Anda di halaman 1dari 14

RANCANGAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh:

ANGGELINA NATALIA DERAMIKA

PO.62.20.1.17.316

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER IV
TAHUN 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

SUB POKOK :TB Paru dan Etika Batuk

SASARAN : Klien dan Keluarga

PEMATERI : Anggelina Natalia Deramika

HARI/TANGGAL : 04 Mei 2020

WAKTU : 09.00-9.30 WIB (30 menit)

I. Latar Belakang
Indonesia saat ini menduduki peringkat kedua dunia dalam insidensi tuberkulosis
terbanyak setelah India (WHO 2015). Perkiraan (estimasi) insidensi semua tipe
tuberkulosis tahun 2013 di Indonesi adalah sebanyak 460.000 kasus. Penemuan kasus
baru tuberkulosis di indonesia tahun 2014 berjumlah 285.254 kasus dan 62% dari jumlah
tersebut merupakan tuberkulosis paru BTA positif (laporan data masuk mencapai 91%.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit radang parenkim paru karena adanya infeksi
kuman Mycrobacterium tuberkulosis. Tuberkulosis termasuk suatu pneumonia, yaitu
pneumonia yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberkulosis.Tuberkulosis paru
mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20%
selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonal (Djojodibroto, R.Darmanto, 2011).
Penyakit TB Paru adalah penyakit infeksi dan menular yang menyerang paru-paru
yang disebabkan oleh kuman Micobacterium Tuberkulosis.
Saat ini secara epidemilogi menurut WHO terdapat 10 – 12 juta penderita TB Paru
dan mempunyai kemampuan untuk menular, dengan angka kematian 3 juta penderita tiap
tahun, dan keadaan tersesebut 75 % terdapat di Negara yang sedang berkembang dengan
sosial ekonomi rendah seperti Indonesia. Di Indonesia penyakit TB Paru merupakan
penyakit rakyat nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga.Prevalensi BTA positif
adalah 0,3 % (1982).Prevalensi pasien di dunia saat ini adalah sekitar 20 juta orang dan
terdapat 3 juta pasien yang meninggal setiap tahunnya karena TB Paru, dan pada survey
kesehatan rumah tangga (SKRT).

II. Tujuan Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan tentang pencegahan TB Paru dan Etika batuk pada
klien dan keluarga dapat mengetahui cara pencegahan penyakit TB Paru.

III. Tujuan Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan tentang penyakit TB Paru pada klien dan keluarga
dapat:
1. Menjelaskan pengertian Tuberkulosis
2. Menjelaskan penyebab penyakit Tuberkulosis
3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Tuberkulosis
4. Menjelaskan bagaimana cara penularan penyakit Tuberkulosis
5. Menjelaskan bagaimana pengobatan dari penyakit Tuberkulosis
6. Menjelaskan bagaimana pencegahan dari penyakit Tuberkulosis
7. Menjelaskan bagaimana etika batuk yang baik dan benar

IV. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


1 Pendahuluan  Membuka kegiatan - Menjawab salam 5 menit
dengan mengucapkan - Mendengarkan
salam - Memperhatikan
 Memperkenalkan diri
 Kontrak waktu
 Menyebutkan materi
yang akan diberikan.
 Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
2 Penyajian  Penyuluh - Mendengarkan dengan 15 menit
menyampaikan materi penuh perhatian dan
TB Paru dan etika konsentrasi
batuk
a. Pengertian
Tuberkulosis
b. Penyebab penyakit
Tuberkulosis
c. Tanda dan gejala
penyakit
Tuberkulosis
d. Cara penularan
penyakit
Tuberkulosis
e. Pengobatan dari
penyakit
Tuberkulosis
f. Pencegahan dari
penyakit
Tuberkulosis
g. Etika batuk yang
baik dan benar

3 Evaluasi - Memberikan - Menanyakan hal-hal 5 menit


kesempatan kepada yang belum jelas
pasien dan keluarga - Memperhatikan
untuk bertanya jawaban yang diberikan
- Menjawab pertanyaan - Menjawab pertanyaan
- Menanyakan kembali
mengenai materi
penyuluhan yang telah
disampaikan kepada
pasien dan keluarg

