Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN PERTUSIS

IQLIMA DWI KURNIA


PERTUSIS

Penyakit infeksi pernafasan akut yang menyerang anak pada


Umumnya. Tetapi juga bisa menyerang orang dewasa.
=batuk rejan, wooping cough, tussin quinta, violent cough, batuk
100 hr
 Penyebab utama kematian pd bayi & anak yang tdk
diimunisasi, malnutrisi & infeksi sal napas & cerna
 Peneumoni mrp penyebab utama kematian krn pertusis
 Masa inkubasi pertusis 6–21 hari, rata-rata 7-10 hari
 Pertusis atau batuk rejan merupakan infeksi saluran nafas
oleh bakteri BP yang menyebabkan gejala demam tinggi,
batuk yang khas (diawali dengan tarikam nafas panjang
sebelum batuk-batuk banyak), anak tampak gelisah,
bahkan membiru setelah sesak.
 Bakteri ini menginfeksi saluran pernafasan menyebabkan
radang hingga ke sel paru yakni poneumonia, lecet
tenggorokan akibat batuk keras.
ETIOLOGI
 Penyebab: Bordetella pertusis (Haemophilus pertussis).
Bordetella parapertussis, Bordetella bronchiseptica .

 Termasuk klp kokobasilus Gram negatif, tidak bergerak, tidak


berspora

 Media tumbuh: darah-gliserin-kentang yang ditambah


penisilin untuk menghambat pertumbuhan organisme lain
 Mampu bertahan pada suhu 0 0C dan bisa mati pada suhu 50
0C selama setengah jam.

 Ukuran panjang: 0,5-1 mk dan diameter 0,2-0,3 mk


TANDA DAN GEJALA

 Pertusis: toxin-mediated disease, toksin melekat &


melumpuhkan bulu getar saluran nafas (silia), sehingga Batuk
terus-menerus yang diakhiri dengan whoop yang berlangsung
s/d 1-10 minggu
 Perjalanan penyakit terbagi dlam 3 fase: kataralis, spasmodik,
dan fase penyembuhan/konvancelled
 Fase kataralis (1-2 mgg),
batuk mulanya pada malam hari, pilek, anoreksia

 Fase spasmodik (2-4 mgg),


batuk makin kuat & terus-menerus, gelisah, muka
merah,diakhiri bunyi whoop (udara dihisap secara kuat
melalui glotis yang sempit), Anak dpt terkencing-kencing
bahkan sampai mata merah/mimisan. Tertawa/menangis dpt
memicu batuk

 Fase penyembuhan/konvalesens (1-2 mgg),


ditandai dg berhentinya bunyi whoop&muntah. Batuk
biasanya masih & hilang dalam 2-3 mgg
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENULARAN

 Sanitasi, higiene lingkungan dan pribadi yang


buruk, karena penyebaran tidak langsung bisa
juga terjadi dari pasien ke lingkungan melalui
sekresi respiratorius dan selanjutnya tangan host
yang baru akan mentransfer kuman ini sehingga
terjadi inokulasi di traktus respiratorius
4 HAL YANG MEMPENGARUHI PATHOGENESIS
INFEKSI BAKTERI BORDETELLA PERTUSIS

 Perlekatan
 Pertahanan pejamu
 Kerusakan lokal
 dan penyakit sistemik.
Infeksi dimulai dari adanya perlekatan bakteri Bordetella pertussis
pada cilia dari sel-sel epitel bersilia di traktus respiratorius. Perlekatan
ini difasilitasi oleh pertactin, fimbriae 2 dan 3, pertussis toxin (PT),
lipopolisakarida (LPS), tracheal colonization factor (TCF), dan
kemungkinan filamentous hemaglutinin (FHA).
DIAGNOSIS PERTUSIS

 Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas anamnesis,


pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium.
 Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat kontak dengan
pasien pertusis, riwayat imunisasi, dan serangan paroksismal
dan bunyi whoop yang khas.
 Gejala klinis tergantung dari stadium saat pemeriksaan fisis.
 Pada pemeriksaa laboratorium didapatkan leukositosis
20.00050.000/Ul dengan limfositosis absolut yang khas pada
akhir stadium kataral dan selama stadium paroksismal
 Curiga Pertusis jika anak batuk berat >2mgg.
Dengan beberapa tanda diagnostik:
1. Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat
inspirasi, sering disertai muntah
2. Perdarahan subconjuctiva
3. Anak belm mendapatkan imunisasi
4. Batuk yang diikuti apneau/cyanosis
TATALAKSANA
 Kasus ringan anak > 6 bulan Rawat Jalan
 Umur < 6bln rawat Inap:
1. Antibiotik --- Menurunkan periode infeksius
2. Oksigen --- bila cyanosis/ apneau
3. Tatalaksana jalan nafas – posisikan kepala lebih rendah dalam
posisi teungkup/miring untuk mencegah aspirasi atau muntah.
Bila cyanosis– isap lendir
Bila apneau bersihkan jalan nafas, beri bantuan pernapasan baik
manual atau dg pompa ventilasi.
4. Perawatan penunjang
 Hindari manipulasi yang merangsang batuk: pemeriksaan
tenggorokan atau pemasangan NGT
 Jangan memberi obat penekan batuk, obat sedatif.
PENGOBATAN

Pengobatan untuk menghentikan gejala:


1. Antibiotik : eritromisin atau penisilin
2. Suportif : pengencer batuk, oksigen bila perlu
3. Simtomatik lainnya
KOMPLIKASI

 Pneumonia – infeksi sekunder bakteri atau aspirasi muntahan


 Kejang: Anoksia--- apneu, sianotik, ensefalopati akibat
pelepasan toksin
 Gizi Kurang --- berkurangnya asupan nutrisi
 Perdarahan dan hernia --- perdarahan subkonjungtiva ---
batuk yang terus menerus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai