Anda di halaman 1dari 58

Panduan Sujud Sahwi dalam Shalat

Hukum Seputar Sujud sahwi

Bismillahirrahmanirrahim

Perkenankan kami berbagi…

Hukum seputar sujud sahwi..

Salah satu diantara nikmat yang Allah berikan kepada para hamba-Nya, Allah mengutus
nabi-Nya dari kalangan manusia. Sehingga memungkinkan bagi mereka untuk meniru
beliau dalam semua peristiwa kehidupannya. Termasuk ketika beliau lupa dalam
shalat.Sehingga umatnya bisa meniru apa yang beliau lakukan ketika lupa dalam shalat.

Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan,


Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lupa jumlah rakaat ketika shalat. Seusai
shalat, beliau ditanya para sahabat, apakah ada perubahan jumlah rakaat shalat?
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ِإَّنَما َأَن ا َب َش ٌر َأْن َس ى َك َما َت ْن َس ْو َن َفِإَذ ا َن ِس يُت َفَذ ِّك ُروِنى؛ َو ِإَذ ا َش َّك َأَح ُد ُك ْم ِفى َص َالِتِه َف ْل َي َت َح َّر الَّصَو اَب َف ْل ُيِتَّم َع َلْيِه ُثَّم ْل َي ْس ُج ْد َس ْج َد َت ْي ِن‬

Saya hanyalah manusia biasa. Saya bisa lupa sebagaimana kalian lupa. Jika saya lupa,
ingatkanlah aku. Jika kalian ragu tentang jumlah rakaat shalat kalian, pilih yang paling
meyakinkan, dan selesaikan shalatnya. Kemudian lakukan sujud sahwi. (HR. Bukhari &
Muslim)

Kata sahwi artinya lupa. Disebut sujud sahwi, karena sujud ini dilakukan ketika lupa
dalam shalat. Untuk itulah, sujud sahwi disyariatkan dalam rangka menutup
kekurangan ketika shalat disebabkan lupa.

Ada beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang disyariatkan sujud sahwi,

Pertama, kekurangan jumlah rakaat

Ketika terjadi kekurangan rakaat shalat dan baru sadar seusai shalat, maka langsung
menambahkan jumlah rakaatnya yang kurang lalu sujud sahwi setelah salam.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami kami salah satu shalat siang,
Zhuhur atau Ashar. Ketika pada rakaat kedua, beliau salam. Lalu beliau pergi ke
sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid. Sementara Di antara jamaah ada Abu
Bakar dan Umar, namun keduanya takut berkomentar. Sementara jamaah yang punya
urusan sudah keluar sambil mengatakan, “Shalatnya diqoshor.” Hingga datag sahabat
yang bergelar Dzul Yadain mendekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya,
“Ya Rasulullah, apakah shalat diqashar ataukah anda lupa?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok ke kanan kirinya, “Betulkan apa yang
dikatakan oleh Dzul Yadain?” Jawab mereka, “Betul, Ya Rasulullah. Anda shalat hanya
dua rakaat.”

“Lalu beliau nambahi dua rakaat lagi sampai salam. Lalu beliau sujud sahwi dua kali,
dipisah dengan duduk sebentar. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain, dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu,
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ngimami shalat Asar lalu beliau salam
pada raka’at ketiga. Setelah itu beliau pulang. Seorang sahabat bernama al-Khirbaq
menyusul beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, memanggil, “Ya Rasulullah!” Lalu dia
menyebutkan kejadian tadi. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke tempat
imam dan menanyakan, “Apakah benar yang dikatakan orang ini?“

Mereka menjawab, “Ya benar”. Beliaupun menambahkan satu rakaat, hingga salam.
Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali. Kemudian beliau salam lagi.”
(HR. Muslim)

Kedua, kelebihan jumlah rakaat

Ketika ada orang yang kelebihan jumlah rakaatnya, maka langsung sujud sahwi setelah
salam

Sahabat Ibnu Mas’ud pernah menceritakan,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami lima raka’at. Seusai
shalat, kami bertanya, “Ya Rasulullah, apakah anda menambah dalam shalat?” Lalu
beliau pun mengatakan, “Apa yang terjadi?”

“Anda telah mengerjakan shalat lima raka’at.” Jawab para sahabat.

Lalu beliau bersabda,

‫ِإَّنَما َأَن ا َب َش ٌر ِم ْث ُلُك ْم َأْذ ُك ُر َك َما َت ْذ ُك ُروَن َو َأْن َس ى َك َما َت ْن َس ْو َن‬

“Sesungguhnya aku hanyalah manusia semisal kalian. Aku bisa memiliki ingatan yang
baik sebagaimana kalian. Begitu pula aku bisa lupa sebagaimana kalian pun demikian.”

Setelah itu beliau melakukan dua kali sujud sahwi.” (HR. Muslim)

Ketiga, meninggalkan tasyahud awal

Meninggalkan tasyahud awal karena lupa,ada 2 keadaan;


Pertama, dia baru teringat setelah berdiri sempurna ke rakaat berikutnya. Dalam kondisi
ini, dia tidak perlu turun lagi, dan melanjutkan shalatnya sampai selesai. Kemudian
nanti sujud sahwi sebelum salam.
Kedua, dia teringat sebelum bangkit ke rakaat berikutnya. Dalam kondisi ini dia
langsung duduk tasyahud dan melanjutkan shalat sampai selesai.
Sahabat al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengimami kami shalat dzuhur dan
asar. Tiba-tiba beliau berdiri – lupa tasyahud awal – lalu kami
mengingatkan: ‘Subhanallah’. Beliaupun mengucapkan ‘Subhanallah’. Dan berisyarat
dengan tangannya menuruh kami untuk berdiri. Lalu kami berdiri ke rakaat ketiga.
Ketika selesai tasyahud, beliau sujud sahwi sebelum salam.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَذ ا َقاَم َأَح ُد ُك ْم ِمَن الَّر ْك َع َت ْي ِن َفَلْم َي ْس َت ِتَّم َقاِئًما َف ْل َي ْج ِلْس َفِإَذ ا اْس َتَت َّم َقاِئًما َفَال َي ْج ِلْس َو َي ْس ُج ْد َس ْج َد َت ِى الَّسْه ِو‬

Apabila kalian bangkit setelah mendapat 2 rakaat, dan belum berdiri sempurna maka
hendaknya dia kembali duduk tasyahud. Dan jika dia sudah berdiri sempurna, maka
jangan duduk, dan lakukan sujud sahwi dua kali. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Keempat, ragu jumlah rakaat

Ragu mengenai jumlah rakaat ketika shalat ada 2 keadaan:

Pertama, orang yang ragu jumlah rakaat dan dia bisa menentukan mana yang lebih
meyakinkan.

Dalam keadaan ini, dia ambil yang lebih meyakinkan, kemudian sujud sahwi setelah
salam.

Sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَذ ا َش َّك َأَح ُد ُك ْم ِفى َص َالِتِه َف ْل َي َت َح َّر الَّصَو اَب َف ْل ُيِتَّم َع َلْيِه ُثَّم ْل ُيَس ِّلْم ُثَّم ْل َي ْس ُج ْد َس ْج َد َت ْي ِن‬

Jika kalian ragu dengan jumlah rakaat ketika shalat, pilih yang paling meyakinkan, dan
selesaikan shalatnya, sampai salam. Kemudian lakukan sujud sahwi dua kali. (HR.
Bukhari & Muslim)
Kedua, orang yang ragu jumlah rakaat, dan dia sama sekali tidak bisa menentukan
mana yang lebih meyakinkan. Dalam keadaan ini, dia memilih yang lebih sedikit
rakaatnya dan sujud sahwi sebelum salam.
Sebagaimana dinyatakan dalam hadis dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَذ ا َش َّك َأَح ُد ُك ْم ِفى َص َالِتِه َفَلْم َي ْد ِر َك ْم َص َّلى َث َالًث ا َأْم َأْر َبًعا َف ْل َي ْط َر ِح الَّش َّك َو ْلَي ْب ِن َع َلى َما اْس َت ْي َقَن ُثَّم َي ْس ُجُد َس ْج َد َت ْي ِن َق ْب َل َأْن ُيَس ِّلَم َفِإْن َك اَن‬
‫َأل‬
‫َص َّلى َخ ْم ًسا َشَفْع َن َلُه َص َالَت ُه َو ِإْن َك اَن َص َّلى ِإْت َماًما ْر َب ٍع َك اَنَت ا َت ْر ِغ يًما ِللَّش ْي َط اِن‬
“Apabila kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat,
tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan itu, dan ambilah yang yakin.
Kemudian sujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka
sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Lalu jika ternyata shalatnya memang empat
rakaat, maka sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan.” (HR. Muslim)
Bagaimana Cara Sujud Sahwi?

1. Cara sujud sahwi sama seperti cara sujud dalam shalat.


2. Sujud sahwi dilakukan dua kali, dipisah dengan duduk sejenak.
3. Disyariatkan untuk membaca takbir setiap kali turun sujud atau bangkit dari
sujud.

Sujud sahwi bisa dilakukan sebelum maupun sesudah salam, tergantung dari kasus
lupa yang terjadi dalam shalat. Dari beberapa hadis di atas, kita bisa membuat rincian,

Pertama, sujud sahwi sebelum salamdilakukan untuk kejadian:

[satu] meninggalkan tasyahud awal. Semakna dengan itu adalah semua kasus
meninggalkan wajib shalat karena lupa

[dua] ragu jumlah rakaat shalat dan tidak bisa menentukan mana yang lebih
meyakinkan.

Kedua, sujud setelah salam, dilakukan untuk kejadian:

[satu] penambahan jumlah rakaat shalat

[dua] penambahan gerakan dalam shalat

[tiga] ragu dan bisa menentukan mana yang lebih meyakinkan

Dan ulama sepakat, melakukan sujud sahwi di posisi yang benar, antara sebelum dan
sesudah salam, sifatnya anjuran. Artinya, anda terjadi salah posisi sujud sahwi, shalat
tetap sah. Demikian keterangan al-Khithabi.

Adakah bacaan khusus dalam sujud sahwi?


Terdapat riwayat yang tersebar di masyarakat tentang bacaan sujud sahwi, dengan lafal,
“Subhana man la yanamu wa la yashu (Mahasuci Dzat yang tidak tidur dan tidak lupa).”
Hanya saja, bacaan ini tidak ada dalilnya dalamal-Quran,dan hadis Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, maupun perbuatan para sahabat. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
“Doa ini tidak ditemukan di kitab hadis mana pun.” (Lihat Talkhis Al-Khabir, 2:88)
Untuk itu, tidak ada doa khusus ketika sujud sahwi, sehingga bacaannya seperti bacaan
sujud ketika shalat. Misalnya membaca: Subhana Rabbiyal A’la.
Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Hendaklah dia membaca di dalam sujud
sahwi-nya, bacaan yang diucapkan di dalam sujud ketika shalat, karena sujud sahwi
merupakan sujud yang serupa dengan sujud shalat.” (Al-Mughni, 2:432–433)
Bagaimana Jika Lupa Sujud Sahwi?

Ketika seseorang lupa dalam shalat, dia harus melakukan sujud sahwi di akhir
shalatnya. Baik sebelum atau sesudah salam. Namun terkadang, ada orang yang
kelupaan untuk melakukan sujud sahwi. Apa yang harus dia lakukan?

Dalam kasus ini, ulama memberikan rincian,

Pertama, jika wudhunya belum batal dan jedanya belum lama maka boleh langsung
sujud sahwi. Termasuk kasus imam lupa ketia shalat, namun dia tidak tahu cara sujud
sahwi. Maka dia boleh sujud sahwi ketika diberitahu makmum. Ini merupakan pendapat
Imam Malik, Imam Syafii dalam qoul qadim, al-Auza’i dan yang lainnya.
Kedua, jika wudhunya sudah batal, ulama memberikan 2 rincian,

[satu] jika kasus lupanya berupa kelebihan rakaat, maka dia langsung wudhu dan sujud
sahwi. Karena fungsi sujud sahwi di sini adalah menghina setan. Demikian keterangan
Syaikhul Islam dalam Majmu’ al-Fatawa

[dua] jika kasus lupanya selain kelebihan rakaat, maka dia mengulangi shalatnya dari
awal. (Shahih Fiqh Sunah).

Sujud Sahwi dalam Shalat Jamaah

Ada beberapa kasus yang penting diperhatikan terkait sujud sahwi ketika shalat
jamaah,

1. Jika imam lupa maka makmum laki-laki mengingatkan imam dengan membaca
‘Subhanallah’. Sementara makmum perempuan menepukkan tangannya.
2. Jika imam sujud sahwi sebelum salam, maka semua makmum ikut sujud sahwi,
termasuk makmum yang masbuk.
3. Jika imam sujud sahwi setelah salam, maka makmum masbuk tidak boleh ikut
sujud sahwi. Sedangkan makmum yang mengikuti shalat dari awal, mereka harus
sujud sahwi bersama imam.
4. Dalam shalat berjamaah, makmum yang lupa bacaan shalat, misalnya tertukar
antara doa rukuk dan sujud, maka makmum tidak wajib sujud sahwi. Karena
makmum tidak boleh sujud sahwi sendirian, sementara imam tidak sujud sahwi.
5. Jika lupa dalam shalat, namun dia tidak sujud sahwi maka makmum berhak
mengingatkan imam agar dia sujud sahwi dan diikuti makmum lainnya.
Panduan Sujud Tilawah dan Sujud Syukur

Berikut ini akan disajikan panduan ringkas dari Sujud Tilawah dan
Sujud Syukur. Semoga bermanfaat bagi pembaca Muslim.Or.Id
sekalian.

Sujud Tilawah

Sujud tilawah adalah sujud yang disebabkan karena membaca


atau mendengar ayat-ayat sajadah yang terdapat dalam Al Qur’an
Al Karim.

Keutamaan Sujud Tilawah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ِإَذ ا َق َر َأ اْبُن آَد َم الَّس ْج َد َة َف َس َج َد اْع َتَز َل الَّش ْي َط اُن َي ْبِكى َي ُقوُل َي ا َو ْي َلُه – َو ِفى ِر َو اَيِة َأِبى‬
‫ُك َر ْيٍب َي ا َو ْيِلى – ُأِمَر اْبُن آَد َم ِبالُّس ُج وِد َف َس َج َد َف َلُه اْل َج َّن ُة َو ُأِم ْر ُت ِبالُّس ُج وِد َف َأَب ْي ُت َف ِلَى‬
‫الَّن اُر‬

“Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka
setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan
berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud,
dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri
diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku
pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 81)
Sujud Tilawah itu Sunnah

Para ulama sepakat (beijma’) bahwa sujud tilawah adalah amalan


yang disyari’atkan. Di antara dalilnya adalah hadits Ibnu ‘Umar,
“Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an
yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu
beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-
sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi
dahinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menurut jumhur (mayoritas) ulama yaitu Malik, Asy Syafi’i, Al


Auza’i, Al Laitsi, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Daud dan Ibnu Hazm,
juga pendapat sahabat Umar bin Al Khattab, Salman, Ibnu ‘Abbas,
‘Imron bin Hushain, mereka berpendapat bahwa sujud tilawah
itu sunnah dan bukan wajib.

Dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata, “Aku pernah membacakan


pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam surat An Najm, (tatkala
bertemu pada ayat sajadah dalam surat tersebut) beliau tidak
bersujud.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bukhari membawakan
riwayat ini pada Bab “Siapa yang membaca ayat sajadah, namun
tidak bersujud.”

Tata Cara Sujud Tilawah

1- Para ulama bersepakat bahwa sujud tilawah cukup dengan


sekali sujud.

2- Bentuk sujudnya sama dengan sujud dalam shalat.


3- Tidak disyari’atkan -berdasarkan pendapat yang paling kuat-
untuk takbiratul ihram dan juga tidak disyari’atkan untuk salam.

4- Disyariatkan pula untuk bertakbir ketika hendak sujud dan


bangkit dari sujud.

5- Lebih utama sujud tilawah dimulai dari keadaan berdiri, ketika


sujud tilawah ingin dilaksanakan di luar shalat. Inilah pendapat
yang dipilih oleh Hanabilah, sebagian ulama belakangan dari
Hanafiyah, salah satu pendapat ulama-ulama Syafi’iyah, dan juga
pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Namun, jika seseorang melakukan sujud tilawah dari keadaan


duduk, maka ini tidaklah mengapa. Bahkan Imam Syafi’i dan
murid-muridnya mengatakan bahwa tidak ada dalil yang
mensyaratkan bahwa sujud tilawah harus dimulai dari
berdiri. Mereka mengatakan pula bahwa lebih baik
meninggalkannya. (Shahih Fiqih Sunnah, 1/449)

Bacaan Ketika Sujud Tilawah

Bacaan ketika sujud tilawah sama seperti bacaan sujud ketika


shalat. Ada beberapa bacaan yang bisa kita baca ketika sujud di
antaranya:

 Dari Hudzaifah, beliau menceritakan tata cara shalat Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ketika sujud beliau
membaca: “Subhaana robbiyal a’laa” [Maha Suci Allah Yang
Maha Tinggi] (HR. Muslim no. 772)
 Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
membaca do’a ketika ruku’ dan sujud:
“Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika,
allahummagh firliy.” [Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb
kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-
dosaku] (HR. Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484)
 Dari ‘Ali bin Abi Tholib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika sujud membaca: “Allahumma laka sajadtu, wa bika
aamantu wa laka aslamtu, sajada wajhi lilladzi kholaqohu,
wa showwarohu, wa syaqqo sam’ahu, wa bashorohu.
Tabarakallahu ahsanul kholiqiin.” [Ya Allah, kepada-Mu lah
aku bersujud, karena-Mu aku beriman, kepada-Mu aku
berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang
Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan
penglihatannya. Maha Suci Allah Sebaik-baik Pencipta] (HR.
Muslim no. 771)

Adapun bacaan yang biasa dibaca ketika sujud tilawah


sebagaimana tersebar di berbagai buku dzikir dan do’a adalah
berdasarkan hadits yang masih diperselisihkan keshohihannya.

Imam Ahmad bin Hambal -rahimahullah- mengatakan, “Adapun


(ketika sujud tilawah), maka aku biasa membaca: Subhaana
robbiyal a’laa” (Al Mughni).

Dan di antara bacaan sujud dalam shalat terdapat pula bacaan


“Sajada wajhi lilladzi kholaqohu, wa showwarohu, wa syaqqo
sam’ahu, wa bashorohu. Tabarakallahu ahsanul kholiqiin”,
sebagaimana terdapat dalam hadits ‘Ali yang diriwayatkan oleh
Muslim. Wallahu a’lam.
Sujud Tilawah Ketika Shalat

Dianjurkan bagi orang yang membaca ayat sajadah dalam shalat


baik shalat wajib maupun shalat sunnah agar melakukan sujud
tilawah. Inilah pendapat mayoritas ulama.

Dari Abu Rofi’, dia berkata bahwa dia shalat Isya’ (shalat ‘atamah)
bersama Abu Hurairah, lalu beliau membaca “idzas
samaa’unsyaqqot”, kemudian beliau sujud. Lalu Abu Rofi’
bertanya pada Abu Hurairah, “Apa ini?” Abu Hurairah pun
menjawab, “Aku bersujud di belakang Abul Qosim (Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam) ketika sampai pada ayat sajadah
dalam surat tersebut.” Abu Rofi’ mengatakan, “Aku tidaklah
pernah bersujud ketika membaca surat tersebut sampai aku
menemukannya saat ini.” (HR. Bukhari no. 768 dan Muslim no.
578)

Ayat Sajadah dalam Al Qur’an

1. Al A’rof ayat 206


2. Ar Ro’du ayat 15
3. An Nahl ayat 49-50
4. Al Isro’ ayat 107-109
5. Maryam ayat 58
6. Al Hajj ayat 18
7. Al Hajj ayat 77
8. Al Furqon ayat 60
9. An Naml ayat 25-26
10. As Sajdah ayat 15
11. Fushilat ayat 38 (menurut mayoritas ulama), QS.
Fushilat ayat 37 (menurut Malikiyah)
12. Shaad ayat 24
13. An Najm ayat 62 (ayat terakhir)
14. Al Insyiqaq ayat 20-21
15. Al ‘Alaq ayat 19 (ayat terakhir)

Sujud Syukur

Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan oleh seseorang ketika


mendapatkan nikmat atau ketika selamat dari bencana.

Dalil disyari’atkannya sujud syukur adalah,

‫ َأَّن ُه َك اَن ِإَذ ا َج اَء ُه َأْم ُر ُسُر وٍر َأْو‬-‫صلى الله عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأِبى َب ْك َر َة َع ِن الَّن ِبِّى‬
. ‫ُب ِّش َر ِبِه َخ َّر َس اِج ًد ا َش اِك ًر ا ِلَّلِه‬

Dari Abu Bakroh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu


ketika beliau mendapati hal yang menggembirakan atau
dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada
Allah Ta’ala. (HR. Abu Daud no. 2774. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Juga dari hadits Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang


diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di mana ketika diberitahu
bahwa taubat Ka’ab diterima, beliau pun tersungkur untuk
bersujud (yaitu sujud syukur).

Hukum Sujud Syukur

Sujud syukur itu disunnahkan ketika ada sebabnya. Inilah


pendapat ulama Syafi’iyah dan Hambali.
Sebab Adanya Sujud Syukur

Sujud syukur itu ada ketika mendapatkan nikmat yang besar.


Contohnya adalah ketika seseorang baru dikarunia anak oleh
Allah setelah dalam waktu yang lama menanti. Sujud syukur juga
disyariatkan ketika selamat dari musibah seperti ketika sembuh
dari sakit, menemukan barang yang hilang, atau diri dan hartanya
selamat dari kebakaran atau dari tenggelam. Atau boleh jadi pula
sujud syukur itu ada ketika seseorang melihat orang yang tertimpa
musibah atau melihat ahli maksiat, ia bersyukur karena selamat
dari hal-hal tersebut.

Ulama Syafi’iyah dan Hambali menegaskan bahwa sujud syukur


disunnahkan ketika mendapatkan nikmat dan selamat dari
musibah yang sifatnya khusus pada individu atau dialami oleh
kebanyakan kaum muslimin seperti selamat dari musuh atau
selamat dari wabah.

Bagaimana Jika Mendapatkan Nikmat yang Sifatnya Terus Menerus?

Ulama Syafi’iyah dan ulama Hambali berpendapat, “Tidak


disyari’atkan (disunnahkan) untuk sujud syukur karena
mendapatkan nikmat yang sifatnya terus menerus yang tidak
pernah terputus.”

Karena tentu saja orang yang sehat akan mendapatkan nikmat


bernafas, maka tidak perlu ada sujud syukur sehabis shalat.
Nikmat tersebut didapati setiap saat selama nyawa masih
dikandung badan. Lebih pantasnya sujud syukur dilakukan setiap
kali bernafas. Namun tidak mungkin ada yang melakukannya.
Syarat Sujud Syukur

Sujud syukur tidak disyaratkan menghadap kiblat, juga tidak


disyaratkan dalam keadaan suci karena sujud syukur bukanlah
shalat. Namun hal-hal tadi hanyalah disunnahkan saja dan bukan
syarat. Demikian pendapat yang dianut oleh Ibnu
Taimiyah rahimahullah yang menyelisihi pendapat ulama
madzhab.

Tata Cara Sujud Syukur

Tata caranya adalah seperti sujud tilawah. Yaitu dengan sekali


sujud. Ketika akan sujud hendaklah dalam keadaan suci,
menghadap kiblat, lalu bertakbir, kemudian melakukan sekali
sujud. Saat sujud, bacaan yang dibaca adalah seperti bacaan
ketika sujud dalam shalat. Kemudian setelah itu bertakbir kembali
dan mengangkat kepala. Setelah sujud tidak ada salam dan tidak
ada tasyahud.

Semoga bermanfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

Bacaan dan Tata Cara Salat Jenazah


Untuk Pria dan Wanita Lengkap Latin
dan Artinya
Sabtu, 10 November 2018 13:08
Tata Cara Shalat Jenazah Pria & Wanit - Tribunsumsel/CR7
TRIBUNSUMSEL.COM - Bagi umat islam melaksanakan shalat
jenazah kewajiban orang yang masih hidup saat ada kerabat, keluarga,
dan tetangga yang meninggal dunia.
Hukumnya shalat jenazah adalah fardhu kifayah
Dalam islam menyolati jenazah adalah salah satu rangkaian proses selain
memandikan jenazah, mengafani dan mengubur jenazah.
Ada tata cara dalam melakukan shalat jenazah sesuai sunnah, shalat
jenazah berbeda dengan shalat pada umunya yang gerakannya rukuk,
Iktidal dan sujud.
Shalat jenazah dilakukan hanya niat, empat kali takbir dan berdiri.
Dilansir dari NU.or.id berikut tata cara shalat jenazah Laki-laki dan Wanita:
Pertama, niat. Niat wajib digetarkan dalam hati.
Apabila dilafalkan secara lisan akan berbunyi
Untuk jenazah laki-laki:

‫ُأَص ِّلي َع َلى َه َذ ا الـَمِّيِت َف ْر ًض ا ِهلل َت َع اَلى‬


Bacaan latin
Usholli ‘ala hadzal mayyiti fardholi ma’amuman lillahi ta’ala
Untuk jenazah perempuan:

‫ُأَص ِّلي َع َلى َه َذ ا الـَمِّي َت ِة َف ْر ًض ا ِهلل َت َع اَلى‬


Bacaan latin
Usholli ‘ala hadzal mayyitati fardholi ma’amuman lillahi ta’ala
Kedua, takbir pertama dilanjutkan dengan membaca Surat al-Fatihah.
Ketiga, takbir kedua dan diteruskan dengan membaca shalawat Nabi:
‫ َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد‬،‫الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد‬
Akan lebih bagus bila disambung:
‫ َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا‬،‫ َو َب اِر ْك َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُمَح َّم ٍد‬،‫ ِإَّن َك َح ِميٌد َم ِجيٌد‬، ‫ َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهيَم‬، ‫َك َم ا َص َّلْي َت َع َلى ِإْبَر اِهيَم‬
‫ ِفي اْل َع اَلِميَن ِإَّن َك َح ِميٌد َم ِجيٌد‬، ‫ َو َع َلى آِل َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِهيَم‬، ‫ َك َم ا َب اَر ْك َت َع َلى َس ِّي ِد َن ا ِإْبَر اِهيَم‬،‫ُمَح َّم ٍد‬
Bacaan Latin
“Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Nabi Muhammad.”
Allahumma sholli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad kama sholaita
‘ala ibrohom wa ‘ala ali ibrohim innaka hamidum majid. Allahumma baarik
‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad kama baarokta ‘ala ibrohim wa ‘ala
ibrohom wa ‘ala ali ibrohim innaka hamidum majid"
Keempat, usai membaca shalawat, takbir ketiga dan membaca doa untuk
jenazah yang sedang dishalati:
Untuk jenazah laki-laki:

‫ َو َز ْو ًج ا‬،‫ الّلُهَّم اْب ِد ْلُه َد اًر ا َخ ْيًر ا ِمْن َد اِر ِه‬.‫َالَّلُهَّم اْغ ِفْر َلُه َو اْر َح ْم ُه َو َع اِفِه َو اْع ُف َع ْن ُه َو اْج َع ِل ْالَج َّن َة َم ْث َو اُه‬
‫ َالَّلُهَّم َأْك ِر ْم ُنزوَلُه ووِّس ْع‬.‫ الَّلُهَّم ِإَّن ُه َنَز َل ِبَك َو َأْن َت َخ ْيُر َم ْنُز ْو ٍل ِبِه‬.‫َخ ْيًر ا ِمْن َز ْو ِجِه َو َأْه اًل َخ ْي رًا ِمْن َأْه ِلِه‬
‫َم ْد َخ َلُه‬
Bacaan Latinnya
Allahummagfir lahu warhamhu wa ‘afihi wa ‘fu’anhu wakrim nuzulahu wa
wasi’ madkholahu wagsilhu bilma’i watsalju wal bardi wa naqqihi
minadzunubi walkhotoyaya kama yunaqqi atssaubulabyadhu binaddanasi
wa abdilhu daaron khoiron min daarihi, wahlan khoyron min ahliho, wa
zaujan khoyron min zaujihi waqihi fitnatalqobri wa ‘adzabi nnar.
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan maafkanlah dia.
Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat kuburnya.
Mandikanlah dia (mayit) dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah dia
dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju putih dari
kotoran.
Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, juga isteri
yang lebih baik dari isterinya. Dan peliharalah (lindungilah) ia dari azab
kubur dan neraka.”
Untuk jenazah perempuan:

