SELAMA HD
Tatik HENDRA
Dwi Wahyuni,
GUNAWANS. Kep. Ns.
S.KEP
Hipotensi 20 – 30 %
Crams 5 – 20%
Mual dan muntah 5 – 15%
Sakit kepala 5%
Chest pain 2 – 5%
Back pain 2 – 5%
Gatal-gatak 5%
Demam < 1%
A. HIPOTENSI
1. Penyebab:
a. Dihubungkan dengan penurunan volume
darah
Fluktuasi rata-rata ultrafiltrasi
Rata-rata ultrafiltrasi tinggi
Membuat target dry weight terlalu rendah
Konsentrasi Na dalam dialisat rendah
b. Kegagalan efek vasokonstriksi
Pemakaian dialisat asetat
Cairan dialisat relative panas
Food ingestion (makanan yang banyak
mengandng daging selama dialisis)
iskemi jaringan
Neuropati outonum (diabetes)
Obat antihipertensi
c. Dihubungkan dengan factor jantung
(cardiac)
Diastolic dysfuction akibat LVH, iskemia cordis
Kegagalan untuk meningkatkan cardiac output
akibat beta blocker, usia lanjut dan neuropati
autonum uremia
Ketidak sanggupan untuk meningkatkan cardiac
output berhubungan dengan kontraktilitas
miokard: usia lanjut, hipertensi, aterosklerosis,
kalsifikasi miokard
2. Gejala dan tanda-tanda
1. Penyebab
Patogenesis kram otot selama hemodialisis
tidak diketahui. Ada tiga factor
predisposisi yang menyebabkan kram otot
adalah:
Hipotensi
BB pasien dibawah BB kering
Penggunaan dialisat dengan kadar Na
rendah
2. Penatalaksanaan
Ketika hipotensi dan kram otot terjadi bersamaan,
hipotensi bias diberikan NaCL 0,9%, tetapi kram
otot mungkin masih terjadi. Gunakan cairan
hypertonic.
Turunkan ultrafiltrasi
Kurangi kecepatan aliran darah
Berikan cairan hipertonik 23,4% NaCL, atau glukosa
40 % pada pasien-pasien non diabetic
Berikan calsium glukonas injeksi
3. Pencegahan
Gunakan dialisat dengan kadar natrium
yang sesuai
Lakukan latihan peregangan otot terutama
pada otot-otot yang sering mengalami kram
Pemberian quinine sulfate 260 mg atau
oxazepam 5-10 mg oral 2 jam sebelum
dialysis
C. MUAL dan MUNTAH
1. Penyebab
Penyebabnya banyak factor, tetapi yang paling
sering adalah berhubungan dengan hipotensi.
Mual dan muntah ini juga merupakan gejala awal
disequilibrium syndrome.
2. Pengelolaan
Pengelolaan ditujukan pada hipotensi, kalau
masih mual dan muntah dapat diberikan obat
antiemetic (kolaborasi dengan dokter)
3. Pencegahan
Hindari kejadian hipotensi selama dialysis.
Pada beberapa pasien penurunan
kecepatan aliran darah selama 1 jam
sering bermanfaat. Kadang-kadang
penggunaan dialisat bikarbonat juga dapat
menolong.
D. SAKIT KEPALA
1. Penyebab
Penyebab umunya tidak diketahui. Dapat
timbul pada disequilibrium syndrome atau
penggunaan dialisat asetat. Selain itu
dapat juga terjadi pada pasien-pasien
peminum kopi, karena kadar kafein
mendadak turun ketika hemodialisis.
Jika sakit kepala disertai muntah, keluhan
fokal neurologik dan hipertensi akselerasi
harus dicurigai kemungkinan perdarahan
cerebral.
2. Pengelolaan
Pemberian obat-obat analgetik, seperti:
Asam mafenamat
Acetaminophen
E. NYERI DADA DAN NYERI
PUNGGUNG
1. Penyebab
Penyebab yang jelas tidak diketahui, tetapi
kemungkinan disebabkan karena:
Toksin uremia yang kurang terdialis
Peningkatan Ca phosphor (deposit kristal kalsium –
fosfat pada kulit)
Kulit yang kering (xerosis)
Alergi terhadap bahan-bahan yang dipakai
pada proses hemodialisis, misalnya:
Heparin
bahan plastic dari sirkuit darah
gas ethyen oxide
Pelepasan histamine dari sel-sel mast
(mast cell)
2. Penatalaksanaan
Kaji penyebab dari gatal gatal
Berikan topical emoltien yang berisi linolin atau
campor, ini hanya efektif 20%
Fototerapi dengan sinar ultraviolet
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-
obatan:
Phospat binder
Dipenhydramin 25-50mg, 12-24 jam
Hydroxyzine 10 mg, 8-12 jam
Parentral lidocain
G. FEBRIS, DEMAM DAN MENGGIGIL
1. Definisi:
Disequilibrium syndrome adalah kumpulan
gejala yang sering terjadi baik secara
systemic dan neurology, diketahui
karakteristiknya dengan EEG dan dapat
ditemukan selama atau segera setelah
dialysis. Manifestasi yang biasa timbul mual,
muntah, lemah dan sakit kepala, yang lebih
serius bisa seizure, obtundation dan coma
2. Penyebab:
Kehilangan cairan acut di otak
BUN dalam darah tinggi/ acut uremic
3. Therapi: untuk disequilibrium ringan
dengan
Simtomatis
HD dengan blood flow yang tinggi
HD dengan bicarbonate
Bila kram diberi NaCl hypertonic atau glucosa
Bila sampai coma, dialysis stop, berikan bantuan nafas
K. FIRST-USE SYNDROME
Yaitu dua kondisi klinis: dari reaksi hipersensitif
segers dan gejala komplek non spesifik; nyeri
dada dan nyeri punggung.
