PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
2.1 Apa itu Oksigenasi?
2.2 Apa saja konsep yang dapat memenuhi kebutuhan oksigenasi?
2.3 Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi?
2.4 Bagaimana prosedur kerja dalam kebutuhan oksigenasi?
2.5 Apa saja gangguan dalam kebutuhan oksigenasi?
3. Tujuan
3.1 Untuk mengetahui definisi kebutuhan oksigenasi.
3.2 Untuk mengetahui konsep pemenuhan dalam kebutuhan oksigenasi.
3.3 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenisasi.
3.4 Untuk mengetahui bagaimana prosedur kerja oksigenasi
3.5 Untuk mengetahui apa saja gangguan kesehatan dalam kebutuhan oksigenasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
(Kristina (2013) dalam Saryono dan Widianti, 2010.
Saluran pernapasan ini terdiri dari empat bagian yaitu hidt ng, faring, laring,
dan epiglotis. Saluran ini berguna sebagai mekanisme filter, penghangatan, dan
pengaturan ke- lembapan udara yang masuk.
2.2.1.1.1 Hidung merupakan bagian tubuh di mana proses oksigen- asi dimulai.
Nares anterior yang terdapat pada hidung mengandung kelenjar
sebaseus yang tertutup oleh rambut. Nares anterior bermuara ke rongga
hidung di mana bagian ini dilapisi selaput lendir dan mempunyai
pembuluh darah. Ketika udara masuk melalui hidung, rambut kasar
akan menyaring udara untuk kemudian dihangatkan dan dilembapkan.
Selain sebagai bagian penting saluran pernapasan manusia, hidung
juga mempunyai fungsi penting untuk membunuh kuman yang masuk
ketika udara dihirup.
2.2.1.1.2 Faring (tekak) merupakan bagian saluran pernapasan yang berbentuk
pipa berotot dan terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dasar
tengkorak, sampai dengan esofagus. Dalam kaitannya dengan
pernapasan, faring mempunyai fungsi sebagai pembatas atau
persimpangan jalan makanan dan jalan pernapasan. Faring dibedakan
menjadi tiga bagian berdasarkan letaknya, yaitu nasofaring yang
berada di belakang hidung, orofaring di belakang mulut, dan
laringofaring di belakang laring.
2.2.1.1.3 Laring (pangkal tenggorokan) adalah bagian saluran pernapasan yang
berfungsi dalampembentukan suara. Laring terdiri dari bagian tulang
rawan yang terikat ligamen vang bersambung di garis tengah bersama
membran dengan dua lamina
2.2.1.1.4 Epiglotis (katup tulang rawan) adalah bagian saluran pernapasan yang
berfungsiuntuk menutup laring saat teriadi proses menelau makanan
atau minuman.
2.2.1.2. Saluran Pernapasan Bawah
Saluran pernapasan ini terdiri dari empat bagian yaitu trakea, bronkus,
bronkiolus serta paru-paru. Saluran ini di perlukan untuk mengalirkan udara dan
memproduksi surfaktan.
2.2.2.1 Ventilasi
2.2.2.2 Difusi
2.2.2.3.1 Curah jantung, dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan isi
sekuncup.
2.2.2.3.2 Pembuluh darah, jika pembuluh darah menyempit maka proses
transportasi dapat terganggu.
2.2.2.3.3 Aktivitas fisik berat dapat menghambat transportasi oksigen.
Kemampuan dilatasi dan kontriksi dapat dipengaruhi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis dari saraf otonom. Proses ini terjadi karena ujung saraf
mengeluarkan neurotransmitter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang dapat
memengaruhi bronkhodilatasi dan parasimpatis mengeluarkan asetikolin yang
memengaruhi bronk- hokonstriksi), Hal ini terjadi sebab adanya reseptor dan
adrenergik dan reseptor kolinergik pada saluran pernapasan. Berikut bagan
pengaruh saraf otonom terhadap oksigenasi.
Pelebaran saluran pernapasan dapat disebabkan oleh semua hormon dan obat-
obatan yang bersifat parasimpatis seperti Sulfas Atropin sedangkan obat-obatan
yang dapat menyempitkan saluran pernapasan seperti Ekstrak Belladona dan obat
adrenergik tipe beta.
Bersin dan batuk adalah gejala-gejala yang menanda- kan bahwa seseorang
alergi terhadap sesuatu. Jika rangsangan berada pada nasal, maka akan
menyebabkan bersin Jika rangsangan berada di saluran pernapasan atas, maka
akan menyebabkan batuk dan rhinitis. Jika pada saluran bagian bawah, terjadi
rangsangan alergi. Alergi tersebut disebabkan oleh banyak hal seperti debu,
makanan, cuaca dingin, bulu binatang, dan sebagainya.