،‫ الّلُهَّم اْب ِد ْلهَا َد اًر ا َخ ْيًر ا ِمْن َد اِر َها‬.‫َالَّلُهَّم اْغ ِفْر َلهَا َو اْر َح ْم هَا َو َع اِفَه ا َو اْع ُف َع ْن هَا َو اْج َع ِل ْالَج َّن َة َم ْث َو اهَا‬
‫ َالَّلُهَّم َأْك ِر ْم ُنزوَلهَا‬.‫ الَّلُهَّم ِإَّن ُه َنَز َل ِبَك َو َأْن َت َخ ْيُر َم ْنُز ْو ٍل ِبهَا‬.‫َو َز ْو ًج ا َخ ْيًر ا ِمْن َز ْو ِجَه ا َو َأْه اًل َخ ْي رًا ِمْن َأْه ِلهَا‬
‫ووِّس ْع َم ْد َخ َلهَا‬
Artinya
Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan maafkanlah dia.
Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat kuburnya.
Mandikanlah dia (mayit) dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah dia
dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju putih dari
kotoran.
Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, juga isteri
yang lebih baik dari isterinya. Dan peliharalah (lindungilah) ia dari azab
kubur dan neraka.
Kelima, takbir yang keempat kalinya, lalu membaca:
Untuk jenazah laki-laki:

‫اللُهّم الَت حِر ْم نا َأْج َر ُه والَت ْف ِتّن ا َب عَد ُه‬


Bacaan Latin
Allahumma tarimna Ajrohu walataftinna bakdahu
Artinya
“Ya Allah, janganlah jadikan pahalanya tidak sampai kepada kami
(janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah
Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan
dia.”
Untuk jenazah perempuan:

‫اللُهّم الَت حِر ْم نا َأْج َر ُه والَت ْف ِتّن ا َب عَد ُه‬


Keenam, mengucapkan salam secara sempurna:
‫الَّس َالُم َع َلْي ُك ْم َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر َك اُتُه‬
Tata Cara Sholat Witir
Tata Cara Sholat Witir | Sumber : 500px.com

Dalam mengerjakan shalat witir, boleh dilaksanakan dua


rakaat-dua rakaat sesudah itu diakhiri dengan satu rakaat,
kemudian masing-masing satu tasyahud dan satu kali salam.
Boleh pula dikerjakan keseluruhan rakaat sekaligus dengan
satu kali salam.
Untuk tiga rakaat atau lebih dengan sekali salam ini, boleh
degan dua tasyahud sekali salam, boleh juga hanya dengan
satu tasyahud pada rakaat terakhir, sebagaimana hadits dari
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha:
‫َكاَنَر ُس واُل لَّلِهَص َّلىالَّلُهَع َلْيِهَو َس َّلَم ُيوِتُر ِبَس ْبٍع َأْو ِبَخ ْمٍس اَل َيْفِص ُلَبْيَنُهَّنِبَتْس ِليٍم‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwitir tujuh atau lima
rakaat secara bersambung dan tidak dipisahkan dengan salam
(HR. An Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)
Juga hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha:
‫ ُيَص ِّلىِم َنالَّلْيِلَثَالَثَع ْش َر َةَر ْك َع ًةُيوِتُر ِم ْنَذ ِلَك ِبَخ ْمٍس َالَيْج ِلُس ِفىَش ْى ٍء ِإَّالِفىآِخ ِر َها‬-‫صلىاللهعليهوسلم‬- ‫َكاَنَر ُس واُل ِهَّلل‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan sholat
malam 13 rakaat, termasuk di dalamnya sholat witir lima
rakaat. Beliau tidak duduk tasyahud kecuali pada rakaat yang
terakhir. (HR. Bukhari dan Muslim)
Waktu Shalat Witir
Waktu pelaksanaan sholat witir adalah setelah sholat isya
sampai sebelum subuh dengan rekaat ganjil atau mengganjili
solat sunah lainnya seperti sholat tarawih yang dikerjakan
pada bulan ramadhan dan sholat tahajut yang dikerjakan pada
akhir pertigaan malam.
Dari Abu Bashra Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫َفَص ُّلْو َهاَبْيَناْلِع ـَش اِءَو اْلَفْج ِر‬،‫ِإَّناللَهَز اَد ُك ْمَص ـَالًة‬.
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi
kalian tambahan shalat, yaitu shalat Witir, maka shalat
Witirlah kalian antara waktu shalat ‘Isya’ hingga shalat
Shubuh.”
Imam Ahmad meriwayatkan, bahwa Ibnu Mas’ud berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat
Witir pada awal malam, pertengahan dan akhir malam.”
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Setiap malam,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat
Witir, sejak awal malam, pertengahan dan akhir malam, dan
shalat Witirnya ini berakhir hingga waktu sahur.”
Dan hadits-hadits lainnya dari jalur lain yang menunjukkan
bahwa semua waktu malam sejak ‘Isya’ hingga Shubuh adalah
waktu bagi shalat Witir.
Yang paling utama adalah mengakhirkan pelaksanaan shalat
Witir hingga akhir malam, hal itu diperuntukkan bagi orang
yang yakin bahwa dirinya akan bangun (di akhir malam), hal
tersebut dikarenakan pada akhir malam Allah turun langsung
dari langit dan sholat pada akhir malam disaksikan para
malaikat.
berdasarkan hadits Jabir Radhiyallahu anhu, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫َو َذ ِلَك َأْفَض ُل‬،‫َفِإَّنَص َالَةآِخ ِر الَّلْيِلَم ْش ُهْو َد ٌة‬، ‫َو َم ْنَطِمَع َأْنَيُقْو َم آِخ َر ُهَفْلُيْو ِتْر آِخ َر الَّلْيِل‬،‫َفْلُيْو ِتْر َأَّو َلُه‬، ‫َم ْنَخ اَفَأْنَالَيُقْو َم آِخ َر الَّلْيِل‬.
‘Barangsiapa yang khawatir tidak bangun pada akhir malam,
maka hendaklah dia me-lakukan shalat Witir pada awal malam.
Dan barangsiapa yang bersikeras untuk bangun pada akhir
malam, maka hendaklah dia me-lakukan shalat Witir pada
akhir malam, karena shalat di akhir malam itu disaksikan (oleh
para Malaikat), dan hal itu adalah lebih utama.’”
Saya berkata, “Di samping itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berwasiat kepada beberapa orang Sahabatnya
agar tidak tidur sebelum melakukan shalat Witir.”
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata,
saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
‫َح اِزٌم‬، ‫َاَّلِذ يَالَيَناُمَح َّتىُيْو ِتَر‬.
“Orang yang tidak tidur sebelum melakukan shalat Witir,
adalah orang yang teguh (iman-nya).”
Niat sholat witir, doa sholat witir, tata cara sholat witir, waktu
sholat witir, doa setelah sholat witir, doa sholat witir bahasa
arab, doa sholat witir latin, keutamaan sholat witir, manfaat
sholat witir, dll.
Tata Cara Shalat Tarawih, Niat, Bacaan dan
Keutamaan
Oleh

Muchlisin BK

16 Mei 2018

ilustrasi shalat tarawih (Youtube)

Shalat tarawih adalah sholat sunnah yang disyariatkan pada malam bulan
Ramadhan. Tarawih merupakan bentuk jamak dari tarwiihah (‫ )ترويحة‬yang artinya
“waktu sesaat untuk istirahat.” Disebut demikian karena pada shalat tarawih ada
waktu untuk beristirahat sejenak, khususnya setelah dua kali salam (empat rakaat).

Apa saja keutamaan shalat tarawih, bagaimana tata cara, niat dan bacaannya?
Insya Allah akan dibahas secara lengkap dalam artikel ini.

Daftar Isi [hide]


 Hukum Shalat Tarawih
 Waktu dan Jumlah Rakaat
 Keutamaan Shalat Tarawih
o 1. Diampuni Allah
o 2. Sholat Sunnah Paling Utama
o 3. Kemuliaan dan Kewibawaan
o 4. Kebiasaan Orang Shalih
 Tata Cara Shalat Tarawih
 Niat Shalat Tarawih
 Bacaan Shalat Tarawih

Hukum Shalat Tarawih


Hukum shalat tarawih adalah sunnah bagi muslim laki-laki dan perempuan. Ia boleh
dikerjakan berjamaah maupun sendiri-sendiri, namun menurut jumhur ulama lebih
utama dikerjakan secara berjamaah di masjid.

Awalnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat tarawih


berjamaah bersama para sahabat. Namun Rasulullah kemudian menghentikannya
karena khawatir shalat tarawih dianggap wajib.

‫ ُيَر ِّغ ُب ِفى ِقَياِم َر َمَض اَن ِمْن َغ ْي ِر َأْن َي ْأُمَر ُه ْم ِفيِه ِبَع ِز يَمٍة َف َي ُقوُل َم ْن َقاَم َر َمَض اَن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َأِبى ُهَر ْي َر َة َقاَل َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫ِإيَم اًن ا َو اْح ِتَساًبا ُغ ِفَر َلُه َما َتَقَّد َم ِمْن َذ ْن ِبِه‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


menganjurkan supaya mengerjakan shalat malam di bulan Ramadhan tetapi tidak
mewajibkannya. Beliau bersabda: “Barangsiapa bangun pada malam bulan
Ramadhan karena iman dan mengarapkan perhitungan dari Allah, maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Muslim)

‫ ُثَّم َص َّلى‬، ‫َع ْن َع اِئَشَة ُأِّم اْلُمْؤ ِمِنيَن – رضى هللا عنها َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – َص َّلى َذ اَت َلْي َلٍة ِفى اْلَم ْس ِجِد َف َص َّلى ِبَص َالِتِه َن اٌس‬
‫ َفَلَّما َأْص َبَح َقاَل َقْد‬، – ‫ َفَلْم َي ْخ ُرْج ِإَلْي ِه ْم َر ُسوُل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم‬، ‫ ُثَّم اْج َت َمُعوا ِمَن الَّلْي َلِة الَّث اِلَث ِة َأِو الَّر اِبَع ِة‬، ‫ِمَن اْل َقاِبَلِة َفَك ُثَر الَّن اُس‬
‫َر َأْي ُت اَّلِذى َص َن ْع ُتْم َو َلْم َي ْم َن ْع ِنى ِمَن اْلُخ ُروِج ِإَلْي ُك ْم ِإَّال َأِّن ى َخ ِش يُت َأْن ُتْف َر َض َع َلْي ُك ْم‬

Dari Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam shalat di masjid pada suatu malam, lalu orang-orang ikut shalat bersama
beliau. Malam berikutnya beliau shalat lagi dan orang yang ikut semakin banyak.
Pada malam ketiga dan keempat orang-orang berkumpul lagi tapi Rasulullah tidak
keluar untuk shalat bersama mereka. Pagi harinya beliau bersabda: “Aku telah
melihat apa yang kalian lakukan dan tidak ada yang menahanku untuk keluar
kecuali kekhawatiranku akan difardhukannya shalat itu atas kalian.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Pada riwayat Muslim dijelaskan bahwa waktu itu adalah bulan Ramadhan.

Awalnya, sholat ini wajib bagi kaum muslimin. Setelah turun perintah sholat lima
waktu, sholat ini menjadi sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi
kaum muslimin. Sedangkan khusus bagi Rasulullah, sholat ini hukumnya wajib
sehingga beliau tidak pernah meninggalkannya.

Waktu dan Jumlah Rakaat


Shalat tarawih disyariatkan pada malam bulan Ramadhan, waktunya mulai setelah
shalat isya’ sampai akhir malam. Ia dikerjakan setelah shalat isya’ sebelum shalat
witir. Boleh dikerjakan setelah witir namun tidak afdhal.

Lama shalat witir perlu dipertimbangkan sesuai kondisi jamaah. Meskipun Rasulullah
mengerjakan sangat panjang waktunya, namun perlu dipertimbangkan agar tidak
memberatkan jamaah, khususnya di zaman sekarang.

Rasulullah mengerjakan shalat tarawih delapan rakaat lalu witir tiga rakaat. Namun
waktunya lama karena bacaan beliau panjang-panjang. Di zaman Umar bin Khattab,
shalat tarawih dikerjakan dua puluh rakaat, ditambah witir tiga rakaat. Syaikh
Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa jumlah rakaat tersebut merupakan ijma’
sahabat pada waktu itu.

Jadi, masalah jumlah rakaat shalat tarawih ini merupakan masalah furu’iyah yang
para ulama memiliki hujjah sendiri-sendiri. Sebagian ulama shalat tarawih delapan
rakaat karena berpegang pada hadits Aisyah yang menyebutkan shalat malam
Rasulullah baik di bulan Ramadhan atau bulan lainnya tidak pernah lebih dari 11
rakaat.

Sebagian ulama shalat tarawih 20 rakaat karena mengikuti kaum Muhajirin dan
Anshar yang juga dilakukan pada masa khalifah Umar. Sebagian ulama lainnya
shalat tarawih 36 rakaat karena mencontoh masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Menurut Ibnu Taimiyah, seluruh pendapat di atas bagus. Imam Ahmad juga
berpendapat jumlah rakaat shalat tarawih tidak dibatasi; delapan rakaat boleh, 20
rakaat boleh, 36 rakaat juga boleh.

Keutamaan Shalat Tarawih


Shalat tarawih memiliki sejumlah keutamaan yang luar biasa. Berikut ini di
antaranya:

1. Diampuni Allah
Secara khusus, shalat tarawih yang dikerjakan dengan ikhlas akan mendatangkan
ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dosa-dosa terdahulu akan diampuniNya
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫َم ْن َقاَم َر َمَض اَن ِإيَم اًن ا َو اْح ِتَساًبا ُغ ِفَر َلُه َما َتَقَّد َم ِمْن َذ ْن ِبِه‬

“Barangsiapa bangun pada malam bulan Ramadhan karena iman dan mengarapkan
perhitungan dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Muslim)

2. Sholat Sunnah Paling Utama


Shalat tarawih disebut juga sebagai qiyamu Ramadhan. Ia adalah shalat malam
pada bulan Ramadhan. Karenanya, ia juga memiliki keutamaan shalat malam pada
umumnya sebagaimana sabda Rasulullah:

‫َأْف َضُل الَّص اَل ِة َب ْع َد اْلَفِر يَض ِة ِقَياُم الَّلْي ِل‬

“Shalat yang paling afdhol setelah shalat fardhu adalah shalat malam” (HR. An
Nasa’i)

3. Kemuliaan dan Kewibawaan


Orang yang shalat malam, termasuk shalat tarawih, akan dianugerahi Allah
kemuliaan dan kewibawaan.

