Anda di halaman 1dari 65

KOMPREHENSIF I

MAKALAH

oleh
Kelompok 2
Jamilatul Komari NIM 132310101004
Tri Astutik NIM 132310101017
Rizka Agustine W. NIM 132310101041
Rizka Inna S. NIM 132310101047
Siti Aisyah Dwi A. NIM 132310101050
Devi Maharani H. NIM 132310101056
Bagus Arditya Husadha NIM 132310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANGINA PECTORIS

MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas kelompok mata kuliah Komprehensif I dengan
dosen Ns. Nurfika A., M.Kep

oleh
Kelompok 2
Jamilatul Komari NIM 132310101004
Tri Astutik NIM 132310101017
Rizka Agustine W. NIM 132310101041
Rizka Inna S. NIM 132310101047
Siti Aisyah Dwi A. NIM 132310101050
Devi Maharani H. NIM 132310101056
Bagus Arditya Husadha NIM 132310101060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..
HALAMAN JUDUL.. i
DAFTAR ISI. ii
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN.. 1
1.1 Definisi 1
1.2 Epidemiologi.. 2
1.3 Penyebab 2
1.4 Tanda dan Gejala 3
1.5 Patofisiologi.. 4
1.6 Clinical Pathway. 6
1.7 Pemeriksaan Diagnostik. 7
1.8 Penatalaksanaan Medis.. 8
1.9 Penatalaksanaan Keperawatan 10
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN 19
2.1 Identitas Klien.... 20
2.2 Keluhan Utama... 20
2.3 Riwayat Kesehatan Sekarang..... 20
2.4 Riwayat Kesehatan Dahulu. 21
2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga. 21
2.6 Pengkajian 11 Pola Gordon 21
2.7 Pemeriksaan Fisik 23
2.8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik..... 27
2.9 Problem List. 28
2.10 Prioritas Diagnostik 36
2.11 Nursing Care Plan. 37
2.12 Implementasi 51
2.13 Evaluasi.61
BAB 3. PENUTUP.. 64
3.1 Kesimpulan. 64
3.2 Saran 64
DAFTAR PUSTAKA. 65
1

BAB 1. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Angina pectoris berasal dari bahasa yunani yang berarti cekikan dada
yaitu gangguan yang sering terjadi karena atherosclerotic heart disease.
Terjadinya serangan angina menunjukan adanya iskemia. Iskemia yang terjadi
pada angina terbatas pada durasi serangan dan tisak menyebabkan kerusakan
permanaen jaringan miokard. Namun, angina merupakan hal yang mengancam
kehidupan dan dapat menyebabkan disritmia atau berkembang menjadi infark
miokard.(Wajan J.U, 2010).
Angina Pectoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode
atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan.(Brunner & Suddarth,
2005). Angina pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh tidak adekuatnya
aliran oksigen terhadap miokardium. ( Maryllin e. Doengoes. 2002 hal 73 ).
Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat
serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang
seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan
segera hilang bila aktifitas berhenti. (prof. Dr. H.m. sjaifoellah noer, 1996).
Jadi, angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan
episode atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah
coroner yang menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat dan seringkali
muncul ketika beraktivitas dan segera hilang bila aktivitas berhenti.
Gejala klasik penyakit arteri coroner yaitu nyeri-angina yang disebabkan
oleh tidak adekuatnya aliran oksigen terhadap miokardiu. Angina mempunyai tiga
bentuk utama yaitu (1) stabil (disebabkan oleh upaya jangka pendek dan hilang
dengan mudah), (2) tidak stabil (berakhir panjang, lebi berat, dapat tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserid), dan (3) varian (nyeri dada pada istirahat
dengan perubahan EKG).
2

1.2 Epidemiologi
Penyakit jantung koroner atau PJK, dahulu dianggap merupakan suatu
penyakit yang lebih sering menyerang pria. Faktor-faktor risiko menunjukkan
bahwa nilai prediksi berbeda antara wanita dan pria, sehingga diperlukan suatu
pendekatan gender-specific dalam rangka pencegahan primer dan sekunder.
Berlawanan dengan persepsi umum, PJK ternyata merupakan penyebab utama
kematian pada wanita. Penelitian case-control yang dilakukan oleh Pitsavos dkk.
(2002) menyimpulkan bahwa wanita yang terpapar terhadap asap rokok sekitar
(minimal 30 menit per hari) meningkatkan risiko timbulnya sindroma koroner
akut. Kelompok wanita yang bukan perokok dan terpapar dengan asap rokok
mempunyai risiko 1,47 kali lebih besar untuk menderita sindroma koroner akut.
Di Amerika serikat setiap tahunnya terdapat 1 juta klien di rawat di rumah
sakit karena angina pectoris tak stabil dimana 6 sampai 8 persen kemudian
mendapat serangan infark jantung dalam satu tahun setelah diagnosis di tegakkan.

1.3 Penyebab
Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit jantung aterosklerotik dan hampir
selalu berhubungan dengan sumbatan arteri coroner utama. Menurut Kumar,dkk,
2007 penyebab terjadinya angina pectoris adalah :
a. Ateriosklerosis
b. Spasme arteri koroner
c. Anemia berat
d. Artritis
e. Aorta Insufisiensi
Menurut Brunner & Suddarth (2002) mengatakan bahwa sejumlah factor yang
dapat menimbulkan nyeri angina, yaitu :
1. Latihan fisik yang dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesentrik untuk pencernaan, sehinga menurunkan ketersediaan darah
untuk suplai jantung. (Pada jantung yang sudah parah, pintasan darah
untuk pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk).
3

4. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan,


menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan
meningkatnya tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung bisa
meningkat.
Adapun faktor-faktor pencetus penyebab Angina Pektoris antara lain:
a. Dapat Diubah (dimodifikasi)
1. Diet (hiperlipidemia)
2. Rokok (baik itu perokok aktif maupun pasif)
3. Hipertensi
4. Stress
5. Obesitas
6. Aktivitas fisik
7. Hawa terlalu panas dan lembab
8. Diabetes Mellitus
9. Pemakaian kontrasepsi oral
b. Tidak dapat diubah
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Ras
4. Herediter

1.4 Tanda dan Gejala


Sesak napas yang dikeluhkan pada sebagian besar klien dengan nyeri dada
diakibatkan disfungsi sistolik ataupun diastolic ventrikel kiri ataupun akibat
regurgitasi mitral sementara. Pada angina stabil, ambang nyeri dapat bervariasi
dari hari ke hari dan bahkan pada hari yang sama. Klien dengan angina stabil
berisiko terkena sindroma koronaria akut yakni angina tak stabil, infark miokard
non elevasi ST, dan infark miokard dengan elevasi ST.
Nyeri dada atau angina yang khas memiliki empat gambaran utama
(cardinal symptoms) yang ditentukan oleh lokasi, durasi, karakteristik, dan
hubungan timbulnya nyeri dengan aktivitas. Lokasi nyeri tersering dirasakan
didada dekat sternum dan dapat dijumpai dari epigastrium hingga ke rahang
4

bawah atau gigi, bahu, lengan, sampai pergelangan tangan dan jari-jari. Durasi
nyeri berlangsung singkat dan biasanya kurang dari sepuluh menit. Rasa yang
tidak nyaman berupa rasa berat, tertekan, tertindih, tercekik, atau rasa panas.
Keluhan dapat disertai sesak napas, mual, kelelahan, dan gelisah. Intensitas nyeri
dapat bervariasi dari rasa tidak nyaman hingga rasa nyeri yang hebat. Angina
dapat diprovokasi dengan peningkatan oksigen selama latihan atau stress dan
dengan cepat pulih dengan istirahat. Apabila keluhan timbul pada saat istirahat, ini
menunjukkan adanya perubahan pada irama arteri koroner, aritmia, atau angina
tidak stabil dimana emosi mungkin merupakan faktor provokasi yang potensial.
Adapun tanda dan gejala yang sering timbul pada kasus angina pectoris menurut
Corwin, Elizabeth J. 2009 adalah :
a. Nyeri dada substernal ataru retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan
daerah inter skapula atau lengan kiri.
b. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas,
kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
c. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5 menit, tidak lebih daari 30 menit.
d. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
e. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizzines.
f. Gambaran EKG : depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
g. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.

