2. Membiasakan diri melakukan qiyamullail adalah ciri-ciri orang baik yang patut
mendapatkan kebaikan dan rahmat Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (syurga) dan di
mata ari-mata air seraya mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka.
Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka
sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun
(kepada Allah)”. (Q.S. Adz-Dzariyat : 15 – 18).
3. Allah SWT memuji mereka dan memasukkan mereka ke dalam golongan hamba-hamba-
Nya yang berbakti.
“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang-orang yang melewatkan malam harinya
dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka”. (Q.S. Al-Furqan : 63-64)
5. Allah SWT menolak menyamakan mereka dengan orang-orang yang tidak memiliki sifat
seperti mereka.
“(Apakah kamu, hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Rabb-nya? Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Zumar : 9)
2. Sahabat Salman Al-Farisi r.a. berkata: Rasulullah bersabda: “Hendaklah kamu melakukan
qiyamullail, karena ia sesungguhnya kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu; dapat
mendekatkan kamu kepada Rabb-mu; menghapus keburukan-keburukan; mencegah dari
perbuatan dosa dan mengusir penyakit dari tubuh”.
3. Sahabat Sahal bin Saad r.a. berkata: Rasulullah didatangi Malaikat Jibril yang kemudian
berkata kepadanya: “Hiduplah sesukamu, namun engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu,
namun engkau pasti diganjar (baik atau buruk); dan cintailah siapa yang engkau sukai,
namun pasti engkau akan berpisah dengannya. Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin
tergantung dari shalat malamnya, dan kehormatannya (harga dirinya) tergantung dari
ketidakbutuhannya kepada orang lain”. (HR. Thabrani)
4. Sahabat Abdullah bin Muslim berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Wahai
manusia, sebar luaskanlah salam, berilah santunan makanan, hubungkanlah tali
silaturrahim, dan kerjakanlah shalat malam pada saat orang-orang lain sedang tidur, niscaya
kalian masuk syurga dengan tenteram”. (HR. Al-Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi).
5. Aisyah r.a. berkata: Adalah Nabi SAW bangun shalat malam hingga merekah kakinya,
maka saya tegur: Mengapakah berbuat demikian padahal Tuhan telah mengampunkan
bagimu dosa yang telah lalu dan yang akan datang? Jawab Nabi: Tidakkah sudah
selayaknya saya menjadi hamba yang bersyukur kepada-Nya. (HR. Bukhari-Muslim).
6. Ali r.a. berkata: Ketika ia tidur bersama Fatimah tiba-tiba Nabi SAW mengetuk pintunya
sambil berkata: Tidakkah bangun kamu untuk shalat berdua. (Bukhari-Muslim).
7. Salim bin Abdullah bin Umar r.a. berkata: Ayah bercerita kepada saya bahwa Rasulullah
SAW berkata: Sebaik-baik orang Abdullah, andaikan ia suka shalat malam. Berkata Salim:
maka sejak itu Abdullah tiada tidur malam kecuali sedikit sekali. (Bukhari-Muslim).
8. Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a. berkata: Rasulullah SAW berkata kepadanya: Hai
Abdullah jangan kau meniru Fulan, dahulunya ia bangun shalat malam, dan kini
meninggalkan shalat malam. (Bukhari-Muslim).
9. Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Diceritakan kepada Rasulullah SAW, ada orang ketiduran
hingga pagi. Berkata Nabi: Itu orang telah dikencingi oleh syetan, telinganya. (Bukhari-
Muslim).
10. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Syaitan mengikat di atas kepala
salah satu kamu jika ia tidur, tiga bundelan, pada tiap bundelan ia berkata: Masih jauh
malam, maka tidurlah. Maka apabila bangun dan berdzikir, terlepas satu bundelan; dan jika
berwudlu terlepas bundelan yang kedua, kemudian jika ia shalat terlepas semua bundelan
itu, sehingga ia berpagi-pagi tangkas riang gembira dan lapang dada, kalau tidak, maka ia
sempit dada dan malas. (HR. Bukhari-Muslim).
11. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Seutama-utama puasa sesudah
puasa Ramadhan ialah puasa sunnat pada bulan Muharram, dan seutama-utama shalat
sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam. (HR. Muslim).
12. Ibnu Umar r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Shalat malam itu dua-dua rakaat, maka
apabila kuatir kedahuluan subuh berwitirlah dengan satu rakaat. (HR. Bukhari-Muslim).
13. Anas r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW makan dalam sebulan hingga kita sangka
beliau tidak pernah puasa, dan adakalanya puasa pada bulan itu hingga kami mengira
bahwa beliau tidak pernah makan (tidak puasa). Demikian pula di waktu malam bila kau
ingin melihat shalat Nabi pasti kau dapat melihatnya, demikian pula bila kau ingin melihat
tidur Nabi akan dapat melihatnya. (HR. Bukhari).
