Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang berada pada periode usia pertengahan
yaitu anak yang berusia 6-12 tahun (Santrock, 2017), sedangkan menurut (Yusuf, 2016) anak
usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah dapat mereaksikan rangsang
intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan menghitung).
Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian
anak mulai mengenal dunia baru, anak-anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar
keluarganya dan mulai mengenal suasana baru di lingkungannya. Hal-hal baru yang dialami
oleh anak-anak yang sudah mulai masuk dalam usia sekolah akan mempengaruhi kebiasaan
makan mereka. Anak-anak akan merasakan kegembiraan di sekolah, rasa takut akan
terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini menyimpang dari kebiasaan makan
yang diberikan kepada mereka (Moehji, 2009).
Karakteristik anak usia sekolah menurut Hardinsyah dan Supariasa yaitu anak usia
sekolah (6-12 tahun) yang sehat memiliki ciri di antaranya adalah banyak bermain di luar
rumah, melakukan aktivitas fisik yang tinggi, serta beresiko terpapar sumber penyakit dan
perilaku hidup yang tidak sehat. Secara fisik dalam kesehariannya anak akan sangat aktif
bergerak, berlari, melompat, dan sebagainya. Akibat dari tingginya aktivitas yang dilakukan
anak, jika tidak diimbangi dengan asupan zat gizi yang seimbang dapat menimbulkan
beberapa masalah gizi yaitu di antaranya adalah malnutrisi (kurang energi dan protein),
anemia defisiensi besi, kekurangan vitamin A dan kekurangan yodium (Supariasa &
Hardiansyah, 2016).

2.2 Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah


Tahapan tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai embrio
(mulai konsepsi -8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai lahir), serta masa
pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29 hari-1 tahun), masa
anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah (6-12 tahun)
dan masa remaja (12-18 tahun).
3. Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah
Tahapan ini dimulai sejak anak berusia 6 tahun sampai organ-organ seksualnya
masak. Kematangan seksual ini sangat bervariasi baik antar jenis kelamin maupun antar
budaya berbeda. Berdasarkan pembagian tahapan perkembangan anak, ada dua masa
perkembangan pada anak usia sekolah, 19 yaitu pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-
kanak tengah dan pada usia 10-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir. Setelah menjalani
masa kanak-kanak akhir, anak akan memasuki masa remaja. Pada usia sekolah, anak
memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda.
Perbedaan ini terlihat dari aspek fisik, mental-intelektual, dan sosial-emosial anak.
Pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah tidak secepat pada masamasa sebelumnya.
Anak akan tumbuh antara 5-6 cm setiap tahunnya. Pada masa ini, terdapat perbedaan
antara anak perempuan dan anak laki-laki. Namun, pada usia 10 tahun ke atas
pertumbuhan anak laki-laki akan menyusul ketertinggalan mereka. Perbedaan lain yang
akan terlihat pada aspek fisik antara anak laki-laki dan perempuan adalah pada bentuk
otot yang dimiliki. Anak laki-laki lebih berotot dibandingkan anak perempuan yang
memiliki otot lentur (Gunarsa, 2016).
Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak merupakan periode pertumbuhan fisik
yang lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas,
kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual, pada masa ini
pertumbuhan berkembang pesat. Oleh karena itu, masa ini sering disebut juga sebagai
“periode tenang” sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja, meskipun
merupakan masa tenang, tetapi hal ini tidak berarti bahwa pada masa ini tidak terjadi
proses pertumbuhan fisik yang berarti.

