tidak
bekas luka operasi : ada/tidak
diatasi rekti : normal = 1-2 jari
konteraksi uterus : normal = uterus keras kontraksi baik
TFU : normalnya
Involusi TFU Berat Diameter Palpasi
uteri servik
Plasenta Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm Lembut/lunak
lahir
7 hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm 2 cm
pusat
(1 minggu) Simfisis
14 hari (2 Tidak teraba 350 gram 5 cm 1 cm
minggu)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
Sumber : Mochtar, 2010
Genitalia
- Vulva dan Vagina
Keluaran : jenis lochea
Lochea di bagi menjadi :
a. Lochea rubra
Berisi darah segar dan sisi -sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
kaseosa, lanungo daneconium selama 2 hari pasca persalinan.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c. Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu
e. Lochea purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f. Lochea stasis
Lochea yang tidak lancar keluarnya
Anus
Hemoroid : tidak ada
Ekstrimitas
Batas normal :
Ekstrimitas atas : tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak edema
Ekstrimitas bawah : tidak pucat, tidak sianosis, tidak ada edema, tidak
ada varises, tidak ada tromboflebitis.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah
Kadar HB
Hematokrit
Leukosit
Gol. Darah
b. Pemeriksaan Urin Lengkap
III. INTERVENSI
Intervensi Rasional
Kaji haluaran urine, keluhan serta Mengidentifikasi penyimpangan
keteraturan pola berkemih. dalam pola berkemih pasien.
Anjurkan pasien melakukan Ambulasi dini memberikan
ambulasi dini. rangsangan untuk pengeluaran urine
dan pengosongan bladder.
Anjurkan pasien untuk membasahi Membasahi bladder dengan air
perineum dengan air hangat hangat dapat mengurangi
sebelum berkemih. ketegangan akibat adanya luka pada
bladder.
Anjurkan pasien untuk berkemih Menerapkan pola berkemih secara
secara teratur. teratur akan melatih pengosongan
bladder secara teratur.
Anjurkan pasien untuk minum Minum banyak mempercepat filtrasi
2500-3000 ml/24 jam. pada glomerolus dan mempercepat
pengeluaran urine.
Kolaborasi untuk melakukan Kateterisasi membantu pengeluaran
kateterisasi bila pasien kesulitan urine untuk mencegah stasis urine.
berkemih.
Intervensi Rasional
Kaji pola BAB, kesulitan BAB, Mengidentifikasi penyimpangan serta
warna, bau, konsistensi dan kemajuan dalam pola eleminasi
jumlah. (BAB).
Anjurkan ambulasi dini. Ambulasi dini merangsang
pengosongan rektum secara lebih
cepat.
Anjurkan pasien untuk minum Cairan dalam jumlah cukup
banyak 2500-3000 ml/24 jam. mencegah terjadinya penyerapan
cairan dalam rektum yang dapat
menyebabkan feses menjadi keras.
Kaji bising usus setiap 8 jam. Bising usus mengidentifikasikan
pencernaan dalam kondisi baik.
Pantau berat badan setiap hari. Mengidentifikasi adanya penurunan
BB secara dini.
Anjurkan pasien makan banyak Meningkatkan pengosongan feses
serat seperti buah-buahan dan dalam rektum.
sayur-sayuran hijau.
4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.
Tujuan : ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi
secara adekuat.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
- Kelemahan dan kelelahan berkurang.
- Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.
- Frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.
- Kulit hangat, merah muda dan kering.
IV. IMPLEMENTASI
Melaksanakan rencana asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh
dengan efisien dan aman sesuai perencanaan.
V. EVALUASI
Tindakan penngukuran antara keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan sesuai kriteria
hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau
tidak, pendokumentasian dengan 7 langkah Varney.