Pemberian oksigen kepada klien dapat melalui tiga cara, yaitu melalui
kateter nasal, kanula nasal, dan masker oksigen.
2.4.2 Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah terjadinya hipoksia
2.4.3 Alat dan Bahan :
1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. Kateter nasal, kanula nasal, atau masker
3. Vaselin/jeli
2.4.4 Prosedur kerja
2.4.4.1 Pemberian Oksigen Melalui Kateter Nasal
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna
bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk
kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim
paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk
kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim
paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada
ini meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi.
Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan
jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra
indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas
operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang
rangsang.
Persiapan Alat:
1. Bantal ( 2 atau 3 buah)
2. Tisue
3. Segelas Air hangat
4. Sputum Pot
Prosedur Pelaksanaan:
1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi, semi-Flower bersandr ke kanan, ke kiri lalu ke depan apabila
daerah yang akan didrainase pada lobus atas bronkus apical.
4. Tegak dengan sudut 45° membungkuk ke depan pada bantal dengan 45°
ke kiri dan kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus posterior.
5. Berbaring dengan bantak dibawah lutut apabila yang akan didrainase
bronkus anterior.
6. Posisi Trendelenburg dengan sudut 30° atau dengan menaikan kaki tempat
tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan didrainase pada
lobus tengah (bronkus lateral dan medial).
7. Posisi Trendelenburg dengan sudut 30° atas dengan menaikkan kaki
tempat tidur ke kanan apabila daerah yang akan didrainase bronkus
superior dan inferior.
8. Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang didrainase bronkus
apical.
9. Posisi Trendelenburg dengan sudut 45° atau dengan menaikan kaki tempat
tidur 45-50 cm, sedikit miring ke kanan apabila yang akan didrainase pada
bronkus medial.
10. Posisi Trendelenburg dengan sudut 45° atau dengan menaikan kaki tempat
tidur 45-50 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan didrainase pada
bronkus lateral.
11. Posisi Trendelenburg dengan sudut 45° dengan bantal di bawah panggul,
sedikit miring ke kanan apabila yang akan didrainase pada bronkus
posterior.
12. Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudia periode
selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.
13. Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.
14. Setelah pelaksanaan drainase postural lakukan clapping, vibrasi, dan
pengisapan (suction).
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakkukan.
2.4.6.2 Clapping dan Vibrasi
1. Clapping/ Perkusi Dada
Perkusi atau disebut clapping adalah tepukkan atau pukulan ringan pada
dinding dada klien menggunakan telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk,
tepukan tangan secara berirama dan sistematis dari arah atas menuju
kebawah.Selalu perhatikan ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan
nyeri. Setiap lokasi dilakukan perkusi selama 1-2 menit.
(ilustrasi tangan saat melakukan clapping)
Cupping adalah menepuk-nepuk tangan dalam posisi telungkup.
Clupping menepuk-nepuk tangan dalam posisi terbuka.
Tujuan untuk menolong pasien mendorong / menggerakkan sekresi
didalam paru-paru yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat, dilaksanakan
dengan menepuk tangan dalam posisi telungkup. Clapping atau perkusi dilakukan
pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau melonggarkan secret yang
tertahan.
Indikasi Klien Yang Mendapat Perkusi Dada perkusi secara rutin
dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi
postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Persiapan Alat :
Prosedur Pelaksanaan:
1. Ikuti protokol standar umum dalam intervensi keperawatan seperti
perkenalkan diri perawat, pastikan identitas klien, jelaskan prosedur dan
alasan tindakan, cuci tangan.
2. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian tipis
untuk mencegah iritasi kulit dan kemerahan akibat kontak langsung.
3. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan
relaksasi
4. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk.
5. Secara bergantian lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara
cepat untuk menepuk dada.
6. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.
7. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cedera seperti mamae, sternum,kolumna spinalis, dan ginjal.
8. Cuci tangan
2. Vibrasi
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang
diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase ekshalasi
pernapasan.Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi
udara ekspirasi sehingga dapat melepaskan mucus kental yang melekat pada
bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian.
Obstruksi jalan napas terjadi sebab seseorang tidak mampu untuk batuk secara
efektif diakibatkan oleh sekret yang berlebihan atau kental. Ada beberapa hal
yang menyebabkan obstruksi jalan napas di antaranya adalah infeksi,
immobilisasi, statis sekresi dan penyakit saraf seperti cerebro vascular accident
(CVA), efek samping obat sedatif, dan lain-lain. Seseorang dengan obstruksi jalan
napas akan menunjukkan beberapa tanda klinis seperti: