Anda di halaman 1dari 1

Interaksi Ulama Salaf Dengan Al-Qur’an Di Bulan Ramadhan

Saudaraku yang dimuliakan oleh Allah, marilah sejenak kita melacak bagaimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dan para ulama salaf radhiallahu ‘anhum dalam berinteraksi dengan
Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan bisa memberi inspirasi kepada kita untuk
menggapai ridha Allah subhanahu wata’ala di bulan yang penuh barakah ini.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, ketahuilah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
senantiasa memanjangkan bacaan Al-Qur’an ketika shalat malam di bulan Ramadhan. Diriwayatkan
bahwa pada suatu malam di bulan Ramadhan Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu ‘anhu shalat
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hudzaifah radhiallahu ‘anhu berkata: “Beliau
mengimami dengan membaca surat Al-Baqarah, An-Nisa’, kemudian Ali Imran. Beliau tidak
melewati ayat ancaman kecuali beliau berhenti dan berdoa. Beliau terus shalat dua rakaat sampai
Bilal datang kepada beliau untuk memberi tahu telah masuk waktu shalat.” (HR Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
shalat mengimami mereka sampai larut sepertiga malam pada malam ke-23 dan pada malam ke-25
belau shalat mengimami mereka sampai larut setengah malam. Mereka bertanya kepada beliau:
“Andaikan engkau shalat mengimami kami di sisa malam kami.” Beliau menjawab: “Sesungguhnya
jika seseorang telah shalat bersama imam sampai imam pergi maka dicatat shalat baginya di sisa
malamnya.” (HR Abu Daud dan dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Para ulama salaf tilawah Al-Qur’an pada bulan
Ramadhan ketika shalat dan di luar shalat. Imam Syafi’i menghatamkan 60 kali selama bulan
Ramadhan yang dibaca di luar shalat. Demikian juga Imam Abu Hanifah.” (Lathaif Al-Ma’arif hal
246)
Imam Abu Hanifah rahimahullah menghatamkan Al-Qur’an sekali dalam sehari semalam. Pada
bulan Ramadhan, setiap harinya 2 kali hatam: sekali pada siang hari dan sekali pada malam hari.
Al-Hafizh Ibnu ‘Asakir rahimahullah menghatamkan Al-Qur’an setiap hari Jum’at dan setiap hari
pada bulan Ramadhan.
Imam Bukhari rahimahullah menghatamkan Al-Qur’an setiap hari pada siang hari bulan Ramadhan
dan setelah shalat tarawih menghatamkan Al-Qur’an tiap tiga malam.
Imam ahlus sunnah, Ahmad bin Hambal berkata: “Aku menghatamkan Al-Qur’an dalam sehari.”
Imam Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan setelah menyebutkan riwayat-riwayat di atas:
“Sesungguhnya disebutkan larangan tilawah Al-Qur’an kurang dari tiga hari itu adalah jika
dijadikan rutinitas. Adapun pada waktu-waktu utama seperti bulan Ramadhan, khususnya pada
malam-malam memburu Lailatul Qadar atau di tempat-tempat utama seperti di Makah bagi
pendatang, bukan penduduknya maka disunnahkan memperbanyak tilawah Al-Qur’an. Ini adalah
pendapat Ahmad, Ishaq, dan imam-imam yang lain.” (Lathaif Al-Ma’arif hal 246)
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, jika kita membandingkan posisi diri kita dibandingkan
dengan para ulama salaf sungguh kita malu pada Allah kemudian pada diri kita sendiri. Bukankah
mereka memiliki waktu yang sama dengan waktu kita dalam sehari? Bukankah mereka juga
mempunyai keluarga sama saperti kita? Bukankah mereka juga memiliki kebutuhan hidup sama
seperti kita? Bukankah mereka juga dibebani beban-beban tanggung jawab sebagaimana kita?
‫ِذ‬
‫َالَّلُه َّم َأِعَّنا َعَلى ْك ِر َك َو ُش ْك ِر َك َو ُحْس ِن َعَباَدِتَك‬
Ya Allah bantulah kami untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperbaiki
ibadah kepada-Mu. (HR Abu Daud dan Nasa’i)

Materi. 7

Anda mungkin juga menyukai