Oleh :
Pembimbing:
dr. Ariman Syukri, Sp.THT-KL
I. DEFINISI
Atresia koana adalah oklusi membran atau tulang kongenital dari satu atau
dua koana akibat gagalnya membran bukonasalis untuk membelah sejak masa
embrional.1
II. EMBRIOLOGI
Terdapat empat teori dasar terjadinya atresia koana, yang pertama adalah
membran bukofaringeal yang persisten dari pembentukan saluran pencernaan atas
(foregut), teori kedua menyatakan terdapat adhesi abnormal saat pembentukan
mesoderm pada lokasi terbentuknya koana, teori ketiga terdapat abnormal
persisten membran nasobukal Hochstetter dan yang keempat adalah terdapat
kegagalan embriogenesis pada saat migrasi krista sel neural dalam pembetukan
koana.2
1
bersatu membentuk tiga buah konka (turbinate). Ketika kehamilan berusia
Sembilan minggu, mulailah terbentuk sinus maksilaris yang diawali oleh
invaginasi meatus media. Pada saat yang bersamaan terbentuknya prosesus
unsinatus dan bula etmoidalis yang membentuk suatu daerah yang lebar disebut
hiatus semilunaris. Pada usia kehamilan empat belas minggu ditandai dengan
pembentukan sel etmoidalis anterior yang berasal dari invaginasi bagian atap
meatus media dan sel etmoidalis posterior yang berasal dari bagian dasar meatus
superior.2
III. ANATOMI
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari nares
anterior hingga koana di posterior yang memisahkan rongga hidung dari
nasofaring. Septum nasi membagi tengah bagian hidung dalam menjadi kavum
nasi kanan dan kiri. Setiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding
medial, lateral, inferior dan superior. Bagian inferior kavum nasi berbatasan
dengan kavum oris dipisahkan oleh palatum durum. Ke arah posterior
berhubungan dengan nasofaring melalui koana. Di sebelah lateral dan depan di
batasi oleh nasus externus. Di sebelah lateral belakang berbatasan dengan orbita:
sinus maksilaris, sinus etmoidalis, fossa pterygopalatina, fossa pterigoides.3
2
Deformitas anatomi pada atresia koana kavum nasi menjadi pendek dan
ruang nasofaring menjadi lebar (gambar 2).4
IV. EPIDEMIOLOGI
Atresia koana diketahui lebih dari 200 tahun yang lalu pertama kali
dikenalkan oleh Roederer pada tahun 1755. Atresia koana terjadi dalam 1 : 5000-
7000 kelahiran. Secara umum 65-75 % kejadian atresia koana merupakan atresia
koana unilateral dan sisanya merupakan atresia koana bilateral. Pada tahun 1910
dilaporkan terdapat 90 % atresia koana tipe tulang dan 10 % atresia koana dengan
tipe membran. Pada pemeriksaan CT-Scan didapatkan struktur histologi 63 orang
pasien dengan tipe tulang murni sebanyak 30 % dan campuran 70 %.2
3
VI. DIAGNOSIS
4
10
Gambar 3. Atresia koana unilateral (A), atresia koana bilateral (B)
5
Gambar 5. Atresia koana unilateral tipe membran sebelum dan sesudah
operasi (CA = Choanal atresia, C = Choana, IT = Inferior turbinate S =
Septum) 11
6
Tabel 1 Diagnosis Atresia Koana 13
VII. PENATALAKSANAAN
7
Transnasal puncture dibawah anestesi umum digunakan pada bayi baru
lahir dengan atresia koana bilateral tipe membranosa. Ahli bedah melakukan
palpasi pada belakang membran dan tangan lainnya menusukkan tabung silikon
ke dalam lubang yang dibuat, lokasi tersebut akan diobservasi selama beberapa
bulan dan dibersihkan tiap harinya. Teknik transpalatal paling sering digunakan
pada atresia koana bilateral tipe tulang namun dapat menimbulkan komplikasi
berupa kegagalan tumbuh kembang akibat rusaknya tuba eustachius karena cedera
saat prosedur pembedahan. Teknik transeptal dianjurkan pada anak usia di atas 5
tahun dengan atresia koana unilateral dengan eksisi tulang vomer posterior.5
VIII. KOMPLIKASI
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Husni T.R. Atresia koana. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2009; 9(3):145-
55.
9
13. Ramsden J, Campisi P. Choanal atresia and choanal stenosis. United
Kingdom; Elsevier. 2009; 339–52.
10