Anda di halaman 1dari 19

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
REFLEKSI KASUS
PENGGUNAAN OBAT HIPNOTIK INHALAN DALAM TEKNIK GENERAL
ANESTESI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Kepaniteraan Klinik
Bagian Anestesi Dan Reanimasi
RSUD Jogjakarta

Diajukan kepada:
dr. Ardi Pramono, Sp. An
Disusun oleh:
Raditya Priambodo
20100310058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ANESTESI DAN REANIMASI RSUD JOGJA
2016
A. Kasus
Seorang wanita berusia 24 tahun dengan diagnosis appendisitis akut direncanakan
untuk dilakukan laparoskopi. Pada anamnesis didapatkan nyeri pada perut kanan bawah
disertai mual dan demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri perut kanan bawah,
mcburney sign (+). Status anestesi Airway clear, mallampaty I. Breathing spontan, RR :

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
20x/m, suara paru vesikuler +/+ , tidak terdapat suara tambahan. Circulation Tekanan
darah : 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit reguler dengan tegangan cukup, suhu 36,6oC.
Disability GCS E4 V5 M6. Riwayat asma (-), alergi (-), DM (-), HT (-), operasi dalam
satu tahun terakhir (-). Diagnosis status fisik ASA I.
Pasien direncanakan dilakukan anestesi dengan General Anestesi dan
pemeliharaan jalan nafas dengan cara intubasi dengan endotracheal tube, menggunakan
induksi Propofol 10 mg, dengan premedikasi menggunakan fentanyl 100 mcg, ketorolac
30 mg, ondansetron 4 mg. Kemudian dilakukan intubasi lalu diberikan pemeliharaan
jalan nafas selama dilakukan operasi menggunakan O2, 2,5 liter, N2O 2,5 liter, Sevofluran
2-3%.
B. Permasalahan
Pada pasien dilakukan pemeliharaan jalan nafas menggunakan O2, N20, dan
sevofluran, mengapa diberikan sevofluran? Bagaimanakah interaksi terhadap tubuh?
serta jenis anestesi inhalan lainnya yang dapat dipakai beserta efek sampingnya.
C. Analisis
Obat anestesia inhalasi adalah obat anestesia yang berupa gas atau cairan mudah
menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien. Campuran gas atau uap obat
anestesia dan oksigen masuk mengikuti udara inspirasi, mengisi seluruh rongga paru,
selanjutnya mengalami difusi dari alveoli ke kapiler sesuai dengan sifat fisik masingmasing gas.
Anestesi inhalasi adalah obat yang paling sering digunakan pada anestesia
umum. Penambahan sekurang-kurangnya 1% anestetik volatil pada oksigen inspirasi
dapat menyebabkan keadaan tidak sadar dan amnesia, yang merupakan hal yang penting
dari anestesia umum. Bila ditambahkan obat intravena seperti opioid atau benzodiazepin,
serta menggunakan teknik yang baik, akan menghasilkan keadaan sedasi/hipnosis dan
analgesi yang lebih dalam. Kemudahan dalam pemberian (dengan inhalasi sebagai
contoh) dan efek yang dapat dimonitor membuat anestesi inhalasi disukai dalam praktek
anestesia umum. Hal yang harus sangat diperhatikan dari anestesi inhalasi adalah
sempitnya batas dosis terapi dan dosis yang mematikan. Sebenarnya hal ini mudah
diatasi dengan memantau konsentrasi jaringan dan dengan mentitrasi tanda-tanda klinis
dari pasien.
Obat anestesi inhalasi biasanya dipakai untuk pemeliharaan pada anestesi umum,
akan tetapi juga dapat dipakai sebagai induksi, terutama pada pasien anak-anak. Gas
2

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
anestesi inhalasi yang banyak dipakai adalah isofluran dan dua gas baru lainnya yaitu
sevofluran dan desfluran. sedangkan pada anak-anak, halotan dan sevofluran paling
sering dipakai. Walaupun dari obat-obat ini memiliki efek yang sama (sebagai contoh :
penurunan tekanan darah tergantung dosis), namun setiap gas ini memiliki efek yang
unik, yang menjadi pertimbangan bagi para klinisi untuk memilih obat mana yang akan
dipakai. Perbedaan ini harus disesuaikan dengan kesehatan pasien dan efek yang
direncanakan sesuai dengan prosedur bedah.
Cara pemberian anestesi inhalan ada 3 macam, yaitu :
1. Open Drop
Penderita menghirup masker atau kain kasa yang ditetesi dengan obat anestesia
2. Semi Closed
Penderita menghirup obat anestesia dari suatu alat ( EMO,Mesin anestesi lain,dsb)
3. Closed System
Dengan suatu alat, obat anestesia yang dikeluarkan oleh penderita dapat dihirup kembali.
Sehingga cara ini menghemat pemakaian obat anestesia.
Dalamnya anestesi bergantung pada kadar anestetik di sistem saraf pusat, dan
kadar ini ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi transfer anestetik dari
alveoli paru ke darah dan dari darah ke jaringan otak. Kecepatan induksi bergantung
pada kecepatan dicapainya kadar efektif zat anestetik di otak, begitu pula masa
pemulihan setelah pemberian obat dihentikan. Membrane alveoli dengan mudah dapat
dilewati zat anestetik secara difusi dari alveoli ke aliran darah dan sebaliknya. Tetapi,
bila ventilasi alveoli terganggu, misalnya pada emfisema paru, pemindahan anestetik
akan terganggu pula.
Faktor yang menentukan kecepatan transfer anestetik di jaringan otak ditentukan
oleh:
A.
B.
C.
D.

Kelarutan zat anestetik


Kadar anestetik dalam udara yang dihirup pasien (tekanan parsial anestetik)
Ventilasi paru
Aliran darah paru
Perbedaan antara tekanan parsial anestetik di darah arteri dan di darah vena
Dasar dari terjadinya stadium anesthesia adalah adanya perbedaan kepekaaan
berbagai bagian SSP terhadap anestetik. Sel-sel substantia gelatinosa di kornu dorsalis
medulla spinalis peka sekali terhadap anestetik. Penurunan aktivitas neuron di daerah ini
menghambat transmisi sensorik dari rangsang nosiseptik, inilah yang menyebabkan
3

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
terjadinya tahap analgesia. Stadium II terjadi akibat aktivitas neuron yang kompleks
pada kadar anestetik yang lebih tinggi di otak. Aktifitas ini antara lain berupa
penghambatan berbagai neuron inhibisi bersamaan dengan dipermudahnya penglepasan
neurotransmitter eksitasi. Selanjutnya, depresi hebat pada jalur naik di system aktivasi
reticular dan penekanan aktivitas reflex spinal menyebabkan pasien masuk ke stadium
III. Neuron di pusat napas dan pusat vasomotor relative tidak peka terhadap anestesi
kecuali pada kadar yang sangat tinggi. Apa yang menyebabkan perbedaan kepekaan
berbagai bagian SSP ini masih perlu diteliti.
Konsentrasi Alveolar Minimum (KAM)
Konsentrasi alveolar minimum atau minimum alveolar concentration (MAC)
anestetik inhalasi adalah konsentrasi alveolar yang dapat menghambat gerakan pada 50%
pasien terhadap stimulus standar seperti insisi bedah. MAC merupakan ukuran yang
berguna karena merefleksikan tekanan parsial anestetik di otak, sehingga dapat
membandingkan secara langsung potensi setiap anestetik sekaligus memberikan standar
baku untuk penelitian. Meskipun demikian, nilai MAC tetap saja hanya merupakan
angka statistikal belaka pada saat menangani pasien; masing-masing pasien merupakan
individu yang unik dan oleh karena itu memerlukan pendekatan yang bersifat individual
pula, misalnya pada saat menentukan dosis induksi.
Tabel 1. Berbagai sifat anestesi inhalasi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS

Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :


1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap.
a. Derivat halogen hidrokarbon.
- Halothan
- Trikhloroetilen
- Khloroform
b. Derivat eter.
- Dietil eter
- Metoksifluran
- Enfluran
- Isofluran
2. Obat anestesia umum yang berupa gas.
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan
FARMAKOLOGI KLINIK ANESTESI INHALASI
1. HALOTAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
Halotan berbentuk cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah
terbakar dan tidak mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen, tidak
iritatif dan mudah rusak bila terkena cahaya, tetapi stabil disimpan memakai botol
warna gelap.
Dosis
Dosis untuk induksi inhalasi adalah 2-4%, dosis untuk induksi anak 1.5
2%. Pada induksi inhalasi kedalaman yang cukup terjadi setelah 10 menit. Dosis
untuk pemeliharaan adalah 1 2%, dan dapat dikurangi bila digunakan juga N 2O
atau narkotik. Pemeliharaan pada anak 0.5 2%. Waktu pulih sadar sekitar 10
menit setelah obat dihentikan.
Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Eliminasi
Obat anestesi inhalasi di absorbsi di paru, setelah itu di distribusikan ke
seluruh tubuh. Metabolisme obat anestesi inhalasi secara oksidasi dan reduksi di
dalam reticulum endoplasma hepar.
Eliminasi sebagian besar secara ekshalasi lewat paru, sebagian kecil
melalui urin. Hasil metabolism sebagian besar diekskresi lewat urin sebagian kecil
diekskresi lewat paru.
Efek Farmakologi
Terhadap SSP
Menimbulkan depresi pada SSP di semua komponen otak. Depresi pusat
kesadaran menimbulkan hipnotik, depresi pada pusat sensorik menimbulkan
khasiat analgesia dan depresi pada pusat motorik menimbulkan kelemahan otot.
Tingkat depresinya bergantung pada dosis yang diberikan.
Terhadap pembuluh darah otak menyebabkan vasodilatasi, sehingga aliran
darah otak meningkat, oleh karena itu tidak dipilih untuk anestesi pada
kraniotomi.

Peningkatan

tekanan

intracranial

dapat

diturunkan

dengan

hiperventilasi.
Terhadap sistem Kardiovaskular
Pada system kardiovaskular tergantung dosis, tekanan darah menurun
akibat depresi pada otot jantung, makin tinggi dosisnya depresi makin berat. Pada
6

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
bayi, halotan menurunkan curah jantung karena turunnya kontraktilitas
miokardium dan menurunnya laju jantung.
Halotan dapat menyebabkan Ventrikel Ekstra Sistole (VES), Ventrikel
Takikardia (VT) dan Ventrikel Fibrilasi (VF).
Terhadap sistem respirasi
Pada konsentrasi tinggi, menimbulkan depresi pusat nafas, sehingga pola
nafas menjadi cepat dan dangkal, volume tidal dan volume nafas semenit menurun
dan menyebabkan dilatasi bronkus.
Terhadap ginjal
Halotan pada dosis lazim secara langsung akan menurunkan aliran darah
ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus, tetapi efek ini hanya bersifat sementara dan
tidak mempengaruhi autoregulasi aliran darah ginjal.
Terhadap hati
Pada konsentrasi 1,5 vol%, halotan akan menurunkan aliran darah pada
lobules sentral hati sampai 25-30%. Penurunan aliran darah pada lobulus sentral
ini menimbulkan nekrosis sel pada sentral hati yang diduga sebagai penyebab dari
hepatitis post-halothane. Kejadian ini akan lebih bermanifes, apabila diberikan
halotan berulang dalam waktu yang relatif singkat.
Penggunaan Klinik
Halotan

