Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS LUKA BAKAR

Nama Kelompok

1. Eka Yunita Kurniawati (1150018022)


2. Vita Dwi Islamia (1150018023)
3. Nur Istiana (1150018025)
4. M. Nur Kholis Abdillah (1150018038)
5. Retno Ardyah Garini (1150018039)

FASILITATOR :
Difran Nobel Bistara, S.Kep., Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta hidayah-Nya, sehingga
makalah mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS LUKA BAKAR”
dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Keperawatan. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada pembaca.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi bimbingan, ilmu,
dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua, Amiin.

Surabaya, 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 5

1.1 Latar Belakang 5

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan 6

BAB II PEMBAHASAN 7

2.1 LUKA BAKAR

2.1.1 Definisi Luka Bakar 7


2.1.2 Penyebab Luka Bakar 7
2.1.3 Gejala dan Tanda Luka Bakar 7
2.1.4 Penatalaksanaan Luka Bakar 7

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

2.2.1 Pengkajian 7
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 7
2.2.3 Intervensi Keperawatan 7
2.2.4 Implementasi Keperawatan 7
2.2.5 Evaluasi 7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks
ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.
Seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari
luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup
kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan
hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan
luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan
penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam
perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-
rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari luka bakar?
b. Apa saja penyebab dari luka bakar?
c. Apa saja gejala dan tanda dari lukar?
d. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar?
1.3 Tujuan penulisan
A. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan kasus luka
bakar
B. Tujuan Khusus
Diharapkam mahasiswa mampu :
1. Memahami definisi luka bakar
2. Memahami penyebab luka bakar
3. Memahami gejala dan tanda luka bakar
4. Memahami penatalaksanaan luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LUKA BAKAR


2.1.1 DEFINISI LUKA BAKAR
Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak terhadap
pamas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawai (seperti bahan-
bahan korosif), bahan-bahan elektrik (arus listrik atau lampu), friksi, atau energi
elektromagnetik dan radian. Luka bakar merupakan satu jenis trauma yang memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan yang khusus
mulai fase awal hingga fase lanjut (Hatta, 2015)

