A. PENGERTIAN
Gagal jantung (heart failure) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk kebutuhan
metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu. Sedangkan tekanan pengisisan ke jantung
cukup tinggi. ( N. Abdurrahman. 1997 ).
Gagal jantung secara progresif menyebabkan penurunan curah jantung (cardiac out put),
kegagalan sirkolasi menyebabkan gangguan metabolisme badan dan faal tubuh seluruh
sistem organ dengan segala akibatnya. Kegagalan inilah yang dimanifestasikan sebagai
keluhan dan tanda-tanda dari gagal jantung (sindrom gagal jantung).
2. Gagal jantung kanan. Dapat terjadi karena gangguan / hambatan pada daya pompa
ventrikel kanan, sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh
adanya gagal jantung kiri sehingga tekanan dan volume akhir diastolek ventrikel kanan
akan meningkatkan dan keadaan menjadi beban bagi atrium kanan dalam kerjanya
mengisi ventrikel kanan pada waktu diastolik.
B. ETIOLOGI
Bila jantung dihadapkan pada beban yang berlebihan (melampaui beban normal), maka
jantung melakukan mekanisme kompensasi secara instrinsik dan berusaha meningkatkan
kemampuan kerjanya dalam mengatasi beban tadi. Mekanisme jantung antara lain :
Bila semua kompensasi tersebut di atas telah digunakan seluruhnya tetapi masih tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh menyebabkan gagal jantung, yang dapat di bedakan :
Curah jantung kanan menurun, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan meningkat
Bendungan pada atrium kanan dan tekanan dalam atrium kanan meningkat
Bendungan pada vena cava dan peningkatan pada vena cava ( vena sistematis )
EKG
Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple)
Scant jantung.
Kateterisasi jantung
Rotghen dada
Enzime hepar, elektrolit darah, BUN dan kretinin.
F. PENATALAKSANAAN
Keperawatan
Kaji tanda vital, frekwensi dan irama jantung, nadi ferifer /bunyi napas.
Kaji warna kulit /sianosis.
Kaji tingkat kesadaran
Kaji haluaran urine ~ catat penurunan & konsentrasi urine.
Tingkatkan istirahat dengan posisi senyaman mungkin
Atur lingkungan tenang, hendari stress.
Kaji tingkat toleransi aktivitas & catat respon cardiopulmonal terhadap aktivitas.
Berikan / penuhi kebutuhan klien sesuai tingkat toleransi.
Ukur BB dan lingkar perut tiap hari.
Kaji distensi vena jugularis & vitting oedem.
kolaborasi pemberian O2 dan obat-obatan.
Diet rendah garam.
Medis
Pengobatan / pengendalian kelainan dasar jantung atau vaskuler, misalnya operasi, &
pengobatan.
Obat obatan yang diberikan :
Preparat digitalis ~ meningkatkan kembali daya kontraksi jantung
Mengatasi retensi cairan ~ diuretik
Memperbaiki oksigenasi jaringan ~ O2, kadar tinggi dengan konsentrasi 24-28 %
kecepatan 2-3 l/mt
Menurunkan beban hemodinamis jantung ~ obat vasodilator (nitrogliserin).
Pengobatan oedem akut ~ O2 & diuretik / vasodilator.
G. DAFTAR PUSTAKA.
1. Barbara E, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah , vol 2, alih bahasa Samba,
Suryati, Jakarta EGC, 1998
2. Doengoes, E, Marylinn dkk, Rencana Asuhan Keperawatan Vol. 3, alih bahasa
Sukarsya, I Made, Jakarta EGC
3. N. Abdurrachman , Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 2, editor soeparman, Jakarta,
BPFKUI, 1987.
4. Tucker, Susan Martin dkk, Standar Perawatan Pasien, vol. 1, Alih bahasa Yasmin Asih
dkk, Jakarta, EGC, 1998.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN KASUS GAGAL JANTUNG.
A. PENGKAJIAN.
1. Aktivitas / istirahat.
Gejala : Kelelahan terus-menerus, nyeri dada, insomnia, dispnoe saat
istirahat atau pada pengerahan tenaga.
2. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat Hipertensi. Gagal jantuk kronis, penyakit katup jantung,
bedah endokarditis, anemia, syok, septik.
3. Integritas Ego.
Gejala : Ancietas, kuatir, takut.
Stres yang berhubungan dengan penyakit.
4. Eliminasi.
Tanda : Penurunan frekuensi BAK, urien berwarna gelap.
Berkemih pada malam hari ( nokturia ).
Diare / konstipasi.
5. Makanan / cairan.
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, pembengkakan
ekstremitas bawah, diet rendah garam, makanan, kaleng, lemak,
gula, kafein, rokok.
7. Neorosensori.
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
8. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada, angina akut / kronis.
Nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
9. Pernafasan.
Gejala : Dispnea saat tidur, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
kontrol.
Batuk dengan / tanpa kontrol.
Riwayat penyakit paru kronis.
10. Keamanan.
Gejala : Perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan / tonus otot, kulit
lecet.
Tujuan jangka pendek : Ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Tujuan jangka panjang : Menunjukan tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan.
1. Kaji frekuensi irama jantung.
2. Pantau haluaran urien dan warna kulit.
3. Catat bunyi jantung, TD dan nadi perifer.
4. Kaji pada perubahan sensori, misalnya letargi, bingung, cemas.
5. Berikan istirahat ditempat tidur & kursi.
6. Berikan istirahat psikologis dengan lingkungan tenang, membantu pasien
menghindari stress.
7. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat sesuai indikasi : Diuretik,
vasodilator, digitalis (digoxin). Berikan O2 tambahan.
Rasionalisasi
1. Biasanya terjadi takhikardi.
2. S1 & S2 mungkin lemah karena menurunkan kerja pompa dan menurunnya nadi
radikal.
3. Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dan pucat menunjukan
menurunnya perfusi perifer.
4. Dapat menunjukan tidak adekuat perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah
jantung.
5. Istirahat fisik dipertahankan untuk memperbaiki efidiensi, kontraksi jantung.
6. Stres, emosi menghsilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan menghasilkan
frekuensi / kerja jantung.
7. Penurunan preload sehingga mempengaruhi reabsopsi Na dan air untuk
meningkatkan curah jantung, memperlambat frekuensi jantung.
Meningkatkan sediaan O2 dan kebutuhan miokard.
Tujuan jangka pendek : Penurunan kelemahanan / kelelahan & tanda vital dalam batas
yang normal.
Tujuan jangka panjang : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Rencana tindakan.
1. Periksa tanda vital sebelum & sesudah aktivitas, khususnya pada pasien
menggunakan vaodilator diuretik.
2. Catat respon kardiopolmunal terhadap aktivitas, catat takhikardi, diespnea,
berkeringat dan pucat.
3. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
4. Berikan ketentuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
5. Kolaborasi dengan medis implementasikan program rehabilitasi jantung,
aktivitas.
Rasionalisasi.
1. Hipoksia sistolik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat.
2. Penurunan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas
menyebabkan peningkatan frekuensi jantung & meningkatkan kelelahan dan
kelemahan.
3. Dapat menunjukan peningkatan dengan kompensasi jantung dari pada kelebihan
aktivitas.
4. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi kebutuhan O 2
berlebihan.
5. Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung.
Rencana tindakan.
1. Pantau haluaran urien, catat jumlah dan warna..
2. Pantau / hitung keseimbangan pemasukan & pengeluaran selama 24 jam.
3. Pertahankan duduk / tirah baring dengan posisi semi powler.
4. Buat jadwal pemasukan cairan dan timbang BB.
5. Kaji bising usus, catat keluhan, anorexia, mual, distensi abdomen.
6. Kolaborasi dengan :
Medis : Dalam pemberian Diuretik & tambahan kalium, pertahankan
cairan sesuai indikasi.
Petugas Gizi : Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil.
Rasionalisasi.