digunakan

terutama

sebagai

komponen

hipnotik

dalam

pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik, halotan juga mempunyai


efek analgetik ringan dan relaksasi otot ringan. Pada bayi dan anak-anak yang
tidak kooperatif, halotan digunakan untuk induksi bersama-sama dengan N 2O
secara inhalasi.
Untuk mengubah cairan halotan menjadi uap, diperlukan alat penguap
(vaporizer) khusus halotan, misalnya fluotec, halomix, copper kettle, dragger dan
lain-lainnya.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
2. ENFLURAN
Enfluran adalah obat anestesi inhalasi yang bebentuk cair, tidak mudah
terbakar, tidak berwarna, tidak iritatif, lebih stabil dibandingkan halotan, induksi
lebih cepat dibanding halotan, tidak terpengaruh cahaya dan tidak bereaksi
dengan logam.
Dosis
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3%
bersama dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 12,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.
Absorbsi Dan Distribusi, Metabolism, Dan Eliminasi
Setelah diabsorbsi dari paru ke dalam darah, enfluran akan didistribusikan
ke seluruh tubuh. Kelarutan enfluran dalam lemak lebih rendah dibandingkan
halotan. Ekskresi melalui paru dan sebagian kecil melalui urin.
Efek Farmakologik
Terhadap SSP
Pada dosis tinggi menimbulkan twitching (tonik-klonik) pada otot
muka dan anggota gerak. Hal ini terutama dapat terjadi bila pasien mengalami
hipokapnia. Kejadian ini bisa dihindari dengan mengurangi dosis obat dan
mencegah terjadinya hipokapnia. Obat ini tidak dianjurkan pemakaiannya pada
pasien yang mempunyai riwayat epilepsy walaupun pada penelitian terbukti
bahwa enfluran tidak menimbulkan bangkitan epilepsi. Walaupun menimbulkan
vasodilatasi serebral, tetapi pada dosis kecil dapat dipergunakan untuk operasi
intrakranial karena tidak menimbulkan peningkatan tekanan intracranial.
Terhadap sistem Kardiovaskular
Enfluran menimbulkan depresi kontraktilitas miokard, disritmia jarang
terjadi, tidak meningkatkan sensitifitas miokard terhadap katekolamin. Hipotensi
dapat terjadi akibat menurunnya curah jantung.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
Terhadap respirasi
Pada system respirasi tidak meningkatkan sekresi bronchial dan ludah,
tidak meningkatkan iritabilitas faring dan laring. Frekuensi nafas meningkat
tetapi ventilasi semenit berkurang karena volume tidal yang menurun.
Terhadap ginjal
Enfluran menurunkan aliran darah ginjal, menurunkan laju filtrasi
glomerolus dan akhirnya menurunkan diuresis. Harus berhati-hati menggunakan
enfluran pada pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal.
Terhadap hati
Terjadi gangguan fungsi hati yang ringan setelah pemakaian enfluran
yang sifatnya reversible.
Terhadap uterus
Menimbulkan depresi tonus otot uterus, namun respon uterus terhadap
oksitosin tetap baik selama dosis enfluran rendah.
Terhadap otot
Meningkatkan relaksasi, tapi untuk laparotomi masih perlu penambahan
pelumpuh otot.
Penggunaan Klinik
Sama seperti halotan. Untuk mengubah cairan enfluran menjadi uap,
diperlukan alat penguap (vaporizer) khusus enfluran.
3. ISOFLURAN
Isofluran adalah obat anestesi isomer dari enfluran, merupakan cairan tidak
berwarna dan berbau tajam, menimbulkan iritasi jalan nafas jika dipakai dengan
konsentrasi tinggi menggunakan sungkup muka. Tidak mudah terbakar, tidak
terpengaruh cahaya dan proses induksi dan pemulihannya relatif cepat
dibandingkan dengan obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih
lebih lambat dibandingkan dengan sevofluran.
9

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS

Dosis
1.

Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2-3%

bersamasama dengan N2O.