2.1.2 PENYEBAB LUKA BAKAR


Luka bakar disebabkan oleh berbagai sumber eksternal yang dapat digolongkan
menjadi panas, kimia, listrik, dan radiasi
1. Panas
Api dan cairan panas adalah penyebab luka bakar yang paling umum. Dari
semua kasus kebakaran rumah yang mengakibatkan kematian, 25% disebabkan
oleh rokok dan 22% disebabkan oleh alat pemanas. Hampir separuh cedera
diakibatkan oleh upaya memadamkan kebakaran. Melepuh disebabkan oleh cairan
panas atau gas dan paling umum terjadi karena paparan pada minuman panas,
suhu air keran yang panas di bak mandi atau pancuran, minyak goreng yang panas,
atau uap. Cedera lepuh paling umum terjadi pada anak di bawah usia lima tahun
dan, di Amerika Serikat dan Australia, populasi ini mencakup sekitar dua pertiga
dari seluruh kasus luka bakar. Kontak dengan benda panas adalah penyebab dari
20-30% kasus luka bakar pada anak. Pada umumnya, lepuh adalah luka bakar
derajat I atau II, tetapi bisa juga mengakibatkan luka bakar derajat III, terutama
karena kontak yang lama. Kembang api adalah penyebab umum luka bakar selama
musim liburan di banyak negara. Hal ini khususnya merupakan faktor risiko bagi
remaja pria.
2. Zat Kimia
Zat kimia menyebabkan 2 sampai 11% dari semua kasus luka bakar dan
menyebabkan hingga 30% kematian yang berkaitan dengan luka bakar. Luka bakar
kimia bisa disebabkan oleh lebih dari 25.000 zat, kebanyakan di antaranya
adalah basa keras (55%) atau asam keras (26%). Kebanyakan kematian akibat luka
bakar kimia terjadi akibat menelan zat tersebut ingesti. Penyebab umumnya
meliputi: asam sulfat yang biasa ditemukan pada pembersih toilet, sodium
hipoklorit yang biasa ditemukan pada pemutih, dan hidrokarbon berhalogen yang
biasa ditemukan pada penghilang cat. Asam hidrofluorida bisa menyebabkan luka
bakar dalam yang mungkin tidak menimbulkan gejala hingga beberapa saat setelah
terpapar. Asam format bisa menyebabkan kerusakan sel darah merah dalam jumlah
besar.
3. Listrik
Luka bakar atau cedera listrik digolongkan menjadi cedera listrik tegangan
tinggi (1000 volt atau lebih), cedera listrik tegangan rendah (kurang dari
1000 volt), atau luka bakar kilat yang disebabkan oleh busur listrik. Penyebab
paling umum dari luka bakar listrik pada anak-anak adalah kabel listrik (60%) dan
saklar listrik (14%). Petir juga bisa mengakibatkan luka bakar listrik. Faktor risiko
tersambar petir meliputi aktivitas luar ruangan seperti mendaki gunung, golf, dan
olahraga di lapangan, serta bekerja di luar ruangan. Angka kematian akibat
sambaran petir adalah sekitar 10%.
Meskipun cedera listrik terutama mengakibatkan luka bakar, cedera ini juga bisa
mengakibatkan patah tulang atau dislokasi karena trauma tumpul atau kontraksi
otot. Pada cedera istrik tegangan tinggi, sebagian besar kerusakan mungkin terjadi
di bagian dalam tubuh, sehingga sejauh mana cedera terjadi tidak dapat dinilai
dengan pemeriksaan kulit saja. Kontak dengan tegangan rendah maupun tinggi
bisa mengakibatkan aritmia jantung atau serangan jantung.
4. Radiasi
Luka bakar radiasi bisa disebabkan oleh paparan berlarut-larut terhadap sinar
ultraviolet (seperti dari matahari, bilik pewarna kulit atau pengelasan busur) atau
dari radiasi pengion (seperti dari terapi radiasi, sinar-X atau debu radioaktif).
Paparan sinar matahari adalah penyebab paling umum dari luka bakar radiasi dan
penyebab paling umum dari luka bakar superfisial secara keseluruhan. Jenis
kulit seseorang akan secara bermakna menentukan kerentanannya dalam
mengalami sengatan matahari. Efek radiasi pengion pada kulit tergantung pada
jumlah paparan ke area tersebut, di mana kerontokan rambut terlihat setelah
paparan sebesar 3 Gy, kemerahan terlihat setelah paparan sebesar 10 Gy,
pengelupasan kulit basah setelah paparan sebesar 20 Gy, dan nekrosis setelah
paparan sebesar 30 Gy. Kemerahan, bila terjadi, mungkin tidak muncul hingga
beberapa saat setelah terpapar. Pengobatan luka bakar radiasi sama seperti luka
bakar lainnya. Luka bakar gelombang mikro terjadi karena pemanasan termal yang
disebabkan oleh gelombang mikro. Meskipun paparan selama dua detik bisa
mengakibatkan cedera, secara keseluruhan kasus ini jarang terjadi.

2.1.3 GEJALA DAN TANDA LUKA BAKAR


1. Luka bakar derajat satu. Pada kondisi ini hanya epidermis atau lapisan luar kulit
yang terkena. Dapat menyebabkan kemerahan, pembengkakan, dan nyeri.
Umumnya, luka bakar derajat satu dapat diatasi dengan penanganan awal di rumah
atau di UGD/Puskesmas. Dengan penanganan tepat, luka bakar akan mereda dalam
beberapa hari hingga satu minggu. Luka bakar akibat sinar matahari merupakan
contoh klasik luka bakar derajat satu.
2. Luka bakar derajat dua. Pada kondisi ini dampak luka bakar bisa terlihat pada
epidermis dan sebagian atau seluruh dermis (lapisan dalam kulit yang berada di
bawah epidermis).
Luka bakar derajat dua bisa tampak sebagai kulit yang kemerahan atau putih,
disertai dengan melepuh, bengkak, juga nyeri. Luka bakar yang terjadi sering
tampak basah atau lembab. Luka bakar derajat dua yang dalam dapat menyebabkan
bekas luka.
3. Luka bakar derajat tiga. Selain epidermis dan dermis, pada kondisi terberat ini
jaringan lemak di bawah kulit juga terkena. Bagian yang terbakar bisa berwarna
hitam seperti arang atau putih. Kulit bisa tampak seperti lilin atau kasar.
Luka bakar derajat tiga bisa merusak saraf tubuh, yang menyebabkan rasa baal.
Seseorang yang mengalami luka bakar jenis ini juga berpotensi mengalami
kesulitan bernapas akibat menghirup asap atau keracunan karbon monoksida.

2.1.4 PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR


Tindakan resusitasi dimulai dengan menilai dan menstabilkan jalan napas,
pernapasan, serta sirkulasi penderita. Jika dicurigai terjadi cedera inhalasi, mungkin
diperlukan intubasi awal. Penanganan ini kemudian diikuti dengan penanganan luka
bakar itu sendiri. Seseorang dengan luka bakar yang luas dapat dibungkus
menggunakan kain seprei bersih sampai tiba di rumah sakit. Karena luka bakar mudah
terkena infeksi, suntikan booster tetanus harus diberikan bila pasien tersebut belum
mendapatkan imunisasi tetanus ini dalam jangka lima tahun terakhir. Di Amerika
Serikat, 95% dari penderita luka bakar yang masuk ke unit gawat darurat dirawat dan
diperbolehkan pulang, sementara 5% memerlukan perawatan di rumah sakit. Pada
luka bakar berat, pemberian asupan makanan dini sangat penting. Oksigenasi
hiperbarik mungkin dapat beguna sebagai tambahan dari penanganan secara
tradisional.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR


2.2.1 Pengkajian
A. Anamnese
Nama : Tn. SLaki-laki
Jenis kelamin : Laki=laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2016
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
Keluhan utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas karena luka
bakar 3 jam sebelum MRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. S menderita luka bakar karena terkena ledakan
tabung gas elpiji. Kesadaran composmentis, TD: 100/70 mmHg, Nadi: 110x/mnt,
S: 37,6o C, RR: 29x/menit, TB: 165 cm, BB: 60 kg pasien mengeluh sesak dan
nyeri di daerah yang terbakar.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Tn.S mengatakan belum pernah mempunyai riwayat masuk rumah sakit/operasi
di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan Hipertensi tidak ada.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC
E. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas sehari – ahri seperti makan
,minum, toileting, berpakaina dan bekerja secara mandiri. Sedangkan selama sakit
aktivitas seperti makan atau minum, toileting dan mobilisasi dibantu oleh
keluarga atau perawat.
F. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur selama 6-7 jam, dan jarang
tidur siang karena bekerja. Sedangkan selama sakit, pasien mengatakan tidur 5-6
jam dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.
G. Pola Kognitif Presepsi
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan atau
pendengaran juga penciuman juga fungsinya. Selama sakit pasien
mengatakan mengalami gangguan nyeri pada daerah leher, perut
dan punggung sehingga sulit beratifitas. Karakteristik nyeri yang
dirasakan sebagai berikut:
 P: nyeri akibat trauma luka bakar
 Q : nyeri terasa panas
 R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
 S : Skala nyeri 7 dari 10
 T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan saat
tertekan lama untuk daerah punggung.
Pasien juga mengatakan masih merasa sesak saat bernapas.