4 Penutup - Menyimpulkan - Mendengarkan 5 menit


- Salam penutup - Menjawab salam

V. GARIS BESAR MATERI (MATERI TERLAMPIR)


a. Pengertian Tuberkulosis
b. Penyebab penyakit Tuberkulosis
c. Tanda dan gejala penyakit Tuberkulosis
d. Cara penularan penyakit Tuberkulosis
e. Pengobatan dari penyakit Tuberkulosis
f. Pencegahan dari penyakit Tuberkulosis
g. Etika batuk yang baik dan benar

VI. METODA
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab

VII. MEDIA
Leaflet

VIII. SETTING TEMPAT

KETERANGAN:

:Penyaji

:Moderator

PESERTA :Observasi

:Fasilitator
IX. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
a. Penyaji : Anggelina Natalia Deramika
b. Moderator : Yesie Veronika
c. Observasi : Ayu Novita Sari
d. Fasilitator : Yuni monesa

X. Evaluasi
Evaluasi dengan tes formatif memberikan pertanyaan kembali mengenai perilaku
hidup bersih sehat
A. Evaluasi proses
- Peserta antusias dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh
penyuluh
- Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon positif
dari peserta.
- Peserta mengikuti kegiatan peuluhan sampai selesai dan tidak meninggalkan
tempat
- Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan secara
benar.
- Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan dengan
suasana rileks.
B. Evaluasi Hasil
Peserta mampu menjawab 50 % dari pertanyaan penyuluh dengan benar meliputi:
- Peserta mampu mengenal masalah penyakit tuberkulosis
- Peserta mampu menyebutkan penyebab penyakit tuberkulosis
- Peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala pada tuberkulosis
- Peserta mampu menyebutkan cara penularan penyakit tuberculosis
- Peserta mampu menyebutkan cara pengobatan dari tuberkulosis

- Peserta mampu mengerti pentingnya pencegahan pada penyakit tuberkulosis


- Peserta dapat menyebutkan bagaimana etika batuk
C. Pertanyaan yang di ajukan kepada sasaran
1. Apakah pengertian dari penyakit tuberkulosis?
2. Apa saja tanda gejala penyakit tuberkulosis?
3. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit tuberculosis ?
4. Bagaimana Etika batuk yang baik dan benar?

XI. DAFTAR PUSTAKA

 Elizabeth J powh. 2011. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

 Carpenito, L.J. 2015. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis,


edisi 6. Jakarta: EGC

 Sylvia.A.Price.2013. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis.Depkes RI : Jakarta.

 Mansjoer, A dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:


Media Aesculapius

 Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
XII. LAMPIRAN KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection.

B. Program Nasional Temukan dan Obati Sampai Sembuh TBC (TOSS TBC)

TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan karena adanya
kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan. TBC
adalah penyakit infeksi yang menular dan juga dapat menyerang organ tubuh, terutama
paru-paru.

Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan terbesar di dunia setelah


HIV. TBC harus ditangani dengan serius. Berdasarkan data dari World Health
Organization (WHO) di Indonesia kasus TBC mencapai angka 1.000.000 kasus. Dan
jumlah kematian akibat penyakit Tuberkulosis diperkirakan mencapai 110.000 kasus per
tahun.

TOSS TBC itu sendiri merupakan singkatan dari Temukan dan Obati Sampai
Sembuh TBC.

Salah satu pendekatan untuk menemukan, mediagnosis, mengobati, dan


menyembuhkan pasien TBC, untuk menghentikan penularan TBC di masyarakat.

Langkah-langkah TOSS TBC juga perlu diketahui, yaitu:

1. Temukan gejala di masyarakat

2. Obati TBC dengan tepat dan cepat


3. Pantau pengobatan TBC sampai sembuh

Gejala Tuberkulosis (TBC) yang dapat Anda ketahui:

1. Batuk lebih dari 2 minggu.

2. Mengalami sesak pada pernafasan

3. Berkeringat di malam hari tanpa aktivitas

Jika anda menemukan gejala-gejala diatas, maka segeralah berobat ke Puskesmas


atau klinik terdekat untuk segera diperiksa lebih lanjut.

