Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMAPTOE
RUANG GARDENIA
RSUD dr.DORIS SILVANUS PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH
NAMA :SATRIANA
NIM :PO.62.20.1.18.072

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN DIPLOMA III KEPERAWATAN
REGULER XXI
2019
I. PENGERTIAN
Hemaptoe (batuk darah) adalah darah berdahak yang dibatukkan yang
berasal dari saluran pernafasan bagian bawah. Dikatakan batuk darah masif
apabila jumlah darah yang keluar 600 ml dalam waktu 24 jam. Hemaptoe
adalah ekspetorasi darah / mukus yang berdarah (Anonimous, 2012).
Hemaptoe (hemoptysis) adalah batuk dengan sputum yang mengandung darah
yang berasal dari paru atau percabangan bronkus (Kusmiati & Laksmi, 2011).
Hemaptoe diklasifikasikan menjadi (Tafti SF dkk, 2005):
1. Hemaptoe masif : perdarahan lebih dari 200cc per 24 jam
2. Hemaptoe moderat : perdarahan kurang dari 200cc per 24 jam
3. Hemaptoe ringan : sputum dengan bercak darah.

II. PATOFISIOLOGI
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari
cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada
jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya
untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis
yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya
perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi
beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus
yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari
perdarahan pada hemoptoe.
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah
menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk
menimbulkan batuk darah.
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada
pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti
pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
4. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s
syndrome.
5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan
aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang
pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran
pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya
anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah
pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif.
6. Invasi tumor ganas
7. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi
ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.
III. TANDA DAN GEJALA

Saluran nafas yang di lalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan
alveoli, di dalamnya terdapat suatu system yang sedemikian rupa yang dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli.terdapat juga suatu system pertahana
yang memeungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat di keluarkan dengan
baik melalui batuk ataupun bersin,paru-paru di bungkus dengan plura,plura ada yang
menempel langsung pada paru-paru yang di sebut plura visceral,sedangkan plura yang
menempel pada dinding rongga dada disebut plura parietal.Adapun tanda dan gejalanya
yaitu sebagai berikut :
1. Batuk darah
Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah, umumnya terjadinya
perdarahan karena robeknya saluran pernafasan sehingga pembuluh darah di
bawahnya ikut robek dan darah menjadi keluar adanya cairan darah kemudian
di keluarkan oleh adanya batuk. ( Azizah,2009 )
2. Sesak nafas
Karena adanya tahanan atau ketidak bersihan jalan nafas yang menyumbat jalan
nafas menjadi tidak bersih yang menjadikan sesak nafas ( Azizah,2009 ).
3. Riwayat perokok dan minuman beralkohol
Riwayat merokok dapat menyebabkan sesak nafas karena seorang yang
memiliki riwayat merokok yang menahun pada pembuluh darah menyempit di
karenakan adanya flag-flag di pembuluh darah ketika menyempit oksigen yang
mengalir akan mengurang.
4. Penyakit TBC (tuberculosis)
Batuk darah adalah salahsatu dari sekian gejala TBC,tapi biasanya merupakan
gejala lanjut.Perbedaan batuk darah karena TBC dengan penyakit lain yaitu
TBC biasanya di sertai keluhan lainya,seperti napsu makan menurun demam
yang tidak terlalu tinggi,badan terasa lebih berkeringat sedangkan batuk darah
karena penyakit lain tanpa gejala hanya batuk darah biasa yang di sebabkan
karena kelaina jantung atau karena infeksi lainya.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan suhu tubuh bika panas maka ada proses peradangan
Auskultasi : terdengar suara rales kemungkinan menunjukan lokasi adanya
aspirasi,ronki menetap,wheezing lokal,kemungkinan penyumbatan oleh ca,dan
pembekuan darah.friction rub : emboli paru,infark paru.
Clubing finger : bronkiektasis.neoplasma.
2. Labolatorium
Pemeriksaan hemoglobin
Pemeriksaan faal hemeostasis dan lainya
3. Radiologi
Pemeriksan rongen thorak AP/PA lateral
Pemeriksaan CT_Scan
4. Pemeriksaan khusus
 Mematikan asal darah,perdarahan berulang,jumlah darah,warna darah dan
lama perdarahan
 Pemeriksaan seputum,bakteriologi,dan sitologi
 Bronkoskopy

V. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tujuan umum
a. membersihkan jalan nafas
b. mencegah aspirasi
c. menghentikan perdarahan dan dan pengobatan penyakit dasar
2. Konservative
Hemaptoe sedikit ( < 200 ml/24 jam ) dapat berhenti dengan pengobatan
farmakologi : pemberia obat codein deorin penyakit dasar badrest total,tenang,