2.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah


Antara usia 7 sampai 12 tahun, yaitu pada tahapan operasianal konkret, anak-anak
menguasai berbagi konsep konservasi untuk melakukan manipulasi logis lainya. Misalnya,
mereka dapat menyusun benda berdasarkan dimensi, seperti tinggi dan berat. Mereka juga
dapat membentuk penyajian mental mengenai serangkain tindakan. Anak-anak yang berumur
lima tahun dapat mencari jalaqn sendiri ke rumah temenya tetapi tidxak dapat menunjukkan
kepada anda atau menelusuri rute atau menelusuri dengan kertas dan pensil. Mereka dapat
mencari jalan karena mereka tahu harus membelok pada tempat-tempat tertentu, tetapi
mereka tidak mempunnyai gambaran rute secara keseluruhan. Sebaliknya anak-anak berumur
8 tahun sanggup menggambarkan peta rute itu.
Pieget menamakan masa ini tahapan operasional konkret: meskipun anak-anak memakai
istilah abstrak, mereka hanya memakai dalam hubungannya dengan objek yang konkret.
Sebelum mencapai tahapan akhir perkembangan kogniti, pada tahapan operasional formal,
yang dimulai sekitar usia 11 sampai 12 tahun, anak-anak sanggup berfikir logis dengan
berbagai istilah simbolik murni (Dharma & Andryanto, 2010).
Stadium pemahaman moral pieget ketiga dimulai pada sekitar waktu ini. Anak mulai
menghargai bahwa beberapa peraturan adalah kebiasaan sosial- persetujuan bersama yang
dapat sekehandak hati diputuskan dan di ubah jikan semua setuju. Realismemoral anak moral
anak juga menyatakan: saat membuat pertimbangan moral, anak sekarang memberikan bobot
pada pertimbangan “subjektif” seperti maksuk seseorang, dan mereka memandang hukuman
sebagai keputusan manusia, bukan retribusi dari kekuatan yang lebih tinggi.
Awal stadium operasional formal juga timbul bersamaan dengan stadium keempat dan
terakhir pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak kecil menumjukkan minatnya
dalam membuat peraturan bahkan untuk menghadapi situasi yang belum yang belum pernah
mereka jumpai. Stadium ini ditandai oleh model ideologis penalaran moral, yang menjawab
masalah sosiol yang lebih luas ketimbang hanya situasi personal dan interpersonal.
1. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektuan, atau melaksnakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan
intelektual atau kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis dan menghitung).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat
imajinatif, berangan-angan (berkhayal), sedangkan pada usia SD daya pikirnya sudah
berkembang kearah berfikir konkret dan rasional (dapat diterima akal). Pieget
menamakannya sebagai masa operasi konkrit. Pieget menamakannya sebagai masa
operasi konkret, masa berakhirnya berfikirn khayal dan mulai befikir konkret
(berkaitan dengan dunia nyata).
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasiakn (mengkelompokkan), menyusun, atau mengasiosikan
(menghubungkan atau manghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang
berkaitan dengan perhitungan (angka), seoerti menambah, mengurangi, mengalikan,
dan membagi. Di samping itu, pada masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) yang sedarhana.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjdi
dasardiberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir atau
daya nalarnya. Kepada anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan, seprti
membaca, menulis dan berhitung. Di sampin itu, kepada anak diberikan juga
pengetahuan-pengetahuan tentang manusian, hewan lingkungan alam sekitar dan
sebagainya. Untuk mengembangkan daya nalarnya dengan melatih anak untuk
mengungkapkan pendapat,gagasan atau penilaiannya terhadap berbagai hal, baik yang
dialaminya maupun peristiwa yang terjadi dilingkunganya.
Dalam rangka mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal ini
guru seyogyanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan
pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaaran yang
dibacanya atau yang dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan (hasil
study tour atau diskusi kelompok).
2. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi denagan dengan orang lain. Dalam pewngertian
ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak menggunakan kata-kata,
kalimat bunyi, lambang, tuilsan. Denagan bahasa, semua manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Usia sekoalah dasar ini merupakan msa perkembangan pesatnya kemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini,
anak suadah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun)
telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampilan
membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak suadah gemar membaca atau
mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan / petualagan, riwayat
para pahlawan, dsb). Pada masa ini tingkat berfikir anak suadah lebih maju, dia
banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang
dipergunakan pun yang semula hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan
pertanyaan :”dimana”, “darimana”, “kemana”,”mengapa”, dan “bagaimana”.
Terdapat dus faktor penting yang mempemgaruhi perkembangan bahasa, yaitu
sebagai berikut:
a. Proses menjadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-
organ suara/bicara sudah berfungsi ) untuk berkata-kata.
b. Proses belajar, yang berati bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasaorang lain dengan jalan mengimitasikan atau meniru
ucapa/kata-kata yang didengarnya.
Di sekolah, diberikan pelajaran bahasa yang didengan sengaja menambah
pembendaharaan katanya,mengajar menyusun struktur kalimat, peribahasa,
kesusastraan dan keterampilan mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini,
diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakan sebagai alat untuk:
a. Berkomunikasi dengan orang lain,
b. Menyatakan isi hatinya (perasaannya),
c. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya,
d. Berfikir (menyatakan gagasan atau pendapat),
e. Mengembangkan kepribadiannya, seprti menyatakan sikap dan kenyakinan.
3. Perkembangan sosial
Maksud perkembengan sosial disni adalah pencapai kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-
anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan
keluarga juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group)
atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah tembah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatiakn kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadapat kegiatan-
kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi
anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam
kelompoknya.
Berkat perkembangan sosil, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok
teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalm proses
belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau
dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga
fisik (seperti: membersihkan kelas dan halaman sekolah), maupun tugas yang
membutuhkan pikiran (seperti: merencanakan kegiatan camping, membuat rencana
study tour).
4. Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahawa pengungkapan emosi
secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi
diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam proses
peniruan, kemampuan orang tua daal mengendalikan emosinya sangat berpengaruh.
Emosi-emosi yang secara dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah
marah, takut, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senagng,
nikmat, atau bahagia).
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu,
dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan
senang, bergairah, bersemangt atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu
untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan
penjelasan guru, membaca buku,aktif dalam diskusi, mengerjakan tugas, dan disiplin
dalam belajar.
5. Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar sah atau baik-buruk)
pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak mengerti
konsep moral ini, tetapi lambat laun anak akan memahaminya. Usaha menanamkan
konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya, karena
informasi yang diterima anak mengenai benar- salah atau baik-buruk akan menjadi
pedoman pada tingkah lakunya di kemudian hari.
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari
orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat
memahami alasan yang mendasari suatu peratuaran. Di samping itu , anak sudah
dapat mengasosiakan satiap bentuk perilaku dengan konsep benar-benar atau baik-
buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan
tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Seadangkan
perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu
yang benar/baik.
6. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai dengan ciri-
cirisebagai berikut:
a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.
b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan
kaiadah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai
manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual
diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama
sebagai kelanjutan periode sebrelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembetukan atau pendidikan yang diterimanya. Berkaitan
denag hal tersebut, pendidikan disekolah dasar mempunyai peranan yang sangat
penting. Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran, pembiasan, dan penanaman
nilai-nilai) di sekolah dasar harus menjadi perhatian semaua pihak yang terlibat dalam
pendidikan di SD, bukan hanya guru agama tetapi kepala sekolah dan guru-guru yang
lainnya. Apabila semua pihak yang terlibat.
7. Perkembangan Motorik
Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan
motorik anak sudah dapat terkodinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras
dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal
untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis,
menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg, main bola, dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran
proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karaena
itu, perkembangan motorik sanagat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Pada masa usia sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya
dicapainya, karaena itu mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan (Yusuf,
2016).
Sesuai perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat
diajarkan :
a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
b. Keteramilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima, menendang,
dan memukul).
c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan sebagainya.
d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban, dan
kedisiplinan.
8. Perkembangan fisik
Perkembangan fiusik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa
remaja yang pertumbuhannya sangat cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh
anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik. Anak lebih tinggi, lebih berat,
lebih kuat serta belajar berbagai keterampilan. Kenikan tinggi dan berat badan
bervariasi antara anak satu dengan yang lain. Peran kesehatan dan gizi sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
9. Perkembangan Bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak
belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin
banyak pembendaharaan kat yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi
yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh
orang lain. Hal ini mendorong anak untuk meningkatkan pengertiannya.
10. Kegiatan Bermain
Permainan yang disukai cenderung kegiatan bermain yang dilakukan secara
kelompok, kecuali anak-anak yang kurang diterima di kelompoknya dan cenderung
memilih bermain sendiri. Bermain yang sifatnya menjelajah, ketempat-tempat yang
belum pernah dikunjungi baik dikota maupun di desa mengasikkan bagi anak.
Permainan konstruktif yaitu membangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk
permainan yang disukai anak serta mampu mengembangkan kreativitas anak.
Bernyayi meerupakan bentuk kegiatan kreatif lainnya. Sealain itu bentuk permainan
kelompok yang disenangi meruoakan permainan oleh raga seperti basket, sepak bola,
voleydan sebagainya. Jenis permainan ini membantu perkembangan otok dan
perkembangan tubuh.
11. Usia 10-12
Pada usia 10-12 tahun, perhatian membaca puncaknya. Materi bacaan semakin
luas. Anak-anak laki menyenangi hal-hal yang sifatnya menggemparkan, misterius,
dan kisah-kisah pertualangan. Anak perempuan menyenagi cerita kehidupan seputar
rumah tangga. Teman sebaya umumnya dalah teman sekolah dan teman bermain di
luar sekolah. Pengaruah teman sebaya sangat besar bagi arah perkembangan anak
baik yang bersifat positf maupun negatif. Pengaruh positif terlihat pada
pengembanagan konsep diri dan pertumbuhan harga diri. Hanya ditengah-tengah
teman sebaya anak bisa merasakan dan menyadari bagaimana dan dimana kedudukan
atau posisidirinya. Keinginan untuk berada ditengah-tengah temannya membawa
anak untuk keluar rumah menemuinya sepulng sekolah. Anak merasakan kesepian
dirumah, tiada teman. Kegiatan denag teman sebaya ini meliputi belajar bersama,
melihat pertunjukan, bermain, masak-masakkan, dan sebagainya. Mereka sering
melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan orang dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, A., & Andryanto, M. (2010). Pengantar Psikologi . Jakarta: Erlangga.

Gunarsa, D. S. (2016). Psikologi Praktis: Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.

Moehji, S. (2009). Nutritional Science. Jakarta: Publisher of Sinar Sinarti Papas.

Santrock, J. W. (2017). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Supariasa, & Hardiansyah. (2016). Nutrition Theory & Application. Jakarta: Book EGC
Medicine.

Yusuf, S. (2016). Psychology of Child and Adolescent Development. Bandung: PT. Teen
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai