Anda di halaman 1dari 15

Respiratory Syncytial Virus (RSV)

Liberty Yuliana Mandaha (1408010029)


Fransiskus Tandang (1408010030)
• RSV atau Respiratory Syncytial Virus
Merupakan penyebab penyakit
saluran napas bawah yang paling
sering menyerang bayi dan anak
kecil, biasanya melampaui semua
patogen mikrobial lain sebagai
penyebab bronkiolitis dan
pneumonia pada bayi yang berusia di
bawah 1 tahun. Virus ini diperkirakan
sekitar 25% kasus rawat inap pada
anak akibat penyakit pernapasan.

2 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC


 RSV termasuk dalam Paramiksovirus yaitu agen infeksi
pernapasan yang paling penting pada bayi dan anak kecil
dan juga merupakan agen penyebab dua penyakit
tersering pada masa kanak-kanak (gondong dan campak).
WHO memperkirakan bahwa infeksi pernapasan akut
dan pneumonia menyebabkan 4 juta kematian anak
berusia kurang dari 5 tahun setiap tahun di seluruh
dunia. Paramiksovirus merupakan patogen utama saluran
pernapasan pada kelompok umur ini.
 Semua anggota famili Paramiksoviridae memulai infeksi
melalui saluran pernapasan. Replikasi patogen respirasi
ini terbatas pada epitel pernapasan, sedangkan gondong
dan campak tersebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan
penyakit generalisata.
3 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC
Morfologi
 Virion: Sferis, pleomorfik, diameter 150 nm atau lebih
(nukleokapsid berbentuk heliks, 13-18 nm)
 Komposisi: RNA (1%), protein (13%), lipid (20%), karbohidrat
(6%)
 Genom: RNA untai tunggal, linear, tidak bersegmen, sense
negatif, non-infeksius, sekitar 15 kb
 Protein: Enam hingga delapan protein struktural
 Selubung: Mengandung glikoprotein hemaglutinin virus (HN)
(yang kadang-kadang melakukan aktivitas neuraminidase) dan
glikoprotein fusi (F); sangat rentan
 Replikasi: Sitoplasma; tonjolan partikel dari membran plasma
 Karakteristik yang Menonjol:
 Stabil secara antigen
 Partikel labil tetapi sangat infeksius
4 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC
5
Epidemiologi
 Respiratory Syncytial Virus tersebar di seluruh dunia dan
dianggap sebagai patogen utami saluran napas pada anak.
Sekitar 70% bayi terinfeksi pada usia 1 tahun dan hampir
semua terinfeksi pada usia 2 tahun.

6 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC


Bagaimana cara penularannya?
 Respiratory Syncytial Virus menyebar melalui droplet besar
dan kontak langsung. Meski virus ini sangat labil, virus ini
dapat bertahan di dunia luar hingga 6 jam. Pintu masuk
utama ke dalam pejamu adalah melalui hidung dan mata.

7 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC


Daur Hidup
 Replikasi respiratory syncytial virus awalnya terjadi di epitel
sel nasofaring. Virus dapat menyebar ke dalam saluran
napas bawah dan menyebabkan bronkiolitis serta
pneumonia.
 Masa inkubasi antara pajanan dan awitan penyakit adalah
3-5 hari. Pelepasan virus dapat terus terjadi selama 1-3
minggu pada bayi dan anak kecil.

8 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC


Manifestasi Klinis
 Penyakit napas yang disebabkan oleh respiratory syncytial virus berkisar
dari infeksi yang tidak jelas atau salesma hingga pneumonia pada bayi
hingga bronkiolitis pada bayi yang sangat muda.
 Anak yang menderita bronkiolitis dan pneumonia akibat respiratory
syncytial virus pada waktu bayi sering kali memperlihatkan episode
mengi berulang selama bertahun-tahun. Respiratory syncytial virus adalah
penyebab otitis media pada bayi sebesar 30-50%.
 Infeksi pada orang lanjut usia menyebabkan gejala serupa dengan
penyakit virus influenza. Bisa timbul pneumonia. Perkiraan prevalensi
respiratory syncytial virus di fasilitas perawatan jangka panjang mencakup
angka infeksi sebanyak 5-10%, pneumonia pada 10-20% orang yang
terinfeksi, dan angka mortalitas sebesar 2-5%.

9 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC


Diagnosis Laboratorium
A. Deteksi Antigen
Identifikasi langsung antigen virus dalam sampel klinis
tergolong cepat, hanya memerlukan beberapa jam. Bilas
hidung atau aspirat hidung merupakan sumber yang baik
untuk mendapat virus. Sejumlah besar virus ditemukan
dalam bilas hidung dari anak kecil (103-108 plaque-forming
units [PFU] per milimeter), tetapi jauh lebih kecil
jumlahnya di dalam spesimen orang dewasa. Deteksi
antigen merupakan deteksi yang bermanfaat untuk
melakukan diagnosis yang cepat tapi bukan merupakan
uji yang sensitif untuk kebanyakan orang dewasa.
10 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC
B. Isolasi dan Identifikasi Virus
 Respiratory SyncytialVirus dapat diisolasi dari sekresi hidung.
 Lini sel (cell line) heteroploid pada manusia, yaitu HeLa dan
Hep-2, merupakan yang paling sensitif untuk isolasi virus.
Keberadaan respiratory syncytial virus biasanya dapat dikenali
melalui terbentuknya sel raksasa dan sinsitia dalam kultur yang
diinokulasi. Diperlukan waktu 10 hari agar efek sitopatik
muncul.
 Diagnosis definitif ditegakkan dengan mendeteksi antigen virus
dalam sel yang terinfeksi menggunakan antiserum yang
ditetapkan dan uji imunofluoresensi.

11 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC


12 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC
C. Deteksi Asam Nukleat
Pemeriksaan RT-PCR dapat digunakan untuk mendeteksi
respiratory syncytial virus dalam sekresi pernapasan. Sensitivitas
pemeriksaan ini setara atau bahkan melebihi kultur sel.
Pemeriksaan ini memakan waktu 1 hari. Uji RT-PCR terutama
bermanfaat untuk spesimen orang dewasa yang hanya
mengandung sedikit virus. Pemeriksaan seperti ini juga
bermanfaat untuk menentukan subtipe isolat respiratory syncytial
virus dan menganalisis variasi genetik dalam wabah.
D. Serologi
Antibodi serum dapat diperiksa dengan berbagai cara-uji
imunofluoresensi, ELISA, dan Nt dapat dipergunakan.
Pengukuran antibodi serum penting untuk penelitian
epidemiologis, tetapi hanya berperan sedikit dalam pengambilan
keputusan klinis.
13 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC
Terapi pengobatan
 Terapi infeksi respiratory syncytial virus yang serius
terutama bergantung kepada perawatan suportif
(pengeluaran sekresi, pemberian oksigen). Obat
antivirus ribavirin disetujui sebagai terapi penyakit saluan
napas bawah yang disebabkan oleh respiratory syncytial
virus, terutama pada bayi yang beresiko tinggi menderita
penyakit berat. Obat ini diberikan dalam bentuk aerosol
selama 3-6 hari. Ribavirin oral tidaklah bermanfaat.

14 Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2010. EGC

Anda mungkin juga menyukai