Tujuan Penugasan:
Setelah menyelesaikan tugas ini, peserta didik diharapkan mampu memprediksikan
1. Epidemiologi DM secara global, nasional dan Kalimantan tengah
2. Perbedaan prevalensi DM pada daerah dan waktu yang berbeda
3. Perkembangan DM secara global dan Indonesia
4. Kecendrungan dan isu tentang penyakit DM
5. Faktor risiko DM
6. Dampak Ekonomi yang ditimbulkan DM.
Aktivitas I
Berikut ini data estimasi prevalensi DM pada 7 (Tujuh) wilayah yang berbeda pada tahun 2000. Usia
populasi berada pada 20-29 tahun.
1. Pada tabel di atas pada kolom Jumlah orang dengan DM terdapat kolom yang kosong. Berapa
jumlah orang pada kolom yang kosong tersebut!
1. Asia tenggara:
664.021.000 x 5.5/100 = 664.021.000 x 0,055 = 36.521.155
2. Pasifik barat:
1.219457.000 x 3.6/100 = 1.219457.000 x 0.036 = 43.900.452
3. Amerika utara:
273.794.000 x 7.8/100 = 273.794.000 x 0.078 = 21.355.932
4. Afrika
217.888.000 x 1.2/100 = 217.888.000 x 0.012 = 2.614.656
2. Dari tabel di atas wilayah mana yang mempunyai jumlah populasi paling rendah dan berapa
prevalensi DM?
3. Dari tabel di atas Negara Indonesia masuk Wilayah mana dan beberapa prevalensi DM pada
tahun 2000?
4. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Indonesia adalah 228.523.342 orang. Apabila prevalensi DM
mencapai 5,7%, berapa orang Indonesia pada tahun 2008 yang menderita DM?
5. Pada tahun 2008 penduduk jawa timur berjumlah 37.071.731 orang. Penderita DM diperkirakan
mencapai 2.520.878 orang. Berapa prevalensi DM di Jawa Timur pada tahun 2008
Penderita DM / populasi
2.520.878 / 37.071.731 = 0.068 => ubah ke bentuk persentasi = 0,068 x 100%= 6.8%
Aktivitas II
1. Di Indonesia terjadi peningkatan toleransi glukosa sehingga meningkatnya prevalensi DM.
Bagaimana pendapat saudara dengan kondisi tersebut
Diabetes Melitus diartikan sebagai peningkatan kadar glukosa darah akibat ketidak
mampuan tubuh mengolah karbohidrat atau glukosa akibat kurangnya jumlah insulin atau
insulin tidak berfungsi sempurna (terjadi resistensi insulin dalam tubuh).prevalensi diabetes
terus meningkat dengan proposi yang besar di dunia. Di Indonesia, jumlah penderita
diabetes diperkirakan meningkat 8.4 juta penderita pada tahun 2000. Di tahun 2013,
Indonesia merupakan peringkat ke-7 di dunia.
Diabetes mellitus tidak dapat sembuh, namun dapat di control dengan baik. Pengobatan
diabetes dikenal dengan menggunakan 4 pilar, yaitu :
1. Edukasi: pengetahuan tentang diabetes mellitus, dari mulai tipe diabetes, pola
hidup dan pola makan yang dapat menyebabkan diabetes, hingga berpengetahuan
tentang pemantauan glukosa darah mandiri.
2. Gizimedik :Asupan gizi yang seimbang diperlukan untuk pengelolaan diabetes
mellitus.
3. Olahraga: kesibukan aktivitas sehari-hari sering membuat lupa akan olahraga,
namun olahraga sangat penting membantu penyembuhan pasien diabetes nelitus.
4. Farmakologi: terkadang pola hidup sehat belum tentu cukup untuk mengendalikan
kadar glukosa darah. Oleh karena itu dokter biasanya meresepkan sejumlah obat
tertentu untuk membantu menurunkan kadar glukosa agar kembali normal.
Periksa gula darah secara rutin penting dilakukan untuk mengetahui kondisi
kesehatan anda, tidak perlu menunggu gejala – gejala tertentu, karena pasien
diabetes sering tidak menyadari kalau dirinya telah menderita diabetes.
a. Faktor genetika pada DM lebih besar pengaruhnya dari pada faktor risiko lingkungan
b. Faktor risiko lingkungan pada DM lebih besar pengaruhnya dari pada faktor genetika
c. Faktor risiko genetika dan faktor risiko lingkungan mempunyai pengaruh yang sama
Penjelasan:
Faktor resiko genetika dan faktor resiko lingkungan mempunyai pengaruh yang sama pada
bervariasinya prevalensi dari tolerasin glukosa di indonesia, karena meskipun terdapat
faktor genetika tapi lingkungan mendukung, misalnya mereka mampu memodifikasi
lingkungannya dengan berolahraga yang teratur, menghindari mengkonsumsi glukosa yang
berlebihan (melakukan diet yang baik) diabetes bisa saja tidak terjadi begitu sebaliknya,
meskipun tidak terdapat faktor genetika tapi lingkungan mendukung terciptanya gaya hidup
yang tidak sehat seperti kurang beraktivitas, pola makan yang salah sehingga terjadi
obesitas yang dapat mempengaruhi terjadinya diabetes melitus pada keturunan tersebut.
