MAKALAH
oleh
Kelompok 2
Jamilatul Komari NIM 132310101004
Tri Astutik NIM 132310101017
Rizka Agustine W. NIM 132310101041
Rizka Inna S. NIM 132310101047
Siti Aisyah Dwi A. NIM 132310101050
Devi Maharani H. NIM 132310101056
Bagus Arditya Husadha NIM 132310101060
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas kelompok mata kuliah Komprehensif I dengan
dosen Ns. Nurfika A., M.Kep
oleh
Kelompok 2
Jamilatul Komari NIM 132310101004
Tri Astutik NIM 132310101017
Rizka Agustine W. NIM 132310101041
Rizka Inna S. NIM 132310101047
Siti Aisyah Dwi A. NIM 132310101050
Devi Maharani H. NIM 132310101056
Bagus Arditya Husadha NIM 132310101060
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..
HALAMAN JUDUL.. i
DAFTAR ISI. ii
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN.. 1
1.1 Definisi 1
1.2 Epidemiologi.. 2
1.3 Penyebab 2
1.4 Tanda dan Gejala 3
1.5 Patofisiologi.. 4
1.6 Clinical Pathway. 6
1.7 Pemeriksaan Diagnostik. 7
1.8 Penatalaksanaan Medis.. 8
1.9 Penatalaksanaan Keperawatan 10
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN 19
2.1 Identitas Klien.... 20
2.2 Keluhan Utama... 20
2.3 Riwayat Kesehatan Sekarang..... 20
2.4 Riwayat Kesehatan Dahulu. 21
2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga. 21
2.6 Pengkajian 11 Pola Gordon 21
2.7 Pemeriksaan Fisik 23
2.8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik..... 27
2.9 Problem List. 28
2.10 Prioritas Diagnostik 36
2.11 Nursing Care Plan. 37
2.12 Implementasi 51
2.13 Evaluasi.61
BAB 3. PENUTUP.. 64
3.1 Kesimpulan. 64
3.2 Saran 64
DAFTAR PUSTAKA. 65
1
1.1 Definisi
Angina pectoris berasal dari bahasa yunani yang berarti cekikan dada
yaitu gangguan yang sering terjadi karena atherosclerotic heart disease.
Terjadinya serangan angina menunjukan adanya iskemia. Iskemia yang terjadi
pada angina terbatas pada durasi serangan dan tisak menyebabkan kerusakan
permanaen jaringan miokard. Namun, angina merupakan hal yang mengancam
kehidupan dan dapat menyebabkan disritmia atau berkembang menjadi infark
miokard.(Wajan J.U, 2010).
Angina Pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode
atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan.(Brunner & Suddarth,
2005). Angina pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak adekuatnya
aliran oksigen terhadap miokardium. ( Maryllin e. Doengoes. 2002 hal 73 ).
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat
serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang
seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan
segera hilang bila aktifitas berhenti. (prof. Dr. H.m. sjaifoellah noer, 1996).
Jadi, angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan
episode atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah
coroner yang menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat dan seringkali
muncul ketika beraktivitas dan segera hilang bila aktivitas berhenti.
Gejala klasik penyakit arteri coroner yaitu nyeri-angina yang disebabkan
oleh tidak adekuatnya aliran oksigen terhadap miokardiu. Angina mempunyai tiga
bentuk utama yaitu (1) stabil (disebabkan oleh upaya jangka pendek dan hilang
dengan mudah), (2) tidak stabil (berakhir panjang, lebi berat, dapat tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserid), dan (3) varian (nyeri dada pada istirahat
dengan perubahan EKG).
2
1.2 Epidemiologi
Penyakit jantung koroner atau PJK, dahulu dianggap merupakan suatu
penyakit yang lebih sering menyerang pria. Faktor-faktor risiko menunjukkan
bahwa nilai prediksi berbeda antara wanita dan pria, sehingga diperlukan suatu
pendekatan gender-specific dalam rangka pencegahan primer dan sekunder.