H. Pemeriksaan Fisik
1. Primary survey
 Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-), muntahan
(-), suara napas tidak ngorok.
 Breathing : : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-),
whezhing (-). Napas cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
 Circulasi : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit reguler.
 Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15
 Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan
berkelanjutan serta menilai luas dan derajat luka bakar
2. Secondary survey
a. Status generalis
 KeadaanUmum : Tampak sakit berat
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi:110x/mnt , reguler
 Suhu : 37,8oC
 Pernapasan : 29x/menit
 Tinggi badan : 165 cm
 Berat badan : 60 kg
b. Kelenjar getah bening
 Leher : tidak teraba
 Supraklavikula : tidak teraba
 Ketiak : tidak teraba
 Lipat paha : tidak teraba
c. Kepala
 Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
 Rambut : hitam
 Simetri muka : simetris tidak ada lebam
d. Mata
 Sklera : tidak ikterik
 Konjungtiva : tidak anemis
 Kelopak mata : tidak udema.
 Reflek : cahaya langsung +/+
e. Telinga
Tidak tampak kelainan
f. Mulut
 Bentuk : normal
 Mukosa bibir : kering
g. Leher
 Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran
10x2 cm warna kulit merah pucat.
 Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
 Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
 Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
h. Dada
 Bentuk : simetris
 Pembuluh darah : tidak tampak
 Retraksi sela iga : (+)
i. Paru-paru
 Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak relaksi dinding dada
ringan. Pasien tampak sesak
 Palpasi : bentuk normal, turgor kulit menurun ≥ 2 detik
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : ronchi (-), wheezing (-)
j. Jantung
 Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
 Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Lain-lain normal
k. Perut
 Inspeksi : datar, tidak ada asites, tampak luka bakar bagian bawah
memanjang ukuran 15x3 cm (derajat 30
 Palpasi : supel, hati tidak membesar
 Perkusi : shifting dullness (-)
 Auskultasi : bising usus (+) normal
l. Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%). Warnanya
keabu-abuan, sedikit tampak cairan
m. Hasil laboratorium
 HB : 14,5g/dl
 Lekosit ; 29.600/mm3
 Trombosit : 213.000/mm3
 Ht : 30%
 Ureum : 39mg/dl
 Kretinin : 1,3mgdl
 Na : 133 mmol/L
 K : 3,68mmol/L
 Cl : 112 mmol/L
n. Status luka bakar
 Tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang ukuran 15x3 cm
( derajat 3 ) = 9% derajat 2
 Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung . Warnanya
merah, keabu-abuan, sedikit tampak cairan. = 18% derajat 3
 Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm
warna kulit merah pucat. = 4,5% derajat 2
o. Penatalaksanaan medis
 Rumus baxter : (% luka bakar) x (BB) X (4cc)
31,5% x 60 x 4 = 7560/24 jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890 cc
8 jam ketiga : 1890 cc
 Mendapat O2 2 liter permenit nasal nasal kanul
 Therapy obat :
2. Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
3. Inj Keterolae 1gr/8 jam : anti nyeri
4. Tab.tramadol 50mg/8 jam : anti nyeri
5. Mebo salep
6. Suprantul
2.2.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Klien merasa lemas Luka bakar Permeabilitas kapiler
DO: meningkat
1. Turgor kulit menurun ≥ ↓
2 detik. Evaporasi / Penguapan
2. Mukosa kering cairan
3. TTV : TD 100/70 ↓
mmHg, Nadi :110x/mnt, Kehilangan cairan tubuh
regular, Suhu : 37,8ºC ↓
Pernapasan : 29x/m Defisit volume cairan
4. Rumus baxter : (% luka
bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4=
7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc 8
jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890
5. Luas luka bakar =
31,5% dengan derajat
kedalaman 2-3.

2 DS: Pasien mengeluh sesak Luka bakar Vasodilatasi Pembuluh


DO: Darah
1. Tampak kesulitan ↓
bernafas/sesak Penyumbatan saluran
2. Gerakan dada simetris nafas bagian atas
3. Pola napas cepat dan ↓
dangkal, irreguler Edema paru
4. TTV : RR: 29x/menit ↓
Hiperventilasi

Gangguan pertukaran
gas

3 DS: klien mengeluh panas dan Luka bakar Kerusakan kulit/


sakit jaringan dan edema
DO: ↓
1. TTV: TD100/70mmHg, Nyeri akut
2. Nadi: 110x/mnt, S:
37,8ᵒC,
3. RR: 29x/menit
4. Pasien nampak meringis
kesakitan sambil memegang
dada yang sakit.
5. P : trauma luka bakar
6. Q : terasa panas
7. R : sisi trauma/cidera
yang sakit
8. S : Skala nyeri 7
9. T : Hilang timbul dan
meningkat jika adanya
aktivitas
10. Mendapatkan anti nyeri:
- Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti
nyeri.
-Tab. tramadol 50mg/8jam :
anti nyeri

4 DS: pasien mengeluh perih, Luka bakar Kerusakan kulit/


sakit jaringan
DO: ↓
1. Kulit kemerahan hingga Inflamasi, Lesi
nekrosis Kerusakan integritas
2. Luas luka bakar = 31,5% kulit
dengan derajat ↓
kedalaman 2-3. Gangguan integritas
3. Kulit tidak utuh kulit
4. Akral dingin, lembab
5. Suhu 37,8ºC
6. Peningkatan leukosit
(26.900mm3 )

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


1. Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
2. Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
3. Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
4. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan yang terkena luka bakar