‫َو اْع َلْم َأَّن َش َر َف اْل ـُمْؤ ِم ِن ِقَياُمُه ِبالَّلْي ِل‬


“Dan ketahuilah, bahwa kemuliaan dan kewibawaan seorang mukmin itu ada pada
shalat malamnya” (HR. Hakim; hasan)

4. Kebiasaan Orang Shalih


Sholat malam merupakan kebiasaan orang-orang shalih terdahulu. Maka siapa yang
mengerjakannya, ia pun dicatat sebagai orang-orang shalih sebagaimana mereka.

“Biasakanlah dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang shalih
sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit,
dan pencegah dari dosa.” (HR. Ahmad)

Tata Cara Shalat Tarawih


Shalat tarawih disunnahkan untuk dikerjakan secara berjamaah di masjid. Boleh 8
rakaat, 20 rakaat atau 36 rakaat sesuai kebijakan di masjid tersebut. Secara umum,
ia dikerjakan dua rakaat salam, dua rakaat salam.

Secara ringkas, tata caranya sama dengan sholat sunnah dua rakaat pada
umumnya, yaitu:

 Niat
 Takbiratul ihram, diikuti dengan doa iftitah
 Membaca surat Al Fatihah
 Membaca surat atau ayat Al Qur’an
 Ruku’ dengan tuma’ninah
 I’tidal dengan tuma’ninah
 Sujud dengan tuma’ninah
 Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
 Sujud kedua dengan tuma’ninah
 Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
 Membaca surat Al Fatihah
 Membaca surat atau ayat Al Qur’an
 Ruku’ dengan tuma’ninah
 I’tidal dengan tuma’ninah
 Sujud dengan tuma’ninah
 Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
 Sujud kedua dengan tuma’ninah
 Tahiyat akhir dengan tuma’ninah
 Salam
Demikian diulangi hingga empat kali salam untuk yang delapan rakaat. Setelah dua
kali salam, hendaklah beristirahat sejenak baru melanjutkan shalat lagi. Untuk
bacaan setiap gerakan shalat, bisa dibaca di Bacaan Sholat

Niat Shalat Tarawih


Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah
suatu syarat. Artinya, tidak harus melafalkan niat. Namun sebagian ulama selain
madzhab Maliki, menjelaskan hukum melafalkan niat adalah sunnah dalam rangka
membantu hati menghadirkan niat.

Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena
tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam madzhab Syafi’i, niat shalat tarawih sebagai makmum dilafalkan sebagai
berikut:

Lafadz niat shalat tarawih sebagai


makmum

‫ُأَص ِّلْي ُس َّنَة الَّت َر اِو ْي ِح َر ْك َع َت ْي ِن َم ْأُمْو ًما ِهَّلِل َت َع اَلى‬

(Usholli sunnatat taroowihi rok’ataini ma’muuman lillahi ta’aalaa)

Artinya: “Aku niat sholat sunnah tarawih dua rakaat sebagai makmum karena Allah
Ta’ala”

Sedangkan niat shalat tarawih sebagai imam lafadznya sebagai berikut:


‫ُأَص ِّلْي ُس َّنَة الَّت َر اِو ْي ِح َر ْك َع َت ْي ِن ِإَماًما ِهَّلِل َت َع اَلى‬

(Usholli sunnatat taroowihi rok’ataini imaaman lillahi ta’aalaa)

Artinya: “Aku niat sholat sunnah tarawih dua rakaat sebagai imam karena Allah
Ta’ala”

Baca juga: Jadwal Imsakiyah

Bacaan Shalat Tarawih


Rasulullah membaca surat-surat yang panjang dalam shalat tarawih sehingga waktu
shalatnya sangat lama. Abu Dzar Al Ghifari meriwayatkan, sebagian sahabat
khawatir tertinggal sahur karena begitu lamanya shalat bersama Rasulullah.

‫ َي ْع ِنى الَّسُحوَر‬. ‫َفُقْم َن ا َمَع الَّن ِبِّي صلى هللا عليه وسلم َح َّت ى َخ ِش يَن ا َأْن َي ُفوَتَن ا اْلَفَالُح‬

Kami mengerjakan shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sampai-sampai


kami merasa takut tertinggal falah, yakni sahur.

Menurut Qadhi Abu Ya’la, standar panjangnya bacaan shalat tarawih adalah satu juz
per malam. “Rasanya tidak baik jika bacaan Al Quran kurang dari satu kali khatam
selama satu bulan. Sebab tujuannya agar bacaan itu didengar oleh seluruh
makmum. Namun tidak baik juga jika lebih dari satu kali khatam karena khawatir
memberatkan makmum.”

Di masa sekarang, panjangnya bacaan perlu disesuaikan dengan kemampuan dan


kondisi masyarakat. Imam Ahmad mengatakan, “Dalam shalat tarawih, sebaiknya
imam membaca ayat-ayat pendek atau ringan agar tidak memberatkan, terlebih jika
waktu malamnya pendek. Berat ringannya tergantung kesiapan makmum.”
Shalat ‘Idain sholat hari raya

Shalat ‘Idain sholat hari raya - Idain artinya dua hari raya.
Yang dimaksud shalat Idain adalah shalat pada waktu dua hari raya yakni Hari Raya Idul fitri
(1 syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah).
Adapun hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad yaitu sunnah yang sangat dianjurkan.
Rasulullah SAW bersabda:

‫ َأْن ُنْخ ِر َج ِفى اْلِع يــَد ْيِن اْلَع َو اِت َق َو َذ َو اِت اْلُخ ُدوِر َو َأَم َر اْلُحَّيَض َأْن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َر َنا – َتْع ِنى الَّنِبَّى‬. ‫َأَم‬
‫َيْعَتِز ْلَن ُمَص َّلى اْلُم ْس ِلِم يَن‬

artinya:“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied
(Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa)
dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau
memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”

b. Waktu dan tempat pelaksanaan


Waktu mengerjakan shalat sunah Idul Fitri adalah setelah terbitnya matahari dua penggalah
(kurang lebih 3 meter) sampai tergelincirnya matahari. Sedangkan shalat Idul Adha dimulai
setelah matahari terbit satu penggalah. Adapun tempatnya sebaiknya dilakukan di tanah lapang
seperti yang dianjurkan oleh Nabi (kecuali ada halangan), karena shalat Id itu untuk syiar agama.
Namun sebagian ulama’ berpendapat lebih baik dikerjakan di Masjid, karena masjid itu tempat
yang mulia dan suci.
c. Cara Melaksanakan Sholat ‘Ied
1. Niat dalam hati.
lafal niatnya adalah:

‫ إَم اًم ا هلل تعالى‬/ ‫ األْض حى َر كَع تيِن َم أُم وًم ا‬/ ‫ُاَص ّلى ُسنًة ِلعيِد الِفطِر‬

Artinya: Saya niat sholat sunah Idul Fitri/Adha dua rakaat dengan menjadi makmum/imam
karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram.
3. Membaca doa iftitah.
4. Takbir 7x pada rakaat pertama dan 5x pada rakaat kedua dan diantara takbir membaca
tasbih:

‫ُسْبَح اَن ِهَّللا َو اْلَحْم ُد ِهَّلِل َو اَل إَلَه إاَّل ُهَّللا َو ُهَّللَا َأْك َبُر‬
5. Membaca ta’awudz
6. Membaca surat al Fatihah
7. Membaca surat al Qur’an. Sebaiknya surat Qaaf pada rakaat pertama dan surat Iqtarabat
pada rakaat kedua. atau surat al A’laa pada rakaat pertama dan surat al Ghasyiyah pada rakaat
kedua.
8. Setelah shalat Id dilanjutkan dengan khutbah
d. Hal-hal yang disunahkan pada saat hari raya adalah:
1. Memperbanyak Takbir. Pada hari raya ‘Idul Fitri disunahkan memperbanyak takbir dimulai
sejak terbenamnya matahari dan berakhir ketika imam memulai shalat ‘id. Sedangkan pada hari
‘Idul Adha disunahkan memperbanyak takbir setiap selesai mengerjakan shalat fardlu, shalat
rawatib, shalat sunah mutlak, dan shalat janazah. dan berakhir sampai waktu Ashar tanggal 13
Dzulhijjah.
2. Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari raya:
‫اى‬ ‫ٰل‬ ‫َت‬
‫ِ ِهلل َع‬ ‫َّنًة‬ ‫ى ُس‬ ‫ٰح‬ ‫ْاَأل‬
‫ ْض‬/ ‫ِر‬ ‫ْط‬ ‫ْل‬
‫ِد ا ِف‬ ‫َل ِلِع ْي‬ ‫ُغ‬ ‫ْل‬ ‫ُت‬
‫َو ْي ا ْس‬ ‫َن‬
3. Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam disunahkan berangkat ketika shalat hendak
dilaksanakan.
4. Berhias diri dengan memakai wangi-wangian, pakaian yang bagus, memotong kuku, serta
menghilangkan bau yang tidak sedap.
5. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
6. Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan pada ‘Idul Adha,
sunah melakukan shalat terlebih dahulu.
7. Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat tangan.
Seperti lafadh:
‫ك‬ ‫ْن‬ ‫ا َوِم‬ ‫َّن‬ ‫َل ُهللا ِم‬ ‫َتَقَّب‬
8. Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:
‫َخْي‬ ‫ْنُت‬‫َأ‬
‫ٍم َو ْم ِب ٍر‬ ‫َعا‬ ‫َّل‬ ‫ُك‬ ، ‫ا‬‫َث‬
‫ْم ِلِه‬ ‫َأل‬ ِ‫ُهللا‬ ‫ُك‬ ‫ا‬ ‫ْح‬‫َأ‬ ،
‫َل ِم ْم َي ُم‬ ‫ْنُك‬ ‫ُهللا‬ ‫َّب‬‫َق‬‫َت‬.

Panduan Sholat Hajat Terlengkap Sesuai


Sunnah !
by Shafira Nurlita

Doa Sholat Hajat – Sholat hajat adalah sholat sunnah yang


dilaksanakan dengan tujuan memohon kepada Allah dalam
permintaan suatu keperluan atau kebutuhan tertentu. Pada
dasarnnya setiap manusia mempunyai kebutuhan entah itu
kebutuhan yang kecil maupun besar. Walaupun kebutuhan
sekecil apapun kita dianjurkan untuk memohon kepada Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
‫ِلَيْس َأَأْلَح ُد ُك ْم َر َّبُهَح اَج َتُهَح َّتىَيْس َأَلُهاْلِم ْلَح َو َح َّتىَيْس َأَلُهِش ْس َع َنْع ِلِهِإَذ ااْنَقَطَع‬
“Hendaklah salah seorang dari kalian senantiasa meminta
kebutuhannya kepada Tuhan, sampai pun ketika meminta
garam, sampai pun meminta tali sandalnya ketika putus.” (HR.
Tirmidzi)
Selain itu jika kita sedang membutuhkan kebutuhan yang
dinilai besar sekalipun kita tidak hanya dianjurkan untuk
berdoa tetapi juga melaksanakan sholat sunnah 2 rekaat
dengan tujuan agar dikabulkannya doa tersebut. Sholat
tersebut yang dinamakan sholat hajat. Seperti namannya yang
sedang meminta hajat terhadap sesuatu.
Berikut ini kita akan mengulas lengkap seputar Tata cara
sholat hajat, manfaat sholat hajat, waktu sholat hajat, niat
sholat hajat, doa setelah sholat hajat, doa sholat hajat sesuai
sunnah, tata cara sholat hajat yang benar, doa sholat hajat
bahasa arab, doa sholat hajat latin, dll.
DAFTAR ISI
 Doa Sholat Hajat Bahasa Arab
 Doa Sholat Hajat Latin
 Arti Doa Sholat Hajat
 Tata Cara Sholat Hajat
 Hukum Sholat Hajat
 Waktu Sholat Hajat
 Keutamaan Sholat Hajat
Doa Sholat Hajat Bahasa Arab
Doa Sholat Hajat Latin
Laa ilaha illallohul haliimul kariimu subhaanallohi robbil ‘arsyil
‘azhiim. Alhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin. As `aluka muujibaari
rohmatika wa ‘azaaima maghfirotika wal ghoniimata ming kulli
birri wassalaamata ming kulli itsmin Laa tada’ lii dzamban illa
ghofartahu walaa hamman illaa farojtahu walaa haajatan hiya
laka ridhon illa qodhoitahaa yaa arhamar roohimiin.
Arti Doa Sholat Hajat
Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Lembut dan Maha
Penyantun. Maha Suci Allah, Tuhan pemelihara Arsy yang
Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.
Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang mewajibkan
rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu dan
memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Janganlah
Engkau biarkan dosa daripada diriku, melainkan Engkau
ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan, melainkan Engkau
beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat
kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang
Paling Pengasih dan Penyayang.
Tata Cara Sholat Hajat
Doa Sholat Hajat | Sumber : 500px.com

Berikut adalah tata cara dilaksanakannya sholat hajat


berdasarkan urutan yaitu :
1. Niat sholat hajat kepada Allah SWT
2. Takbiratul ihram
3. Berdiri bagi yang mampu berdiri jika tidak bisa duduk
maupun berbaring
4. Di raka’at pertama, membaca surat Al-Fatihah yang
kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Al-Kafirun
sebanyak 10 kali. Di rakaat kedua membaca surat Al-Fatihah
dan diteruskan dengan membaca surat Al-Ikhlash sebanyak 10
kali
5. Ruku’
6. ‘Itidal
7. Sujud dua kali
8. Duduk diantara dua sujud
9. Tuma’ninah (tenang sejenak) dalam ruku’, sujud, duduk
diantara dua sujud dan i’tidal
10. Tasyahud akhir
11. Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad
12. Duduk karena melakukan tasyahud akhir dan sholawat
salam
13. Salam yang pertama
14. Tertib dalam menjalankan sholat
15. Setelah Salam melakukan sujud dengan maksud tadzallul
(merendahkan diri pada Allah)
16. Pada sujud ini membaca subhahanallah walhamdulillah
walaailaaha illallah waallahu akbar walaa haula wa quwwata
illaa billahil ‘aliiyil ‘adzim sebanyak 10 kali.
17. Allahumma sholli ‘alaa sayyidina muhammad wa ‘alaa ali
sayyidina muhammad sebanyak 10 kali.
18. Dan yang terakhir membaca doa sapu jagad, rabbanaa
aatinaa fidunyaa hasanah wa fil’ahirati hasanah wa qinaa
‘adzaabannar sebanyak 10 kali.
Tata cara sholat hajat, manfaat sholat hajat, waktu sholat
hajat, niat sholat hajat, doa setelah sholat hajat, doa sholat
hajat sesuai sunnah, tata cara sholat hajat yang benar, doa
sholat hajat bahasa arab, doa sholat hajat latin, dll.
Hukum Sholat Hajat
Doa Sholat Hajat | Sumber : 500px.com

Hukum sholat hajat adalah sunnah yaitu apabila dikerjakan


akan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan juga tidak
akan berdosa. Namun sholat ini sangat dianjurkan kepada
siapa saja yang mempunnyai suatu keperluan apalagi
keperluan tersebut termasuk dalam keperluan besar.
hadist Abdullah bin Abi Aufa bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫منكانتلهإلىاللهحاجةأوإلىأحدمنبنيآدمفليتوضأفليحسنالوضوءثمليصلركعتينثمليثنعلىاللهوليصلعلىالنبيصلىاللهعليهوسلمث‬
‫مليقلالإلهإالاللهالحليمالكريمسبحاناللهربالعرشالعظيمالحمدللهربالعالمينأسئلكموجباترحمتكوعزائممغفرتكوالغنيمةمن‬
‫كلبروالسالمةمنكإلثمالتدعليذنباإلىغفرتهوالهماإالفرجتهوالحاجةهيلكرضاإالقضيتهاياأرحمالراحمين‬
“Barangsiapa yang memiliki keperluan kepada Allah atau
kepada seseorang dari anak Adam maka hendaknya dia
berwudhu dan memperbaiki wudhunya, kemudian hendaknya
dia shalat 2 rakaat kemudian memuji Allah, dan bershalawat
kepada nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian
membaca :
‫الإلهإالاللهالحليمالكريمسبحان‬
‫اللهربالعرشالعظيمالحمدللهربالعالمينأسئلكموجباترحمتكوعزائممغفرتكوالغنيمةمنكلبروالسالمةمنكإلثمالتدعليذنباإلى‬
‫غفرتهوالهماإالفرجتهوالحاجةهيلكرضاإالقضيتهاياأرحمالراحمين‬
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah,
Al-Halim Al-Karim, Maha Suci Allah Pemilik Arsy yang besar,
segala puji bagi Allah, rabb semesta alam, aku memohon
kepadaMu apa-apa yang mendatangkan rahmatMu, dan
ampunanMu, dan aku memohon kepadaMu untuk mendapatkan
setiap kebaikan dan keselamatan dari setiap dosa, janganlah
Engkau tinggalkan bagi ku dosa kecuali telah Engkau ampuni,
dan jangan Engkau tinggalkan bagiku rasa gelisah kecuali
Engkau beri jalan keluar, dan jangan Engkau tinggalkan bagiku
keperluanku yang engkau ridhai kecuali Engkau tunaikan
untukku, wahai Yang Maha Penyayang.” (HR. At-tirmidzy 2/344,
dan Ibnu Majah 1/44, berkata Syeikh Al-Albany)
BerkataAsy-Syuqairyrahimahullah:
‫فاألفضللكواألخلصواألسلمأنتدعواللهتعالىفيجوفالليلوبيناألذانواإلقامةوفيأدبارالصلوا‬،‫وأنتقدعلمتمافيهذاالحديثمنالمقال‬
: ‫وقدقالربكم ( أدعونيأستجبلكم ) وقال‬،‫وعندالفطرمنالصوم‬،‫فإنفيهاساعةإجابة‬،‫وفيأيامالجمعات‬،‫تقباللتسليم‬
) ‫ ( وللهاألسماءالحسنىفادعوهبها‬: ‫( وإذاسألكعباديعنيفإنيقريبأجيبدعوةالداعإذادعان ) وقال‬
“Dan anda sudah tahu bahwa hadist ini (tentang shalat hajat)
ada pembicaraan (tentang kelemahannya), maka yang afdhal,
lebih ikhlash, dan lebih selamat engkau berdoa kepada Allah di
tengah malam, dan antara adzan dan iqamat, di akhir shalat
sebelum salam, pada hari jumat karena di dalamnya ada waktu
ijabah (dikabulkan doa), dan ketika berbuka
puasa,Allahtelahberfirman:
( ‫) أدعونيأستجبلكم‬
“Berdoalah kepadaKu maka akan kabulkan.”
Dan Allah juga berfirman:
( ‫) وإذاسألكعباديعنيفإنيقريبأجيبدعوةالداعإذادعان‬
“Dan jika hambaKu bertanya tentang diriKu maka katakanlah
bahwasanya Aku dekat, Aku akan mengabulkan doa orang
yang berdoa kepadaKu.”
Allah juga berfirman:
( ‫) وللهاألسماءالحسنىفادعوهبها‬
“Dan bagi Allahlah nama-nama yang baik, maka berdoalah
denganNya” (As-Sunan wal Mubtada’at hal: 124).
Tata cara sholat hajat, manfaat sholat hajat, waktu sholat
hajat, niat sholat hajat, doa setelah sholat hajat, doa sholat
hajat sesuai sunnah, tata cara sholat hajat yang benar, doa
sholat hajat bahasa arab, doa sholat hajat latin, dll.
Waktu Sholat Hajat
Doa Sholat Hajat | Sumber : 500px.com
Dalam melaksanakan sholat hajat tidak mempunyai waktu
yang khusus dalam arti kita dapat melaksanakan pada siang
hari maupun malam hari. Namun lebih utama jika kita
mengerjakannya di sepertiga malam terakhir maka segala
keperluan dan doa-doa kita akan lebih mustajab untuk
dikabulan Allah.
Seperti sholat tahajut solat hajat juga dapat dikerjakan ketika
kita setelah tidur dan bangun untuk sholat. Seperti yang kita
ketahui sholat dimalam hri akan lebih khusyu karena
suasanannya lebih tenang dan lebih nyaman untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Selain itu pada sepertiga malam Allah turun dari langit dan
berjanji akan mengabulkan doa dan permintaan hamba yang
tulus dan ikhlas dalam berdoa dan meminta kepadanNya.
Selain itu sholat ini juga tidak boleh dikerjakan pada waktu
dilarangnya sholat yaitu setelah sholat subuh sampai terbit
matahari dan sesudah sholat ashar.
Keutamaan Sholat Hajat
Dalam Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq menyebutkan keutamaan
sholat hajat dengan mengutip hadits shahih dari Abu Darda
radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
‫َم ْنَتَو َّض َأَفَأْس َبَغاْلُو ُضوَء ُثَّمَص َّلىَر ْك َع َتْيِنُيِتُّم ُهَم اَأْع َطاُهالَّلُهَم اَس َأَلُمَع ِّج ًالَأْو ُم َؤ ِّخ رًا‬
Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian
mengerjakan sholat dua rakaat dengan sempurna maka Allah
memberi apa saja yang ia minta, baik segera maupun lambat
(HR. Ahmad)
Tata cara sholat hajat, manfaat sholat hajat, waktu sholat
hajat, niat sholat hajat, doa setelah sholat hajat, doa sholat
hajat sesuai sunnah, tata cara sholat hajat yang benar, doa
sholat hajat bahasa arab, doa sholat hajat latin, dll.
Keutamaan Sholat Hajat
Doa Sholat Hajat | Sumber : 500px.com

Sesuai hadist diatas dapat dijelaskan beberapa keutamaan


sholat hajat yaitu :
1. Keinginan dan keperluan akan lebih mudah dikabulkan
Allah selalu menganjurkan agar dalam segala keperluan dan
kebutuhan sebesar apapun atau sekecil apapun agar selalu
meminta kepadanNya terkecuali keinginan yang besar. Kita
tidak hanya dapat berdoa tapi juga disunahkan untuk
melakukan sholat 2 rekaat dalam segala keperluan.
Dengan mengerjakan sholat hajat maka keperluan kita akan
lebih cepat dikabulkan oleh Allah daripada yang tidak usaha
dalam berdoa sama sekali. Seperti yang kita ketahui setiap
manusia di dunia ini pasti setiap detiknnya mempunyai
kebutuhan bahkan yang mendesak sekalipun.
Seperti contoh jika ada anggota keluarga kita yang sakit
serius kita sangat membutuhkan banyak biaya, maka
dianjurkan bagi kita untuk melaksanakan sholat hajat dua
rekaat untuk memohon dimudahkan dalam memperoleh dana
pengobatan. Sebagaimana Allah akan memberi pertolongan
dari pintu manapun.
2. Pasrah dengan segala ketentuan Allah
Walaupun kita sudah rutin dalam melakukan sholat hajat
namun sebaiknnya kita juga tetap ikhtiar berusaha dalam
setiap kebutuhan dan keperluan apapun itu. Selebihnya kita
berdoa dan pasrah pada setiap ketentuan yang dberikan oleh
Allah SWT.
Dengan segala kepasrahan, entah cepat atau lambat
dikabulkannya keperluan atau hajat kita, kita tetap sabar dan
menerima dengan lapang dengan dasar iman dari dalam lubuk
hati dan juwa kita. Karena kita adalah hamba Allah yang
bertaqwa.
3. Ikhlas menerima jika keinginan tidak sesuai dengan rencana
Apapun yang Allah takdirkan kepada setiap hambannya dapat
berarti adalah suatu ujian, baik itu ujian kesenangan maupun
ujian kesusahan. Ketika doa dan keinginan kita terkabul
dengan cepat kita sedang diuji untuk menahan diri dari sifar
riya dan sombong.
Begitu juga ketika kita sedang diuji dalam kesusahan berarti
kita sedang diuji untuk bersikap lebih sabar dan ikhlas. Karena
setiap ujian dari Allah jika kita dapat melewatinnya maka akan
memberikan hikmah yang besar dalam kehidupan ini.
4. Dapat mengendalikan segala kebutuhan
Manusia setiap saat selalu memiliki kebutuhan setiap
detiknnya bahkan terkadang kebutuhan itu datang secara tiba-
tiba atau dadakan. Apalagi di zaman yang serba maju dengan
ilmu dan teknologi ini secara tidak langsung kebutuhan kita
juga semakin banyak dari jaman sebelumnnya.
Sebagai contoh di zaman modern ini komunikasi serba
canggih, setiap otang dituntut untuk memiliki handphone
untuk memudahkan dalam berkomunikasi baik degan teman,
pasangan ataupun rekan kerja. Otomatis budget kita juga lebih
besar dari zaman dulu yang komunikasi jarak jauh hanya
menggunakan surat.
Tak hanya itu dalam memasakpun sekarang sudah serba
canggih, dulu memasak masih menggunakan tungku kayu
bakar sekarang sudah ada kompor gas yang setiap gas habis
kita harus mengeluarkan uang untuk membeli gas berbeda
dengan zaman dahulu lebih irit karena pasokan kayu dapat
didapatkan secara gratis di kebun.
5. Mendekatkan diri kepada Allah
Dengan kita rutin mengerjakan sholat hajat dalam setiap
keperluan hal itu berarti secara tidak angsung kita menjadi
lebih dekat kepada Allah pada setiap doa-doa dan komunikasi
kita setiap sholat. Apalagi ketika kita menunduk sujud dengan
begitu khusyu.
Allah sangat senang kepada hambannya yang mau meminta
apapun kepadanNya dengan tunduk dan tulus. Apalagi jika
sholat hajat tersebut dikerjakan pada sepertiga malam
terakhir disaat seorang hamba sangat dekat dengan Allah.
6. Termotivasi untuk berusaha lebih giat
Dengan kita rajin melakukan sholat hajat secara otomatis kita
juga akan termotivasi untuk lebih rajin lagi dalam berusaha
atau berikhtiar di dunia. Sebagai contoh seorang pekerja yang
ingin cepat naik pangkat ketika bekerja ia akan lebih rajin lagi
dalam bekerja.
Atau seorang pelajar yang ingin masuk perguruan tinggi negri
maka dia akan lebih termotivasi lag dalam belajar dan
selebihnya dia serahkan kepada sang kuasa untuk hasil dari
setiap usaha dan doa ibadannya selama ini.
7. Mencegah dari bisikan setan
Dimanapun kapanpun setan selalu membujuk kita untuk
melakukan hal yang tidak benar. Namun dengan sholat hajat
yang kita kerjakan akan mencegah dari segala kemaksiatan
ataupun perbuatan yang keji dan munkar.
Sebagaimana contoh ketika seorang partai politik
menginginkan uang lebih untuk suatu keperluan jika dia hanyut
dalam rayuan setan dia dapat menggunakan kekuasaannya
untuk melakukan perbuatan kotor seperti suap dan korupsi.
Tapi dengan sholat kita dapat membentengi diri kita dari
setan.
Atau ketika kita diberikan kesempurnaan indra untuk dapat
melihat mendengar dan berbicara tapi kita memilih untuk
mengintai, mengintip sesuatu tanpa ijin pemiliknya, kita
berkata kotor berhasut berdusta mencela, atau kita
menggunaan pendengaran kita untuk menguping pembicaraan
orang lain.
8. Selalu siap dengan apapun yang terjadi
Orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah akan
senangtiasa menerima segala takdir Allah dengan kekuatan
sabar dan ikhlas. Setelah usaha dan doa bahkan solat hajat
kita kerjakan semua kita serahkan kepada Allah dengan penuh
kepasrahan dan mengharapkan pemberian yang terbaik dari
Tuhan.
Entah itu cepat atau lambat bahkan jika keinginn kita tidak
dikabulkan sekalipun kita tetap berfikir positif atau
berhusnudzon kepada Allah. Kita selalu berfikir pasti ada
hikmah dibalik dibalik segala ketetapan Allah. Jika kita dapat
bersabar dan ikhlas maka akan diberi kemuliaan yang tak
ternilai.
Nah itulah beberapa ulasan seputar Tata cara sholat hajat,
manfaat sholat hajat, waktu sholat hajat, niat sholat hajat, doa
setelah sholat hajat, doa sholat hajat sesuai sunnah, tata cara
sholat hajat yang benar, doa sholat hajat bahasa arab, doa
sholat hajat latin, dll.

Skip to content

Menu

Thegorbalsla
Dunia Sementara, Akhirat Selamanya
MENU
Tata Cara Sholat Istikharah Terlengkap Sesuai
Sunnah !
by Shafira Nurlita

Doa Sholat Istikharah – Sholat istikharah adalah sholat sunnah


dalam meminta kemudahan dan petunjuk apabila seorang
hamba dihadapkan pada dilema dan kebimbangan akan suatu
pilihan yang sulit. Pilihan tersebut dapat berupa memilih jodoh,
memilih pekerjaan, memilih tempat tinggal dan segala pilihan
sulit yang memerlukan solusi.
Dalam islam kita dianjurkan untuk selalu berkepala dingin
dalam setiap mengambil keputusan baik itu keputusan yang
paling mudah sampai sulit sekalipun harus didasarkan pada
ajaran agama. Karena jika segala sesuatu berdasar agama
maka hasilnya akan lebih tepat dan bermanfaat.
Jika pilihan yang kita hadapi adalah pilihan sulit alangkah
baiknnya jika kita kembalikan pada sang kuasa yaitu dengan
beribadah dan berdoa semaksimalnnya kepada Allah. Carannya
adalah dengan sholat istikharah dengan tulus ikhlas dan
khusyu.
Dengan sholat istikharah segala kesulitan kita akan
dimudahkan karena hati yang terbebani akan menjadi ringan,
pikiran akan lebih tenang hati akan lebih mantap dan segala
keputusan yang diambil berdasarkan Alquran hadist akan
berdampak positif bagi siaapapun yang berhubungan dengan
keputusan tersebut.
Sebagai contoh dalam memilih seorang jodoh kita diwajibkan
sesuai dengan ajaran agama yaitu yang membawa kita kepada
jalan yang benar. Bukan hanya semata karena fisik harta dan
tahta tapi yang utama dalam memilih jodoh adalah dilihat dari
agamannya baru kita dapat mengambil kriteria sesuai
keinginan.
Atau jika kita memilih tempat tinggal maka islam
menganjurkan untuk memilih tetangga atau orang-orang
sekelilingnya terlebih dahulu daripada rumahnnya. Karena jika
tetangga kita baik maka suasana dalam lingkungan kita juga
menjadi aman tentram dan nyaman.
Berikut ini penjelasan lebih detail seputar Doa sholat
istikharah bahasa arab, doa sholat istikharah latin, niat sholat
istikharah, tata cara sholat istikharah, doa sholat istikharah
jodoh, waktu sholat istikharah, doa setelah sholat istikharah,
tata cara sholat istikharah sesuai sunnah, dll.
DAFTAR ISI
 Doa Sholat Istikharah Bahasa ARAB
 Doa Sholat Istikharah Latin
 Arti Doa Sholat Istikharah
 Tata Cara Shalat Istikharah
 Hukum Sholat Istikharah
 Waktu Terbaik Shalat Istikharah
 Keutamaan Melaksanakan Shalat Istikharah
Doa Sholat Istikharah Bahasa ARAB
Berikut ini doa shalat istikharah sebagaimana diriwayatkan
Imam Bukhari dari Jabir bin Abdullah:
Doa Sholat Istikharah Latin
Alloohumma innii astakhiiruka bi’ilmika wa astaqdiruka
biqudrotik, wa as-aluka min fadhlikal adhiim, fa innaka taqdiru
wa laa aqdiru wa ta’lamu wa laa a’lamu wa anta ‘alaamul
ghuyuub.
Alloohumma in kunta ta’lamu anna haadzal amro khoirun lii fii
diinii wa ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii faqdurhu lii wayassirhu lii
tsumma baariklii fiih.
Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amro syarrun lii fii diinii wa
ma’aasyii wa ‘aaqibati amrii fashrifhu ‘annii washrifnii ‘anhu
waqdur lil khoiro haitsu kaana tsumma ardlinii.
Arti Doa Sholat Istikharah
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu
dengan ilmu-Mu, aku memohon kekuasaan-Mu (untuk
menyelesaikan urusanku) dengan kodrat-Mu, dan aku
memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena
sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan aku tidak
berkuasa, Engkau Mahatahu sedangkan aku tidak tahu, dan
Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini untukku,
dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya bagiku, maka
takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian
berkahilah aku dalam urusan ini.
Dan jika Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untuk
diriku, dalam agamaku, kehidupanku, dan akibatnya bagiku,
maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari
urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun,
kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.
Tata Cara Shalat Istikharah
Doa Sholat Istikharah | Sumber : 500px.com

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan, shalat


istikharah boleh berupa shalat sunnah apa saja. Baik shalat
sunnah rawatib, shalat sunnah tahiyatul masjid, maupun shalat
sunnah lainnya. Yang terpenting, setelah shalat sunnah dua
rakaat, ia berdoa kepada Allah meminta dipilihkan yang
terbaik sebagai doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Hal ini sebagaimana hadits dalam Shahih Bukhari:
‫َع ْنَج اِبِرْبِنَع ْبِد الَّلِه رضىاللهعنهماَقاَلَكاَنَر ُس واُل لَّلِهصلىاللهعليهوسلمُيَع ِّلُم َنااِال ْس ِتَخ اَر َةِفىاُألُم وِرَك َم اُيَع ِّلُم َناالُّسوَر َةِم َناْلُقْر آِنَيُقوِإُل‬
‫َذ اَهَّم َأَح ُد ُك ْم ِباَألْم ِرَفْلَيْر َكْع َر ْك َع َتْيِنِم ْنَغْيِراْلَفِريَض ِةُثَّمِلَيُقاِل لَّلُهَّم ِإِّنىَأْسَتِخ يُر َك ِبِع ْلِم َك‬
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kami cara
mengerjakan shalat istikharah dalam segala urusan,
sebagaimana beliau mengajarkan kami Surat Al Qur’an. Beliau
bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian hendak
melakukan sesuatu, hendaklah terlebih dahulu mengerjakan
shalat dua rakaat selain shalat fardlu, lalu berdoa: Ya Allah,
sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-
Mu ”
Menurut Sayyid Sabiq, tidak ada bacaan surat khusus dalam
shalat ini. Setelah membaca surat Al Fatihah, boleh membaca
surat apa pun.
Namun menurut Syaikh Wahbah az Zuhaili dalam Fiqih Islam
wa Adillatuhu, disunnahkan membaca surat Al Kafirun setelah
membaca surat Al Fatihah pada rakaat pertama dan
disunnahkan membaca surat Al Ikhlas setelah membaca surat
Al Fatihah pada rakaat kedua.
Berikut ini tata cara shalat istikharah secara praktis:
1. Niat
2. Takbiratul ihram, kemudian diikuti dengan doa iftitah
3. Membaca surat Al Fatihah
4. Membaca surat dalam Al Qur’an, diutamakan Surat Al
Kafirun
5. Ruku’ dengan tuma’ninah karena Allah
6. I’tidal dengan tuma’ninah karena Allah
7. Sujud dengan tuma’ninah karena Allah
8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
9. Sujud kedua dengan tuma’ninah
10. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
11. Membaca surat Al Fatihah
12. Membaca surat dari Al Qur’an, diutamakan Surat Al Ikhlas
13. Ruku’ dengan tuma’ninah
14. I’tidal dengan tuma’ninah
15. Sujud dengan tuma’ninah
16. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
17. Sujud kedua dengan tuma’ninah
18. Tahiyat akhir dengan tuma’ninah
19. Salam
Doa sholat istikharah bahasa arab, doa sholat istikharah latin,
niat sholat istikharah, tata cara sholat istikharah, doa sholat
istikharah jodoh, waktu sholat istikharah, doa setelah sholat
istikharah, tata cara sholat istikharah sesuai sunnah, dll.
Hukum Sholat Istikharah
Doa Sholat Istikharah | Sumber : 500px.com

Para ulama berpendapat bahwa shalat istikharah hukumnya


adalah sunnah pada saat seorang muslim atau muslimah
dihadapkan pada dilema atau kesulitan yang memerlukan
keputusan untuk memilih. Baik itu kesulitan dalam memilih
jodoh, tempat tinggal, teman, pekerjaan dan sebagainnya.
Karena hukumnya sunnah maka jika seorang hamba
mengerjakannya akan mendapat pahala tetapi jika tidak
mengerjakannya juga tidak mendapatkan dosa. Akan tetapi
alangkah baiknya jika sedang dalam pilihan yang sulit dapat
mengerjakan sholat yang mempunyai tujuan mendapat
petunjuk dari Allah atas segala kesulitan dan kebimbangan
yang mengganjal hati dan pikiran seingga dapat memperoleh
titik temu.
Waktu Terbaik Shalat Istikharah
Doa Sholat Istikharah | Sumber : 500px.com

Sholat istikharah adalah sholat memohon petunjuk agar


dimudahkan dalam suatu pilihan yang sulit. Sholat ini
diketjakan 2 rekaat seperti sholat pada umumnya yang
dikerjakan 2 rekaat. Waktu terbaik dalam melaksanakan sholat
istikharah adalah ketika malam hari sesudah sholat isya.
Sholat sunnah ini dapat langsung dikerjakan tanpa harus tidur
terlebih dahulu.
Seperti sholat sunnah pada umumnya lebih baik dikerjakan
pada malam hari dimana seorang hamba dapat merasa lebih
khusyu dalam berkomunikasi atau berdoa kepada Allah. Dalam
kesunyian malam kita dapat beribadah dengan lebih tenang
dan fokus. Walaupun begitu sholat istikharah juga dapat
dikerjakan pada pagi dan siang hari.
Nabi muhammad SAW telah menganjurkan mengerjakan sholat
sunnah ini jika seorang hamba sedang dalam kebimbangan
atau kesulitan dalam menentukan pilihan hidup. Dengan sholat
mendekatkan diri kepada Allah segala beban akan lebih
ringan, pikiran lebih tenang dan hati juga lebih mantab dalam
menentukan pilihan yang benar dan tepat
Seperti yang kita ketahui pada saat malam hari Allah turun
dari langit dan berjanji kepada siapa saja yang berdoa
kepadaNnya akan dikabulkan doannya, kepada siapa yang
memohon ampun kepadanNya maka akan diampuni dosannya
dan kepada siapa yang meminta sesuatu kepadanNya maka
akan dikabulkan permintaanya tersebut.
Doa sholat istikharah bahasa arab, doa sholat istikharah latin,
niat sholat istikharah, tata cara sholat istikharah, doa sholat
istikharah jodoh, waktu sholat istikharah, doa setelah sholat
istikharah, tata cara sholat istikharah sesuai sunnah, dll.
Keutamaan Melaksanakan Shalat Istikharah
Doa Sholat Istikharah | Sumber : 500px.com

setiap orang pasti pernah dilanda masalah yang berupa


kebimbangan dan dilema dalam memilih pilihan yang sulit.
Akan tetapi bukan berarti hal tersebut tidak dapat
diselesaikan dengan kepala dingin. Allah menganjurkan kita
untuk memohon dan berdoa meminta petunjuk agar diberi
kemudahan dalam mengambil keputusan yang sulit.
Keputusan yang sulit sekalipun dapat diatasi dengan sholat
istikharah memohon bantuan dan kemudahan kepada Allah.
Dengan berserah diri kepada Allah dan niat yang benar
diharapkan segala kebimbangan kita dapat ditangani dengan
bantuan Allah. Kita berkewajiban berusaha dan berdoa dalam
setiap pilihan yang kita ambil.
Dengan berdasarkan pada benteng agama diharapkan
keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang benar dan
tidak merugikan banyak pihak yang terkait dalam masalah
tersebut. Sehingga keputusan yang diambil benar-benar sudah
tepat dan benar.
Ada beberapa keutamaan shalat istikharah yang bisa kita
dapatkan jika kita laksanakan dengan baik dan kelurusan niat.
Berikut adalah 6 keutamaan dari melaksanakan shalat
istikharah saat terjadi dilema dalam memilih.
1. Menyerahkan Hasil Pada Allah
Sekali kali tdk akan menimpa kami melainkan apa yg telah
ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan
hanya kepada Allah-lah orang-orang yg beriman harus
bertawakal” (QS At Taubah: 51)
Di dalam hidup di dunia ini pasti kita sering menghadapi dilema
yang membuat kita menghadapi pilihan yang sulit. Hal tersebut
membuat kita berfikir keras bagaimana menyelesaikan
masalah dari kebimbangan tersebut. Dengan sholat istikharah
memohon petunjuk kepada Allah terhadap kesulitan yang kita
alami dapat membuat jiwa kita berserah diri pada setiap
keputusan yang diberikan Allah.
Karena pada dasarnya sholat istikharah adalah permohonan
petunjuk dari hamba kepada tuhannya agar diberikan jalan
terhadap segala ikhtiar atau usahannya selama ini. Selain itu
sebagai manusia yang meminta kemantapan hati dalam segala
pilihan sulit, kita harus menyerahkan segala hasil yang kita
pilih kepada Allah. Agar jalan kita selalu tepat dan diiringi
segla keridhoan Allah.
Dengan sholat istikhoroh segala ganjalan dan rintangan
apabila kita serahkan kepada Allah pasti akan memberikan
pilihan yang sesuai dengan Agama dan akan baik pada
hasilnya. Dengan sholat istikhoroh akan membentengi diri kita
dari segala pilihan yang salah dan tidak sesuai agama yang
dibenarkan Allah.
2. Menenangkan Diri
Sholat istikhoroh juga dapat membuat pikiran yang diselimuti
kebimbangan menjadi lebih tenang dan pasrah. Selain itu
istikhoroh juga dapat menghindarkan diri dari sifat tergesa-
gesa dalam mengambil keputusan yang berujung pada
keputusan yang salah. Dengan meminta petunjuk dan
bimbingan dari Allah akan lebih memudahkan segala urusan
dan kesulitan kita dalam memilih.
Dengan pikiran yang tenang akan membuat kita lebih jernih
dalam mengambil keputusan. Karena keputusan yang kita
ambil hanya berdasarkan emosi yang tidak stabil akan
berpengaruh pada hasil keputusan yang dibuat. Karena
keputusan yang salah akan berefek pada lingkungan sekitar
dan orang-orang sekitar pula. .
3. Memberikan Kemantapan Hati
Salah satu hal yang diinginkan ketika orang sedang berada
dalam pilihan yang sulit adalah diberikannya kemantapan hati.
Walau demikian tidak semua orang dengan mudah memperoleh
kemantapan hati begitu saja, oleh karena itu dibutuhkan usaha
dan doa agar senangtiasa diberikan kemantapan hati oleh
Tuhan.
Salah satu cara kita memperoleh kemantapan hati dari segala
pilihan sulit adalah dengan sholat istikhoroh meminta petunjuk
kepada Allah. Dengan rutinnya kita menjalankan sholat ini kita
akan memperoleh kemudahan dalam mengambil keputusan
yang tepat sesuai ajaran agama. Dengan hati yang mantab
maka keputusan yang diambil juga tepat.
4. Menjauhi Bisikan Syetan
Kapanpun dimanapun setan selalu membisikkan hal yang tidak
benar dan bertentangan dengan agama. Apalagi ketika kita
sedang berada dalam kesulitan dan permasalahan yang sulit
seperti dilema dalam pengambilan keputusan. Dengan
kesempatan ini setan akan membisikkan sesuatu yang
mengarah pada keputusan yang salah dan tidak sesuai dengan
ajaran agama.
Dengan sholat istikharah dapat menghindarkan kita dari
bisikan setan yang menyesatkan. Kita dapat perlindungan dan
benteng dari Tuhan agar tidak salah dalam setiap tindakan
yang berefek pada banyak orang. Agar kita selalu terhindar
dari bujuk rayu setan yang mengarah pada kemaksiatan, kita
harus mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak berdoa.
5. Memilih dengan Pertimbangan Agama
”Sesungguhnya urusan itu seluruhnya ditangani AllaH SWT”.
(QS Ali Imran : 154)
Hal dasar yang harus selalu kita ingat dalam setiap
menjalankan apapun adalah sesuai dengan perintah agama,
termasuk salah satunnya sholat istikharah dalam meminta
petunjuk dari kebimbangan atau pilihan sulit. Bukan berarti
jika pilihan sulit kita tidak dapat diatasi, kita dapat kembali ke
jalanNya dengan memohon diberi petunjuk yang benar.
Agama islam selalu mengajarkan segala sesuatu entah itu
kesulitan atau masalah lainnya dapat diselesaikan sesuai
aturan agama, seperti ketika kita kesulitan dalam memilih baik
itu jodoh, pekerjaan , tempat tinggal atau lainnya sebaiknya
dipertimbangkan matang-matang dengan sholat istikharah
meminta petunjuk dariNya. .
6. Ikhlas dan Lurus Hanya pada Allah
Dan bertakwalah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha
Penyanyang, Yg melihat kamu ketika kami berdiri (utk
sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerakan badanmu
diantara orang-orang yg sujud”. (QS Asy Syuara: 217-219)
Dengan mendekatkan diri melakukan sholat istikharah, Allah
akan lebih memudahkan setiap jalan kita, kesulitan dan
kebimbangan kita, hati akan lebih tenang dan dapat berfikir
jernih ketika dihadapkan pada pilihan atau keputusan yang
sulit. Dengan sholat istikharah segala keputusan yang diambil
akan lebih tepat dan benar sesuai agama islam.
Sebagai hamba Allah kita harus selalu meluruskan niat dalam
beribadah seperti halnya sholat istikharah. Selain meluruskan
niat kita juga seharusnya selalu pasrah dan ikhlas dalam
setiap kehendak Allah baik maupun buruknnya.
Nah itulah penjelasan singkat tentang Doa sholat istikharah
bahasa arab, doa sholat istikharah latin, niat sholat istikharah,
tata cara sholat istikharah, doa sholat istikharah jodoh, waktu
sholat istikharah, doa setelah sholat istikharah, tata cara
sholat istikharah sesuai sunnah, dll.

1. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiri

Orang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Yang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika
tidak memungkinkan, maka dengan cara duduk apapun yang
mudah untuk dilakukan.
 Duduk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk
menghadap kiblat maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat
dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar
dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas
tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini
merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua
telapak tangan di lutut.
 Cara sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan.
Jika tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan
badannya lebih banyak dari ketika rukuk.
 Cara tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan
tasyahud seperti biasa.

2. Tata cara shalat orang yang tidak mampu duduk

Orang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka
shalatnya sambil berbaring. Shalat sambil berbaring ada dua macam:

a. ‘ala janbin (berbaring menyamping)

Ini yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranya:

 Berbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika


memungkinkan. Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka
menyamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak
memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat
dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar
dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas
tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan
bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan
diluruskan ke arah lutut.
 Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari
ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari
telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.

b. mustalqiyan (telentang)

Jika tidak mampu berbaring ‘ala janbin, maka mustalqiyan. Tata


caranya:

 Berbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama,


kepala diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal atau
semisalnya sehingga wajah menghadap kiblat. Jika tidak
memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat
dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan diangkat hingga sejajar
dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas
tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan
bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan
diluruskan ke arah lutut.
 Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari
ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari
telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat.

3. Tata cara shalat orang yang tidak mampu menggerakkan anggota


tubuhnya (lumpuh total)

Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa


menggerakkan mata, maka shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini
masih termasuk makna al-imaa`. Ia kedipkan matanya sedikit ketika
takbir dan rukuk, dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan
gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak
mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.

Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun


masih sadar, maka shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan
dalam hatinya gerakan-gerakan shalat yang ia kerjakan disertai dengan
gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak
mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam hati.
Ini Panduan, Manfaat, dan Keutamaan Sholat Dhuha

gomuslim.co.id- Ibadah shalat merupakan hal utama dalam Islam. Bahkan


karena keutamaanya, shalat merupakan tiang agama. Selain shalat farhdu
(wajib) yang lima waktu, adapula shalat sunnah yang bisa diamalkan oleh
setiap muslim. Salah satunya adalah shalat Dhuha.

Berikut, gomuslim merangkum panduan dan tata cara shalat dhuha dari
berbagai sumber:

Pengertian

Shalat dhuha adalah salah satu shalat sunnah yang istimewa. Ada banyak
manfaat dan keutamaan jika seorang muslim rutin melaksanakan shalat
sunnah ini. Shalat ini dikenal sebagai shalat sunnah untuk memohon rezeki
dari Allah SWT.

Cara melaksanakan shalat dhuha ini sama dengan pelaksanaan shalat lain
pada umumnya. Hanya saja ada doa-doa tertentu yang dibacakan setelah
shalat. Shalat Dhuha dikerjakan minimal dua raka’at dan bisa dikerjakan
maksimal dua belas raka’at. Masing–masing dua raka’atnya diakhiri dengan
satu salam. Shalat dhuha dilakukan secara sendiri atau tidak berjamaah
(Munfarid)

Bagaimana tata cara sholat dhuha? Sholat dhuha dikerjakan dua rakaat
salam – dua rakaat salam. Adapun jumlah rakaatnya, minimal dua rakaat.
Rasulullah kadang mengerjakan sholat dhuha empat rakaat, kadang delapan
rakaat. Namun sebagian ulama tidak membatasi. Ada yang mengatakan 12
rakaat, ada yang yang mengatakan bisa lebih banyak lagi hingga waktu
dhuha habis.

Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua
rakaat, beliau mengucap salam (HR. Abu Dawud; shahih)

Waktu Shalat Dhuha

Waktu pelaksanaan shalat dhuha adalah sejak matahari naik hingga condong
ke barat. Artinya, di Indonesia, waktu shalat dhuha terbentang selama
beberapa jam sejak 20 menit setelah matahari terbit hingga 15 menit sebelum
masuk waktu dhuhur. Waktu yang lebih utama adalah seperempat siang. Atau
lebih tepatnya sekitar pukul 07.00 WIB sampai sebelum jam 12.00 WIB.
Namun, lebih baiknya jika dilaksanakan sekitar pukul 08. 00 sampai dengan
10.00 WIB pagi.

Di Arab Saudi, waktu itu ditandai dengan padang pasir terasa panas dan anak
unta beranjak. Sebagaimana sabda Rasulullah: Bahwasanya Zaid bin Arqam
melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha (di awal pagi). Dia berkata,
“Tidakkah mereka mengetahui bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama.
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat
orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) adalah ketika anak unta
mulai kepanasan’” (HR. Muslim)

Niat Shalat Dhuha

Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Niat dengan hanya
mengucapkan di lisan belum dianggap cukup. Melafalkan niat bukanlah suatu
syarat. Artinya, tidak harus melafalkan niat. Namun menurut jumhur ulama
selain madzhab Maliki, hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati
menghadirkan niat.

Sedangkan dalam madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat
karena tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW.

Dalam madzhab Syafi’i, lafal niat sholat dhuha sebagai berikut:

Usholli Sunnatadh Dhuhaa Rak’ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa’an lillaahi


Ta’aalaa (Aku niat sholat sunnah dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini
karena Allah Ta’ala)

Tata Cara Shalat Dhuha

Secara ringkas, berikut tata cara shalat dhuha:

Niat

Takbiratul ikram, lebih baik jika diikuti dengan doa iftitah

Membaca surat Al Fatihah

Membaca surat atau ayat Alquran. Bisa membaca surat Asy Syamsu atau
surat lainnya
Ruku’ dengan tuma’ninah

I’tidal dengan tuma’ninah

Sujud dengan tuma’ninah

Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah

Sujud kedua dengan tuma’ninah

Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua

Membaca surat Al Fatihah

Membaca surat atau ayat Alquran. Bisa surat Adh Dhuha atau lainnya.

Ruku’ dengan tuma’ninah

I’tidal dengan tuma’ninah

Sujud dengan tuma’ninah

Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah

Sujud kedua dengan tuma’ninah

Tahiyat akhir dengan tuma’ninah

Salam

Demikian tata cara shalat dhuha. Setiap dua rakaat salam, diulang sampai
bilangan rakaat delapan atau yang dikehendaki. Setelah shalat dhuha
dianjurkan berdoa.

Doa Setelah Selesai Shalat Dhuha

Usai melaksanakan Sholat Dhuha, cukup duduk dengan khusyu dan


konsentrasi lalu memperbanyak berdoa dan berdzikir seperti Istighfar,
bershalawat, Tasbih dan Tahmid. Setelah itu bisa dilanjutkan dengan
membaca salah satu doa shalat dhuha yang paling populer berikut ini :

ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-


UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL
QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA
INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-
AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA
HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU,
BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA
WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.

Artinya :

“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan


adalah keagungan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah
kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku
berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka
keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila
jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, keagungan-Mu, keindahan-
Mu dan kekuatan-Mu, berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada
hamba-hambaMu yang shalih”.

Doa ini bukanlah berasal dari hadits Nabi. Doa ini dicantumkan oleh Asy
Syarwani dalam Syarh Al Minhaj dan disebutkan pula oleh Ad Dimyathi dalam
I’anatuth Thalibiin.

Perlu diingat, doa setelah shalat dhuha tidak dibatasi. Kita boleh berdoa apa
saja yang kita inginkan, tentunya bukan doa yang berisi tentang keburukan.

Manfaat dan Keutamaan Shalat Dhuha

Ada banyak manfaat dan keutamaan bagi setiap muslim yang mengerjakan
Shalat Dhuha. Beberapa manfaat diantaranya adalah untuk
memperlancarkan, melapangkan dan mempermudahkan rezeki, menghapus
dosa-dosa, mendapatkan pahala shalat sunnah dan masih banyak lagi.

Adapun beberapa keutamaan dari shalat dhuha ini adalah sebagai berikut:

1. Wasiat Khusus dari Rasulullah

Shalat dhuha diwasiatkan Rasulullah kepada Abu Hurairah untuk menjadi


amal harian.
“Kekasihku –Rasulullah SAW- mewasiatkan tiga hal padaku: berpuasa tiga
hari setiap bulannya, melaksanakan shalat dhuha dua raka’at dan shalat witir
sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih)

2. Shalat Awwabin

Shalat dhuha adalah shalat awwabin, yakni shalatnya orang-orang yang taat.
Merutinkan shalat dhuha menjadikan seseorang dicatat sebagai orang-orang
yang taat.

Abu Hurairah RA berkata: “Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku


tiga perkara yang aku tidak meninggalkannya: agar aku tidak tidur kecuali
setelah melakukan shalat witir, agar aku tidak meninggalkan dua rakaat shalat
Dhuha karena ia adalah shalat awwabin serta agar aku berpuasa tiga hari
setiap bulan” (HR. Ibnu Khuzaimah; shahih)

3. Dua rakaat dhuha senilai 360 sedekah

“Setiap pagi, setiap ruas anggota badan kalian wajib dikeluarkan sedekahnya.
Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil
adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan
adalah sedekah, dan melarang berbuat munkar adalah sedekah. Semua itu
dapat diganti dengan shalat dhuha dua rakaat.” (HR. Muslim)

4. Empat Rakaat Dhuha Membawa Kecukupan

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput
dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Aku cukupkan untukmu di
sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad)

5. Ghanimah (Keuntungan) Banyak

“Barangsiapa berwudhu kemudian pergi pada waktu pagi ke masjid untuk


melaksanakan shalat dhuha, maka hal itu adalah peperangan yang paling
dekat, ghanimah yang paling banyak, dan kembalinya lebih cepat” (HR.
Tirmidzi dan Ahmad; hasan shahih).