Sebagai langkah pencegahan penularan TBC, anda harus memahami etika batuk
atau bersin sebagai berikut:

1. Gunakan Masker
2. Tutup mulut dan hidung dengan lengan atas bagian dalam
3. Tutup mulut dan hidung dengan tisu
4. Jangan lupa membuangnya ke tempat sampah
5. Cucilah tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir

Kementerian Kesehatan memberi perhatian khusus untuk hal ini, karena jika pengobatan
TBC tidak dilakukan dengan tepat dan cepat, maka kuman-kuman TBC akan menjadi kebal
terhadap pengobatan biasanya disebut Tuberculosis Multi-drug Resistant (TB MDR) atau
Tuberculosis Extensively-drug Resistand (TB XDR).

Kementerian Kesehatan juga menyatakan bahwa seluruh Puskesmas di Indonesia sudah


dapat memberikan Pelayanan Pengobatan TBC. Selain Puskesmas, Klinik, RS, serta dokter swasta
telah mampu memberikan pelayanan pengobatan TBC. Sudah 7 dasawarsa terakhir, kurang lebih
300.000 pasien Tuberkulosis diobati dan dilayani per tahunnya. Success Rate pengobatan
Tuberkulosis di Indonesia mencapai 90% pasien TB, yang berarti 90% pasien penderita
Tuberkulosis yang diobati dapat disembuhkan.

C. Penyebab
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobakterium
tuberculosis, kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun
saprofit. Ada beberapa mikobakteria patogen, tetapi hanya starin bovin dan human yang
patogenik terhadap manusia. Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intra seluler
yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini
memungkinkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari
pada bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan predilaksi penyakit tuberkulosis.

Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth J powh 2011:
414)

1. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif


2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi
kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4. Individu tanpa perawatan yang adekuat
5. Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi, by pass
gatrektomi.
6. Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Karibia)
7. Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8. Individu yang tinggal di daerah kumuh
9. Petugas kesehatan
D. Tanda dan Gejala
Adapun gejala-gejala klinis pada penderita tuberkulosa dapat bermacam-macam
atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah (Suparna, dkk IPD
jilid II, 2009)

1. Demam
Biasanya sub febris menyerupai demam influenza tapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh kembali, begitu
seterusnya hilang timbul, sehingga pederita malas tidak pernah berobat dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan
berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronnchus.
Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang. Sifat batuk mulai dari
yang kering, kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif. Keadaan ini
yang lanjut adalah berupa batuk darah (haemaptoe) karena terdapat permbuluh-
pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak Nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas, sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infasinya sudah setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan,
anoreksia makin kurus (BB menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam.

E. Cara Penularan
Penyakit tuberculosis (TB) bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan
pasienTB, seperti terpapar hembusan nafasnya, cairan tubuhnya, dan apabila
menggunakan sendok dan handuk secara bersamaan.

F. Cara Pengobatan
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di
daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada,
tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan
TBC adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6 – 9 bulan.
Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk meminum obat
dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya setelah 2-3 pekan
meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien menjadi malas meminum
obat dan kontrol ke dokter.
Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena sering
kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC
(resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras".
Hal ini harus dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.
Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan
menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya terjadi
pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran terganggu, kencing
seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa panas di
kaki/tangan, lemas, sampai mata/kulit kuning.
Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul pada
dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis, mengganti obat
dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.
Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun sebaiknya
harus diatur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih serius/berbahaya. Penyakit
TBC dapat dicegah dengan cara:
1. Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
2. Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat,
dan berolahraga.
3. Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini
secara rutin diberikan pada semua balita.
4. Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat
kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan
tubuhnya.

G. Cara Pencegahan
1. Untuk Pasien
a. Minum obat sampai habis sesuai petunjuk
2. Untuk Keluarga
a. Jemur kasur seminggu sekali
b. Buka jendela lebar-lebar agar udara dan sinar matahari bisa langsung masuk 
c. Menggunakan masker saat berbicara dengan pasien
3. Pencegahan Lain
a. Imunisasi BCG pada bayi
b. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi

H. Etika Batuk yang Baik dan Benar


Kebiasaan batuk yang salah
1. Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
2. Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat
batuk dan bersin.
3. Membuang ludah batuk disembarang tempat.
4. Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.
5. Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.

Cara Batuk yang Baik dan Benar

Hal-hal perlu anda perlukan:

1. Lengan baju
2. Tissue
3. Sabun dan air
4. Gel pembersih tangan

Etika Batuk

1. Menutup mulut ketika batuk atau bersin

2. Tidak meludah di sembarang tempat meludah di tempat yang terkena sinar matahari
langsung atau ditempat yang sudah ada karbol/lisol

Anda mungkin juga menyukai