2.
Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar antara
1-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.
Pada pasien yang mendapat anestesi isofluran kurang dari 1 jam akan sadar
kembali sekitar 7 menit setelah obat dihentikan. Sedangkan pada tindakan 5-6jam,
kembali sadar sekitar 11 menit setelah obat dihentikan.
Efek Farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat
Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan dosis yang diberikan.
Isofluran tidak menimbulkan kelainan EEG seperti yang ditimbulkan oleh
enfluran. Pada dosis anestesi tidak menimbulkan vasodilatasi dan perubahan
sirkulasi serebrum serta mekanisme autoregulasi aliran darah otak tetap stabil.
Kelebihan lain yang dimiliki oleh isofluran adalah penurunan konsumsi oksigen
otak. Sehingga dengan demikian isofluran merupakan obat pilihan untuk anestesi
pada kraniotomi, karena tidak berperngaruh pada tekanan intrakranial, mempunyai
efek proteksi serebral dan efek metaboliknya yang menguntungkan pada tekhnik
hipotensi kendali.
Terhadap sistem kardiovaskular
Efek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih ringan
dibanding dengan obat anesetesi volatil yang lain. Tekanan darah dan denyut nadi
relatif stabil selama anestesi. Dengan demikian isofluran merupakan obat pilihan
untuk obat anestesi pasien yang menderita kelainan kardiovaskuler.
Terhadap sistem respirasi
Isofluran juga menimbulkan depresi pernafasan yang derajatnya sebanding
dengan dosis yang diberikan.
Terhadap otot rangka
10

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
Menurunkan tonus otot rangka melalui mekanisme depresi pusat motorik
pada serebrum, sehingga dengan demikian berpotensiasi dengan obat pelumpuh
otot non depolarisasi. Walaupun demikian, masih diperlukan obat pelumpuh otot
untuk mendapatkan keadaan relaksasi otot yang optimal terutama pada operasai
laparatomi.
Terhadap ginjal
Pada dosis anestesi, isofluran menurunkan aliran darah ginjal dan laju
fitrasi glomerulus sehingga produksi urin berkurang, akan tetapi masih dalam
batas normal. Toksisitas pada ginjal tidak terjadi.
4. SEVOFLURAN
Sevofluran dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif,
tidak berbau, stabil di tempat biasa (tidak perlu tempat gelap), dan tidak terlihat
adanya degradasi sevofluran dengan asam kuat atau panas. Obat ini tidak bersifat
iritatif terhadap jalan nafas sehingga baik untuk induksi inhalasi. Proses induksi
dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan obat-obat anestesi inhalasi
yang ada pada saat ini.
Dosis
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0%
bersama-sama dengan N2O.
2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara
2,0-3,0%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1%.3,7,8
Efek Farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat
Efek depresinya pada SSP hampir sama dengan isofluran. Aliran darah
otak sedikit meningkat sehingga sedikit meningkatkan tekanan intrakranial. Laju
metabolisme otak menurun cukup bermakna sama dengan isofluran. Tidak pernah
dilaporkan kejadian kejang akibat sevofluran.
Terhadap sistem kardiovaskuler

11

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia. Tahanan vaskuler
dan curah jantung sedikit menurun, sehingga tekanan darah sedikit menurun. Pada
1,2-2 MAC sevofluran menyebabkan penurunan tahanan vaskuler sistemik kirakira 20% dan tekanan darah arteri kira-kira 20%-40%. Curah jantung akan
menurun 20% pada pemakaian sevofluran lebih dari 2 MAC. Dibandingkan
dengan isofluran, sevofluran menyebabkan penurunan tekanan darah lebih sedikit.
Sevofluran tidak atau sedikit meyebabkan perubahan pada aliran darah koroner.
Sevofluran

menyebabkan

penurunan

laju

jantung.

Penelitian-penelitian

menyebutkan bahwa penurunan laju jantung tidak sampai menyebabkan


bradikardi.
Terhadap sistem respirasi
Menimbulkan depresi pernapasan dan dapat memicu bronkhospasme.
Terhadap otot rangka
Efeknya terhadap otot rangka lebih lemah dibandingkan dengan isofluran.
Relaksasi otot dapat terjadi pada anestesi yang cukup dalam dengan sevofluran.
Proses induksi, laringoskopi dan intubasi dapat dikerjakan tanpa bantuan obat
pelemas otot.
Terhadap hepar dan ginjal
Sevofluran menurunkan aliran darah ke hepar paling kecil dibandingkan
dengan enfluran dan halotan. Ada beberapa bukti, sevofluran menurunkan aliran
darah ke ginjal, tetapi tidak ada bukti hal ini menyebabkan gangguan fungsi ginjal
pada manusia.
5. DESFLURAN
Desfluran merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan efek
klinisnya sama dengan isofluran. Desfluran sangat mudah menguap dibandingkan
dengan agen volatile yang lain. Memerlukan alat penguap khusus (TEC-6).
Dosis

