3. Skin Traksi
Traksi yang dilakukan pada area kulit
melalui tali penarik, spon karet yg
dilekatkan di kulit.
Beban traksi : 2-3 kg sedang untuk pelvic
biasanya 4,5 – 9 kg.
Hindarkan lipatan dan lepasnya balutan
traksi, pertahankan posisi netral.
Pastikan traksi kulit merekat erat dg
spon dan plesternya.
Contoh : Skin Buck, Traksi Russel
SKIN BUCK
Jenis
traksi kulit dimana tarikan diberikan
dlm satu bidang.
Pemberat
harus bisa melawan daya
pemendekan akibat spasme otot.
Prinsip Perawatan Traksi :
Minimalkan kontratraksi (gaya yg bekerja dengan
arah yg berlawanan).
Traksi skelet tidak boleh terputus.
Pemberat tidak boleh diambil/ diangkat.
Pemberat harus tergantung bebas.
Tubuh pasien sejajar dg pusat TT ketika traksi
dipasang.
Tali tidak boleh macet.
Simpul tali tdk boleh menyentuh katrol.
Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Terpasang Traksi
PENGKAJIAN
Data Yang Harus Didapatkan b/d :
1. Dampak psikologi dan fisiologi pada
muskuloskeletal.
Takut, bingung, disorientasi dan merasa
terkungkung pd tempat &waktu yg lama.
Kaji pengaruh pemasangan traksi pd fungsi tubuh.
Lanjutan Pengkajian Klien Dg Traksi….
3. Imobilitas
Dampak imobilisasi pd kulit, respirasi,
gastrointestinal, kardiovaskuler, perkemihan.
Keluhan : ulkus, kongesti paru, konstipasi, anorexia,
statis kemih, ISK, Homan +.
Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya pengetahuan mengenai program
terapi.
Intervensi :
Jelaskan masalah patologis yang dialami klien
yg mengakibatkan hrs di traksi.
Jelaskan tetang terapi traksi.
2. Ansietas b/d status kesehatan,
dan alat traksi.
Intervensi :
Jelaskan tentang tujuan, prosedur dan implikasi
pemasangan traksi.
Ciptakan suasana yang dpt mengurangi perasaan
terkungkung/ terisolasi : Observasi & komunikasi dr
perawat, kunjungan orang terdekat.
3. Nyeri & ketidaknyamanan b/d traksi dan
imobilisasi.
Intervensi :
Sebelum traksi dipasang, atur TT klien : kasur
hrs padat, bagian bwh kasur beri papan dan
siapkan bantalan kasur khusus untuk
menghindarkan tjd ulkus.
Tekanan pd bagian tbh yg tergantung dpt
dihilangkan dg merubah posisi dlm batas
traksi.
Linen dlm keadaan kencang dan kering.
Kaji status neurovaskuler klien.
4. Kurang perawatan diri: makan,
hygiene, toileting b/d traksi.
Intervensi :
Bantu penuhi kebutuhan perawatan
diri klien sesuai tingkat
kemandiriannya.
Bila ada, gunakan TT yg dilengkapi dg
alat penjangkau dan gantungan untuk
memudahkan aktivitas maksimal
klien.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d
proses penyakit dan traksi.
Intervensi :
Latih rentang gerak pd otot yg tidak
diimobilisasi untuk meminimalkan
akibat imobilisasi.
Pastikan selama latihan rentang gerak
tsb, gaya tarikan traksi tetap dpt
dipertahankan pd kesejajaran
6. Potensial komplikasi : dekubitus, Kongesti paru,
anorexia, konstipasi, isk , tekanan syaraf,
kerusakan sirkulasi b/d traksi
Intervensi :
Observasi area penekanan thd dekubitus.
Beri bantalan pelindung pd area yang
tertekan.
Lakukan prwtn khusus pd punggung tiap 2
jam.
Berikan reposisi dlm batas terapeutik.
Observasi suara paru-paru klien
lanjutan intervensi DP 6….
Bila
traksi pd tungkai, kaji kemampuan klien
menggerakkan jari dan kakinya. (Bila klien tdk
mampu melakukan dorsofleksi, dan ada gerakan inversi
kaki kemungkinan ada tekanan pd syaraf peroneus).
Bilatraksi di lengan, kaji kemampuan abduksi
jari kelingking.(Menunjukkan fungsi syaraf ulnanris)
Lepasboot spon 3 kali sehari dg tujuan inspeksi.
Lakukan perawatan pada area penusukan pen.