1.5 Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan
lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
aterosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab atas
perkembangan aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang
paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka
arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat
5

aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat
aerobik menjadi metabolisme yang anaerobik. Metabolisme anaerobik dengan
perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila dibandingkan dengan
metabolisme
Faktor Resikoaerobik melalui fosforilasi
Pajananoksidatif danStress
siklus Kreb. Pembentukan
Aktivitasfosfat
&
(merokok, terhadap latihan
berenergi tinggi mengalami penurunan yang cukup besar. Hasil akhir metabolisme fisik
hiperlipidemi, dingin
anaerobik
dll) ini, yaitu asam laktat, akan tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan
menimbulkan nyeri.
Adrenalin
Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yang tersediaKebutuhan
serta asidosis
Aterosklerosis meningkat jantung
menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium
meningkat
Spasme pembuluh
yang
darahterserang berkurang; serabut-serabutnya memendek sehingga kekuatan dan
kecepatannya berkurng. Selain itu, gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia
menjadi abnormal, bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel
Penyumbatan arteri Beban
berkontraksi.
koronaria jantung
berlebihan
Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung mengubah
hemodinamika. Respon hemodinamika dapat berubah-ubah, sesuai dengan ukuran
segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi oleh system saraf
vasokontriksi
Risiko
otonom.
terhadap Berkurangnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan
tingginya
mengurangi volume sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung
penurunan Aliran O2 arteri
berdenyut).
perfusi koronaria meningkat
jaringan
Jantung kekurangan O2

Kontraktilitas Iskemi Miokardium Metabolisme Anaerob


1.6 jantung
Clinical Pathway
menurun
Penimbunan As.
(perubahan
Laktat
inotropic)

CO menurun PH sel berkurang

Penurunan Perlu
Nyeri (Akut)
Curah menghindari
Jantung komplikasi

Suplai tubuh Diperlukan Takut mati


berkurang dr pengetahuan tinggi
keb tubuh
Defisit Ansietas
Kelemahan Pengetahua
Intoleransi
Aktivitas n
6

1.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan
bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG
kadang kadang menunjukkan bahwa klien pernah mendapat infark miokard di
masa lampau. Kadang kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel kiri
pada klien hipertensi dan angina. Kadang kadang EKG menunjukkan
perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan
angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
dapat menjadi negatif.
2. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal,
tetapi pada klien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang
kadang tampak adanya klasifikasi arkus aorta.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut
maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGO atau LDH. Enzim tersebut
7

akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih
normal.
4. Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina pektoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka
seringkali perlu dibuat suatu uji latihan jasmani. Pada uji tersebut dibuat EKG
pada waktu istirahat lalu klien disuruh melakukan latihan dengan alattreadmill,
atau sepeda ergometer sampai klien mencapai kecepatan jantung maksimal atau
submaksimal, dan selama latihan EKG dimonitor demikian pula setelah selesai
EKG terus dimonitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST
sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih lebih bila
di samping depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar klien memang menderita angina pektoris. Di
tempat yang tidak mempunyai treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan
dengan cara Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan
pemeriksaan EKG sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
5. Penyadapan Jantung
Penyadapan jantung untuk membuat arteriografi koroner merupakan salah
satu pemeriksaan yang paling penting, baik untuk diagnosis penyakit jantung
koroner maupun untuk merencanakan penatalaksanaan selanjutnya. Pada klien
angina pektoris dapat dilakukan pemeriksaan arteriografi koroner secara selektif,
baik untuk tujuan diagnostik untuk konfirmasi adanya penyempitan pembuluh
koroner, maupun untuk merencanakan langkah selanjutnya pada klien angina.
6. Diagnosa dan Diagnosa Banding
Sakit di dada dapat berasal dari berbagai struktur, termasuk di sini jantung,
jaringan ikat sekelilingnya seperti perikardium, paru paru dan pleura. Begitu
pula kelainan pembuluh darah besar, mediatinum, esophagus dan alat tubuh di
bawah diafragma seperti perut dan kantung empedu. Kelainan meuromuskular
dan muskuloskeletal di daerah tersebut juga dapat memberikan keluhan yang
sama.

1.8 Penatalaksanaan Medis


8

Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan


oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini
dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara
bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui
bedah pintas arteri koroner atau angioplasti koroner transluminal perkutan
(PCTA= Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty).
a. Farmakologi
1. Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut,
mekanisme venanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah
koroner, eveknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskular.
Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi exercise pada penderita
angina sebelum terjadi hipoktesia miokard.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan baik
vena maupun arteria sehingga mempengaruhi sirkulasi perifer. Dengan
pelebaran vena terjadi pengumpulan darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya
hanya sedikit darah yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan
tekanan pengisian (preload). Nitrat juga melemaskan anter terjadi
pengumpulan darah vena diseluruh tubuh. Akibatnya hanya sedikit darah
yang kembali ke jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisian
(preload). Nitrat juga melemaskan anteriol sistemik dan menyababkan
penurunan tekanan darah (afterload). Semuanya itu berakibat pada
penurunan kebutuhan oksigen jantung,menciptakan suatu keadaan yang
lebih seimbang antara suplai dan kebutuhan.
Nitrogliserin biasanya diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau di
pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit.
2. Penyekat beta-adrenergik
Tujuan pemberian penyekat beta adalah memperbaiki keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen miokard, mengurangi nyeri, mengurangi
luasnya infark dan menurunkan risiko kejadian aritmia vebtrikel yang
serius.
9

Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekwensi denyut jantung, kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan
pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan
timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain : atenolol,
metoprolol, propranolol, nadolol.
3. Ca- antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekuensi
serangan pada beberapa bentuk angina, cara kerjanya memperbaiki spasme
koroner dengan cara menghambat tonus vasometer.
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui
saluran kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu
darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan
sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil,
diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
4. Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek
antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume
ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka
panjang adalah terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah
terjadinya toleransi dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat
yang cukup yaitu 8 12jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil
nitrit, ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
b. Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain : klien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa
jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
10

yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluhdarah. Pengontrolan gula


darah. Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif,
agresif atau ambisius.

1.9 Penatalaksanaan Keperawatan


1. Pengkajian
Untuk pengkajian tentang informasi mereka yang mengalami serangan
jantung atau nyeri angina maka pertanyaan yang sesuai mencakup:
a. Kapan terjadi serangan?
b. Bagaimana klien menggambarkan nyerinya?
c. Apakah awitan nyeri mendadak atau bertahap?
d. Berapa menit nyeri berlangsung?
e. Bagaimana nyeri berkurang?
Pengkajian data hasil dari buku Doenges, tahun 2000, edisi 3 :
a. Data / identitas klien
Data identitas diri dari nama, umur, suku, bangsa, alamat.
1. Keluhan utama.
2. Riwayat kesehatan sekarang.
3. Riwayat kesehatan dahulu.
4. Riwayat kesehatan sekarang.
5. Pengkajian fisik.
6. Pengkajian data dasar.
b. Aktifitas istirahat
Gejala : pola hidup monoton, kelemahan. Kelelahan, perasaan tidak
berdaya setelah latihan. Nyeri dada bila bekerja menjadi
terbangun bila nyeri dada
Tanda : dispenea saat bekerja
c. Sirkulasi
Gejala : riwayat penyakit jantung, hipertensi, obesitas
Tanda : takikarda, distritmia, tekanan darah normal, lambat atau
mumursistolik transient lambat difungsi otot papilaris mungkin
ada saat nyeri. Membrane mukosa lembab, dingin pucat pada
adanya vasokontriksi.
d. Makanan cairan
Gejala : mual ,nyeri,ulu ati, diet tinggi kolesterol, garam , kafien,
minuman keras.
11

Tanda : ikat penggang sesak, distensi gester.


e. Intergritas ego.
Gejala : stressor kerja, keluarga, dll.
Tanda : ketakutan ,mudah marah.
f. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada subternal, anterior yang menyebar kerahang leher,
bahu dan ekstremitas atas lebih pada kiri dan kanan.
Kualitas : ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit,
terbakar.
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari
30 menit.
Faktor pencetus : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi
besar, seperti marah atau hasrat seksual, olah raga pada suhu
ekstrem, atau mungkin tak dapat diperkirakan dan terjadi selama
istirahat.
Faktor penghilang : nyeri mungkin responsive terhadap
mekanisme penghilang tertentu contoh istirahat, obat angina.
Nyeri dada baru atau ters menerus yang telah berubah
frekuensinya, durasinya, karakter atau dapat perkirakan, contoh
tidak stabil, berfarasi, prinzmetai.
Tanda : wajah berkerut, melatak pergelangan tangan pada midsternum,
memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah. Contohnya takikardi,
perubahan TD.
g. Pernapasan
Gejala : dispnea saat kerja, riwayat merokok.
Tanda : meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.
h. Penyuluhan/ pembelajaran.
Gejala : riwayat kesehatan keluarga sakit jantung, hipertensi, sakit
jantung, stoke, diabetes, pengguanaan obat jantung, hipertensi,
atau obat dijual bebas. Penggunaan olkohol teratur. Obat
12

narkotika, contoh kokain, amfetamin. Pertimbangan perencanaan


pemulangan, perubahan pada gangguan / terapi obat.