12

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
Untuk induksi, disesuaikan dengan kebutuhan.
Efek Farmakologi
Terhadap system Kardiovaskular
Menurunkan resistensi vascular sistemik, menyebabkan turunnya tekanan
darah. Peningkatan konsentrasi desfluran dengan cepat menyebabkan peningkatan
tekanan darah, laju jantung, dan katekolamin. Keadaan ini bisa dikurangi dengan
memberikan klonidin, fentanil, atau esmolol. Desfluran tidak meningkatkan aliran
darah koroner.
Terhadap sistem respirasi
Menyebabkan menurunnya volume tidal dan meningkatnya frekuensi
nafas sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan CO2. Desfluran bersifat
iritatif, sehingga tidak ideal untuk induksi.
Penggunaan Klinik
Desfluran digunakan terutama sebagai komponen hipnotik dalam
pemeliharaan anestesia umum. Disamping efek hipnotik, desfluran juga
mempunyai efek analgetik yang ringan dan relaksasi otot ringan.
6. N2O (NITROGEN OKSIDA)
N2O adalah anestesi lemah dan harus diberikan dengan konsentrasi besar
(lebih dari 65%) agar efektif. Paling sedikit 20%atau 30% oksigen harus diberikan
sebagai campuran, karena konsentrasi N2O lebih besar dari 70-80% dapat
menyebabkan hipoksia. N2O tidak dapat menghasilkan anestesia yang adekuat
kecuali dikombinasikan dengan zat anestesi yang lain, meskipun demikian,
karakteristik tertentu membuatnya menjadi zat anestesi yang menarik, yaitu
koefisien partisi darah / gas yang rendah, efek anagesi pada konsentrasi
subanestetik, kecilnya efek kardiovaskuler yang bermakna klinis, toksisitasnya
minimal dan tidak mengiritasi jalan napas sehingga ditoleransi baik untuk induksi
dengan masker.
Efek anestesi N2O dan zat anestesi lain bersifat additif, sehingga
pemberian N2O dapat secara substansial mengurangi jumlah zat anestesi lain yang
seharusnya digunakan. Pemberian N2O akan menyebabkan peningkatan
13

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
konsentrasi alveolar dari zat anestesi lain dengan cepat, oleh karana sifat efek gas
kedua dan efek konsentrasi dari N2O. Efek konsentrasi terjadi saat gas
diberikan dengan konsentrasi tinggi. Semakin tinggi konsentrasi gas diinhalasi,
maka semakin cepat peningkatan tekanan arterial gas tersebut.
Absorpsi, Distribusi Dan Eliminasi
Absorbsi dan eliminasi nitorus oksida relatif lebih cepat dibandingkan
dengan obat anestesi inhalasi lainnya, hal ini terutama disebabkan oleh koefisien
partisi gas darah yang rendah dari N2O. total ambilan N2O oleh tubuh manusia
diteliti oleh Severinghause. Pada menit pertama, N2O (75%) dengan cepat akan
diabsorbsi kira-kira 1.000 ml/menit. Setelah 5 menit, tingkat absorbsi turun
menjadi 600 ml/menit, setelah 10 menit turun menjadi 350 ml/menit dan setelah
50 menit tingkat absorbsinya kira-kira 100 ml/menit, kemudian pelan-pelan
menurn dan akhirnya mencapi nol. Konsentrasi N2O yang diabsorbsi tergantung
antara lain oleh konsentrasi inspirasi gas, ventilasi alveolar dan ambilan oleh
sirkulasi, seperti koefisien partisi darah/gas dan aliran darah (curah jantung).
N2O akan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Konsentrasi di
jaringan adalah berbanding lurus dengan perfusi per unit volume dari jaringan,
lamanya paparan dan koefisien partisi darah / jaringan zat tersebut. Jaringan
dengan aliran darah besar/banyak seperti otak, jantung, hati dan ginjal akan
menerima N2O lebih banyak sehingga akan menyerap volume gas yang lebih
besar. Jaringan lain dengan suplai darah sedikit seperti jaringan lemak dan otot
menyerap hanya sedikit N2O, ambilan dan penyerapan yang cepat menyebabkan
tidak terdapatnya simpanan N2O dalam jaringan tersebut sehingga tidak
menghalangi pulihnya pasien saat pemberian N 2O dihentikan.N2O dieliminasi
melalui paru-paru dan sebagian kecil diekskresikan melalui kulit.
Efek Farmakologi
Terhadap sistem saraf pusat
Berkhasiat analgesia dan tidak mempunyai khasiat hipnotik. Khasiat
analgesianya relatif lemah akibat kombinasinya dengan oksigen. Pada konsentrasi
25% N2O menyebabkan sedasi ringan. Peningkatan konsentrasi menyebabkan