Berlawanan dengan persepsi umum, PJK ternyata merupakan penyebab utama
kematian pada wanita. Penelitian case-control yang dilakukan oleh Pitsavos dkk.
(2002) menyimpulkan bahwa wanita yang terpapar terhadap asap rokok sekitar
(minimal 30 menit per hari) meningkatkan risiko timbulnya sindroma koroner
akut. Kelompok wanita yang bukan perokok dan terpapar dengan asap rokok
mempunyai risiko 1,47 kali lebih besar untuk menderita sindroma koroner akut.
Di Amerika serikat setiap tahunnya terdapat 1 juta klien di rawat di rumah
sakit karena angina pectoris tak stabil dimana 6 sampai 8 persen kemudian
mendapat serangan infark jantung dalam satu tahun setelah diagnosis di tegakkan.
1.3 Penyebab
Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit jantung aterosklerotik dan hampir
selalu berhubungan dengan sumbatan arteri coroner utama. Menurut Kumar,dkk,
2007 penyebab terjadinya angina pectoris adalah :
a. Ateriosklerosis
b. Spasme arteri koroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta Insufisiensi
Menurut Brunner & Suddarth (2002) mengatakan bahwa sejumlah factor yang
dapat menimbulkan nyeri angina, yaitu :
1. Latihan fisik yang dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesentrik untuk pencernaan, sehinga menurunkan ketersediaan darah
untuk suplai jantung. (Pada jantung yang sudah parah, pintasan darah
untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).
3
bawah atau gigi, bahu, lengan, sampai pergelangan tangan dan jari-jari. Durasi
nyeri berlangsung singkat dan biasanya kurang dari sepuluh menit. Rasa yang
tidak nyaman berupa rasa berat, tertekan, tertindih, tercekik, atau rasa panas.
Keluhan dapat disertai sesak napas, mual, kelelahan, dan gelisah. Intensitas nyeri
dapat bervariasi dari rasa tidak nyaman hingga rasa nyeri yang hebat. Angina
dapat diprovokasi dengan peningkatan oksigen selama latihan atau stress dan
dengan cepat pulih dengan istirahat. Apabila keluhan timbul pada saat istirahat, ini
menunjukkan adanya perubahan pada irama arteri koroner, aritmia, atau angina
tidak stabil dimana emosi mungkin merupakan faktor provokasi yang potensial.
Adapun tanda dan gejala yang sering timbul pada kasus angina pectoris menurut
Corwin, Elizabeth J. 2009 adalah :
a. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah inter skapula atau lengan kiri.
b. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
c. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
d. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
e. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizzines.
f. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
g. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
1.5 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
aterosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab atas
perkembangan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang
paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka
arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat
5
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat
aerobik menjadi metabolisme yang anaerobik. Metabolisme anaerobik dengan
perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila dibandingkan dengan
metabolisme
Faktor Resikoaerobik melalui fosforilasi
Pajananoksidatif danStress
siklus Kreb. Pembentukan
Aktivitasfosfat
&
(merokok, terhadap latihan
berenergi tinggi mengalami penurunan yang cukup besar. Hasil akhir metabolisme fisik
hiperlipidemi, dingin
anaerobik
dll) ini, yaitu asam laktat, akan tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan
menimbulkan nyeri.
Adrenalin
Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yang tersediaKebutuhan
serta asidosis
Aterosklerosis meningkat jantung
menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium
meningkat
Spasme pembuluh
yang
darahterserang berkurang; serabut-serabutnya memendek sehingga kekuatan dan
kecepatannya berkurng. Selain itu, gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia
menjadi abnormal, bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel
Penyumbatan arteri Beban
berkontraksi.
koronaria jantung
berlebihan
Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah
hemodinamika. Respon hemodinamika dapat berubah-ubah, sesuai dengan ukuran
segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi oleh system saraf
vasokontriksi
Risiko
otonom.
terhadap Berkurangnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan
tingginya
mengurangi volume sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung
penurunan Aliran O2 arteri
berdenyut).
perfusi koronaria meningkat
jaringan
Jantung kekurangan O2
Penurunan Perlu
Nyeri (Akut)
Curah menghindari
Jantung komplikasi
akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih
normal.
4. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pektoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka
seringkali perlu dibuat suatu uji latihan jasmani. Pada uji tersebut dibuat EKG
pada waktu istirahat lalu klien disuruh melakukan latihan dengan alattreadmill,
atau sepeda ergometer sampai klien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal, dan selama latihan EKG dimonitor demikian pula setelah selesai
EKG terus dimonitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST
sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih lebih bila
di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar klien memang menderita angina pektoris. Di
tempat yang tidak mempunyai treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan
dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
5. Penyadapan Jantung
Penyadapan jantung untuk membuat arteriografi koroner merupakan salah
satu pemeriksaan yang paling penting, baik untuk diagnosis penyakit jantung
koroner maupun untuk merencanakan penatalaksanaan selanjutnya. Pada klien
angina pektoris dapat dilakukan pemeriksaan arteriografi koroner secara selektif,
baik untuk tujuan diagnostik untuk konfirmasi adanya penyempitan pembuluh
koroner, maupun untuk merencanakan langkah selanjutnya pada klien angina.
6. Diagnosa dan Diagnosa Banding
Sakit di dada dapat berasal dari berbagai struktur, termasuk di sini jantung,
jaringan ikat sekelilingnya seperti perikardium, paru paru dan pleura. Begitu
pula kelainan pembuluh darah besar, mediatinum, esophagus dan alat tubuh di
bawah diafragma seperti perut dan kantung empedu. Kelainan meuromuskular
dan muskuloskeletal di daerah tersebut juga dapat memberikan keluhan yang
sama.
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekwensi denyut jantung, kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan
pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan
timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain : atenolol,
metoprolol, propranolol, nadolol.
3. Ca- antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekuensi
serangan pada beberapa bentuk angina, cara kerjanya memperbaiki spasme
koroner dengan cara menghambat tonus vasometer.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui
saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu
darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan
sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil,
diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
4. Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume
ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka
panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah
terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat
yang cukup yaitu 8 12jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil
nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
b. Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain : klien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa
jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
10
2. Diagnosa
a. Nyeri dada berhubungan dengan berbagai frekuensi durasi dan itensitas
focus menyempit, prilaku distraksi, menangis, gelisah, merintih ,mondar
mandir, respon otomatis seperti berkeringat, TD dan nadi berubah,
dilatasipupil, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik
transient atau memanjang, penurunan preload, gangguan pada frekuensi
atau irama dan irama dan kondusi alektrikal ditandai dengan perubahan
pembacaan hemodenamik, dispnea, gelisah, penurunan toleransi aktifitas /
kelemahan, menurunya nadi perifer, kkulit dingin, pucat, perubahan status
mental, nyeri pada continue.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan ketidak seimbangan antara suplai 02
mikroard dan kebutuhan. Yang ditandai dengan gangguan frekuensi
jantung dan TD dalam aktifitas, terjadinya distridmia, perubahan warna
kulit/kelembaban
d. Ansietas berhubungan dengan kematian, krisis situasi, respon
patofisiologis, bicara negative tentang diri sendiri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang
pemajanan, tidak mengenal sumber informasi, kesalahan interpretasi.
14
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan
No. Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri dada berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien untuk 1. Nyeri dan penurunan curah
dengan berbagai frekuensi keperawatan selama 3x24 memberitahuakan perawat jantung yang merangsang system
durasi dan itensitas focus jam, nyeri pada klien dapat dengan cepat bila terjadi nyeri saraf simpatis untuk mengeluarkan
menyempit, prilaku berkurang atau hilang dada. sejumah besar norefinefrin, yang
2. Kaji dan catat respon klien dan
distraksi, menangis, dengan kriteria hasil, klien meningkatkan egregasi trombosit
efek obat
gelisah, merintih ,mondar akan : dan mengeluarkan tromboxone
3. Beri lingkungan yang
mandir, respon otomatis 1. Menyatakan nyeri potenpada yang menyebabkan
tenang
seperti berkeringat, TD hilang 4. berikan obat anti nyeri spesme arteri koroner yang dapat
dan nadi berubah, 2. Melaporkan episode mencetus, mengakplikasi atau
dilatasipupil, peningkatan angina menurun dalam memperlama serangan angina
atau penurunan frekuensi frekuensi, durasi dan memanjang. Nyeri tak bias ditahan
pernapasan. beratnya menyebabkan respon veso vegal
menurunkan takanan darah dan
frekuensi jantung.