14. Aisyah r.a. berkata: Biasa Rasulullah SAW shalat malam sebelas rakaat, sujud satu kali
sama dengan orang membaca lima puluh ayat dari Qur’an, dan itu belum mengangkat
kepala dari sujudnya, kemudian shalat dua rakaat sebelum fajar (shalat shubuh), kemudian
berbaring pada pinggang kanannya, hingga datang mua’adzin memberitahu akan iqomat
untuk shalat. Yakni untuk shalat shubuh. (HR. Bukhari).
15. Aisyah r.a. berkata: Rasulullah SAW tidak melebihi dari sebelas rakaat shalat malam,
baik di bulan Ramadhan atau lainnya, shalat empat rakaat yang cukup lama dan sempurna
(khusyu’), kemudian empat rakaat yang sama lama dan sempurna khusyu’nya, kemudian
shalat tiga rakaat. Akupun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah apakah kau akan tidur
sebelum witir? Jawabnya: Hai Aisyah, kedua mataku terpejam, tetapi hatiku tetap tidak tidur.
(HR. Bukhari-Muslim).
16. Aisyah r.a. berkata: Biasa Nabi SAW tidur pada permulaan malam, dan bangun pada
akhir malam untuk shalat. (HR. Bukhari-Muslim).
17. Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Pada suatu malam aku shalat bersama Nabi SAW dan
terlampau lama berdiri, sehingga timbul niat yang tidak baik bagiku. Ketika ditanya: apakah
niatmu? Jawab Ibnu Mas’ud: saya niat akan duduk meninggalkan Rasulullah SAW. (HR.
Bukhari-Muslim).
18. Jabir r.a. berkata: Rasulullah SAW ditanya: Apakah yang utama dalam shalat itu? Jawab
Nabi: Lama berdiri. (HR. Muslim).
19. Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Shalat yang
paling disukai Allah ialah shalat Nabi Dawud, demikian juga puasa yang disukai Allah ialah
puasa Nabi Dawud. Ia tidur setengah malam dan bangun sepertiganya, dan tidur
seperenamnya. Dan puasa sehari berbuka sehari. (HR. Bukhari-Muslim).
20. Jabir r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Pada waktu malam
ada saat tiada seorang muslim yang dapat menemukannya lalu ia sedang meminta kepada
Allah sesuatu kebaikan, melainkan pasti akan diberinya, baik kebaikan soal keduniaan atau
akherat, dan saat itu pada tiap malam. (HR. Muslim).
21. Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Jika bangun salah satu kamu untuk
shalat malam, hendaknya mendahului shalatnya dengan dua rakaat. (HR. Muslim).
22. Aisyah r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW jika bangun shalat malam membuka shalat
dengan dua rakaat yang ringan. (HR. Muslim).
23. Aisyah r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW jika tidak shalat malam karena sakit atau
lain-lainnya, maka dibayarnya dengan shalat pada siang harinya dua belas rakaat. (HR.
Muslim).
24. Umar bin Al-Khattab r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang ketiduran
hingga tidak membaca wiridnya (hizibnya) atau sesuatu kebiasaan amal kebaikan, lalu
dibacanya diantara shubuh dan dhuhur, maka tertulis baginya sama dengan dibacanya
pada waktu malam. (HR. Muslim).
25. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah kasih pada orang laki-laki
yang bangun shalat malam dan membangunkan istrinya. Jika tidak suka bangun disiram air
mukanya. Demikian pula Allah kasih pada perempuan yang bangun shalat malam dan
membangunkan suaminya. Jika menolak maka disiramkan air di mukanya. (HR. Abu Daud).
26. Abu Hurairah r.a. dan Abu Sa’id r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jika suami
membangunkan istrinya untuk shalat malam, hingga shalat keduanya dua rakaat, maka
tercatat keduanya dalam golongan yang selalu berdzikir. (HR. Abu Dawud).
27. Aisyah r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Jika mengantuk salah satu kamu dalam
shalat, maka harus tidur, hingga hilang rasa ngantuknya. Sebab seseorang jika shalat
sambil mengantuk, mungkin akan membaca istighfar berbalik mengutuk dirinya sendiri. (HR.
Bukhari-Muslim).
28. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jika bangun salah satu kamu
pada waktu malam untuk shalat, tiba-tiba berat bagi lidahnya membaca Qur’an, karena
masih ngantuk, hingga tidak mengerti apa yang dibacanya, hendaknya kembali berbaring
tidur. (HR. Muslim).
C. ADAB QIYAMULLAIL
1. Berniat melakukannya sebelum tidur. Dari sahabat Abi Darda r.a. bahwa Nabi SAW
bersabda: “Barang siapa mendatangi tempat tidurnya dengan niat akan bangun tengah
malam dan shalat lalu tertidur sampai pagi, maka dicatatkan pahala atas niat dan tidurnya
sebagai sadaqah dari Rabb-nya”. (HR. Annasa’I dan Ibnu Majah).
2. Berusaha menghapus rasa kantuk setelah bangun tidur, lalu menggosok gigi (bersiwak).
Setelah berdo’a sebagaimana Nabi SAW berdo’a: “Tidak ada Rabb kecuali Engkau. Maha
suci Engkau. Ya Allah, aku mohon ampunan-Mu atas dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu.
Ya Allah, tambahkanlah ilmu bagiku dan jangan Engkau memalingkan hatiku sesudah
Engkau memberiku hidayah, dan karuniakanlah dari sisi-Mu rahmat, sesungguhnya Engkau
Maha Pemberi Rahmat. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah
mematikan kami dan kepada-Nya-lah kami dihimpun”. (HR. Abu Daud).
3. Berdo’a lagi dengan lafadz: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Engkau (Pemberi) cahaya
bagi langit, bumi dan segala isinya. Bagi-Mu segala puji. Engkau pengatur langit, bumi dan
segala isinya. Dan bagi-Mu segala puji. Engkau Maha Benar, janji-Mu benar (pasti),
berjumpa dengan-Mu adalah benar, syurga benar, neraka benar, Nabi-nabi benar,
Muhammad benar, dan (tibanya) hari kiamat benar. Ya Allah, kepada-Mu aku menyerahkan
diri, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal dan kepada-Mu aku bertobat.
Aku bermusuhan karena-Mu dan kepada-Mu aku bertahkim. Ampunilah segala perbuatan
yang aku dahulukan dan yang aku akhirkan, yang aku rahasiakan dan yang kau nyatakan.
Hanya Engkaulah Allah, tiada ilah kecuali Engkau”.
4. Memulai shalatullail dengan dua rakaat yang ringan, kemudian shalat sesudahnya
beberapa rakaat saja. Aisyah r.a. berkata: “Rasulullah SAW apabila bangun malam untuk
shalat, beliau memulai (membuka) dengan dua rakaat ringan” (HR. Muslim).
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Apabila seseorang dari kalian
bangun malam (untuk shalat), hendaklah memulai shalatnya dengan dua rakaat yang
ringan” (HR. Muslim).
5. Dianjurkan bagi suami yang bangun hendak shalat malam agar membangunkan isterinya
untuk shalat berjamaah, dan sebaliknya. Sabda Rasulullah SAW: “Apabila suami
membangunkan isterinya pada malam hari lalu keduanya shalat atau shalat dua rakaat
bersama-sama, mereka akan dicatat sebagai orang-orang yang banyak menyebut (nama)
Allah”. (HR. Abu Daud).
6. Apabila ketika bangun tidur kita masih mengantuk, maka tinggalkanlah shalat sampai
hilang rasa kantuknya (jangan dipaksakan). Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi SAW bersabda:
“Apabila seorang bangun pada malam hari lalu lidahnya sulit membaca Al-Qur’an dan tidak
tahu apa yang diucapkannya, maka hendaklah dia berbaring (tidur kembali)”. (HR. Muslim).
D. WAKTU QIYAMULLAIL
Shalat malam boleh dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir malam dengan syarat
sesudah melakukan shalat isya. Namun, yang paling afdhal adalah pada sepertiga malam
terakhir dari malam. Apabila dilakukan sesudah bangun tidur dinamakan tahajjud, artinya
bangun tidur malam hari untuk melakukan shalat. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW,
bersabda: “Rabb kita turun ke langit bumi tiap malam, ketika malam tinggal sepertiganya
dan berseru, Siapakah yang memohon do’a kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang
memohon sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, dan siapa yang mohon pengampunan dari-
Ku akan Kuampuni”. (HR. Al-Jamaah).
Umar bin ‘Absah r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “(Waktu) paling
dekat seorang hamba Rabb-nya ialah pada tengah malam yang akhir. Apabila kamu dapat
termasuk orang yang berzikir kepada Allah pada waktu itu, maka lakukanlah”. (HR. Al-Hakim
dan An-Nasa’i).
Abu Dzar r.a. bertanya kepada Rasulullah SAW tentang shalat malam yang paling afdhal
waktunya. Beliau menjawab: Akhir tengah malam yang tersisa, tetapi sedikit sekali orang
yang mengerjakannya. (HR. Ahmad dengan sanad jayyid).
Setelah menerima wahyu pertama, dan selama hampir setahun belum ada wahyu lagi,
maka turunlah wahyu kedua:
“Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Dan agungkanlah Rabb-mu.
Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah perbuatan dosa (menyembah berhala).
Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-mu, bersabarlah”.
(AL-Muddatstsir: 1-7).
Ayat-ayat ini merupakan perintah berda’wah yang pertama kali, dimulai dengan seruan yang
agung untuk menghadapi tugas yang maha berat. Kita dapat menangkap secara lebih
khusus maksud ayat-ayat tersebut sebagai perintah melaksanakan qiyamullail, shalat,
membaca Al-Qur’an dengan tartil, khusyu’ dalam berdzikir, tawakkal kepada Allah, sabar
menghadapi gangguan, menjauhi para pendusta, bersendiri dan bersahaja hanya kepada
Allah Pemberi Tugas da’wah serta risalah, lalu menyerahkan jiwa kehadirat-Nya.
Orang yang hidupnya hanya untuk kepentingan pribadi da keluarganya kadangkala lebih
banyak membuang waktu untuk beristirahat. Padahal hidup yang demikian itu kecil dan
kelak matinya pun kecil (tidak bernilai). Berbeda dengan orang besar yang memikul tugas
besar. Ia kurang menikmati tidur nyenyak, istirahat atau menikmati tempat tidur dan selimut
hangat. Ia hidup tenang dan tenteram.
Rasulullah SAW menyadari hal itu, karenanya beliau berkata kepada isterinya: “Telah
berlalu masa tidur, wahai Khadijah”.
Itulah persiapan agung qiyamullail yang dilakukan paling lama separo malam atau kurang
dari dua pertiganya dan paling sedikit sepertiga malam. Semua waktu itu digunakan untuk
shalat dan membaca Al-Qur’an secara tartil dengan suara yang merdu, bertajwid, tanpa
dinyanyikan atau dibuat-buat.
Kita berqiyamullail seorang diri pada saat orang lain tidur lelap, kita tinggalkan kesedihan
dan kekeruhan hidup sehari-hari, lalu berhubungan langsung dengan Allah, untuk menerima
limpahan cahaya dan ridha-Nya. Kita membaca Al-Qur’an pada saat seluruh alam terdiam,
hening tanpa suara. Kita berdialog dengan Allah, seolah-olah Al-Qur’an diucapkan sendiri
oleh Allah untuk kita.
Itulah pengaruh positif dan agung bagi jiwa dan persiapan perjuangan untuk segala bentuk
pengorbanan. Memang benar jika dikatakan bahwa shalat malam mempunyai nilai khusyu’
tersendiri dan setiap bacaan pada waktu itu terasa lebih berkesan meskipun rasa kantuk
dan daya tarik tempat tidur sangat kuat, lebih-lebih sesudah sehari penuh kita lelah bekerja
dan sibuk dalam urusan keduniaan yang serba rumit serta membutuhkan tenaga ataupun
pikiran.
Namun kondisi seperti itu tidak lagi menjadi kendala bagi orang yang sudah punya niat
untuk melaksanakan qiyamullail. Ia dengan ikhlas menyambut seruan Allah dengan
manisnya zikir, dengan khusyu’nya shalat, dan dengan rasa haru dan tangis sehingga ia
memperoleh ketenangan bathin yang kadang kala tidak diperolehnya pada shalat-shalat di
siang hari.
Allah SWT menciptakan hati manusia mengetahui sepenuhnya getaran dan jalur yang lebih
berkesan dan kapan hati dapat terbuka serta menyerap lebih mudah. Sungguh disayangkan
bila shalat malam tidak dikerjakan dengan sepenuh hati, sehingga terjadi kebutaan dalam
bacaan, ruku’, sujud yang kosong dari khusyu’.
Adapun beberapa ahli ibadah juga menggunakan trik-trik khusus dan aneh untuk dapat
bangun melaksanakan shalat malam, yaitu antara lain dengan cara:
1. Melaksanakan shalat Isya pada saat bangun malam (didahului oleh tidur). Cara ini cukup
beresiko, karena harus didasari keyakinan dan ilham yang sudah mendarah daging.
Resikonya adalah tidak bangun sesuai dengan yang diharapkan, sehingga shalat isya’ yang
fardhu tidak dilaksanakan karena kesalahan yang manusiawi.
2. Tidur dengan cara dan perlakuan khusus, misalnya: tidur tidak pakai bantal, tidur sambil
duduk, tidur diatas tikar, tidur diatas lantai atau di tempat yang keras, dll.
3. Mengajak teman-teman untuk menginap di rumah dan melaksanakan qiyamullail
bersama-sama.
4. Membuat kesepakatan dengan teman-teman untuk saling membangunkan dan jika
memiliki telepon, saling kontak untuk bangun malam dapat dilakukan.
5. Senantiasa mengikuti mabit-mabit yang diadakan Ikhwah
6. Ketika terjaga pada saat awal, langsung teriak Allahu Akbar dan kalau masih ngantuk
langsung minum air dingin dan berolah raga secukupnya.
7. Menggunakan jam weker dengan suara yang cukup untuk membangunkan kita dari tidur.