14

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
penurunan sensasi perasaan khusus seperti ketajaman, penglihatan, pendengaran,
rasa, bau dan diikuti penurunan respon sensasi somatik seperti sentuhan,
temperatur, tekanan dan nyeri. Penurunan perasaan membuat agen ini cocok untuk
induksi sebelum pemberian agen lain yang lebih iritatif. N 2O menghasilkan
analgesi sesuai besarrnya dosis. N2O 50% efek analgesinya sama dengan morfin
10 mg. Bukti menunjukkan bahwa N2O memiliki efek agonis pada reseptor opioid
atau mengaktifkan sistem opioid endogen. Area pusat muntah pada medula tidak
dipengaruhi oleh N2O kecuali jika terdapat hipoksia.
Nitrous oksida tidak mengikuti klasifikasi stadium anestesi dari guedel
dalam kombinasinya dengan oksigen dan sangat tidak mungkin mencoba
memakai nitrous oksigen tanpa oksigen hanya karena ingin tahu gambaran
stadium anestesi dari guedel. Efeknya terhadap tekanan intrakranial sangat kecil
bila dibandingkan dengan obat anestesi yang lain.
Dalam konsentrasi lebih dari 60%, N2Odapat menyebabkan amnesia,
walaupun masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
Terhadap susunan saraf otonom, nitrous oksida merangsang reseptor alfa
saraf simpatis, tetapi tahanan perifer pembuluh darah tidak mengalami perubahan.
Terhadap sitem kardiovaskuler
Depresi ringan kontraktilitas miokard terjadi pada rasio N2O : O2 = 80% :
20%. N2O tidak menyebabkan perubahan laju jantung dan curah jantung secara
langsung. Tekanan darah tetap stabil dengan sedikit penurunan yang tidak
bermakna.
Terhadap sistem respirasi
Pengaruh terhadap sistem pernapasan minimal. N2O tidak mengiritasi
epitel paru sehingga dapat diberikan pada pasien dengan asma tanpa
meningkatkan resiko terjadinya spasme bronkus. Perubahan laju dan kedalaman
pernapasan (menjadi lebih lambat dan dalam) lebih disebabkan karena efek sedasi
dan hilangnya ketegangan.
Terhadap sistem gastrointestinal

15

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
N2O tidak mempengaruhi tonus dan motilitas saluran cerna. Distensi dapat
terjadi akibat masuknya N2O ke dalam lumen usus. Pada gangguan fungsi hepar,
N2O tetap dapat digunakan.
Terhadap ginjal
N2O tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada ginjal maupun pada
komposisi urin.
Penggunaan Klinik
Dalam praktik anestesia, N2O digunakan sebagai obat dasar dari anestesia
umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan oksigen dengan perbandingan
N2O : O2 = 70 : 30 (untuk pasien normal), 60 : 40 (untuk pasien yang memerlukan
tunjangan oksigen yang lebih banyak), atau 50 : 50 (untuk pasien yangberesiko
tinggi). Oleh karena N2O hanya bersifat analgesia lemah, maka dalam
penggunaannya selalu dikombinasikan degnan obat lain yang berkhasiat sesuai
dengan target trias anestesia yang ingin dicapai.
Anesetetik