1. Hypersensitif
Reaksi hypersensitive segera adalah yang
berhubungan dengan membranes cuprophone.
Pada beberapa kasus, first-use syndrome
dikarenakan reaksi ethylene oxite yang dipakai
untuk sterilisasi diaizer baru.
Gejala yang timbul: keletihan, dyspnoe, urticaria,
pruritus.
Therapi yang segera:
HD distop
Diberi oksigen
Antihistamin
Bronchodilators
Epinephrine
Kalau perlu steroid
Bila sudah membaik, HD dilanjutkan dengan dialyzer baru
dengan beda membrane, maupun dialyzer yang sudah dibilas
berulang.
2. Chest and Back Pain
First-use syndrome acut, sedikit hebat lebih
komplek dan non spesifik gejalanya, nyeri
dada dan punggung dengan tingkat nyeri
bervariasi. Untuk mual, gatal-gatal dan rasa
tidak enak yang tidak jelas tipenya, terjadi
pada setengah jam pertama HD
Therapi:
Diberi oksigen
Antihistamin
Kalau tidak berat, dan lamanya kurang dari
satu jam, HD tetap jalan.
L. ARITMIA PADA PASIEN HEMODIALISIS
Faktor predisposisi:
Asam basa dan atau elektrolit berubah
Alkalosis
Hipokalemia, dengan atau tanpa peningkatan calcium
pada darah
Hipomagnesium?
Miocaedial ischemia:
1. Jantung mengalami peningkatan kebutuhan
oksigen
2. Berkurangnya pasokkan oksigen kejantung
3. Pasien dengan ischemia resiko terjadi aritmia, karena
kebutuhan oksigen meningkat, miss: pada anemia, hypoxemia.
Manajemen therapy:
1. Pemberian oksigen
Cek EKG
HD dengan ultrafiltrasi yang sesuai
Kolaborasi untuk pemberian obat, miss:
Quinidine sulfate 200mg x 3
M. PERDARAHAN PADA DIALISIS
Difinisi:
Bocor atau keluarnya cell darah merah dari
membran dialyzer ke dialysat
Penyebab:
1. Kerusakan atau rusaknya membrane
dialyzer
2. Selama priming menggunakan tekanan
tinggi
Klasifikasi Bood Leak:
Major leak : kelihatan/tampak bercak-bercak darah
pada dializat line di dialyser
Minor leak: Hemastix test positive, tetapi darah tidak
kelihatan
Alarm palsu: alarm berbunyi tetapi haemastix test
negative
Tanda-Tanda
Blood leak detector alarm
Kompartemen dialisat, selang dialisat (from kidney)
berwarna merah
Penatalaksanaan
Jika darah kelihatan pada saat digunakan
Stop dialisis segera
Buang sirkuit dan dialyzer yang tidak bisa
diselamatkan, diamati, didokumentasikan type
dialyzernya, dan dicatat berapa no nya.
Mulai lagi dengan blood line dan dialyzer baru,
dengan cara:
Pompa darah dimatikan
ABL diklem
Klem infuse dibuka, pompa darah dijalankan pelan-
pelan
Darah dikembalikan kedalam tubuh dengan
menggunakan NaCl sebagai pendorong, samai
cairan bening
Pompa darah dimatikan
Klem ujung A-VBL yang masuk kedalam dializer
( jarak 10-15 cm)
Kedua sisi selang (A-VBL) dicabut, kemudian
dipasangkan ke dializer yang sudah disoking dan
priming (posisi dializer terbalik)
Klem pada ABL dibuka
Pompa darah dijalankan pelan-pelan, sambil
mengontrol udara pada AVBL dan dializer
Bila udara sudah tidak ada, Qb dinaikkan,
posisi dializer dikembalikan keposisi
semula
Berikan ekstra heparin 1000 u
HD deprogram kembali
Cek Hb pasien, catat kejadian secara lengkap
dan dokumentasikan secara lengkap
Mesin disteril/chemical sebelum dialisis
berikutnya
Jika darah tidak kelihatan saat dialyzer digunakan
( Haemastix positive)
1. Turunkan UFR dan DFR di off
2. Reset atau mengesampingkan alarm bood leak
3. Kembalikan darah
4. Beri heparin pada jarum
5. Jaga dan amati dialyzer
6. Mulai lagi dengan dilyzer dan blood line baru
Jika alarm palsu
Cek udara pada slang dialysat, mungkin itu penyebab alarm
palsu
Lapor ke bagian teknik
O. DIALIZER BEKU (CLOT)
1. Tanda-Tanda
Dializer berwarna gelap, hitam, bisa keseluruhan/sebagian
membrane, (warna darah didializer berbeda lebih gelap
disbanding warna darah pada AVBL)
Bila dializer dibilas dengan NaCl, dializer tetap gelap
Delta pressure
2. Penyebab:
Antikoagulan tidak adequat
Gangguan pembekuan darah
Blood pump berhenti
BFR pelan
Harmoglobin tinggi
2. Penatalaksanaan
Darah dimasukkan semua
Ujung VBL yang menuju dializer diklem, kemudian dilepas
Dializer diguyur NaCl dengan heparin, sambil memijit-mijit
bubbletap
Qb dibuat 150-200ml/mnt
Kemudian bergantian ujung ABL disambungkan ke dializer
biru
Bubbletrap dipijit-pijit terus sampai dializer putih
Bila berhasil HD dilanjutkan kembali dan deprogram
Bila tidak berhasil dializer diganti, cara mengganti sama
dengan mengganti dializer bocor
Terima Kasih