1. Penurunan haluaran urien karena penurunan perfusi ginjal.
2. Therapy diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan berlebihan.
3. Posisi telentanng, meningkatkan filtrasi ginjal & menurunkan produksi ADH
sehingga meningkatkan diuretik.
4. Melibatkan pasien dalam program therapy dapat meningkatkan perasaan mengontrol
dalam pembatasan.
5. Kongesti viseral ( pada GJK ) dapat mengganggu gaster.
6. Makan sedikit dan sering meningkatkan digesti / mencegah ketidaknyamanan
abdomen.
Meningkatkan laju aliran urien, mengganti kehilangan kalium sebagai efek
samping diuretik.
Menurunkan air total tubuh, mencegah reakumulasi cairan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DECOMPENSASI CORDIS.
PENGKAJIAN
I. BIODATA.
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 57 tahun.
Jenis kelamin : Perempuan.
Pendidikan : SD
Agama : Islam.
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Status perkawinan : Janda.
Alamat : Jl.Murakata NO.20 RT.16 Barabai
Tgl masuk RS / Pusk : 14 10 2003.
Tgl pengkajian : 17 10 2003.
Nomor register : 462964
Dignosa medis : Decompensasi Cordis.
B. Kulit.
Kulit pucat, lembab dan berkeringat.
Terdapat lesi pada tangan dan kaki.
Turgor kulit lambat kembali setelah ditekan 4-5 detik setelah ditekan,
terutama pada ekstremitas bawah.
Tidak ada cyanosis dan warna kelainan kulit.
C. Kepala.
Bentuk kepala mesosepal. Distribusi rambut merata.
Warna rambut hitam dan tipis, tampak adanya uban.
Kotoran kulit kepala / ketombe (-).
Kadang kepala terasa pusing berputar.
D. Penglihatan.
Gerakan bola mata simetris. Refleks terhadap cahaya (+).
Sklera mata tampak keruh, tampak adanya sekret pada palpebra bawah.
Penglihatan terganggu, pasien menggunakan alat bantu kacamata minus.
Konjungtiva pucat, sklera keruh.
E. Penciuman & Hidung.
Bentuk hidung kiri dan kanan simetris. Tidak terdapat adanya sekret pada
lubang hidung.
Mukosa hidung merah muda.
Pernafasan cuping hidung (+).
Pernafasan berfungsi baik, pasien dapat membeda-bedakan bau alkohol dan
minyak angin.
H. Leher.
Pulsasi vena jugularis teraba kuat, terdapat peningkatan bendungan vena
jugularis.
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
Tidak ada pembatasan dalam gerakan leher.
J. Abdomen.
Bentuk simetris, kembung ( + ).
Nyeri tekan epigastrium (+).
Pada palpasi tidak teraba pembesaran hati dan limfe.
Terdengar bising usus.
K. Sistem reproduksi.
Jenis kelamin perempuan.
Menurut pasien, waktu merarshe pada usia 13 th, dan aminorhoe pada usia
50 th.
Tidak pernah menderita gangguan pada sistem reproduksi.
Pasien mempunyai anak 4 orang, 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
B. Personal hygiene.
Pola mandi 2 x sehari. Gosok gigi 2 x sehari.
Sanitasi asir bersih dari sumber PDAM.
Ganti baju biasanya 2 x sehari
C. Nutrisi.
Pola makan 3 x sehari. Terdiri dari lauk dan pauk,biasanya pasien suka
makan makanan yang mengandung santan, tapi tidak suka yang asin asin
Suka makan jeroan (lemak).
Di RS diet yang disediakan Bubur rendah garam.
Minum air putih 5 7 gelas sehari.
Biasanya pasien minum kopi 1 gelas dipagi hari, namun sejak masuk RS
pasien tidak diperbolehkan minum kopi.
D. Eliminasi.
Pola BAB biasanya 1 x sehari, biasanya pada pagi hari setelah bangun tidur,
namun sejak pasien masuk RS, pasien baru 1 x BAB.
Pola BAK biasanya 5 7 x sehari. Namun sejak masuk RS pasien
menggunakan poly kateter.
E. Sexualitas.
Lamanya menikah 38 tahun.
Suami pasien telah meninggal pada tahun 1999 yang lalu karena sakit stroke.
F. Psikososial.
Pasien tampak cemas akan penyakit yang dideritanya, jikalau akan
berdampak negatif terhadap dirinya.
Pasien juga merasa cemas karena ia tidak dapat mencari nafkah untuk
membiayai anak bungsunya yang masih kuliah di Fakultas Tehnik Unlam
semester 9.
G. Spiritual.
Pasien beragama Islam.
Pasien mengatakan ia selalu menjalankan shalat 5 waktu selagi sehat, namun
sejak sakit dan kaki yang bengkak ia tidak dapat melakukan salat.
Pasien percaya bahwa penyakit ini datangnya dari Tuhan YME, bukan karena
guna guna atau santet.
B. Rontgen
Hasil :Tidak dilakukan pemeriksaan.
C. EKG.
Hasil :Tgl 16 10 03 : Terdapat infark pada anterior & lateral.
D. Pengobatan :
Infus RL 20 tts / mt.
Inj Amoxan 3 x 1 gr.
Inj Lasix 2 x 1 amp.
Inj Neorobat 1 x 1 amp.
Efoxol 3 x 1 tab.
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF & OBYEKTIF
ETIOLOGI MASALAH
DS : Bj 1 & 2 terdengar
kurang jelas.
Terdengar bunyi gallop
3. Memberikan contoh
3. Berikan tindakan 3. Mengurangi tindakan kenyamanan
kenyamanan. Misalnya nyeri. untuk pasien misalnya
mengubah posisi menarik nafas dalam
pasien, gosokan dan gosokan tangan
punggung. pada punggung pasien.
4. Kolaborasi dalam
4. Kolaborasi dengan 4. Mengurangi rasa pemberian obat ;
medis dalam program nyeri yang memberikan inj Amoxan
therapy. disebabkan oleh 1 x 1 gr.
respon penyakit.
1. Memeriksa tanda vital
2 Rabu. Intoleransi aktivitas Jangka panjang 1. Periksa tanda vital 1. Hipotensi setelah pasien
17 10 berhubungan dengan Menurunnya setelah aktivitas dan ortistatik dapat beraktivitas di tempat
2003 ketidakseimbangan suplai kelemahan dan setelah istirahat. terjadi dengan tidur,
O2 ditandai : kelelahan. aktivitas karena
Pasien tirah baring. pengaruh fungsi
Pasien mengatakan Jangka pendek jantung.
badan terasa lemah. Berpartisipasi 2. Mencatat respon terhadap
Hb 6 gr % dengan aktivitas 2. Catat respon 2. Penurunan aktivitas adanya
Edema pitting (kaki) yang diinginkan. cardiopolmunal miokardium u/ takhikardi dan
dan tidak dapat terhadap aktivitas, meningkatkan berkeringat.
berjalan. catat takhikardi, volume
diespnoe, berkeringat, sekuncup
pucat. selama aktivitas
dapat
meningkatkan
frekuensi
jantung
3. Mencatat frekuensi
3. Catat frekuensi jantung 3. Dapat jantung.
dihubungkan dengan mengindikasika
laporan nyeri dada n penurunan O2
miokardia yang
memerlukan
penurunan
tingkat
aktivitas / tirah
4. Batasi aktivitas pada baring. 4. Membatasi aktivitas pada
daerah nyeri. saat nyeri dada.
4. Menurunkan
kerja miokardia.
CATATAN PERKEMBANGAN.
HARI /
NO
TANGGAL
NO DXN H. PERKEMBANGAN PARAF
2. Jumat
19-10-2003. No 2
S : Pasien mengatakan badan
masih terasa lemah.
O : Pasien masih tirah baring.
Oedema (+).
A : Masalah masih relevan.
P : Kolaborasi dengan Medis
dalam pemberiaan
antidiuretik.
I : Therapy Inj Lasix 2 x 1
amp.
E : Oedema kaki mulai
berkurang.
3. Sabtu. R : Teruskan therapy yang
20-10-2003 No 3 ada.