3. Di bawah ini adalah survey di kota D pada tahun 2008. Ada 1247 orang dalam 135 keluarga; 231
dari mereka berumur di bawah 20 tahun. Dari 1016 kasus, rata-rata usia berada pada 37,5 tahun,
503 (49,5%) adalah laki-laki dan 158 (15,6%) adalah obesitas, 201% (19,8%) mempunyai
aktivitas yang teratur, 306 (30,1%) menderita hypertensi, 71 (6,9%) menderita DM dan 219
(21,6%) orang diketahui mempunyai riwayat keluarga menderita DM. Total populasi studi untuk
DM (1016) yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu DM (71) dan non DM (945) untuk
membandingkan parameter pada kelompok 2.
Hasil ringkasan ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
4 Obesitas tidak dapat ditemukan Salah, karena dari hasil penelitian di kota D ditemukan
pada kota D, tetapi diabetes 158 orang (15,6%) obesitas. Sedangkan penderita DM
dengan obesitas dengan obesitas sebanyak 41 orang (57,7%)
5 Hanya 20% orang dengan Salah, karena dari jumlah populasi aktivitas fisik 201
aktivitas yang teratur, diabetes (20%) terlihat lebih banyak non DM dari pada DM
terlihat lebih banyak daripada dengan aktivitas fisik yang teratur yaitu:
non diabetes Penderita DM: 23 orang (11,4%)
Penderita non DM: 178 orang (89%)
6 Riwayat keluarga dengan DM Benar, karena berdasarkan hasil survey dari 71 orang
secara umum pada kelompok penderita DM didapatkan 44 (61,9%) orang dengan
pada kelompok diabetes riwayat keluarga DM, selebihnya 27 (39,1%) bukan dari
riwayat keluarga DM
7 Hipertensi lebih banyak pada Salah, karena berdasarkan hasil survey berdasarkan
kelompok diabetes hasil survey dari 71 orang penderita diabetes terdapat
34 (47,9) orang dengan hipertensi, selebihnya 37
(53,1%) orang non-hipertensi.
Aktivitas IV
Prevalensi diabetes melitus beranjak naik dari tahun ke tahun. Dan karena jumlah penderita diabetes di
seluruh dunia semakin banyak, penyakit ini mengambil proporsi yang terus meningkat dari anggaran
kesehatan nasional. Tanpa pencegahan yang baik, epidemi diabetes akan terus tumbuh. Tambahan lagi,
diabetes diperkirakan akan menjadi salah satu penyakit utama dunia dalam 25 tahun ke depan.Tindakan
yang cepat dan tepat diperlukan untuk membendung gelombang diabetes, serta memperkenalkan strategi
pengobatan efektif yang dapat membalikkan kondisi ini.
Diabetes melitus adalah penyakit mahal, tidak hanya bagi pasien dan keluarga yang terkena dampak,
tetapi juga bagi otoritas kesehatan.Meski demikian, persoalan yang timbul tidak semata mengenai
keuangan. Biaya lain yang tidak berwujud (nyeri, kecemasan, ketidaknyamanan, dan kualitas hidup yang
umumnya lebih rendah) juga memiliki dampak yang besar pada kehidupan pasien dan keluarga
mereka.Biaya untuk pasien dan keluarga mereka termasuk perawatan medis, obat-obatan, insulin, dan
perlengkapan lainnya. Pasien juga mungkin harus menanggung biaya pribadi lainnya. Sementara itu, biaya
untuk sektor kesehatan adalah pelayanan rumah sakit, jasa dokter, tes laboratorium dan manajemen
harian dari diabetes—meliputi ketersediaan produk seperti insulin, jarum suntik, obat hipoglikemik oral, dan
peralatan tes darah.Biaya berkisar dari yang relatif murah (konsultasi perawatan primer dan rawat jalan
rumah sakit) hingga yang memerlukan biaya tinggi (rawat inap untuk pengobatan komplikasi). Secara
keseluruhan, biaya perawatan kesehatan diabetes berkisar 15% dari anggaran kesehatan per tahun,
tergantung pada prevalensi diabetes lokal dan kecanggihan pengobatan yang tersedia.
Sumber: https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2700178/diabetes-dari-kacamata-ekonomi
Selain terjadi komplikasi, DM juga dapat menimbulkan dampak ekonomi penderita, karena DM
menimbulkan beberapa kerugian yang digolongkan menjadi kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung.
1. Kerugian langsung
a. Biaya perawatan gawat darurat
b. Opname
c. Pelayanan-pelayanan medis
d. Rawat jalan penderita
e. Pembedahan
f. Obat-obatan
g. Uji lobaratorium
h. Biaya peralatan
2. Kerugian tdak langsung
a. Kematian premature
b. Kehilangan hari kerja yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dan penghasilan
c. Pembayaran asuransi
d. Kerugian perorangan serta hal-hal yang tidak bisa dihitung seperti rasa nyeri dan
penderitaan
Sumber: Wibudi, A 2004. Emosi, Kunci Vitalitas Penderita DM dan Komplikasi DE, terdapat dalam
www.Kompas.com diakses tanggal 17 Juli 2008.