Anda di halaman 1dari 20

KONSEP PENYAKIT

GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER


GAGAL JANTUNG

A. PENGERTIAN

Gagal jantung (heart failure) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk kebutuhan
metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu. Sedangkan tekanan pengisisan ke jantung
cukup tinggi. ( N. Abdurrahman. 1997 ).

Gagal jantung secara progresif menyebabkan penurunan curah jantung (cardiac out put),
kegagalan sirkolasi menyebabkan gangguan metabolisme badan dan faal tubuh seluruh
sistem organ dengan segala akibatnya. Kegagalan inilah yang dimanifestasikan sebagai
keluhan dan tanda-tanda dari gagal jantung (sindrom gagal jantung).

Ada 2 penyakit gagal jantung :


1. Gagal jantung kiri / gagal jantung ventrikel kiri.
Terjadi karena adanya gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah
jantung kiri menurun dengan akibat tekanan terakhir diastolek dalam ventrikel kiri dan
volume akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat.

2. Gagal jantung kanan. Dapat terjadi karena gangguan / hambatan pada daya pompa
ventrikel kanan, sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh
adanya gagal jantung kiri sehingga tekanan dan volume akhir diastolek ventrikel kanan
akan meningkatkan dan keadaan menjadi beban bagi atrium kanan dalam kerjanya
mengisi ventrikel kanan pada waktu diastolik.

B. ETIOLOGI

Secara umum dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain :

1. Disfungsi miocard (kegagalan miocard).


Primer : Antara lain iskemia miokard, infark miokard, miokarditis, kardiomiopati
dan prestikardia.
Sekunder : Sebagai akibat kenaikan beban, tekanan, beban volume & kebutuhan
metabolisme yang meningkat atau gangguan pengisian jantung.

2. Beban tekanan berlebihan / pembebanan sistolik (systolic overload).


Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel, menyebabkan hambatan
pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup,
misalnya pada hipertensi dan stenosis aorta.

3. Peningkatan kebutuhan metabolik / peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand


overload).

4. Beban volume berlebihan / pembebanan diastolik (diastolik overload).


Beban isian kedalam ventrikel yang berlebiahn atau beban isian berlebih pada waktu
diastolik dalam batas tertentu masih dapat ditampung oleh ventrikel ( preload yang
meningkat ). Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel ( diastolik
overload ) akan menyebabkan tekanan dan volume pada akhir diastolik dalam ventrikel
meninggi. Curah jantung mula-mula meningkat sesuai regangan otot, bila beban terus
bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung akan menurun kembali,
misalnya pada insupisiensi aorta (beban volume ventrikel kiri ). Insupisiensi mitral
(beban volume ventrikel kiri ), insupisiensi trikuspid ( beban volume ventrikel kanan ),
hipovolemia sekkunder (gangguan eksresi cairan).

5. Kebutuhan metabolik meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung, misalnya


pada anemia, tinoktiosis demam, beri-beri.

6. Hambatan pengisian kapiler, menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel berkurang


dan curah jantung menurun.

C. TANDA DAN GEJALA

1. Gagal jantung kiri .


Keluhan badan lemah, cepat lelah
Berdebar-debar
Sesak napas terutama saat beraktifitas
Batuk
Anorexia
Berkeringat dingin

Dapat pula ditemui tanda :


Takikardia
Dipsnea (dyspnea deffort, orthopnae atau paroxysmal noctural dyspnae).
Ronchi basah paru dibagian nasal.
Bunyi jantung III, pulsus alternans.
Ataupun tanda lain dari penyakit jantung yang menyertai.

2 Gagal jantung kanan.


Oedem tumit dan dan tungkai bawah.
Hati membesar dan lunak, nyeri tekan (hepatomegali).
Bendungan pada vena jugularis (JVP meningklat), pulsasi vena jugularis.
Gangguan gastrointestinal ~ kembung, anorexia, nausea.
BB meningkat (oedem)
Asites
Perasaan tidak enak pada epigastrium.
Ataupun tanda lain dari dari penyakit jantung yang menyertai.

3 Gagal jantung kongestive.


Merupakan kumpulan gejala atautanda gangguan jantung kiri / kanan secara bersamaan,
misalnya :
Pembesaran jantung.
Kadang terdengar bunyi jantung III (proto diastolik gallop).
Dan tanda-tanda lain yang sudah disebutkan di atas.
D. PATOFISIOLOGI.

Bila jantung dihadapkan pada beban yang berlebihan (melampaui beban normal), maka
jantung melakukan mekanisme kompensasi secara instrinsik dan berusaha meningkatkan
kemampuan kerjanya dalam mengatasi beban tadi. Mekanisme jantung antara lain :

Mekanisme frank starling.


Yaitu membesarnya pengeluaran isi sekuncup (strok volume) dan keadaan ini berlaku
sampai batas tertentu. Makinbesar pengisisan ventrikel pada akhir diastolik (end.
Diastolik volume), berarti menambah regangan otot jantung meningkatkan isi sekuncup
(stroke volume) sampai batas optimal dan bila terlampaui maka isi sekuncup normal
kembali.

Beban ventrikel (ventriculer overloading)


Beban pengisian (preload) dan beban tahanan (afterload) pada ventrikel menjadi
dilatasi dan hypertropi mengakibatkan peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih
kuat mengakibatkan kenaikan curah jantung.

Pembebanan jantung yang meningkat ~ membakitkan reaksi homeostasis ~


peningkatan rangsang simpatis ~ peningkatan kadar katekolamin dalam darah ~
memacu takikardia ~ meningkatkan curah jantung ~ pebebanan berlebihan ~
redistribusi cairan badan dan elektrolit (Na +) melalaui pengaturan cairan oleh ginjal &
vasokonstriksi perifer ~ bertujuan untuk memperbesar aliran balik vena (venous return)
kedalam ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir diastolik ~ menaikan kembali
curah jantung

Bila semua kompensasi tersebut di atas telah digunakan seluruhnya tetapi masih tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh menyebabkan gagal jantung, yang dapat di bedakan :

1. Gagal jantung kiri, di akibatkan:


Ischemia miocard yg difus, infark miocard yg luas, kardio miopati, miokarditis akut,
stenosis aorta, insufisiensi aorta, insufisiensi mitral, fistula arterio-venosus, hipertensi,
gangguan irama jantung berat, kebutuhab curah jantung yang meningkat (high out put
state) dan koarktasio aorta.
Hal ini terjadi akibat :
Ganggua pemompaan darah oleh ventrikel kiri ~ curah jantung kiri menurun ~ tekanan
akhir diastolik dalam ventrikel meningkat ~ membebani atrium kiri saat diastolik (waktu
pengisian ventrikel) ~ terjadi kenaikan tekanan rata-rata dalam atrium kiri ~ hambatan
pada aliran masuknya darah dari vena-vena pulmonal ~ bila berlanjut akan terjadi
bendungan pada paru ~ oedem paru ~ keluhan dan tanda akibat peningkatan tekanan paru
meningkat.
Apabila berlanjut ~ terjadi hambatan ventrikel kanan memompa darah ke paru-paru ~
kompensasi ventrikel kanan (hipertropi dan dilatasi) sampai batas tertentu ~ jika tidak
dapat di atasi ~ gagal jantung kanan dan kiri.

2. Gagal jantung kanan, keadaan yang memicu :


Hipertensi pulmonal, trombosis / emboli paru, perikarditis konstriktif, akibat sekunder
gagal jantung kiri kronik, stenosis mitral dengan tekanan pulmonal yang tinggi, kor
pulmonal, kelainan jantung kongenital dengan tekanan pulmonal yang tinggi, kelainan
katup trikuspid (insufisiensi), stenosis pulmoner & miksoma atrial.
Hal ini terjadi akibat :
Gangguan / hambatan daya pompa ventrikel kanan ~ isi sekuncup menurun tanpa di
dahului kelainan gagal jantung kiri ~ tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel kanan
meningkat menjadi beban bagian atrium (kenaikan tekanan atrium kanan) ~ hambatan
pada aliran masuk darah dari vena kava superior dan inferior ke dalam jantung ~
kenaikan tekanan & bendungan vena-vena sistemik (pada jugularis & di dalam hepar) ~
peningkatan JVP & hepatomegali ~ bila berlanjut ~

3. Gagal jantung kongestif.


Terjadi bila gagal jantung kiri dan kanan terjadi secara bersamaan.

Gagal jantung kanan

Gangguan fungsi pompa ventrikel kanan

Curah jantung kanan menurun, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan meningkat

Bendungan pada atrium kanan dan tekanan dalam atrium kanan meningkat

Bendungan pada vena cava dan peningkatan pada vena cava ( vena sistematis )

Hambatan arus balik vena dan menyebabkan bendungan sistematis

Gagal jantung kiri

Gangguan fungsi pompa ventrikel kiri


Curah jantung kiri dan tekanan diastolik ventrikel kiri

Bendungan pada atrium kiri dan tekanan dalam atrium kiri

Bendungan pada vena polmunalis dan tekanan dalam vena polmunalis

Bendungan paru ( edema paru )

Bendungan arteri polmunalis, tekanan rata-rata pada arteri polmunalis

Beban sistolik pada ventrikel kanan

( Ref : Sylvia A Price, Lorraine M Wilson, Patofisiologi , 1995 )


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

EKG
Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple)
Scant jantung.
Kateterisasi jantung
Rotghen dada
Enzime hepar, elektrolit darah, BUN dan kretinin.

F. PENATALAKSANAAN

Keperawatan
Kaji tanda vital, frekwensi dan irama jantung, nadi ferifer /bunyi napas.
Kaji warna kulit /sianosis.
Kaji tingkat kesadaran
Kaji haluaran urine ~ catat penurunan & konsentrasi urine.
Tingkatkan istirahat dengan posisi senyaman mungkin
Atur lingkungan tenang, hendari stress.
Kaji tingkat toleransi aktivitas & catat respon cardiopulmonal terhadap aktivitas.
Berikan / penuhi kebutuhan klien sesuai tingkat toleransi.
Ukur BB dan lingkar perut tiap hari.
Kaji distensi vena jugularis & vitting oedem.
kolaborasi pemberian O2 dan obat-obatan.
Diet rendah garam.

Medis
Pengobatan / pengendalian kelainan dasar jantung atau vaskuler, misalnya operasi, &
pengobatan.
Obat obatan yang diberikan :
Preparat digitalis ~ meningkatkan kembali daya kontraksi jantung
Mengatasi retensi cairan ~ diuretik
Memperbaiki oksigenasi jaringan ~ O2, kadar tinggi dengan konsentrasi 24-28 %
kecepatan 2-3 l/mt
Menurunkan beban hemodinamis jantung ~ obat vasodilator (nitrogliserin).
Pengobatan oedem akut ~ O2 & diuretik / vasodilator.

G. DAFTAR PUSTAKA.

1. Barbara E, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah , vol 2, alih bahasa Samba,
Suryati, Jakarta EGC, 1998
2. Doengoes, E, Marylinn dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Vol. 3, alih bahasa
Sukarsya, I Made, Jakarta EGC
3. N. Abdurrachman , Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 2, editor soeparman, Jakarta,
BPFKUI, 1987.
4. Tucker, Susan Martin dkk, Standar Perawatan Pasien, vol. 1, Alih bahasa Yasmin Asih
dkk, Jakarta, EGC, 1998.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KASUS GAGAL JANTUNG.

A. PENGKAJIAN.

1. Aktivitas / istirahat.
Gejala : Kelelahan terus-menerus, nyeri dada, insomnia, dispnoe saat
istirahat atau pada pengerahan tenaga.

Tanda : Gelisah, perubahan status mental, (misalnya letargi) tanda vital


berubah pada saat beraktivitas.

2. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat Hipertensi. Gagal jantuk kronis, penyakit katup jantung,
bedah endokarditis, anemia, syok, septik.

Tanda : TD rendah. Tinggi karena kelebihan cairan.


Tekanan nadi sempit, penurunan volume nadi sekuncup.
Frekuensi jantumh takhikardi (gagal jantung kiri).
Irama jantung disritmia.
Bj S3 dan S4 dapat terjadi. S1 dan S2 lemah.
Murmur sistolik dan diastolik, tanda adanya stenosis katup atau
insupisiensi.
Nadi perifer berkurang, nadi sentral kuat.
Warna kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis.
Kuku pucat (stenosis dengan pengisian kapiler lambat).
Hepar, pembesaran / dapat diraba, refleks hepato jugularis.
Bunyi nafas, krekels, ronchi.
Edema umum atau pitting, khususnya pada ekstremitas.

3. Integritas Ego.
Gejala : Ancietas, kuatir, takut.
Stres yang berhubungan dengan penyakit.

Tanda : Marah, ketakutan, mudah tersinggung.

4. Eliminasi.
Tanda : Penurunan frekuensi BAK, urien berwarna gelap.
Berkemih pada malam hari ( nokturia ).
Diare / konstipasi.

5. Makanan / cairan.
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, pembengkakan
ekstremitas bawah, diet rendah garam, makanan, kaleng, lemak,
gula, kafein, rokok.

Tanda : Penambahan BB cepat & distensi abdomen (ascites), edema,


( umum, dependen,tekanan, pitting).
6. Hygiene.
Gejala : Keletihan, kelemahan, kelelahan selama aktivitas.

Tanda : Penampilan, perawatan personal menurun.

7. Neorosensori.
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

Tanda : Letargi, kusut fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah


tersingung.

8. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada, angina akut / kronis.
Nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.

9. Pernafasan.
Gejala : Dispnea saat tidur, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
kontrol.
Batuk dengan / tanpa kontrol.
Riwayat penyakit paru kronis.

Tanda : Pernafasan tachipnoe, nafas dangkal, pernafasan laboret.


Penggunaan otot bantu pernafasan.
Batuk ; kering, nyaring, non produktif. / batuk terus menerus
tanpa pembentukan sputum.
Bunyi nafas tidak terdengar, krikels, basiler, dan mengi.

10. Keamanan.
Gejala : Perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan / tonus otot, kulit
lecet.

11. Interaksi sosial.


Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, kondisi


listrik, (pembebanan diaslotik overload), dapat ditandai dengan :
Peningkatan frekuensi jantung.
Bunyi jantung S3 & S4 .
Perubahan TD.
Nadi perifer tidak teraba.
Krekels, pembesaran hepar, warna.
Nyeri dada.

Tujuan jangka pendek : Ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Tujuan jangka panjang : Menunjukan tanda vital dalam batas normal

Rencana tindakan.
1. Kaji frekuensi irama jantung.
2. Pantau haluaran urien dan warna kulit.
3. Catat bunyi jantung, TD dan nadi perifer.
4. Kaji pada perubahan sensori, misalnya letargi, bingung, cemas.
5. Berikan istirahat ditempat tidur & kursi.
6. Berikan istirahat psikologis dengan lingkungan tenang, membantu pasien
menghindari stress.
7. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat sesuai indikasi : Diuretik,
vasodilator, digitalis (digoxin). Berikan O2 tambahan.

Rasionalisasi
1. Biasanya terjadi takhikardi.
2. S1 & S2 mungkin lemah karena menurunkan kerja pompa dan menurunnya nadi
radikal.
3. Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dan pucat menunjukan
menurunnya perfusi perifer.
4. Dapat menunjukan tidak adekuat perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah
jantung.
5. Istirahat fisik dipertahankan untuk memperbaiki efidiensi, kontraksi jantung.
6. Stres, emosi menghsilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan menghasilkan
frekuensi / kerja jantung.
7. Penurunan preload sehingga mempengaruhi reabsopsi Na dan air untuk
meningkatkan curah jantung, memperlambat frekuensi jantung.
Meningkatkan sediaan O2 dan kebutuhan miokard.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


O2.kelemahan. Dapat ditandai dengan :
Kelemahan / kelelahan.
Perubahan tanda vital.
Dispnea, kulit berkeringat.

Tujuan jangka pendek : Penurunan kelemahanan / kelelahan & tanda vital dalam batas
yang normal.
Tujuan jangka panjang : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Rencana tindakan.
1. Periksa tanda vital sebelum & sesudah aktivitas, khususnya pada pasien
menggunakan vaodilator diuretik.
2. Catat respon kardiopolmunal terhadap aktivitas, catat takhikardi, diespnea,
berkeringat dan pucat.
3. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
4. Berikan ketentuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
5. Kolaborasi dengan medis implementasikan program rehabilitasi jantung,
aktivitas.

Rasionalisasi.
1. Hipoksia sistolik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat.
2. Penurunan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas
menyebabkan peningkatan frekuensi jantung & meningkatkan kelelahan dan
kelemahan.
3. Dapat menunjukan peningkatan dengan kompensasi jantung dari pada kelebihan
aktivitas.
4. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi kebutuhan O 2
berlebihan.
5. Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung.

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung, meningkatnya


produksi ADH dan retensi natrium. Dapat ditandai dengan :
BJ S3.
Edema.
Peningkatan BB.

Tujuan jangka pendek : Menyatakan tentang pemahaman tentang pembatasan cairan.


Tujuan jangka panjang : Volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan.

Rencana tindakan.
1. Pantau haluaran urien, catat jumlah dan warna..
2. Pantau / hitung keseimbangan pemasukan & pengeluaran selama 24 jam.
3. Pertahankan duduk / tirah baring dengan posisi semi powler.
4. Buat jadwal pemasukan cairan dan timbang BB.
5. Kaji bising usus, catat keluhan, anorexia, mual, distensi abdomen.
6. Kolaborasi dengan :
Medis : Dalam pemberian Diuretik & tambahan kalium, pertahankan
cairan sesuai indikasi.
Petugas Gizi : Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil.
Rasionalisasi.
1. Penurunan haluaran urien karena penurunan perfusi ginjal.
2. Therapy diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan berlebihan.
3. Posisi telentanng, meningkatkan filtrasi ginjal & menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuretik.
4. Melibatkan pasien dalam program therapy dapat meningkatkan perasaan mengontrol
dalam pembatasan.
5. Kongesti viseral ( pada GJK ) dapat mengganggu gaster.
6. Makan sedikit dan sering meningkatkan digesti / mencegah ketidaknyamanan
abdomen.
Meningkatkan laju aliran urien, mengganti kehilangan kalium sebagai efek
samping diuretik.
Menurunkan air total tubuh, mencegah reakumulasi cairan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DECOMPENSASI CORDIS.

PENGKAJIAN
I. BIODATA.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 57 tahun.
Jenis kelamin : Perempuan.

Pendidikan : SD
Agama : Islam.
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status perkawinan : Janda.
Alamat : Jl.Murakata NO.20 RT.16 Barabai
Tgl masuk RS / Pusk : 14 10 2003.
Tgl pengkajian : 17 10 2003.
Nomor register : 462964
Dignosa medis : Decompensasi Cordis.

A. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB.


Nama : Tn. Sutrisno.
Umur : 38 tahun.
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta.
Agama : Islam.
Alamat : Jl.Murakata NO.20 RT.16 Barabai .
Hubungan dengan pasien : Orang Tua.

II. RIWAYAT PENYAKIT.


A. Keluhan utama.
Sesak diserta nyeri dada dan bengkak pada tungkai bawah.
B. Riwayat penyakit sekarang.
Pasien menderita batuk sejak hari senin, tanggal 24 9 2003 Disertai
rasa nyeri yang terasa menusuk pada seluruh daerah dada. Pada hari
jumat tanggal 28 9 2003 pasien berobat ke Puskesmas Banjarbaru,
setelah minum obat dari Puskesmas tersebut batuk pasien berkurang
namun nyeri dada kadang-kadang masih terasa. Setelah obat habis, batuk
kembali muncul,nyeri dada semakin hebat, pada tanggal 10 10 2003,
kaki pasien terasa pegal-pegal dan esok hari setelah bangun tidur pasien
melihat tungkai bawah pasien mulai bengkak, kemudian pasien mencoba
berobat pijat refleksi, namun tidak berhasil, oleh inisiatif anaknya pasien
dibawa berobat ke Rumah Sakit Banjarbaru untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut.

C. Riwayat penyakit terdahulu.


Sebelumnya pasien belum pernah menderita batuk yang disertai nyeri dada
seperti sekarang, hanya batuk-batuk kering tanpa dahak saja. Tidak pernah
menderita penyakit kronis atau menular, dan belum pernah di rawat di
Rumah Sakit.

III. PEMERIKSAAN FISIK.


A. Keadaan umum.
Kesadaran : Komposmentis.
Vital sign TD : 140/90 mmhg
Temp : 37,5 C.
Nadi : 92 x / mt Resp : 24 x / mt

B. Kulit.
Kulit pucat, lembab dan berkeringat.
Terdapat lesi pada tangan dan kaki.
Turgor kulit lambat kembali setelah ditekan 4-5 detik setelah ditekan,
terutama pada ekstremitas bawah.
Tidak ada cyanosis dan warna kelainan kulit.

C. Kepala.
Bentuk kepala mesosepal. Distribusi rambut merata.
Warna rambut hitam dan tipis, tampak adanya uban.
Kotoran kulit kepala / ketombe (-).
Kadang kepala terasa pusing berputar.

D. Penglihatan.
Gerakan bola mata simetris. Refleks terhadap cahaya (+).
Sklera mata tampak keruh, tampak adanya sekret pada palpebra bawah.
Penglihatan terganggu, pasien menggunakan alat bantu kacamata minus.
Konjungtiva pucat, sklera keruh.
E. Penciuman & Hidung.
Bentuk hidung kiri dan kanan simetris. Tidak terdapat adanya sekret pada
lubang hidung.
Mukosa hidung merah muda.
Pernafasan cuping hidung (+).
Pernafasan berfungsi baik, pasien dapat membeda-bedakan bau alkohol dan
minyak angin.

F. Pendengaran & Telinga.


Bentuk telinga kiri dan kanan simetris.
Tidak terdapat sekret pada kedua lubang telinga.
Tidak ada tanda-tanda peradangan
Pendengaran berfungsi baik, pasien dapat mendengar pertanyaan perawat
tanpa pengulangan kalimat.
G. Mulut.
Bentuk bibir atas dan bawah simetris
Mukosa mulut pucat.
Jumlah gigi tidak lengkap, sebagian ada yang tanggal tapi tidak
menggunakan gigi palsu (protesa).
Gusi berwarna merah muda, tidak ada tanda-tanda peradangan.

H. Leher.
Pulsasi vena jugularis teraba kuat, terdapat peningkatan bendungan vena
jugularis.
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
Tidak ada pembatasan dalam gerakan leher.

I. Dada / Pernafasan / Sirkulasi.


Bentuk simetris, retraksi dinding dada (+).
Fremitus vokal dextra & sinistra simetris.
Bj 1 & Bj 2 kurang jelas, terdengar bunyi gallop (Bj 3).
Tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
Terlihat menggunakan otot nafas tambahan ketika bernafas.
Nyeri dada menusuk saat pasien batuk.

J. Abdomen.
Bentuk simetris, kembung ( + ).
Nyeri tekan epigastrium (+).
Pada palpasi tidak teraba pembesaran hati dan limfe.
Terdengar bising usus.

K. Sistem reproduksi.
Jenis kelamin perempuan.
Menurut pasien, waktu merarshe pada usia 13 th, dan aminorhoe pada usia
50 th.
Tidak pernah menderita gangguan pada sistem reproduksi.
Pasien mempunyai anak 4 orang, 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.

L. Ekstremitas atas & bawah.


Akral hangat, bentuk tangan simetris dextra & sinistra, jumlah jari lengkap.
Adanya pembatasan gerak pada tangan kanan karena terpasang infus RL 20
tts/mt.
Bentuk kaki simetris, terdapat oedema pada tungkai bawah.
Kekuatan otot kaki lemah, tidak dapat berdiri sendiri dan berjalan.
Kulit pada ekstremitas bawah tampak mengkilat dan pucat.

IV. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL & SPIRITUAL.


A. Aktivitas & Istirahat.
Aktivitas sehari-hari berjualan sayur didepan rumah, dari pagi hinga sore hari.
Istirahat siang jarang dilakukan, kalaupun tidur paling hanya 1 jam saja.
Istirahat malam berkisar antara 5 6 jam setiap malam.

B. Personal hygiene.
Pola mandi 2 x sehari. Gosok gigi 2 x sehari.
Sanitasi asir bersih dari sumber PDAM.
Ganti baju biasanya 2 x sehari

C. Nutrisi.
Pola makan 3 x sehari. Terdiri dari lauk dan pauk,biasanya pasien suka
makan makanan yang mengandung santan, tapi tidak suka yang asin asin
Suka makan jeroan (lemak).
Di RS diet yang disediakan Bubur rendah garam.
Minum air putih 5 7 gelas sehari.
Biasanya pasien minum kopi 1 gelas dipagi hari, namun sejak masuk RS
pasien tidak diperbolehkan minum kopi.

D. Eliminasi.
Pola BAB biasanya 1 x sehari, biasanya pada pagi hari setelah bangun tidur,
namun sejak pasien masuk RS, pasien baru 1 x BAB.
Pola BAK biasanya 5 7 x sehari. Namun sejak masuk RS pasien
menggunakan poly kateter.

E. Sexualitas.
Lamanya menikah 38 tahun.
Suami pasien telah meninggal pada tahun 1999 yang lalu karena sakit stroke.

F. Psikososial.
Pasien tampak cemas akan penyakit yang dideritanya, jikalau akan
berdampak negatif terhadap dirinya.
Pasien juga merasa cemas karena ia tidak dapat mencari nafkah untuk
membiayai anak bungsunya yang masih kuliah di Fakultas Tehnik Unlam
semester 9.

G. Spiritual.
Pasien beragama Islam.
Pasien mengatakan ia selalu menjalankan shalat 5 waktu selagi sehat, namun
sejak sakit dan kaki yang bengkak ia tidak dapat melakukan salat.
Pasien percaya bahwa penyakit ini datangnya dari Tuhan YME, bukan karena
guna guna atau santet.

V. PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN.


A. Laboratorium.

N HARI & JENIS KATEGORI HASIL


O TANGGAL PEMERIKSAAN NORMAL PEMERIKSAAN
1. Selasa Hemoglobin 12 16 gr. 6,8 gr
16 10 03
GDS. 70 115 95.

B. Rontgen
Hasil :Tidak dilakukan pemeriksaan.

C. EKG.
Hasil :Tgl 16 10 03 : Terdapat infark pada anterior & lateral.

D. Pengobatan :
Infus RL 20 tts / mt.
Inj Amoxan 3 x 1 gr.
Inj Lasix 2 x 1 amp.
Inj Neorobat 1 x 1 amp.
Efoxol 3 x 1 tab.
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF & OBYEKTIF
ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Pasien mengatakan Hipoksemia Penurunan curah jantung


nyeri dada terasa jaringan
menusuk

DS : Bj 1 & 2 terdengar
kurang jelas.
Terdengar bunyi gallop

2. DS : Pasien mengatakan Ketidakseimbang Intoleransi aktivitas.


tidak dapat beraktivitas. an suplai oksigen,
cardiac out put
DO : Pasien tirah baring.
tak adekuat.
Terpasang kateter.
Terpasang infus.
Badan terasa lemah
Oedema kaki.

3. DS : Pasien mengatakan kulit Resiko terhadap kerusakan


terasa lembab terutama Tirah baring yang integritas kulit.
daerah pantat dan lama.
punggung.

DS : BAB ditempat tidur.


Tirah baring lama.
Oedema.
Berkeringat.
INTERVENSI KEPERAWATAN

HARI & PERENCANAAN


N DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI
TANGGA
O TUJUAN TINDAKAN RASIONALISASI
L
1 Rabu Nyeri berhubungan dengan Jangka panjang 1. Selidiki keluhan nyeri 1. Nyeri iskemia 1. Mengkaji adanya keluhan
17-10 hipoksia miokard, ditandai : Nyeri hilang / dada, perhatikan faktor memburuk pada nyeri dada yang
2003 Nafas cepat dan terkontrol. pemberat, perhatikan inspirasi dalam. disebabkan oleh batuk
dangkal. petunjuk non verbal dan sesak serta keluhan
Berkeringat dan batuk. Jangka pendek dari ketidaknyaman mis pasien.
Mendokumentasi ; berbaring dengan
kan relaksasi. diam mengeluh.

2. Berikan lingkungan 2. Mengurangi 2. Menciptakan lingkungan


yang tenang. ketidaknyamanan yang tenang, membatasi
fisik. jumlah keluarga yang
menunggu dan tamu
yang membezuk.

3. Memberikan contoh
3. Berikan tindakan 3. Mengurangi tindakan kenyamanan
kenyamanan. Misalnya nyeri. untuk pasien misalnya
mengubah posisi menarik nafas dalam
pasien, gosokan dan gosokan tangan
punggung. pada punggung pasien.