6. Berpahala Umrah

Mengerjakan shalat dhuha tentunya akan mendapatkan pahala. Pahala dari


shalat dhuha setara dengan pahala mengerjakan umrah.
Sesuai dengan isi hadist dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW
bersabda : “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci
untuk melaksanakan shalat wajib maka pahalanya seperti seorang yang
melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat
Dhuha maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan umrah. (Shahih al-
Targhib : 673)

Shalat Seorang Musafir


Redaksi Muslimah.Or.Id September 11, 2009 29 Comments

Hari raya selalu identik dengan kegiatan pulang ke kampung halaman


untuk bertemu dengan sanak keluarga atau yang dikenal dengan istilah
‘mudik’. Acapkali mudik tersebut harus ditempuh dengan perjalanan
yang cukup jauh (safar). Seorang muslim yang baik tentu saja tidak akan
melalaikan kewajiban utamanya untuk tetap beribadah pada Allah meski
pun berada dalam kondisi safar yang melelahkan. Artikel berikut akan
mengulas permasalahan sholat seorang musafir yang dikutip dari
makalah karya Al Ustadz Abu ‘Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi –
hafidzahullah- dalam Majalah Al Furqon edisi 11/tahun-8.

1. Meringkas Shalat

Meringkas shalat (qoshor) dimana shalat empat rakaat diringkas menjadi


dua rakaat ketika safar disyariatkan. Dalil-dalil tentang masalah ini di
antaranya:
Allah berfirman:

‫َو ِاَذ اَض َر ْبُتْم ِفى ْاَالْر ِض َفَلْيَس َع َلْيُك ْم ُج َناٌح َاْن َتْق ُصُر ْو ا ِم َن الَّص َلٰو ِة ِاْن ِخ ْف ُتْم َاْن َيْف ِتَنُك ُم اَّلِذ ْيَن‬
‫َكَفُر ْو ا ِاَّن ْالكِفِر ْيَن َك اُنْو اَلُك ْم َع ُد ًّو اُّم ِبْيًنا‬

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa


kamu meng-qoshor sholat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang
kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata
bagimu.” (Qs. An Nisa’: 101)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

‫ُأ‬ ‫ُأ‬
‫َف ِقَّر ْت َص َالُة الَّس َفِر َو ِتَّم ْت َص َالُة الَح َض ِر‬، ‫َأَّن الَّصَالَة َأَّو ُل َم اُفِر َض ْت َر ْك َع َتْيِن‬

“Pertama kali sholat diwajibkan adalah dua raka’at, maka tetaplah sholat
musafir dua raka’at dan shalat orang yang muqim (menetap) sempurna
(empat raka’at).” (HR. Al Bukhari: 1090 dan Muslim:685)

Asy Syinqithi mengatakan, “Para ulama bersepakat atas disyariatkannya


meng-qoshor sholat empat raka’at ketika safar. Berbeda dengan orang-
orang yang mengatakan bahwa tidak ada qoshor kecuali ketika haji,
umroh, atau ketika keadaan mencekam. sesungguhnya perkataan seperti
ini tidak ada dasarnya menurut ahli ilmu.” (Adhwa’ul Bayan 1/265).

a. Shalat yang boleh diqoshor.

Merupakan perkara yang disepakati oleh para ulama, shalat yang boleh
diringkas adalah shalat Zhuhur, Ashar, dan ‘Isya’. Imam Ibnul Mundzir
berkata, “Para ulama telah sepakat bahwa sholat Maghrib dan Shubuh
tidak boleh diqoshor.” (al-Ijma’ hal. 9)

b. Kapan seorang musafir boleh meringkas shalat?

Orang yang safar diperbolehkan meringkas shalatnya


apabila telah berangkat dan meninggalkan tempat tinggalnya.
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,

‫َص َّلْيُت الُّظْهَر َم َع الَّنِبِّي ِباْلَم ِد ْيَنِة َأْر َبًعا َو ِبِذ ى اْلُح َلْيَفِة َر ْك َع َتْيِن‬.

“Aku shalat bersama Nabi di Madinah empat raka’at dan di Dzulhulaifah


dua raka’at.” (HR. Al Bukhari:1039 dan Muslim:690)
c. Apabila musafir bermakmum kepada muqim.

Kewajiban seorang musafir apabila bermakmum di belakang muqim


adalah tetap shalat secara sempurna mengikuti imamnya berdasarkan
keumuman hadits,
‫ِإَّنَم ا ُج ِع َل ْاِإل َم اُم ِلُيْؤ َتَّم ِبِه‬

“Sesungguhnya (seseorang) itu dijadikan imam untuk diikuti”. (HR. Al


Bukhari:722 dan Muslim:414)

Dan juga para shahabat shalat di belakang Amirul Mukminin ‘Utsman


bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, tatkala beliau shalat di Mina empat
raka’at, maka para shahabat tetap mengikutinya shalat empat raka’at.
Oleh karena itu Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika ditanya,
“Mengapa seorang musafir kalau shalat sendirian dia shalat dua raka’at
tetapi kalau shalat bersama imam dia shalat empat raka’at ?”, beliau
menjawab, “Demikianlah sunnah Abul Qashim (Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)” (Liqa’ Bab Maftuh hal. 40)

Mengomentari atsar Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma ini, Syaikh Al


Albani rahimahullah berkata, “Dalam hadits ini terdapat dalil yang
sangat jelas bahwa seorang musafir apabila bermakmum kepada muqim
maka dia menyempurnakan dan tidak menqoshor. Ini merupakan
madzhab imam yang empat dan selain mereka. Bahkan Imam Syafi’i
menceritakan dalam Al Umm (1/159) kesepakatan mayoritas ulama akan
hal itu dan disetujui oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari
(2/465).” (Silsilah Ahadits Shohihah 6/387)

d. Lupa shalat ketika safar dan ingat ketika muqim.

Kalau ada seorang musafir lalu dia ingat bahwa dia belum shalat Zhuhur
– misalnya—ketika masih di rumah, apakah dia shalat qoshor dua raka’at
(mengingat keadaan dirinya sekarang sebagai musafir) ataukah empat
raka’at (karena keadaan ketika lupa adalah saat muqim)? Demikian juga
sebaliknya, kalau ketika muqim teringat bahwa dia lupa belum shalat
ketika dalam safarnya, apakah dia melakukannya qoshor ataukah
menyempurnakan shalat?!

Masalah ini diperselisihkan para ulama. Akan tetapi yang benar –


Wallahu a’lam – bahwa yang menjadi patokan adalah keadaan ketika dia
lupa tersebut. Artinya, dia qoshor kalau shalat yang dia tinggalkan
adalah ketika safar walaupun dia ingat ketika muqim. Begitu pula, dia
tetap shalat secara sempurna kalau shalat yang dia tinggalkan adalah
ketika muqim meskipun dia ingat ketika dalam keadaan safar. Dasarnya
adalah keumuman hadits,

‫َم ْن َنِس َي َص َالًة َأْو َناَم َع ْنَها َفْل ُيَص ِّلَها ِإَذ ا َذ َك َر َها‬

“Barangsiapa yang lupa akan shalat atau tertidur maka hendaknya dia
mengerjakannya ketika dia ingat.” (HR. Al Bukhari:572 dan
Muslim:682)

e. Sudah qoshor dan jama’ kemudian tiba di kampung sebelum waktu


shalat kedua.

Gambaran masalahnya, ada seorang musafir telah mengerjakan shalat


zhuhur dan asar dengan qoshor di perjalanan. Kemudian sampai di
rumah sebelum masuknya waktu shalat asar. Apakah dia berkewajiban
untuk mengulang shalatnya? Jawabnya tidak harus karena dia telah
menunaikan kewajibannya (Ta’liqot Syaikh Ibni ‘Utsaimin ‘ala Qowa’id
Ibni Rojab 1/35).

2. Menjama’ (Menggabung) Dua Shalat


Termasuk kesempurnaan rahmat Allah bagi seorang musafir adalah
diberi keringanan untuk menjama’ dua shalat di salah satu waktunya.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

‫َك اَن َر ُسْو ُل اللِه َص َّلى اللُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َيْج َم ُع َبْيَن َص َالِة الُّظْهِر َو الَع ْص ِر ِإَذ ا َك اَن َع َلى َظْهِر َس ْيٍر‬
‫َو َيْج َم ُع َبْيَن اْلَم ْغ ِر ِب َو ْالِع َش اِء‬

“Apabila dalam perjalanan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam menjama’ shalat Zhuhur dengan Asar serta Maghrib dengan
‘Isya’.” (HR. Al Bukhari:1107 dan Muslim:704)

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Boleh menjama’ shalat Zhuhur


dan Asar di salah satu waktu keduanya sesuai kehendaknya. Demikian
pula shalat Maghrib dan ‘Isya’, baik safarnya jauh atau dekat.” (Syarh
Shahih Muslim 6/331)

Imam Ibnu Qudamah rahimahulah berkata, “Boleh menjama’ antara


Zhuhur dan Asar serta Maghrib dan ‘Isya’ pada salah satu waktu
keduanya.” (Al Muqni’ 5/84)

Shalat yang boleh dijama’ adalah shalat Zhuhur dengan Asar serta shalat
Maghrib dengan ‘Isya’. Adapun shalat shubuh tidak boleh dijama’
dengan shalat yang sebelumnya atau sesudahnya. Demikian pula tidak
boleh menjama’ shalat asar dengan maghrib. Anas radhiyallahu
‘anhu berkata,

‫َك اَن الَّنِبُّي ِإَذ ا اْر َتَح َل َقْب َل َأْن َتِز ْيَغ الَّش ْم ُس َأَّخ َر الُّظْهَر ِإَلى َو ْق ِت اْلَع ْص ِر ُثَّم َيْج َم ُع َبْيَنُهَم ا َو ِإَذ ا‬
‫َز اَغ ْت َص َّلى الُّظْهَر ُثَّم َر ِكَب‬.

“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berangkat sebelum


matahari tergelincir maka beliau mengakhirkan shalat Zhuhur hingga
Asar kemudian menjama’ keduanya. Apabila beliau berangkat setelah
Zhuhur maka beliau shalat Zhuhur kemudian baru berangkat.” (HR. Al
Bukhari:1111 dan Muslim:704)

Adapun tatacara menjama’ shalat adalah menggabungkan dua shalat


dalam salah satu waktu, baik diakhirkan maupun dikedepankan.
Misalnya shalat Zhuhur dan Asar dijama’ (digabung) dikerjakan pada
waktu Zhuhur atau pada waktu Asar, keduanya boleh. Hendaklah adzan
untuk satu kali shalat dan iqomah pada setiap shalat. yaitu satu kali
adzan cukup untuk Zhuhur dan Asar dan iqomah untuk setiap shalat
(HR. Al Bukhari: 629).

3. Shalat Berjama’ah (Terutama Bagi Laki-Laki)


Shalat berjama’ah tetap disyariatkan ketika safar. Bahkan para ulama
mengatakan bahwa hukum shalat berjama’ah tidak berubah baik ketika
safar maupun muqim berdasarkan dalil-dalil berikut:

a. Al Qur’an. Allah berfirman,

﴿ ‫﴾ َو ِاَذ ا ُكْنَت ِفْيِه ْم َفَاَقْم َت َلُهُم الَّص َلٰو َة َفْل َتُقْم َطآ ِئَفٌة ِّم ْنُهْم َّمَع َك َو ْل َيْأُخ ُذ ۤو ْا َاْس ِلَح َتُهْم‬

“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu


kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang
senjata.” (Qs. An Nisa’: 102)

b. As-Sunnah

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa tetap shalat berjama’ah


ketika safar sebagaimana dalam kisah tertidurnya beliau bersama para
shahabatnya ketika safar hingga lewat waktu shubuh. Sedangkan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

‫َص ُّلْو ا َك َم ا َر َأْيُتُم ْو ِنْي ُأَص ِّلْي‬


“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Al
Bukhari:631. Lihat Syarh Al Mumthi’ 4/141)

4. Shalat di Atas Kendaraan

Pada asalnya, shalat wajib tidak boleh ditunaikan di atas kendaraan.


Hendaknya dikerjakan dengan turun dari kendaraan sebagaimana
perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terkecuali dalam keadaan
terpaksa seperti khawatir akan habisnya waktu shalat. Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

‫َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى اللُه َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن ُيَص ِّلْي َع َلى َر اِح َلِتِه َنْح َو اْلَم ْش ِرِق َفِإَذ ا َأَر اَد َأْن ُيَص ِّلْي‬
‫اْلَم ْك ُتْو َبَة َنَز َل‬

“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat (sunnah) di atas


kendaraannya ke arah timur. Apabila beliau hendak shalat wajib maka
beliau turun dari kendaraan kemudian menghadap kiblat”. (HR. Al
Bukhari : 1099).

Adapun tatacara shalat di atas kendaraan, baik itu pesawat, bus, kereta,
atau kapal laut, adalah sebagai berikut:

Hendaklah shalat dengan berdiri menghadap kiblat apabila mampu.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang shalat di
atas perahu. Beliau menjawab,

‫َص ِّل َقاِئًم ا ِإْن َلْم َتَخ ْف ْالَغ َر َق‬

“Shalatlah dengan berdiri kecuali apabila kamu takut tenggelam.” (HR.


Al Hakim 1/275, Daraqutni 1/395, Al Baihaqi dalam Sunan Kubro 3/155,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Ashlu Shifat Shalat Nabi 1/101)
Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, “Hukum shalat di atas
pesawat itu seperti shalat di atas perahu. Hendaklah shalat dengan berdiri
apabila mampu. Jika tidak, maka shalatlah dengan duduk dan berisyarat
ketika ruku’ dan sujud” (Ashlu Shifat Shalat Nabi 1/102).

Berusahalah tetap shalat berjama’ah (terutama bagi laki-laki). Apabila


dalam kendaraan ada ruang yang bisa digunakan shalat berjama’ah maka
shalatlah dengan berjama’ah walaupun hanya dua orang. Bila tidak,
maka shalatlah berjama’ah dengan duduk.

Kerjakan shalat seperti biasa: niat dalam hati, takbiratul ihram, membaca
doa iftitah, membaca Al Fatihah, membaca surat dalam Al Qur’an, ruku’,
kemudian bangkit dari ruku’, lalu sujud. Bila tidak mampu ruku’, maka
cukup dengan menundukkan kepala dan engkau dalam keadaan berdiri.
Bila tidak mampu sujud, maka cukup dengan duduk seraya
menundukkan kepala. Apabila shalatnya dikerjakan dalam keadaan
duduk, maka ketika ruku’ dan sujud cukup dengan menundukkan kepala
dan jadikan posisi kepala untuk sujud itu lebih rendah. (Majma’ Fatawa
wa Rosa’il Ibnu ‘Utsaimin 15/250)

Anda mungkin juga menyukai