2. Memberikan informasi tentang
kemajuan penyakit dan sebagai
alat dalam evaluasi dan dapat
15
Kasus
Bpk. N usia 55 tahun, agama islam, suku bangsa melayu, pekerjaan PNS.
Alamat tinggal Jl. Notoharjp No. 05 Kebumen, masuk RS tanggal 03 Februari
2015, ruang jantung, kelas II. Klien masuk rumah sakit karena keluhan nyeri dada
yang menjalar ke leher dan bahu disertai dengan sesak nafas. Keluhan ini terjadi
saat klien membantu tetangganya mengangkat barang-barang karena pindah
rumah. Saat pengkajian klien mengeluh nyeri dadanya masih menjalar ke leher
dan bahu. Leher juga masih terasa seperti terjepit dan terbakar. Nyeri berlangsung
selama 30 menit sekali dengan durasi selama 5 menit dengan skala nyeri 6.
Klien mengeluh pada saat nyeri dada nafasnya juga terasa sesak. Dari hasil
pemeriksaan fisik diperoleh TD: 140/100 mmHg, N: 96x/M, RR: 30x/M, S:
36.50C, mukosa bibir klien tampak kering dan pucat, klien tampak meringis dan
gelisah. CRT 4 detik, ekstremitas bawah klien teraba dingin dan klien tampak
banyak berkeringat. Klien juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah.
Klien mempunyai riwayat merokok sejak sebelum menikah sejak berusia 20
tahun yang disertai dengan kebiasaan minum kopi pada pagi hari. Klien mengeluh
nyeri dada ini dirasakannya sejak 5 tahun yang lalu, yang mana nyeri sering
timbul setelah klien melakukan pekerjaan yang berat. Klien sebelumnya tidak
pernah dirawat di rumah sakit. Hanya beberapa kali periksa dengan dokter di
puskesmas, selebihnya klien membeli obat di warung. Dari keterangan keluarga
klien diperoleh bahwa keluarga klien (Bapak dan dua orang saudara klien)
mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Namun keluarga klien tidak ada yang
menderita penyakit yang sama seperti klien ataupun penyakit jantung lainnya.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapat Hb: 12gr%, Leukosit 10.000 ml 3,
depresi segment ST.
20
menjalar ke leher dan bahu disertai sesak. Bapak N bekerja sebagai PNS dan
memiliki gelar sebagai sarjana ekonomi.
7. Pola tidur dan istirahat
a. Tidur:
Frekuensi : 2 x/hari
Jam tidur siang : 1- 3/hari
Jam tidur malam : 6 7 jam/hari
Keluhan : tidak ada
b. Istirahat:
Frekuensi : 4 6 x/hari
Keluhan : tidak ada
8. Pola peran-hubungan
Bapak N memiliki hubungan yang baik dengan orang terdekat, antar
keluarga, orang lain, dan terhadap lawan bicara.
9. Pola Seksual- Reproduksi
Pola seksual sedikit terganggu karena Bapak N harus dirawat inap di rumah
sakit. Tetapi secara keseluruhan peran Bapak N sebagai seorang suami dan
ayah tidak terganggu.
10. Pola Toleransi Stress- Koping
Suasana hati/mood klien gelisah dan keadaan emosional klien labil.
Pertahanan
diri sementara Bapak N biasanya meminta bantuan keluarga terutama istri.
11. Pola nilai-kepercayaan
Bapak N memeluk agama islam. Pelaksanaan ibadah Bapak N rajin dan yakin
kepada tuhan.
b. Mata
Persebaran alis : Simetris
Warna alis : Hitam Keputih-putihan
Sklera : Normal
Konjungtiva : Anemis
Iris : Normal
Kornea : Normal
Pupil : Normal
c. Telinga
Daun telinga : Bersih
Kesimetrisan : Simetris
Lubang telinga : Bersih, tidak ada serumen
Status pendengaran : Normal
25
d. Hidung
Ukuran dan bentuk : Normal
Patensi jalan napas : Banyak Lendir
Nervus olfactory : Normal
Status penciuman : Sensitif
e. Mulut
Bibir : Kering, pucat
Gigi : Karies
Bunyi napas : terengah engah
Gusi : Merah
Nervus VII & IX : Normal
Lidah : Bersih
Nervus XIII : Normal
Mukosa : Tampak Kering
Palatum : Bersih
f. Leher
Bentuk : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
JVP : tidak terlihat jugularis vena pressure
g. Thoraks
1) Paru-paru
Pernafasan : Terganggu (Tidak normal)
Inspeksi : Bentuk simetris, menggunakan otot bantu
nafas
Palpasi : tidak ada jejas, ada nyeri tekan akibat
menjalarnya nyeri dada dari jantung
Perkusi : Sonor
Auskultasi paru : Normal, vesicular
2) Jantung
26
h. Abdomen
Bentuk : Normal, tidak terdapat bekas operasi
Kulit : Normal
Bising usus : Hipoaktif, 12kali /menit
i. Ekstremitas
Pergerakan : terbatas
Kulit : pucat, terasa dingin
Ektrimitas atas : dextra terpasang infus pump RL 12 tpm
Ekstremitas bawah : teraba dingin
Tonus otot : ekstrimitas atas dan bawah L 5/ R5, bawah L 5/ R
5, tidak terdapat edema
j. Genitalia
Tidak terdapat gangguan.
k. Kulit
Warna kulit : Normal
Warna rambut : Beruban
Kuku : Panjang
Turgor kulit : Elastis, lembab, berkeringat dingin
4. Catatan Khusus
a. Apakah klien mengerti tentang penyakitnya : Tidak
27
sering timbul
setelah klien
melakukan
pekerjaan yang
berat.
DO :
1. P : nyeri dada
yang menjalar ke
leher dan bahu
disertai sesak nafas.
Q : seperti terjepit
dan terbakar
R : bagian dada
yang menjalar ke
leher dan bahu
S : Skala nyeri 6
T : 5 Menit
2. Klien tampak
30
banyak berkeringat.
3. Klien tampak
meringis.
4. Mukosa bibir klien
tampak kering dan
pucat.
2. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : Perubahan inotropik Penurunan Curah Aisyah
1. Klien mengeluh Jantung
pada saat nyeri
dada nafasnya juga
terasa sesak.
2. Klien mengeluh
nyeri dada yang
menjalar ke leher
dan bahu disertai
dengan sesak nafas
DO :
1. TD: 140/100
mmHg,
31
2. N: 96x/M,
3. RR: 30x/M,
4. Mukosa bibir klien
tampak kering dan
pucat
5. Klien tampak
berkeringat.
3. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS: Kelemahan akibat suplai Intoleransi aktivitas Aisyah
1. Klien mengatakan darah (O2) kurang dari
bahwa nyeri kebutuhan tubuh.
dadanya terjadi saat
membantu
tetangganya
mengangkat
barang-barang
karena pindah
rumah.
2. Klien mengeluh
nyeri dada
dirasakannya sejak
32
DO:
1. TD: 140/100
mmHg,
2. N: 96x/M,
3. RR: 30x/M,
4. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : vasokontriksi Risiko tinggi terhadap Aisyah
1. Klien mengeluh perfusi Jaringan
nyeri dada yang
menjalar ke
leher dan bahu
disertai dengan
sesak nafas
33
DO :
2. TD: 140/100
mmHg,
3. RR: 30x/M,
4. Mukosa bibir
klien tampak
kering dan
pucat
5. Klien tampak
berkeringat.
5. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : Ancaman kematian Ansietas Aisyah
1. Klien mengeluh
nyeri dada yang
menjalar ke leher
dan bahu disertai
dengan sesak nafas
2. Klien mengatakan
bahwa nyeri
dadanya terjadi saat
34
membantu
tetangganya
mengangkat
barang-barang
karena pindah
rumah.
3. Klien mengatakan
bahwa rasanya di
leher juga masih
terasa seperti
terjepit dan
terbakar.
DO :
1. Mukosa bibir klien
tampak kering dan
pucat
2. Klien tampak
meringis dan
35
gelisah.
3. Klien tampak
berkeringat.
6. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : Kurang pemajanan Defisit Pengetahuan Aisyah
1. klien mengatakan
sering membeli
obat di warung
sedangkan klien
memiliki riwayat
penyakit hipertensi
DO:
1. klien tampak sering
bertanya tentang
penyakitnya
2. Klien tampak
meringis dan
gelisah.
3. Menurunkan kebutuhan
oksigen miokard sehingga
4. Tinggikan kepala
mengembalikan
tempat tidur bila
keseimbangan antara
pasien nafas pendek.
suplai oksigen dan
kebutuhan.
5. Kolaborasi pemberian
oksigen sesuai 4. Memudahkan pertukaran
indikasi. gas untuk menurunkan
hipoksia dan napas pendek
6. Berikan anti angina berulang.
sesuai indikasi
5. meningkatkan sediaan
misalnya
oksigen untuk kebutuhan
(nitrogliserin;
miokard/ mencegah
sublingual nitrosat,
iskemia.
bukal atau tablet oral;
6. Nitrogliserin mempunyai
sprei sublingual).
standar untuk pengobatan
dan pencegah nyeri angina
39
2. 3 Februari 2015 10.20 2 Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda 1. Takikardi dapat terjadi Aisyah
WIB tindakan keperawatan vital. karena nyeri, cemas,
selama 3x24 jam, hipoksemia, dan
nyeri pada klien menurunnya curah jantung.
dapat berkurang atau Perubahan juga terjadi
hilang dengan kriteria karena (hipertensi atau
hasil, pasien akan : hipotensi) karena respon
1. Melaporkan jantung.
penurunan
episode dispnea, 2. Catat warna kulit dan 2. Sirkulasi perifer menurun
angina dan adanya/kualitas nadi. bila curah jantung turun
disritmia membuat kulit pucat atau
menunjukkan warna abu-abu (tergantung
toleransi aktivitas. tingkat hipoksia) dan
2. Berpartisipasi menurunnya kekuatan nadi
pada aktivitas perifer.
yang menurunkan
kerja jantung. 3. Auskultasi bunyi nafas 3. Terjadinya murmur dapat
dan bunyi jantung. menunjukkan terjadinya
42
5. Kolaborasi dengan
5. Meningkatkan sediaan
pemberian oksigen
oksigen untuk kebutuhan
tambahan sesuai
miokard adalah
kebutuhan.
memperbaiki kontraktilitas,
menurunkan iskemia dan
kadar asam laktat.
6. Ajarkan dan libatkan
pasien penggunaan
6. Teknik relaksasi dapat
43
4. 3 Februari 2015 13.20 4 Setelah dilakukan 1. Kaji pucat, sianosis, 1. Vasokonriksi sistemik Aisyah
WIB tindakan keperawatan kulit dingin atau diakibatkan oleh penurunan
1x24 jam perubahan lembab dan catat curah jantung mungkin
perfusi kekuatan nadi perifer. dibuktikan oleh penurunan
jaringan kembali perfusi kulit.
normal, dengan
kriteria hasil: 2. Pantau pernafasan, 2. Pompa jantung gagal dapat
1. Kulit hangat dan catat kerja pernafasan. mencetuskan distres
kering. pernafasan. Namun dispnea
2. Ada nadi tiba-tiba berlanjut
perifer/kuat. menunjukan komplikasi
3. Tanda vital dalam tromboemboli.
batas normal.