2.2.4 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Defisit volume 1. BP 100-140/60-90 1. Monitor dan catat intake, output
cairan b.d mmHg (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
banyaknya 2. Produksi urine >30 2. Beri cairan infus yang
penguapan/cairan ml/jam (minimal mengandung elektrolit (pada 24
1ml/kg BB/jam
tubuh yang keluar 3. Ht 37-43 % jam ke I), sesuai dengan rumus
(Setelah dilakukan 4. Turgor elastic formula yang dipakai

tindakan 5. Mucosa 3. Monitor vital sign

keperawatan dalam lembab Akral 4. Monitor kadar Hb, Ht,

waktu 2 x 24 jam hangat Rasa elektrolit, minimal setiap 12

pemulihan cairan haus tidak ada jam.
optimal dan
keseimbangan
elektrolit serta
perfusi organ vital
tercapai)
2 Gangguan Tidak ada tanda- 1. Mengkaji tanda-tanda distress
pertukaran tanda sianosis nafas, bunyi, frekuensi, irama,
gas/oksigen b.d Frekuensinafas 12 kedalaman nafas.
kerusakan jalan - 24 x/mnt 2. Monitor tanda-tanda hypoxia
nafas(Setelah SP O2 > 95 (agitsi,takhipnea,
dilakukan tindakan stupor,sianosis)
keperawatan dalam 3. Monitor hasil laboratorium,
waktu 2 x 24 jam AGD, kadar oksihemoglobin,
oksigenasi jaringan hasil oximetri nadi.
adekuat) 4. Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemasangan endotracheal
tube atau tracheostomi tube bila
diperlukan.
5. Kolabolarasi dengan tim medis
untuk pemasangan ventilator
bila diperlukan.
6. Kolaborasi dengan tim medis
untuik pemberian inhalasi terapi
bila diperlukan
3 Nyeri akut b.d Skala 1-2 1. Kaji rasa nyeri yang dirasakan
kerusakan kulit dan Expresi wajah klien
jaringan(Setelah tenang 2. Atur posisi tidur dengan
dilakukan tindakan 1. Nadi 60-100x/mnt nyaman
keperawatan dalam 2. Klien tidak gelisah 3. Anjurkan klien untuk teknik
selama masa relaksasi
perawatan nyeri 4. Lakukan prosedur pencucian
berkurang) luka dengan hati-hati
5. Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa nyeri
yang dirasakan
6. Beri tahu klien tentang
penyebab rasa sakit pada luka
bakar
7. Kolaborasi dengan tinm medis
untuik pemberian analgesik
4 Gangguan integritas 1. Luka sembuh 1. Kaji luka pada fase akut
kulit b.d kerusakan sesuai dengan fase (perubahan warna kulit)
kulit dan jaringan penyembuhan luka 2. Cegah adanya gesekan pada
yang terkena luka kulit yang terdapat luka
bakar (Setelah 3. Lakukan perawatan pada luka
dilakukan tindakan bakar

keperawatan selama
masa penyembuhan
luka bakar sembuh
dengan baik dan
integritas kulit)

2.2.5 Evaluasi
Dx1
S : Klien merasa tidak lemas
O : Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar Kalium= 4.0 mEq/L dan
kadar Natrium= 135 mEq/L, intake dan output seimbang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentkan

Dx 2
S : Klien mengatakan sesak berkurang
O : Klien kadang-kadang masih terlihat bernafas cepat, RR: 25
kali/menit, SaO2 = 95 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx4
S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4
O : Klien tidak meringis dan nadi 95 kali/ detik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Dx5
S : Klien masih mengeluhkan perih pada luka
O : Masih ada luka terbuka
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutka
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka
bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab
timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan
memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami
penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi
pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar
sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka
bakar.
3.2 Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi
waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-
anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan
kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA

Borley R. Neil danGrase A. Pierce. 2007. At a glance IlmuBedah.


Edisi 3. Jakarta Erlangga
Dewi, Yulia Ratna Sintia. 2013. Luka Bakar : Konsep Umum dan
Investigasi Berbasis Klinis Luka Antemortem dan Postmortem. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Di Maio, V.J.M. & Dana, S.E. 1998.
Fire and Thermal Injuries, in: Di Maio, V.J.M. & Dana, S.E.(eds) Hand
Book of Forensic Pathology. USA: Landes Bioscience
Grace, P.A & Borley, N.R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah edisi ketiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor,
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi
bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001

R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran.
EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta:
EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian

Anda mungkin juga menyukai