4. Kolaborasi dalam
4. Kolaborasi dengan 4. Mengurangi rasa pemberian obat ;
medis dalam program nyeri yang memberikan inj Amoxan
therapy. disebabkan oleh 1 x 1 gr.
respon penyakit.
1. Memeriksa tanda vital
2 Rabu. Intoleransi aktivitas Jangka panjang 1. Periksa tanda vital 1. Hipotensi setelah pasien
17 10 berhubungan dengan Menurunnya setelah aktivitas dan ortistatik dapat beraktivitas di tempat
2003 ketidakseimbangan suplai kelemahan dan setelah istirahat. terjadi dengan tidur,
O2 ditandai : kelelahan. aktivitas karena
Pasien tirah baring. pengaruh fungsi
Pasien mengatakan Jangka pendek jantung.
badan terasa lemah. Berpartisipasi 2. Mencatat respon terhadap
Hb 6 gr % dengan aktivitas 2. Catat respon 2. Penurunan aktivitas adanya
Edema pitting (kaki) yang diinginkan. cardiopolmunal miokardium u/ takhikardi dan
dan tidak dapat terhadap aktivitas, meningkatkan berkeringat.
berjalan. catat takhikardi, volume
diespnoe, berkeringat, sekuncup
pucat. selama aktivitas
dapat
meningkatkan
frekuensi
jantung
3. Mencatat frekuensi
3. Catat frekuensi jantung 3. Dapat jantung.
dihubungkan dengan mengindikasika
laporan nyeri dada n penurunan O2
miokardia yang
memerlukan
penurunan
tingkat
aktivitas / tirah
4. Batasi aktivitas pada baring. 4. Membatasi aktivitas pada
daerah nyeri. saat nyeri dada.
4. Menurunkan
kerja miokardia.

1. Observasi adanya 1. Mengobservasi dan


3 Rabu Resiko terhadap kerusakan Jangka panjang benjolan,, edema, atau mencatat adanya benjolan
17 10 integritas kulit berhubungan Mempertahan kegemukan. 1. kulit beresiko di sekitar kulit atau
2003 dengan tirah baring ditandai kan integritas karena adanya edema
dengan : kulit. gangguan
Berkeringat. 2. Ubah posisi tidur pasien imobilitas fisik. 2. Memberikan perawatan
BAB di tempat tidur. Jangka pendek sesering mungkin, kulit terutama pada
Edema pitting. Mendemonstrasik bantu latihan gerak 2. Memperbaiki daerah punggung, pantat,
an tehnik pasif. sirkulasi / dan lipatan kulit dengan
mencegah menurunkan bedak, terutam setelah
kerusakan kulit. waktu satu area pasien diseka.
yang
menggangu
3. Berikan perawatan kulit aliran darah. 3. Mengubah posisi tirah
sesering mungkin baring setiap 1 jam sekali.
3. Terlalu kering
atau lembab
dapat
mempercepat
4. Hindari pemberian obat kerusakan kulit. 4. Menghindari pemberian
intramuskuler obat secara intramuskuler.
4. Edema
interstitial &
gangguan
sirkulasi
memperlambat
absorsi obat.
Rusdianor A. Rasyid

CATATAN PERKEMBANGAN.

HARI /
NO
TANGGAL
NO DXN H. PERKEMBANGAN PARAF

1. Jumat No 1 S : Pasien mengatakan rasa


19-10-2003 nyeri masih terasa.
O : Raut muka tampak meringis
saat batuk.
A : Masalah belum teratasi.
P : Kolaborasi dengan medis
dalam pemberian obat.
I : Therapy oral Efoxol 3 x 1
tab.
E : Nyeri mulai berkurang,
R : Teruskan therapy.

2. Jumat
19-10-2003. No 2
S : Pasien mengatakan badan
masih terasa lemah.
O : Pasien masih tirah baring.
Oedema (+).
A : Masalah masih relevan.
P : Kolaborasi dengan Medis
dalam pemberiaan
antidiuretik.
I : Therapy Inj Lasix 2 x 1
amp.
E : Oedema kaki mulai
berkurang.
3. Sabtu. R : Teruskan therapy yang
20-10-2003 No 3 ada.

S : Pasien mengatakan kulitnya


sudah tidak terasa lembab
lagi.
O : Pasien mampu
mendemonstrasikan tehnik
relasasi kulit, dengan sering
miring kiri-kanan.
A : Masalah dapat teratasi.
P : Teruskan perawatan PX

Decompensatio Cordis - Cardio Vaskuler 132

Anda mungkin juga menyukai