2. Diagnosa
a. Nyeri dada berhubungan dengan berbagai frekuensi durasi dan itensitas
focus menyempit, prilaku distraksi, menangis, gelisah, merintih ,mondar
mandir, respon otomatis seperti berkeringat, TD dan nadi berubah,
dilatasipupil, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan inotropik
transient atau memanjang, penurunan preload, gangguan pada frekuensi
atau irama dan irama dan kondusi alektrikal ditandai dengan perubahan
pembacaan hemodenamik, dispnea, gelisah, penurunan toleransi aktifitas /
kelemahan, menurunya nadi perifer, kkulit dingin, pucat, perubahan status
mental, nyeri pada continue.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan ketidak seimbangan antara suplai 02
mikroard dan kebutuhan. Yang ditandai dengan gangguan frekuensi
jantung dan TD dalam aktifitas, terjadinya distridmia, perubahan warna
kulit/kelembaban
d. Ansietas berhubungan dengan kematian, krisis situasi, respon
patofisiologis, bicara negative tentang diri sendiri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang
pemajanan, tidak mengenal sumber informasi, kesalahan interpretasi.
14

3. Intervensi keperawatan
Perencanaan
No. Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri dada berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien untuk 1. Nyeri dan penurunan curah
dengan berbagai frekuensi keperawatan selama 3x24 memberitahuakan perawat jantung yang merangsang system
durasi dan itensitas focus jam, nyeri pada klien dapat dengan cepat bila terjadi nyeri saraf simpatis untuk mengeluarkan
menyempit, prilaku berkurang atau hilang dada. sejumah besar norefinefrin, yang
2. Kaji dan catat respon klien dan
distraksi, menangis, dengan kriteria hasil, klien meningkatkan egregasi trombosit
efek obat
gelisah, merintih ,mondar akan : dan mengeluarkan tromboxone
3. Beri lingkungan yang
mandir, respon otomatis 1. Menyatakan nyeri potenpada yang menyebabkan
tenang
seperti berkeringat, TD hilang 4. berikan obat anti nyeri spesme arteri koroner yang dapat
dan nadi berubah, 2. Melaporkan episode mencetus, mengakplikasi atau
dilatasipupil, peningkatan angina menurun dalam memperlama serangan angina
atau penurunan frekuensi frekuensi, durasi dan memanjang. Nyeri tak bias ditahan
pernapasan. beratnya menyebabkan respon veso vegal
menurunkan takanan darah dan
frekuensi jantung.
2. Memberikan informasi tentang
kemajuan penyakit dan sebagai
alat dalam evaluasi dan dapat
15

menunjukan kebutuhan perubahan


program pengobatan.
3. untuk mengurangi rasa nyeri
klien dengan ketengan
4. untuk menghilangkan nyeri
2 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan1. Observasi kualitas dan kekuatan 1. Permulaan dari gangguan pada
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 denyut jantung, nadi perifer, jantung akan ada perubahan TTV,
perubahan inotropik jam diharapkan curah warna & kehangatan kulit semuanya harus cepat dideteksi
transient atau memanjang, jantung kembali2. Tegakkan derajat sianosis untuk penanganan lebih lanjut
gangguan pada frekuensi normaldengan kriteria hasil,3. Pemberian diuretic sesuai 2. Pucat menunjukkan adanya
atau irama dan irama dan klien akan : indikasi penurunan perfusi sekunder
kondusi alektrikal ditandai 1. Melaporkan penurunan terhadap ketidak adekuatan curah
dengan perubahan episode dispneu, angina, jantung
pembacaan hemodenamik, dan disritmia yang 3. Untuk menurunkan volume
dispnea, gelisah, menunjukkan plasma & menurunkan retensi
penurunan toleransi peningkatan toleransi cairan dijaringan sehingga
aktifitas / kelemahan, aktivitas. menurunkan resiko edema
menurunya nadi perifer,
kkulit dingin, pucat,
16

perubahan status mental,


nyeri pada continue.
3. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan1. Anjurkan klien untuk 1. Melatih klien agar dapat
berhubungan ketidak keperawatan selama 3x24 melakukan permainan& beradaptasi & intoleransii pada
seimbangan antara suplai jam, diharapkan aktivitas aktivitas yang ringan aktivitasnya
02 mikroard dan kembali normal dengan2. Melatih klien melakukan 2. Melatih klien agar dapat toleransi
kebutuhan. Yang ditandai kriteria hasil, klien akan : aktivitas sesuai usia, kondisi & terhadap aktivitasnya
dengan gangguan 1. Melaporkan ta adanya kemampuan 3. Mencegah kelelahn
frekuensi jantung dan TD angina/terkontrol 3. Berikan priode istirahat setelah berkepanjangan
4. Mencegah retensi cairan akibat
dalam aktifitas, terjadinya dalam rentang waktu beraktivitas
penurunan kontraktilitas jantung
distridmia, perubahan selama pemberian obat 4. Berikan diet sesuai program
warna kulit/kelembaban 2. Mendemonstrasikan
toleransi aktivitas.
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan1. Jelaskan tujuan tes dan 1. Menurunkan cemas dan takut
dengan kematian, krisis keperawatan selama 3x24 prosedur, contoh tes stress terhadap diagnose dan prognosis
2. Kolaborasi sedative sesuai
situasi, respon jam, diharapkan kecemasan 2. Untuk membantu klien rileks
indikasi
patofisiologis, bicara hilang dengan kriteria hasil, sampai ampu membuat strategi
3. Anjurkan keluarga dan teman
negative tentang diri klien akan : koing adekuat.
untuk menganggap klien seperti
sendiri, ancaman terhadap 1. Menyatakan 3. Menyakinkan klien bahw peran
sebelumnya
perubahan status kesadaran perasaan dalam keluarga dan pekerjaan
17

kesehatan. ansietas dan cara tidak berubah


sehat sesuai.
2. Menunjukkan
strategi koping
efektif
5. Setelah dilakukan tindakan1. Kaji ulang patofisiologi kondisi 1. Klien dengan angina embutuhkan
2. Bantu klien/orang terdekat untu
keperawatan selama 3x24 belajar mengapa hal itu terjadi
Kurang pengetahuan mengidentifikasi sumber fisik
jam, diharapkan dan apakah dapat dikontrol.
mengenai kondisi dan stress emosi dan diskusikan
pengetahuan klien terhadap 2. Langkah penting dalam
berhubungan dengan cara yan dapat mereka hindari
penyakit cukup dengan pembatasan/mencegah angina
kurang pemajanan, tidak
kriteria hasil, klien akan :
mengenal sumber
1. Berpartisipasi dalam
informasi, kesalahan
proses belajar dan
interpretasi.
pengobatan
2. Melakukan perubahan
pola hidup
19

BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Bpk. N usia 55 tahun, agama islam, suku bangsa melayu, pekerjaan PNS.
Alamat tinggal Jl. Notoharjp No. 05 Kebumen, masuk RS tanggal 03 Februari
2015, ruang jantung, kelas II. Klien masuk rumah sakit karena keluhan nyeri dada
yang menjalar ke leher dan bahu disertai dengan sesak nafas. Keluhan ini terjadi
saat klien membantu tetangganya mengangkat barang-barang karena pindah
rumah. Saat pengkajian klien mengeluh nyeri dadanya masih menjalar ke leher
dan bahu. Leher juga masih terasa seperti terjepit dan terbakar. Nyeri berlangsung
selama 30 menit sekali dengan durasi selama 5 menit dengan skala nyeri 6.
Klien mengeluh pada saat nyeri dada nafasnya juga terasa sesak. Dari hasil
pemeriksaan fisik diperoleh TD: 140/100 mmHg, N: 96x/M, RR: 30x/M, S:
36.50C, mukosa bibir klien tampak kering dan pucat, klien tampak meringis dan
gelisah. CRT 4 detik, ekstremitas bawah klien teraba dingin dan klien tampak
banyak berkeringat. Klien juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah.
Klien mempunyai riwayat merokok sejak sebelum menikah sejak berusia 20
tahun yang disertai dengan kebiasaan minum kopi pada pagi hari. Klien mengeluh
nyeri dada ini dirasakannya sejak 5 tahun yang lalu, yang mana nyeri sering
timbul setelah klien melakukan pekerjaan yang berat. Klien sebelumnya tidak
pernah dirawat di rumah sakit. Hanya beberapa kali periksa dengan dokter di
puskesmas, selebihnya klien membeli obat di warung. Dari keterangan keluarga
klien diperoleh bahwa keluarga klien (Bapak dan dua orang saudara klien)
mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Namun keluarga klien tidak ada yang
menderita penyakit yang sama seperti klien ataupun penyakit jantung lainnya.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium di dapat Hb: 12gr%, Leukosit 10.000 ml 3,
depresi segment ST.
20

2.1 Identitas Klien


Nama : Bapak N
Umur : 55 tahun
Pendidikan : sarjana ekonomi
Suku bangsa : melayu
Pekerjaan : PNS
Agama : islam
Status perkawinan : sudah menikah
Alamat : Jl. Notoharjo No. 05 Kebumen
Ruang Rawat : Nuri I kelas II

Data Saat Masuk RS


Tanggal masuk RS : 03 Februari 2015
Jam masuk RS : 10.00 WIB
Yang mengirim/merujuk : istri
Cara masuk : melalui IGD
Alasan masuk : nyeri dada yang menjalar ke leher dan bahu disertai
sesak nafas
Diagnosa medis saat masuk : Angina pectoris stabil

2.2 Keluhan Utama


Klien masuk rumah sakit karena keluhan nyeri dada yang menjalar ke
leher dan bahu disertai dengan sesak nafas.