Nitrous

inhlasi

Oksida

Halotan

Enfluran

Isofluran

Desfluran

Sevofluran

197

184

184

168

200

Titik didih (oC) -68

50-50,2

56,6

48,5

22,8-23,5

58,5

Tekanan

243-244

172-174,5

238-240

669-673

160-170

Berat molekul

44

uap 5200

(mmHg 20oC)
Bau

Manis

Organik

Eter

Eter

Eter

Eter

Turunan eter

Bukan

Bukan

Ya

Ya

Ya

Ya

Pengawet

Perlu

0,47

2,4

1,9

1,4

0,42

0,65

Tidak

Stabil

Stabil

Stabil

Tidak

0,75

1,63-1,70

1,15-1,20

6,0-6,6

1,80-2,0

Koef.

Partisi

darah/gas
Dengan kapur

Stabil
soda 40oC
MAC
37oC 104-105
usia

30-55

tahun (tekanan

16

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
760 mmHg)
Tabel 2. Perbandingan sifat fisik dan kimia anestetik inhalasi

17

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
Tabel 3. Farmakologi klinik dan anestetik inhalasi

D. Pembahasan
Pada pasien diberikan pemeliharaan jalan nafas menggunakan O2, N2O,
dan sevofluran, dimana pertimbangan pemberian anestesi inhalan tersebut semi
mencapai trias anestesi yang diharapkan, pemberian N20 yang bersifat anestesi
lemah namun analgesik kuat merupakan obat inhalasi dasar yang biasa digunakan
bersama dengan O2. N2O biasanya diberikan dengan tambahan anestesi inhalasi
lainya dengan memperhatikan efek terhadap sistem kardiovaskuler, terhadap sistem
saraf pusat, serta sistem terhadap organ lainnya. Sevofluran dikemas dalam bentuk
cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak berbau, stabil di tempat biasa (tidak
perlu tempat gelap), dan tidak terlihat adanya degradasi sevofluran dengan asam kuat
atau panas. Obat ini tidak bersifat iritatif terhadap jalan nafas sehingga baik untuk
induksi inhalasi. Proses induksi dan pemulihannya paling cepat dibandingkan dengan
obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini. Tidak dapat dipungkiri kombinasi
antara N2O dengan sevofluran merupakan pemilihan anestesi inhalan yang sering
18

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

REFLEKSI KASUS
digunakan saat ini mengingat reaksi cepat yang diberikan tanpa disertai efek samping
yang membahayakan.
E. Daftar Pustaka
Barash, Paul G.; Cullen, Bruce F.; Stoelting, Robert K.Clinical Anesthesia 5 th edition.
Lippincott Williams & Wilkins. 2006
Mangku, Gde.; Senapathi, Tjokorda Gde Agung Senaphati. Ilmu Anestesi dan
Reanimasi. Jakarta : Indeks Jakarta. 2010
Wargahadibrata, Himendra A. Anestesiologi Untuk Mahasiswa Kedokteran.Bandung :
Saga Olahcitra.2011
Latief, Said A.; Suryadi, Kartini A,; Dachlan, M. Ruswan. Petunjuk Praktis
Anestesiologi Edisi 3. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia. 2007
Soenarjo; Jatmiko, Heru Dwi. Anestesiologi. Semarang : Ikatan Dokter Spesialis
Anestesi dan Reanimasi. 2010.
Gunawan, Sulistia Gan. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Gaya Baru. 2007
Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology 10 th edition. Singapore : Mc
Graw Hill Lange. 2007
Tjay Tan H.; Rahardja Kirana. Obat Obat Penting : Kasiat, Penggunaan dan Efek
Efek Sampingnya Edisi 6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Gramedia.
2010
26 Maret 2016

Perceptor
dr. Ardi Pramono, Sp. An

19

Anda mungkin juga menyukai