4. Klien bebas nyeri / 3. Beri obat sesuai 3. Untuk terapi koagulan
ketidaknyamanan. indikasi, contoh: jangka panjang/pasca
heparin/natrium pulang.
warfarin.
teknik untuk
47
berkurangnya
5. Anjurkan keluarga dan
kecemasan.
teman untuk 5. Meyakinkan klien bahwa
menganggap klien peran dalam keluarga dan
sebelumnya. kerja tidak berubah.
6. 4 Februari 2015 08.30 6 Setelah dilakukan 1. Kaji ulang patofisiologi 1. Klien dengan angina Aisyah
WIB tindakan keperawatan kondisi. Tekankan membutuhkan belajar
1x24 jam, diharapkan perlunya mencegah mengapa hal itu terjadi
pengetahuan klien serangan angina. dan apakah dapat
bertambah, dengan dikontrol. Ini adalah focus
kriteria hasil: manajemen terapeutik
supaya menurunkan infark
1. Klien dan keluarga
48
miokard.
mulai memahami
2. Tekankan pentingnya 2. Obat yang dijual bebas
tentang penyakit,
mengecek dengan mempunyai potensi
kondisi, prognosis dokter kapan penyimpangan.
dan program menggunakan obat-obat
pengobatan yang dijual bebas.
2.12 Implementasi
Nama : Bpk. N
Umur : 55 tahun
Tanggal masuk RS : 03 Februari 2015
Jam masuk RS : 10.00 WIB
Tanggal pengkajian : 10.00 WIB
Ruang : Jantung
Kelas : II
6. 4 Februari 2015 08.00 WIB 6 1. Mengkaji ulang patofisiologi 1. Klien mulai paham dengan Devi
kondisi. Tekankan perlunya kondisi yang dialaminya serta
mencegah serangan angina. cara mencegah serangan angina.
2.13 Evaluasi
No. Tanggal Jam No. Dx Catatan Perkembangan Paraf
1. 3 Februari 2015 14.00 WIB 1 S: Klien mengatakan nyerinya berkurang. Aisyah
O: Skala nyeri = 2
T : 120/80 mmHg
HR: 90x/mnt regular
RR: 26x/mnt
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.
60
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode
atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah coroner yang
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat dan seringkali muncul
ketika beraktivitas dan segera hilang bila aktivitas berhenti. Keluhan dapat disertai
sesak napas, mual, kelelahan, dan gelisah. Angina mempunyai tiga bentuk utama
yaitu (1) stabil, (2) tidak stabil dan (3) varian.
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner). Pemeriksaan
penunjang pada kasus angina pectoris adalah elektrokardiogram (EKG), foto
rontgen dada, pemeriksaan laboratorium, uji latihan jasmani , penyadapan jantung,
serta diagnosa dan diagnosa banding. Untuk terapi farmakologi kasus ini meliputi
nitrit, penyekat beta-adrenergik dan calsium antagonis. Sedangkan, untuk terapi
non farmakologi dapat dilakukan dengan menganjurkan klien harus berhenti
merokok, orang obesitas perlu menurunkan berat badan, mengurangi stress,
pengontrolan gula darah, penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat
kompetitif, agresif atau ambisius.
3.2 Saran
Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga
sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat. Pemberian asuhan keperawatan
harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan klien, begitu pula dengan klien
stomatitis terutama pada anak. Maka diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih
memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam akan perkembangan
penyakit stomatitis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan tahap perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak yang harus
dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
65
Buku
Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Klien Edisi 3. Jakarta :
EGC
Ganong, Mcphee, J Stephen. 2010. Patofisiologi Penyakit ed 5. Jakarta : EGC
Hayes, Peter C. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC
Kumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:
EGC
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untk Pemula. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Sudoyo, Aru W. & Bambang Setiyohadi. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Syaifoelah Noor, 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Pustaka.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Udjianti, Juni Wajan . 2010 . Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba
Medika
Internet
66
http://mediskus.com/penyakit/angina-pektoris.html
http://www.indramuhtadi.com/scripts-2013/topik-ke-145-nyeri-dada-angina-
pectoris
http://www.news-medical.net/health/Causes-of-angina-%28Indonesian%29.aspx