2.3 Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien masuk rumah sakit karena keluhan nyeri dada yang menjalar ke
leher dan bahu disertai dengan sesak nafas. Keluhan ini terjadi saat klien
membantu tetangganya mengangkat barang-barang karena pindah rumah. Klien
juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah.
P : nyeri dada yang menjalar ke leher dan bahu disertai sesak nafas.
Q : seperti terjepit dan terbakar
21

R : bagian dada yang menjalar ke leher dan bahu


S : Skala nyeri 6
T : 5 Menit

2.4 Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengeluh nyeri dada ini dirasakannya sejak 5 tahun yang lalu, yang
mana nyeri sering timbul setelah klien melakukan pekerjaan yang berat. Klien
sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Hanya beberapa kali periksa
dengan dokter di puskesmas. selebihnya klien membeli obat di warung. Klien
mempunyai riwayat merokok sejak sebelum menikah sejak berusia 20 tahun
yang disertai dengan kebiasaan minum kopi pada pagi hari.

2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari keterangan keluarga klien diperoleh bahwa keluarga klien (Bapak dan
dua orang saudara klien) mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Namun
keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti klien ataupun
penyakit jantung lainnya.

2.6 Pengkajian 11 Pola Gordon


1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Memiliki riwayat merokok sejak sebelum menikah sejak berusia 20 tahun
yang disertai dengan kebiasaan minum kopi pada pagi hari. Ketika sakit
bapak N biasanya ke dokter di puskesmas untuk memeriksakan diri.
2. Pola nutrisi- metabolik
a. Pola nutrisi dan cairan
a) Makan
Sehat : pola makan klien 3 x sehari,tidak ada makanan pantangan dan
klien tidak ada diet khusus.
Sakit : pola makan 3 kali sehari.
b) Minum
22

Sehat : pola minum klien 8 gelas sehari,minum kesukaan klien jus


mangga
Sakit : intake cairan klien melalui oral
3. Pola eliminasi
a. BAK (Buang Air Kecil)
Sehat : jumlah urine klien 1500 ml ,warnanya bening ,baunya khas dan
pola BAK 4-6x sehari
Sakit : jumlah urine 900 ml ,baunya khas ,dan warnanya kuning

b. BAB (Buang Air Besar)


Sehat : konsistensinya padat,warna kuning,baunya khas,pola defekasi klien
1x sehari dan bentuknya silinder,tidak ada darah,lendir dan klien
mengalami tidak mengalami masalah bowel, klien
tidak menggunakan laksatif.
Sakit : konsistensinya padat warna BAB klien kuning,baunya khas,pola
defekasi.
4. Pola aktivitas dan latihan
Setelah bekerja biasanya Bapak N hanya duduk di ruang keluarga untuk
menonton tv. Bapak N melakukan olahraga kadang- kadang seminggu sekali
jalan-jalan pagi di sekitar komplek rumahnya.
5. Pola kognitif dan persepsi
Bapak N memiliki proses berfikir, isi pikiran, daya ingat yang baik. Bapak N
juga memiliki daya penciuman, daya rasa, daya raba, dan daya pendengaran
yang baik. Bapak N merasakan nyeri di dada yang sering timbul setelah klien
melakukan pekerjaan yang berat.
6. Pola persepsi-konsep diri
Bapak N merupakan seorang suami, seorang anak dan saudara dari dua
saudaranya. Menurut istrinya Bapak N merupakan seorang suami yang baik,
sabar dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Tetapi Bapak N merasa
gelisah karena sedang dirawat di rumah sakit karena nyeri di dadanya yang
23

menjalar ke leher dan bahu disertai sesak. Bapak N bekerja sebagai PNS dan
memiliki gelar sebagai sarjana ekonomi.
7. Pola tidur dan istirahat
a. Tidur:
Frekuensi : 2 x/hari
Jam tidur siang : 1- 3/hari
Jam tidur malam : 6 7 jam/hari
Keluhan : tidak ada
b. Istirahat:
Frekuensi : 4 6 x/hari
Keluhan : tidak ada
8. Pola peran-hubungan
Bapak N memiliki hubungan yang baik dengan orang terdekat, antar
keluarga, orang lain, dan terhadap lawan bicara.
9. Pola Seksual- Reproduksi
Pola seksual sedikit terganggu karena Bapak N harus dirawat inap di rumah
sakit. Tetapi secara keseluruhan peran Bapak N sebagai seorang suami dan
ayah tidak terganggu.
10. Pola Toleransi Stress- Koping
Suasana hati/mood klien gelisah dan keadaan emosional klien labil.
Pertahanan
diri sementara Bapak N biasanya meminta bantuan keluarga terutama istri.
11. Pola nilai-kepercayaan
Bapak N memeluk agama islam. Pelaksanaan ibadah Bapak N rajin dan yakin
kepada tuhan.

2.7 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum :
Keasadaran : GCS 456 (sadar penuh)
Penampilan : Tampak pucat
Posisi saat dikaji : Berbaring
Postur tubuh : Normal
Ekspresi wajah : Tampak pucat
24

2. Pemeriksaan Tanda-tanda vital :


a. TD : 140/100 mmHg
b. N : 96 x/M
c. RR : 30 x/M
d. S : 36,50C
e. CRT 4 detik

3. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


a. Kepala
Bentuk : Bulat
Kesimetrisan : Normal
Nervus V & VII : Normal
Keadaan rambut : Beruban (agak kusam)
Kulit kepala : Kotor

b. Mata
Persebaran alis : Simetris
Warna alis : Hitam Keputih-putihan
Sklera : Normal
Konjungtiva : Anemis
Iris : Normal
Kornea : Normal
Pupil : Normal

c. Telinga
Daun telinga : Bersih
Kesimetrisan : Simetris
Lubang telinga : Bersih, tidak ada serumen
Status pendengaran : Normal
25

d. Hidung
Ukuran dan bentuk : Normal
Patensi jalan napas : Banyak Lendir
Nervus olfactory : Normal
Status penciuman : Sensitif

e. Mulut
Bibir : Kering, pucat
Gigi : Karies
Bunyi napas : terengah engah
Gusi : Merah
Nervus VII & IX : Normal
Lidah : Bersih
Nervus XIII : Normal
Mukosa : Tampak Kering
Palatum : Bersih

f. Leher
Bentuk : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
JVP : tidak terlihat jugularis vena pressure

g. Thoraks
1) Paru-paru
Pernafasan : Terganggu (Tidak normal)
Inspeksi : Bentuk simetris, menggunakan otot bantu
nafas
Palpasi : tidak ada jejas, ada nyeri tekan akibat
menjalarnya nyeri dada dari jantung
Perkusi : Sonor
Auskultasi paru : Normal, vesicular
2) Jantung
26

Inspeksi : Retraksi dada simetris, tidak ada jejas, iktus cordis


terlihat di ICS ke lima, warna kulit normal, tidak
terjadi kardiomegali atau pembesaran pada jantung.
Palpasi : Nadi karotis terasa kuat, nadi perifer lemah, terdapat
nyeri tekan pada ICS 4 dan 5,
Perkusi : Pekak
Auskultasi : suara jantung S3, murmur sistolik di daerah apeks.

h. Abdomen
Bentuk : Normal, tidak terdapat bekas operasi
Kulit : Normal
Bising usus : Hipoaktif, 12kali /menit

i. Ekstremitas
Pergerakan : terbatas
Kulit : pucat, terasa dingin
Ektrimitas atas : dextra terpasang infus pump RL 12 tpm
Ekstremitas bawah : teraba dingin
Tonus otot : ekstrimitas atas dan bawah L 5/ R5, bawah L 5/ R
5, tidak terdapat edema
j. Genitalia
Tidak terdapat gangguan.

k. Kulit
Warna kulit : Normal
Warna rambut : Beruban
Kuku : Panjang
Turgor kulit : Elastis, lembab, berkeringat dingin

4. Catatan Khusus
a. Apakah klien mengerti tentang penyakitnya : Tidak
27

b. Keharmonisan hubungan keluarga : Baik


c. Orang yang paling dekat : Istri dan anak

2.8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik


a. EKG (elektrokardiogram)
Gambaran pada pemeriksaan ekg berupa depresi segmen ST, depresi
segmen ST disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang
ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG
pada klien bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri
ataupun bersamaan.
b. Foto Rontgen Dada
Foto rontgen dada tidak terlihat jantung membesar dan tampak adanya
pengapuran pembuluh darah aorta dikarenakan klien mengalami hipertensi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Enzim LDH, CPK dan CK-MB pada ATS kadar enzim LDH dan CPK
dalam kadar normal dan tidak melebihi nilai 50% di atas normal. Kadar Hb: 12gr
% dan Leukosit 10.000 ml3
e. Uji latihan jasmani
Pada uji jasmani ini Bapak N melakukan pemeriksaan EKG pada waktu
istirahat kemudian disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill sampai
mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan sebelum, selama,
dan setelah latihan EKG di monitor. Pada Bapak N positif menderita angina
pectoris stabil karena didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm dan timbul
rasa sakit dada seperti pada waktu serangan.
2.14
28

2.9 Problem List


Nama : Bpk. N
Umur : 55 tahun
Tanggal masuk RS : 03 Februari 2015
Jam masuk RS : 10.00 WIB
Ruang : Jantung
Kelas : II

No. Tanggal Jam Data Etiologi Masalah Keperawatan Paraf

1. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : Iskemi miokardium Nyeri (Akut) Aisyah


1. Klien mengeluh terhadap sumbatan arteri
pada saat nyeri korner
dada nafasnya juga
terasa sesak.
2. Klien mengeluh
nyeri dada
dirasakannya sejak
5 tahun yang lalu,
yang mana nyeri
29

sering timbul
setelah klien
melakukan
pekerjaan yang
berat.

DO :
1. P : nyeri dada
yang menjalar ke
leher dan bahu
disertai sesak nafas.
Q : seperti terjepit
dan terbakar
R : bagian dada
yang menjalar ke
leher dan bahu
S : Skala nyeri 6
T : 5 Menit
2. Klien tampak
30

banyak berkeringat.
3. Klien tampak
meringis.
4. Mukosa bibir klien
tampak kering dan
pucat.
2. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : Perubahan inotropik Penurunan Curah Aisyah
1. Klien mengeluh Jantung
pada saat nyeri
dada nafasnya juga
terasa sesak.
2. Klien mengeluh
nyeri dada yang
menjalar ke leher
dan bahu disertai
dengan sesak nafas

DO :
1. TD: 140/100
mmHg,
31

2. N: 96x/M,
3. RR: 30x/M,
4. Mukosa bibir klien
tampak kering dan
pucat
5. Klien tampak
berkeringat.
3. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS: Kelemahan akibat suplai Intoleransi aktivitas Aisyah
1. Klien mengatakan darah (O2) kurang dari
bahwa nyeri kebutuhan tubuh.
dadanya terjadi saat
membantu
tetangganya
mengangkat
barang-barang
karena pindah
rumah.
2. Klien mengeluh
nyeri dada
dirasakannya sejak
32

5 tahun yang lalu,


yang mana nyeri
sering timbul
setelah klien
melakukan
pekerjaan yang
berat.

DO:
1. TD: 140/100
mmHg,
2. N: 96x/M,
3. RR: 30x/M,
4. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : vasokontriksi Risiko tinggi terhadap Aisyah
1. Klien mengeluh perfusi Jaringan
nyeri dada yang
menjalar ke
leher dan bahu
disertai dengan
sesak nafas
33

DO :
2. TD: 140/100
mmHg,
3. RR: 30x/M,
4. Mukosa bibir
klien tampak
kering dan
pucat
5. Klien tampak
berkeringat.
5. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : Ancaman kematian Ansietas Aisyah
1. Klien mengeluh
nyeri dada yang
menjalar ke leher
dan bahu disertai
dengan sesak nafas
2. Klien mengatakan
bahwa nyeri
dadanya terjadi saat
34

membantu
tetangganya
mengangkat
barang-barang
karena pindah
rumah.
3. Klien mengatakan
bahwa rasanya di
leher juga masih
terasa seperti
terjepit dan
terbakar.

DO :
1. Mukosa bibir klien
tampak kering dan
pucat
2. Klien tampak
meringis dan
35

gelisah.
3. Klien tampak
berkeringat.
6. 3 Ferbruari 2015 10.00 WIB DS : Kurang pemajanan Defisit Pengetahuan Aisyah
1. klien mengatakan
sering membeli
obat di warung
sedangkan klien
memiliki riwayat
penyakit hipertensi

DO:
1. klien tampak sering
bertanya tentang
penyakitnya
2. Klien tampak
meringis dan
gelisah.

2.10 Prioritas Diagnostik


36

No. Diagnosa Keperawatan Paraf


1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Iskemi miokardium terhadap sumbatan arteri korner Aisyah
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan inotropic Aisyah
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan akibat suplai darah (O2) kurang dari kebutuhan Aisyah
3.
tubuh.
4. Risiko tinggi terhadap perfusi jaringan factor risiko meliputi vasokontriksi Aisyah
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian Aisyah
6. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemajanan Aisyah

2.11 Nursing Care Plan


Nama : Bpk. N
Umur : 55 tahun
Tanggal masuk RS : 03 Februari 2015
Jam masuk RS : 10.00 WIB
Ruang : Jantung
Kelas : II
No. Tanggal Jam No. Dx Perencanaan Paraf
37

Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
Hasil
1. 3 Februari 2015 10.15 1 Setelah dilakukan 1. Ukur tanda-tanda vital 1. Tekanan darah dan nadi Aisyah
WIB tindakan keperawatan tiap 5 menit selama biasanya meningkat
selama 3x24 jam, serangan angina. setelah rangsangan
nyeri pada klien simpatik selama nyeri.
dapat berkurang atau Bagaimanapun mitral
hilang dengan kriteria menyebabkan vasodilatasi
hasil: 2. Observasi klien dan hasil tekanan dapat
1. Hilangnya rasa tentang skala nyeri turun atau drop.
2. Membantu membedakan
nyeri pada dada. atau ketidaknyamanan
2. Episode angina nyeri dada dini dan alat
menurun dalam dalam evaluasi
frekuensi, durasi kemungkinan menjadi
dan beratmya. angina tidak stabil (angina
3. Klien tampak
stabil) biasanya berakhir 3
rileks dan nyaman.
5 menit sementara
3. Letakkan pasien pada
angina tidak stabil lebih
istirahat total selama
lama dan dapat berakhir
episode angina.
lebih dari 45 menit.
38

3. Menurunkan kebutuhan
oksigen miokard sehingga
4. Tinggikan kepala
mengembalikan
tempat tidur bila
keseimbangan antara
pasien nafas pendek.
suplai oksigen dan
kebutuhan.
5. Kolaborasi pemberian
oksigen sesuai 4. Memudahkan pertukaran
indikasi. gas untuk menurunkan
hipoksia dan napas pendek
6. Berikan anti angina berulang.
sesuai indikasi
5. meningkatkan sediaan
misalnya
oksigen untuk kebutuhan
(nitrogliserin;
miokard/ mencegah
sublingual nitrosat,
iskemia.
bukal atau tablet oral;
6. Nitrogliserin mempunyai
sprei sublingual).
standar untuk pengobatan
dan pencegah nyeri angina
39

selama lebih dari 100


tahun. kini masih
7. Kolaborasi dengan digunakan therapy anti
cara pantau perubahan angina cornerstone. Efek
seri EKG cepat vasodilalator
berakhir 10-30 menit dan
dapat digunakan secara
profilaksis untuk
8. Anjurkan klien dan
mencegah serangan
keluarga untuk
angina.
memberitahu perawat
dengan cepat bila 7. Iskemia selama serangan
terjadi nyeri dada. angina dapat
menyebabkan depresi
segment ST yang
mengakibatkan infar
miokard

8. Nyeri dan penurunan


curah jantung yang
40

merangsang system saraf


simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah
besar norefinefrin, yang
meningkatkan agregasi
trombosit dan
mengeluarkan tromboxane
poten pada yang
menyebabkan spasme
arteri koroner yang dapat
mencetus, mengakplikasi
atau memperlama
serangan angina
memanjang. Nyeri tak bisa
ditahan menyebabkan
respon vaso vegal,
menurunkan tekanan
darah dan frekuensi
jantung.
41

2. 3 Februari 2015 10.20 2 Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda 1. Takikardi dapat terjadi Aisyah
WIB tindakan keperawatan vital. karena nyeri, cemas,
selama 3x24 jam, hipoksemia, dan
nyeri pada klien menurunnya curah jantung.
dapat berkurang atau Perubahan juga terjadi
hilang dengan kriteria karena (hipertensi atau
hasil, pasien akan : hipotensi) karena respon
1. Melaporkan jantung.
penurunan
episode dispnea, 2. Catat warna kulit dan 2. Sirkulasi perifer menurun
angina dan adanya/kualitas nadi. bila curah jantung turun
disritmia membuat kulit pucat atau
menunjukkan warna abu-abu (tergantung
toleransi aktivitas. tingkat hipoksia) dan
2. Berpartisipasi menurunnya kekuatan nadi
pada aktivitas perifer.
yang menurunkan
kerja jantung. 3. Auskultasi bunyi nafas 3. Terjadinya murmur dapat
dan bunyi jantung. menunjukkan terjadinya
42

Dengarkan murmur. gangguan pada katup.

4. Tekankan pentingnya 4. Maneuver valsava


menghindari menyebabkan rangsang
regangan / angkat berat vagal, menurunkan
khususnya selama frekuensi jantung
defekasi. (bradikardi) yang dikuti
takikardi yang
mengganggu curah
jantung.

5. Kolaborasi dengan
5. Meningkatkan sediaan
pemberian oksigen
oksigen untuk kebutuhan
tambahan sesuai
miokard adalah
kebutuhan.
memperbaiki kontraktilitas,
menurunkan iskemia dan
kadar asam laktat.
6. Ajarkan dan libatkan
pasien penggunaan
6. Teknik relaksasi dapat
43

teknik mengurangi rasa nyeri


nonfarmakologis selama episode angina.
seperti teknik relaksasi.
3. 3 Februari 2015 11.00 3 Setelah dilakukan 1. Catat tekanan darah 1. Menyediakan informasi Aisyah
WIB tindakan keperawatan dan nadi sebelum, dasar untuk menentukan
selama 3x24 jam, selama, dan sesudah pembatasan aktifitas dan
diharapkan dapat aktifitas. lamanya terapi.
beraktifitas secara
bertahap, dengan 2. Tingkatkan istirahat 2. Menurunkan kerja
kriteria hasil: (tempat tidur/kursi) miokard/konsumsi oksigen.
1. Klien dapat dengan memberikan
beraktifitas dengan aktivitas senggang
tanpa adanya yang tidak berat.
gangguan iskemik.
2. Klien mengatakan 3. Jelaskan pola 3. Aktivitas yang maju
aktifitas dengan peningkatan bertahap memberikan kontrol
pembatasan energy dari tingkat aktivitas, jantung meningkat
dan istirahat. contoh bangundari regangan dan mencegah
kursi bila tak ada nyeri. aktivitas berlebihan.
44

4. Berikan pengobatan 4. Nitrogliserin mempunyai


nyeri sebelum aktivitas standar untuk pengobatan
(contoh: nitrogliserin), dan mencegah nyeri angina
apabila nyeri selama lebih dari 100
merupakan salah satu tahun. Efek cepat
faktor penyebab. vasodilator berakhir 10-30
menit.

5. Anjurkan istirahat 5. Istirahat dapat


diantara aktivitas. meminimalkan penggunaan
oksigen.

6. Anjurkan pada pasien 6. Pengaturan aktivitas dapat


dan keluarga tentang meminimalkan konsumsi
pengaturan aktivitas oksigen, menyediakan
(contoh: teknik waktu untuk menyimpan
perawatan diri) untuk energi dan pemulihan.
mencegah kelelahan.
45

4. 3 Februari 2015 13.20 4 Setelah dilakukan 1. Kaji pucat, sianosis, 1. Vasokonriksi sistemik Aisyah
WIB tindakan keperawatan kulit dingin atau diakibatkan oleh penurunan
1x24 jam perubahan lembab dan catat curah jantung mungkin
perfusi kekuatan nadi perifer. dibuktikan oleh penurunan
jaringan kembali perfusi kulit.
normal, dengan
kriteria hasil: 2. Pantau pernafasan, 2. Pompa jantung gagal dapat
1. Kulit hangat dan catat kerja pernafasan. mencetuskan distres
kering. pernafasan. Namun dispnea
2. Ada nadi tiba-tiba berlanjut
perifer/kuat. menunjukan komplikasi
3. Tanda vital dalam tromboemboli.
batas normal.
4. Klien bebas nyeri / 3. Beri obat sesuai 3. Untuk terapi koagulan
ketidaknyamanan. indikasi, contoh: jangka panjang/pasca
heparin/natrium pulang.
warfarin.

4. Anjurkan pasien atau 4. Untuk mengetahui normal


46

keluarga untuk tidaknya aliran darah ke


memeriksa kulit untuk daerah perfusi.
mengetahui perubahan
integritas kulit.
5. 4 Februari 2015 08.00 5 Setelah dilakukan 1. Tingkatkan ekspresi 1. Perasaan tidak ekspresikan Aisyah
WIB tindakan keperawatan perasaan dan takut, dapat menimbulkan
selama 2x24 jam, contoh menolak, kekacauan internal dan
diharapkan depresi, dan marah. efek gambaran diri.
kecemasan
berkurang, dengan 2. Jelaskan tujuan tes dan 2. Menurunkan cemas dan
kriteria hasil: prosedur, contoh tes takut terhadap diagnose
stress. dan prognosis.
1. Klien mampu
mengidentifikasi
3. Kolaborasi : berikan 3. Mungkin diperlukan untuk
dan membantu klien rileks
sedative, tranquilizer
mengungkapkan sesuai indikasi. sampai secara fisik
gejala cemas dan mampu untuk membuat

menunjukkan strategi koping adekuat.

teknik untuk
47

4. Beritahu pasien 4. Mendorong pasien untuk


mengontrol cemas.
program medis yang mengontrol tes gejala dan
2. Postur tubuh,
telah dibuat untuk untuk meningkatkan
ekspresi wajah, menurunkan/membatas kepercayaan serta
dan tingkat i serangan akan datang mengintegrasikan
aktivitas dan meningkatkan kemampuan dalam

menunjukan stabilitas jantung. persepsi diri.

berkurangnya
5. Anjurkan keluarga dan
kecemasan.
teman untuk 5. Meyakinkan klien bahwa
menganggap klien peran dalam keluarga dan
sebelumnya. kerja tidak berubah.
6. 4 Februari 2015 08.30 6 Setelah dilakukan 1. Kaji ulang patofisiologi 1. Klien dengan angina Aisyah
WIB tindakan keperawatan kondisi. Tekankan membutuhkan belajar
1x24 jam, diharapkan perlunya mencegah mengapa hal itu terjadi
pengetahuan klien serangan angina. dan apakah dapat
bertambah, dengan dikontrol. Ini adalah focus
kriteria hasil: manajemen terapeutik
supaya menurunkan infark
1. Klien dan keluarga
48

miokard.
mulai memahami
2. Tekankan pentingnya 2. Obat yang dijual bebas
tentang penyakit,
mengecek dengan mempunyai potensi
kondisi, prognosis dokter kapan penyimpangan.
dan program menggunakan obat-obat
pengobatan yang dijual bebas.

2. Klien dan keluarga


3. Anjurkan untuk 3. Dapat menurunkan insiden
berpartisipasi
menghindari /beratnya episode iskemik.
dalam program
faktor/situasi yang
pengobatan serta
sebagai pencetus
melakukan episode angina, contoh:
perubahan pola stress emosional, kerja
hidup. fisik, makan terlalu
banyak/berat, terpajan
pada suhu lingkungan
yang ekstrem

4. Anjurkan klien untuk 4. Membiarkan klien untuk


49

memantau nadi sendiri mengidentifikasi aktivitas


selama aktivitas, yang dapat dimodifikasi
jadwal/aktivitas untuk menghindari stress
sederhana, hindari jantung dan tetap dibawah
regangan. ambang angina.

5. Menyiapkan klien pada


5. Diskusikan bersama kejadian untuk
pasien dan keluarga menghilangkan takut yang
langkah yang diambil mungkin tidak tahu apa
bila terjadi serangan yang harus dilakukan bila
angina, contoh terjadi serangan.
menghentikan aktivitas,
pemberian obat bila
perlu, penggunaan
teknik relaksasi.
50

2.12 Implementasi
Nama : Bpk. N
Umur : 55 tahun
Tanggal masuk RS : 03 Februari 2015
Jam masuk RS : 10.00 WIB
Tanggal pengkajian : 10.00 WIB
Ruang : Jantung
Kelas : II

No. Tanggal Jam No. Dx Implementasi Evaluasi Formatif Paraf


1. 3 Februari 2015 10.10 WIB 1 1. Mengukur tanda-tanda vital tiap 1. TTV dalam batas normal Aisyah
5 menit selama serangan angina TD : 120/80 mmHg,
HR: 90/mnt regular
RR: 26x/mnt
Suhu: 36,5oC

2. Mengobservasi klien tentang 2. Skala nyeri akan menurun/dalam Aisyah


skala nyeri. batas normal (skala 0).
Aisyah
3. Meletakkan/memposisikan 3. Setelah observasi skala nyeri,
10.20 WIB
pasien pada istirahat total selama klien diposisikan dalam posisi
51

10.30 WIB episode angina. berbaring di tempat tidur dan


beristirahat dalam keadaan
Aisyah
nyaman.
4. Meninggikan kepala tempat
4. Membantu pasien dalam posisi
tidur bila pasien nafas pendek.
Aisyah
semifowler apabila pasien nafas
pendek.
5. Berkolaborasi pemberian
10.30 WIB
oksigen sesuai indikasi. 5. Oksigen diberikan sesuai indikasi Aisyah
dan anjuran dari dokter dan
6. Memberikan anti angina sesuai dipasangkan kepada pasien
indikasi misalnya (nitrogliserin;
11.00 WIB 6. Memberikan nitrogliserin kepada Aisyah
sublingual nitrosat, bukal atau
pasien secara oral sesuai indikasi
tablet oral; sprei sublingual).
obat.
7. Berkolaborasi dengan cara
Aisyah
pantau perubahan seri EKG
12.30 WIB 7. Melakukan observasi EKG
kepada pasien sebelum
8. Menganjurkan klien dan
memberikan obat.
keluarga untuk memberitahu
perawat dengan cepat bila terjadi 8. Berjalan selama 5 menit
nyeri dada. melakukan tindakan, beritahu
52

13.00 WIB dan anjurkan pasien agar segera


memanggil/memberitahu perawat
dengan cepat bila terjadi nyeri
dada.
13.30 WIB
2 3 Februari 2015 10.15 WIB 2 1. Memantau tanda-tanda vital. 1. TTV dalam batas normal Aisyah
TD : 120/80 mmHg,
HR: 90/mnt regular
RR: 26x/mnt
Suhu: 36,5oC

2. Turgor lembab, warna kulit Aisyah


sesuai ras, HR: 90/mnt regular
10.25 WIB 2. Mencatat warna kulit dan Aisyah
3. Setelah dilakukan asukultasi
adanya/kualitas nadi.
diperoleh hasil:
Auskultasi paru: Normal,
3. Mengauskultasi bunyi nafas dan
vesicular
10.15 WIB bunyi jantung. Dengarkan
Auskultasi jantung: suara jantung
murmur.
S3, murmur sistolik di daerah Aisyah
apeks.
53

4. Menjelaskan pada klien untuk


Aisyah
menghindari regangan / angkat
berat agar tidak mengganggu
13.30 WIB 4. Menekankan pentingnya curah jantung.
Aisyah
menghindari regangan / angkat
5. Oksigen diberikan sesuai indikasi
berat khususnya selama
dan anjuran dari dokter dan
defekasi.
dipasangkan kepada pasien.

6. Mengajarkan teknik relaksasi


11.00 WIB
seperti nafas dalam ketika nyeri
5. Berkolaborasi pemberian
menyerang.
oksigen tambahan sesuai
kebutuhan.
13.45 WIB

6. Mengajarkan dan libatkan


pasien penggunaan teknik
nonfarmakologis seperti teknik
relaksasi.
3. 3 Februari 2015 14.00 WIB 3 1. Mencatat tekanan darah dan nadi 1. TTV dalam batas normal Trias
54

sebelum, selama, dan sesudah TD : 120/80 mmHg,


HR: 90/mnt regular
aktifitas.
2. Klien dapat mentoleransi Trias
14.25 WIB 2. Meningkatkan istirahat (tempat aktifitasnya dengan melakukan
tidur/kursi) dengan memberikan aktifitas yang sederhana dan
aktivitas senggang yang tidak menghindari penggunaan lengan
berat. dan bahu. Trias

3. Setelah diajarakan cara menilai


tekanan darah, klien dapat
16.00 WIB 3. Menjelaskan pola peningkatan
mengukur mengukur tekanan
bertahap dari tingkat aktivitas,
darah dan nadi sebelum, selama,
Trias
contoh bangun dari kursi bila tak
dan sesudah aktifitas yang
ada nyeri.
dilakukannya.

4. Memberikan nitrogliserin kepada


Trias
pasien secara oral sesuai indikasi
obat.
16.00 WIB 4. Memberikan pengobatan nyeri Trias
sebelum aktivitas (contoh:
nitrogliserin), apabila nyeri
5. Klien beristirahat diantara
55

merupakan salah satu faktor aktifitasnya.


penyebab.
6. Menganjurkan teknik perawatan
diri dengan melibatkan keluarga
14.20 WIB 5. Menganjurkan istirahat diantara
untuk meminimalkan kelelahan
aktivitas.
pada klien.

16.30 WIB 6. Menganjurkan pada pasien dan


keluarga tentang pengaturan
aktivitas (contoh: teknik
perawatan diri) untuk mencegah
kelelahan.
4. 3 Februari 14.10 WIB 4 1. Mengkaji pucat, sianosis, kulit 1. Turgor lembab, warna kulit Trias
2015 dingin atau lembab dan catat sesuai ras, HR: 90/mnt regular
kekuatan nadi perifer. Trias
2. Sesak napas yang diobservasi
14.30 WIB 2. Memantau pernafasan, catat
pada klien berkurang , RR:
kerja pernafasan.
26x/mnt
Trias
3. Memberikan heparin kepada
pasien melalui IV sesuai indikasi
15.00 WIB 3. Memberi obat sesuai indikasi,
Trias
56

contoh: heparin/natrium obat.


warfarin.
4. Klien dan keluarga
memperhatikan dengan seksama
14.15 WIB
penjelasan terkait hal-hal yang
4. Menganjurkan pasien atau
harus dipantau pada perubahan
keluarga untuk memeriksa kulit
kulit klien
untuk mengetahui perubahan
integritas kulit.
5. 3 Februari 20.00 WIB 5 1. Meningkatkan ekspresi perasaan 1. Klien mengungkapkan Ila
2015 dan takut, contoh menolak, kegelisahan serta rasa takutnya
depresi, dan marah. akan kondisi yang sedang
dialami.
Ila
2. Prosedur ditolerir dengan baik
20.25 WIB 2. Menjelaskan tujuan tes dan
oleh klien. Ila
prosedur, contoh tes stress.
3. Memberikan sedative tranquilizer
sesuai indikasi.
21.00 WIB 3. Berkolaborasi dalam pemberian Ila
sedative, tranquilizer sesuai
4. Klien mendengarkan informasi
indikasi.
yang diberikan dengan baik dan
57

terkadang menanyakan hal-hal


Ila
20.30 WIB 4. Memberitahu pasien program yang belum dipahaminya.
medis yang telah dibuat untuk
menurunkan/membatasi serangan 5. Keluarga memperlakukan klien
akan datang dan meningkatkan dengan sebagaimana mestinya
stabilitas jantung. bahkan sama seperti ketika klien
belum mengalami sakit, selain itu
20.45 WIB 5. Mengajurkan keluarga dan teman keluarga juga memberikan
untuk menganggap klien semangat kepada klien untuk
sebelumnya. menghadapi kondisinya
sekarang.

6. 4 Februari 2015 08.00 WIB 6 1. Mengkaji ulang patofisiologi 1. Klien mulai paham dengan Devi
kondisi. Tekankan perlunya kondisi yang dialaminya serta
mencegah serangan angina. cara mencegah serangan angina.

2. Klien menyatakan tidak akan Devi


08.30 WIB 2. Menekankan pentingnya menggunakan obat-obat bebas
mengecek dengan dokter kapan tanpa rekomendasi dokter dan
58

menggunakan obat-obat yang akan mengkonsultasikan ke


dijual bebas. dokter terlebih dahulu terkait
obat-obat yang dikonsumsinya. Devi

3. Klien dapat menghindari faktor


pencetus angina dengan
mentolerasi aktifitas fisiknya
08.45 WIB 3. Menganjurkan untuk
serta mengatur pola makannya.
menghindari faktor/situasi yang
Devi
sebagai pencetus episode angina,
contoh: stress emosional, kerja
4. Setelah diajarkan cara mengukur
fisik, makan terlalu banyak/berat,
nadi, klien melakukan aktifitas Devi
terpajan pada suhu lingkungan
sederhana dengan tetap
yang ekstrem.
memnatau nadi selama aktifitas.

09.00 WIB 4. Menganjurkan klien untuk 5. Ketika angina menyerang, klien


memantau nadi sendiri selama menghentikan aktifitasnya lalu
aktivitas, jadwal/aktivitas melakukan relaksasi.
sederhana, hindari regangan.
59

09.20 WIB 5. Mendiskusikan bersama pasien


dan keluarga langkah yang
diambil bila terjadi serangan
angina, contoh menghentikan
aktivitas, pemberian obat bila
perlu, penggunaan teknik
relaksasi.

2.13 Evaluasi
No. Tanggal Jam No. Dx Catatan Perkembangan Paraf
1. 3 Februari 2015 14.00 WIB 1 S: Klien mengatakan nyerinya berkurang. Aisyah
O: Skala nyeri = 2
T : 120/80 mmHg
HR: 90x/mnt regular
RR: 26x/mnt
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.
60

P: Tindakan keperawatan dilanjutkan


2. 3 Februari 2015 14.00 WIB S: Klien menyatakan nyeri dada serta sesak nafas mulai Aisyah
berkurang.
O: warna kulit sedikit pucat
Skala nyeri = 2
2 TD : 120/80 mmHg,
HR: 90/mnt regular
RR: 26x/mnt
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan
3. 4 Februari 2015 20.00 WIB S: Klien mengatakan badannya terasa lemah dan nafasnya Trias
masih sedikit sesak.
O: - Klien masih berbaring
3
- Klien menggunakan O2
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan.
4. 4 Februari 2015 20.00 WIB 4 S: Klien mengatakan badannya masih terasa lemah. Trias
O: warna kulit sedikit pucat
Skala nyeri = 2
TD : 120/80 mmHg,
HR: 90/mnt regular
RR: 26x/mnt
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan.
61

5. 4 Februari 2015 08.00 S: Klien mengatakan cemas berkurang. Ila


O: Klien tampak rileks.
5
A: Masalah keperawatan teratasi.
P: Tindakan keperawatan dihentikan.
6. 4 Februari 2015 14.00 WIB S: Klien mengatakan mengetahui tentang penyebab nyeri dan Devi
kerugian dari merokok serta hal-hal yang harus di hindari untuk
mencegah terjadinya serangan.
O: Klien dapat menjelaskan kembali tentang penyabab angina,
6
hal-hal yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya
serangan angina.
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi no. 3, 4, 5
64

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode
atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah coroner yang
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat dan seringkali muncul
ketika beraktivitas dan segera hilang bila aktivitas berhenti. Keluhan dapat disertai
sesak napas, mual, kelelahan, dan gelisah. Angina mempunyai tiga bentuk utama
yaitu (1) stabil, (2) tidak stabil dan (3) varian.
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan
suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis koroner). Pemeriksaan
penunjang pada kasus angina pectoris adalah elektrokardiogram (EKG), foto
rontgen dada, pemeriksaan laboratorium, uji latihan jasmani , penyadapan jantung,
serta diagnosa dan diagnosa banding. Untuk terapi farmakologi kasus ini meliputi
nitrit, penyekat beta-adrenergik dan calsium antagonis. Sedangkan, untuk terapi
non farmakologi dapat dilakukan dengan menganjurkan klien harus berhenti
merokok, orang obesitas perlu menurunkan berat badan, mengurangi stress,
pengontrolan gula darah, penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat
kompetitif, agresif atau ambisius.

3.2 Saran
Tugas dan peran utama perawat harus dilakukan dengan baik agar
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Pemberian asuhan keperawatan juga
sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat. Pemberian asuhan keperawatan
harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan klien, begitu pula dengan klien
stomatitis terutama pada anak. Maka diharapkan bagi seorang perawat untuk lebih
memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam akan perkembangan
penyakit stomatitis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan tahap perkembangan anak serta kondisi kebutuhan anak yang harus
dipenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
65

Buku
Baughman,D.C& Hackley,J.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Klien Edisi 3. Jakarta :
EGC
Ganong, Mcphee, J Stephen. 2010. Patofisiologi Penyakit ed 5. Jakarta : EGC
Hayes, Peter C. 1997. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Jakarta : EGC
Kumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta:
EGC
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untk Pemula. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Sudoyo, Aru W. & Bambang Setiyohadi. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna Publishing.
Syaifoelah Noor, 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Pustaka.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Udjianti, Juni Wajan . 2010 . Keperawatan Kardiovaskular . Jakarta : Salemba
Medika

Internet
66

http://mediskus.com/penyakit/angina-pektoris.html
http://www.indramuhtadi.com/scripts-2013/topik-ke-145-nyeri-dada-angina-
pectoris
http://www.news-medical.net/health/Causes-of-angina-%28Indonesian%29.aspx

Anda mungkin juga menyukai

  • Pathway
    Pathway
    Dokumen2 halaman
    Pathway
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • SPTK
    SPTK
    Dokumen9 halaman
    SPTK
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Difteri
    Penyuluhan Difteri
    Dokumen7 halaman
    Penyuluhan Difteri
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    100% (1)
  • Dokumen Pengantar Oke
    Dokumen Pengantar Oke
    Dokumen1 halaman
    Dokumen Pengantar Oke
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Batu Empedu
    Batu Empedu
    Dokumen8 halaman
    Batu Empedu
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • SPTK
    SPTK
    Dokumen9 halaman
    SPTK
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Sap Kemoterapi
    Sap Kemoterapi
    Dokumen12 halaman
    Sap Kemoterapi
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • LP Dan SP Harga Diri Rendah
    LP Dan SP Harga Diri Rendah
    Dokumen16 halaman
    LP Dan SP Harga Diri Rendah
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • LP Dan SP Harga Diri Rendah
    LP Dan SP Harga Diri Rendah
    Dokumen17 halaman
    LP Dan SP Harga Diri Rendah
    defit
    100% (3)
  • Sap Cuci Tangan
    Sap Cuci Tangan
    Dokumen8 halaman
    Sap Cuci Tangan
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • LP Dan SP Waham
    LP Dan SP Waham
    Dokumen14 halaman
    LP Dan SP Waham
    defit
    Belum ada peringkat
  • LP Dan SP Waham
    LP Dan SP Waham
    Dokumen14 halaman
    LP Dan SP Waham
    defit
    Belum ada peringkat
  • LP Dan SP Waham
    LP Dan SP Waham
    Dokumen14 halaman
    LP Dan SP Waham
    defit
    Belum ada peringkat
  • Sap CA Serviks
    Sap CA Serviks
    Dokumen10 halaman
    Sap CA Serviks
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Inotropik
    Inotropik
    Dokumen4 halaman
    Inotropik
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • LP Kolik Ureter
    LP Kolik Ureter
    Dokumen15 halaman
    LP Kolik Ureter
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Leaftlet HT
    Leaftlet HT
    Dokumen2 halaman
    Leaftlet HT
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Angina Pectoris
    Asuhan Keperawatan Angina Pectoris
    Dokumen65 halaman
    Asuhan Keperawatan Angina Pectoris
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Trauma Torax
    Intervensi Trauma Torax
    Dokumen2 halaman
    Intervensi Trauma Torax
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Tonsil
    Leaflet Tonsil
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Tonsil
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Ispa
    Satuan Acara Penyuluhan Ispa
    Dokumen7 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Ispa
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Inotropik
    Inotropik
    Dokumen4 halaman
    Inotropik
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Leaflet ISPA
    Leaflet ISPA
    Dokumen2 halaman
    Leaflet ISPA
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Pleuritis TB
    Laporan Pendahuluan Pleuritis TB
    Dokumen10 halaman
    Laporan Pendahuluan Pleuritis TB
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Batu Empedu
    Batu Empedu
    Dokumen8 halaman
    Batu Empedu
    Fukai Kizu
    Belum ada peringkat
  • Sap Fraktur
    Sap Fraktur
    Dokumen8 halaman
    Sap Fraktur
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Hidrosephalus
    Hidrosephalus
    Dokumen14 halaman
    Hidrosephalus
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Intervensi Hidro
    Intervensi Hidro
    Dokumen5 halaman
    Intervensi Hidro
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat
  • Batu Empedu
    Batu Empedu
    Dokumen8 halaman
    Batu Empedu
    Fukai Kizu
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Angina Pektoris
    Laporan Pendahuluan Angina Pektoris
    Dokumen36 halaman
    Laporan Pendahuluan Angina Pektoris
    Dwi Wahyu Novita Dewi
    Belum ada peringkat