3. Tindakan invasif
rigit bronkoskopi,mebuka jalan nafas,pemasangan endotrakeal untuk suction
darah lebih mudah
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hemaptoe. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap klien digunakan:
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
(Ignatavicius, Donna D, 1995)
c) Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara
umum perawat menanyakan tentang :
Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker
paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat
jarang menimpa non perokok.
Anamnesis harus mencakup hal-hal:
 Usia mulainya merokok secara rutin.
 Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
 Usia melepas kebiasaan merokok.
 Pengobatan saat ini dan masa lalu
 Alergi
 Tempat tinggal
d) Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru
sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu:
1) Penyakit infeksi tertentu: khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu
orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan
orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu
predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin
dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
3) Pasien bronchitis kronik, mungkin bermukim di daerah yang polusi
udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik,
hanya memperburuk penyakit tersebut.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
 Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
 Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
 Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
 Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi,
massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan
lordosis.
 Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan
dada.
 Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan
diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
 Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase
ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang
memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering
ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COP.
 Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP)
dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2
sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
 Kelainan pada bentuk dada
 BarrelChest Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi
peningkatan diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
 Funnel Chest (Pectus Excavatum) Timbul jika terjadi depresi dari
bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan
pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat
timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
 Pigeon Chest (Pectus Carinatum) Timbul sebagai akibat dari
ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP, timbul
pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
 Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau
tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru
atau pleura.
 Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang
dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
2. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile
premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi
seperti : massa, lesi, bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien
mengeluh nyeri. Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara Perkusi.
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang
ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi
Suara perkusi normal: Resonan (Sonor): bergaung, nada rendah. Dihasilkan
pada jaringan paru normal. Dihasilkan di atas bagian jantung atau paru. Suara
Perkusi Abnormal: Hiperresonan Flatness: bergaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang abnormal
berisi udara
3. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara
nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara. Suara nafas normal
dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,
dengan sifat bersih.
Suara nafas normal:
 Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar
keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih
panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase
tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
 Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan
vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang
sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di
daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
 Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan. Suara
nafas tambahan
 Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan
aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit. v Ronchi : terdengar
selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan,
nyaring, suara mengorok terus-menerus, berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum.
 Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter
suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada
daerah pleura. Sering kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas
dalam.
 Crackles Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah
yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang
digesekkan.
 Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.
4. Pengkajian Psikososial
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh
terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress.
Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran
keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan,
pekerjaan atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme koping,
perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan
mencari jalan keluarnya.
II. ANALISA DATA
Data fokus Masalah Kemungkinan Penyebab
(Subjektif dan Objektif)
Ds: pasien mengatakan Nyeri akut Agen pencedera fisiologis
nyeri pada dada bagia (inflamasi) peradangan
kanan
Pasien mengatakan
nyeri seperti tertusuk-
tusuk
Do: pasien tampak
meringis
Pasien tampak gelisah
Skala nyeri 4(0-10)
sedang
Ds: pasien mengatakan Gangguan pertukaran gas Perubahan membran
pusing alveolus-kapiler
Do: pasien tampak
gelisah
Pola apas cepat/lambat
Ttv:
Td: 170/90 mmHg
N: 81x/menit
Rr: 20x/menit
S: 37`C

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi) peradangan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1 Nyeri akut Setelah dilakukan a. Identifikasi skala a. Membantu
berhubungan tindakan nyeri mengevaluasi gejala
dengan agen keperawatan 1x7 b. Identifikasi nyeri
pencedera fisik jam, diharapkan durasi nyeri b. Mengidentifikasi
(fraktur) skala nyeri pasien c. Monitor efek durasi nyeri
berkurang dengan samping c. Mengurangi gejala
kriteria hasil: penggunaan nyeri
a. Pasien analgetik
mengatakan
nyeri
berkurang/hilang
b. Pasien tampak
rileks
c. Skala nyeri
berkurang

Gangguan
2 pertukaran gas Setelah dilakukan a. Monitor a. Memonitor
keperawatan 1x7 kecepatan aliran kecepatan aliran
jam, diharapkan oksigen oksigen
pasien mampu: b. Monitor aliran b. Memonitor aliran
a. Pasien oksigen secara oksigen secara
mengatakn periodik dan periodik dan
pusing pasien pastikan fraksi pastikan fraksi yang
menurun yang diberikan diberikan cukup
b. Pasien tampak cukup c. Memantau ttv
rileks c. Kolaborasi terutama tekanan
penentuan dosis darah pasien
oksigen

V. EVALUASI
 Nyeri berkurang atau hilang
 Lancarnya jalan nafas
 Tubuh pasien rileks
 Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami
VI. DAFTAR PUSTAKA

Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based


Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.

Keliat,budianna dkk. 2015 diagnosis keperawatan: klasifikasiondan klasifikasi NANDA 2015


2017edisi 10, Jakarta : EGC
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Kusmiati & Laksmi, 2011.batuk dengan sputum yang mengandung darah yang berasal dari
paru atau percabangan bronkus Jakarta : EGC

PPNI.2016. Standar Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

PPNI.2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesai. Jakarta: DPP PPNI

PPNI.2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai