Anda di halaman 1dari 23

USULAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BARUTROMA TELINGA


PADA PENYELAM TRADISIONAL DALAM UPAYAH PENDIDIKAN
KESEHATAN TENTANG BAHAYA PEMAKAIAN KOMPROSOR
DI DESA TAMEDAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMEDAN

Di Usulkan Oleh :

RIFDAYANI RAHMAN
PO7120218062

PROGRAM STUDI KEPERWATAN TUAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2021
USULAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BARUTROMA TELINGA


PADA PENYELAM TRADISIONAL DALAM UPAYAH PENDIDIKAN
KESEHATAN TENTANG BAHAYA PEMAKAIAN KOMPROSOR
DI DESA TAMEDAN WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAMEDAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan Kesehatan
Di Program Studi Keperawatan Tual
Poltiknik Kemenkes Maluku

Di Usulkan Oleh :

RIFDAYANI RAHMAN
PO7120218062

PROGRAM STUDI KEPERWATAN TUAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2021
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rifdayani Rahman


Nim : P07120218062
Program Studi : Keperawatan Tual
Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Usulan Proposal Karya Tulis

Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar–benar merupakan hasil karya saya sendiri

dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang

saya akui sebagai hasil atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Usulan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan saya tersebut.


Langgur,.....Januari. 2021
Pembuat Pernyataan

Rifdayani Rahman
NIM. P07120218062

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pemdamping

John D. Haluruh. S.ST,.M.Kes Ns. Lucky. H. Noya. S.Kep.,M.Kep


NIP. 19710427 199003 1 001 NIP. 19690618 199603 1 001
HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Rifdayani Rahman NIM

P07120218062, dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Barutroma Telinga Pada Penyelam Tradisional Dalam Upayah Pendidikan

Kesehatan Tentang Bahaya Pemakaian Komprosor Di Desa Tamedan

Wilayah Kerja Puskesmas Tamedan” telah diperiksa dan disetujui untuk

diujikan

Langgur,....Januari 2021

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pemdamping

John D. Haluruh. S.ST,.M.Kes Ns. Lucky. H. Noya. S.Kep.,M.Kep


NIP. 19710427 199003 1 001 NIP. 19690618 199603 1 001
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Barutroma

Telinga Pada Penyelam Tradisional Dalam Upayah Pendidikan Kesehatan

Tentang Bahaya Pemakaian Komprosor Di Desa Tamedan Wilayah Kerja

Puskesmas Tamedan”.Adapun maksud dari Penyusunan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini yaitu untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi Keperawatan Tual.

Penulis menyadari dalam Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak

akhirnya Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan

baik, Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hairudin Rasako, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku.

2. Kepala PKM TAMEDAN

3. Ns. Lucky H Noya, S.Kep. M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Tual. Sekaligus sebagai Pembimbing Pendamping

4. John D. Haluruh. S.ST,.M.Kes, sebagai Pembimbing Utama

5. Dosen dan seluruh staf Program Studi Keperawatan Tual

6. Keluarga tercinta, Bapak, Mama, Kaka, tersayang yang tak henti – hentinya

mendoakan keberhasilan penulis.

7. Sahabat – sahabat tersayang, Nervus 2018


8. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sungguh bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak sehingga hasil dari Penulisan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Langgur, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN......................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 5
1.3. Tujuan Studi Kasus.............................................................. 5
1.4. Manfaat Studi Kasus............................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Kejang Demam Yang
Mengalami Hipertemia.......................................................... 6
2. 2. Konsep Kejang Demam........................................................ 19
2. 3. Konsep Hipertermi Pada Kejang Demam............................. 23
2. 4. Konsep Kompres.................................................................. 25
BAB 3 METODOLOGI PENULISAN
3.1. Rencana Studi Kasus........................................................... 27
3.2. Subjek Studi Kasus.............................................................. 27
3.3. Fokus Studi Kasus................................................................ 29
3.4. Defenisi Operasional............................................................ 29
3.5. Instrumen Studi Kasus.......................................................... 30
3.6. Tempat dan Waktu Penelitian............................................... 30
3.5. Metode Pengumpulan Data.................................................. 30
3.6. Analisa dan Penyajian.......................................................... 30
3.7. Penyajian Data..................................................................... 31
3.8. Etika Studi Kasus................................................................. 31
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara bahari dimana luas laut 2/3 total luas

seluruh wilayah dengan jumlah pulau 13.466 yang tersebar dari Sabang

sampai Merauke. Zona Eksklusif Ekonomi (ZEE) 200 mil dari garis pantai

dimana garis pantai 95.181 km. Dengan demikian banyak pekerja yang

bekerja di wilayah perairan seperti: peselam professional (pekerja rig untuk

pengeboran minyak lepas pantai, pemasangan dan pengelasan pipa

dalam laut dll), peselam dengan kompresor konvensional (peselam

mutiara, nelayan peselam ikan hias, moro ami, petani rumput laut),

penyelam militer dan penyelam tahan nafas tanpa alat (Matra 2009).

Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan di dalam air yang

dikenal dengan penyelaman basah, maupun di dalam ruang udara

bertekanan tinggi (RUBT) disebut dengan penyelaman kering pada

tekanan lebih dari 1 atmosfir absolut. Kegiatan penyelaman seharusnya

dilihat sebagai suatu kegiatan mencari nafkah dengan lingkungan kerja

penyelaman. Lingkungan penyelaman memiliki faktor risiko yang

mempengaruhi kondisi fisik penyelam yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan, bahkan mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian kesakitan,

kelumpuhan/kecacatan, sampai dengan kematian. Risiko dimaksud tidak

hanya akibat penyelaman, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan bawah

air, teknik penyelaman, peralatan yang digunakan, kondisi fisik dan mental

penyelam, juga karena perbedaan tekanan.


Penyelam dibedakan menjadi penyelam profesional berdasarkan

peruntukan bekerja dan penyelam tradisional atau penyelam pekerja.

Penyelam profesional antara lain pekerja rig untuk pengeboran minyak

lepas pantai, pemasangan dan pengelasan pipa dalam laut dan penyelam

militer. Sedangkan penyelam tradisional antara lain penyelam mutiara,

nelayan penyelam ikan hias, dan petani rumput laut. Penyelam tradisional

adalah orang yang melakukan kegiatan penyelaman dengan teknik tahan

nafas dan/ atau dengan menggunakan suplai udara dari permukaan laut

yang dialirkan melalui kompresor udara (Surface Supplied Breathing

Apparatus/SSBA).

Permasalahan kesehatan penyelam tradisional selain masalah

kesehatan pada umumnya di darat, juga dengan permasalahan lingkungan

hiperbarik yaitu lingkungan bertekanan tinggi lebih dari 1 atmosfir.

Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara

dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000 kaki diatas bumi.

Dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada

saat menyelam dibandingkan pada saat terbang, Perubahan tekanan udara

(tekanan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan

tekanan disekitarnya, dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh yang

di sebut barotrauma. Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang

dihasilkan dari efek langsung tekanan. Ketidakseimbangan tekanan terjadi

apabila seseorang tidak mampu menyamakan tekanan udara didalam

ruang telinga tengah pada waktu tekanan air bertambah ataupun

berkurang. Barotrauma dapat terjadi pada bagian tubuh yang berongga,

antara lain paru-paru, sinus-sinus paranasalis, dan telinga.


Telinga adalah salah satu organ tubuh yang sangat sensitif

terhadap perubahan tekanan udara ataupun air. Dimana pada saat

penyelam turun dan tekanan air naik menyebabkan tekanan yang makin

tinggi pada permukaan luar gendang telinga. Dalam kondisi ini saluran tuba

eustachius akan terbuka dan tekanan udara dibagian belakang gendang

telinga akan menyeimbangkan dengan tekanan diluar. Jika saluran tuba

eustachius tidak terbuka, dan udara tak dapat masuk ke dalam rongga

udara untuk menyamakan tekanan, maka gendang telinga akan

membengkak dan tekanan di luar akan mendorong gendang telinga

kedalam sehingga menyebabkan rasa sakit.

Bahaya penyelaman akan dua kali berresiko apabilah tidak

menggunakan standar operasional yang baik akan mengakibatkan cederah

pada penyelam sampe dengan kematian, salah satu alat yang sering

digunakan ketikah melakukan aktifitas menyelam yaitu menggunakan

kompresor. Penyelaman yang dilakukan oleh nelayan dengan

menggunakan kompresor biasanya melebihi dari 65 meter. Kondisi pada

penyelaman dalam mempunyai kondisi yang bertekanan tinggi. Dengan

penyelaman pada daerah yang mempunyai tekanan begitu tinggi

seharusnya para penyelam mengikuti standart operasional keamanan

penyelaman sehingga dapat memberikan rasa aman ketika mereka

menyelam. (Kosuto, 2011).

penyelam kompresor, udara yang masuk ke tabung tidak terfilter

dengan baik  sehingga terjadi CO2 pun bercampur bersama udara, bahkan

termasuk gas yang dihasilkan asap mesin kompresor. Jika permukaan

konsentrasi dengan CO2 5-6 % maka dapat mengakibatkan sesak napas,


napas cepat, dan pusing. Pada kadar 10 %, tekanan darah turun

menyebabkan pingsan. Bila kadar 12-14 % terjadi depresi pernapasan dan

saraf pusat yang mengakibatkan kematian (Kosuto, 2011). Keracunan CO2

kerentanan terhadap narkosis nitrogen, keracunan oksigen dan penyakit

dekompresi karena menyebabkan pelebaran pori pembuluh darah.

Gejalanya yaitu konsentrasi berkurang, kontrol otot menurun dan fungsi

motorik terganggu, serta kelelahan lalu pingsan.

Menurut WHO tahun 2017 ada satu milyar orang di dunia

menderita Barutroma Telinga dan dua pertiga diantaranya berada di

negara berkembang yang berpenghasilan rendah, sedang. Bila tidak

dilakukan upaya yang tepat jumlah ini akan terus meningkat, dan diprediksi

pada tahun 2025 sebanyak 29% atau 1,6 miliar orang di seluruh dunia

menderita barutroma, sedangkan di Indonesia angka kejadian barutroma

telinga cukup tinggi. Data dari Riskesdas Kemenkes RI tahun 2018, angka

kejadian barutroma telinga di Indonesia pada 7 tahun terakhir sebanyak

34.7%. Selain itu berdasarkan data profil dinas kesehatan Kota Tual jumlah

penyelam tradisional dengan barutroma telinga dalam empat tahun terakhir

kasus barutroma telinga pada penyelam tradisonal terjadi peningkatan

yang cukup signifikan dengan jumlah 80 kasus. Pada tahun 2017 sebesar

50 kasus, 2018 sebesar 70 kasus, 2019 sebesar 40 kasus.

Untuk dapat mencegah terjadinya baratroma telingah pada

penyelam, perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama

perencanaan keperawatan dapat bersifat edukatif serta tindakan

keperawatan mandiri yang dilaksanakan dalam mencegah agar penyelam

terhindar dari penyakit yang sering dialami oleh penyelam, dengan


pemberian penyuluhan kesehatan tentang bahaya penyakit penyelaman

dan penggunaan mesin komprosor. Tujuan penyuluhan kesehatan pada

penyelam agar memberikan pengetahuan tentang. Penyuluhan kesehatan

terhadap penyelam dapat dilakukan pada rumah sakit maupun puskesmas.

Berdasarkan data yang didapat dari kepala Desa Tamedan jumlah

kepala keluarga yang berada pada Desa Tamedan sebanya 250 KK

diantaranya 125 KK, sebagai Penyelam dan sebagai PNS sebanyak 25

KK, serta sebagai Petani sebanyak 50 KK, serta hasil wawancara awal

dengan Petugas Puskesmas Tamedan, didapatkan data tiga tahun terakhir

sebanyak 105 penderita baratroma telinga, pada tahun 2018 sebanyak. 60

penderita baratroma telinga, serta pada tahun 2019 sebanyak 40

baratroma telinga dan pada tahun 2020 sebanyak 15 penderita baratroma

telinga yang tersebar dalam wilayah binaan Puskesmas Tamedan,

(Register Rawat Jalan PKM Tamedan (2017-2019).

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan studi kasus dengan judul:“ Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Dengan Barutroma Telinga Pada Penyelam Tradisional Dalam

Upayah Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Pemakaian Komprosor Di

Desa Tamedan Wilayah Kerja Puskesmas Tamedan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal yang menjadi masalah dalam

studi kasus ini adalah “Bagaimanakah : “Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Dengan Barutroma Telinga Pada Penyelam Tradisional Dalam

Upayah Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Pemakaian Komprosor Di

Desa Tamedan Wilayah Kerja Puskesmas Tamedan”.


1.3. Tujuan Studi Kasus

Tujuan dari studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan

pada pasien dengan barutroma telinga pada penyelam tradisional dalam

upayah pendidikan kesehatan tentang bahaya pemakaian komprosor di

Desa Tamedan Wilayah Kerja Puskesmas Tamedan”.

1.4. Manfaat Studi Kasus

1.4.1. Bagi Pasien Dan Masyarakat

Dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama bagi

penyelam tradisional tentang bahaya pemakaian komprosor

1.4.2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Untuk menambah informasi dan referensi perpustakaan institusi

Pendidikan Program Studi Keperawatan Tual tentang asuhan

keperawatan pada pasien bsrutroma telinga pada penyelam

tradisional dalam upayah pendidikan kesehatan tenteng bahaya

pemakaian komprosor.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan

Memperoleh pengalaman nyata dan menambah wawasan dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien bsrutroma telinga

pada penyelam tradisional dalam upayah pendidikan kesehatan

tenteng bahaya pemakaian komprosor.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Dekompresi

Asuhan keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau

proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada

pasien untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat

mengatasi masalah yang sedang dihadapinya dan asuhan keperawatan

dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu keperawatan (Nanda NIC-

NOC, 2013).

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan adalah langka awal dari proses

keperawatan.Pengkajian yang benar dan terarah mempermudah

dalam perencanaan tindakan dan eveluasi dari tindakan yang

dilakukan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan

informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari data

wawancara dan pemeriksaan fisik ( Maritalia, 2010 ), yang meliputi:

2.1.1.1. Biodata

a. Biodata pasien :

Identitas pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat,

status perkawinan, tanggal masuk RS, tanggal

pengkajian dan diagnosa medis.


b. Biodata penanggungjawab :

Biodata penanggungjawab, meliputi Nama, Umur, Jenis

kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Hub. Dengan

klien.

2.1.1.2. Riwayat kesehatan

Menurut Nanda NIC-NOC (2013), riwayat kesehatan terdiri

dari :

1. Keluhan utama

Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika

daun telinga disentuh. Didalam telinga terasa penuh

karena adanya penumpukan serumen atau disertai

pembengkakan. Terjadi gangguan pendengaran dan

kadang-kadang disertai demam.Telinga juga terasa

gatal.

2. Riwayat penyakit sekarang.

Menurut Maulana, (2002). Pada pasien dengan

penyakit baratroma telingah biasanya mengeluh nyeri

pada telinga, dan merasa demam

3. Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah ada anggota keluarga yang berprofesi sebagai

penyelam, pernah mengalami nyeri pada telinga

sebelumnya.

.
4. Riwayat kesehatan keluarga

Anggota keluarga yang menderita penyakit baratroma

dan penyakit menular lain

5. Riwayat psikososial

Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien

untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi

kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.

6. Kebiasaan yang dialami

Pasien sering mengkomsumsi alcohol, minum kopi, dan

merokok sebelum menyelam dan sesudah menyelam.

7. Pola fungsi kesehatan, apakah pasien mengtahui bahaya

penyelaman yang salah dan resiko yang akan dihadapi

oleh penyelam dan bahaya penggunaan komposor

8. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Tanyakan tanggapan klien mengenai kesehatan dan

pemakaian alat untuk menyelam, serta resiko yang

dihadapi oleh penyelam ketidak menyelam tanpa

prosedur yang benar.

9. Pola aktivitas

Pada klien baratroma telinga akan mengalami gangguan

karena selalu terdapat nyeri pada telinga


10. Pola istirahat dan tidur

Nyeri yang sering menyerang telinga dan mengurangi

waktu dan menjadi gangguan tidur klien

11. Pola persepsi diri

Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri

pada telinga.

12. Pola hubungan dan peran

Pasien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan

hanya perannya yang terganggu karena pasien harus

banyak istirahat akibat nyeri yang sering dirasakan.

13. Pola penanggulangan stres

Tanyakan bagaiman cara klien menanggulangi stress

apakah klien menggunakan mekanisme koping yang

baik jika dimotivasi oleh keluarga atau perawat.

14. Pola tata nilai dan kepercayaan

Kebiasaan agama yang dianut, kebiasaan beribadah

baik di rumah ataupun di rumah sakit.

2.1.1.3. Pemeriksaan fisik

Menurut Nanda NIC-NOC (2013), pemeriksaan fisik yang

dapat dilakukan pada pasien dengan masalah baratroma

telinga antara lain:


1) Keadaan umum

Keadaan umum tingkat kesadaran : composmentis,

apatis, somnolent, suporocomatus, coma.

2) Tanda-tanda vital

Tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu meningkat

atau menurun sesudah melaksanakan kegiatan

menyelam..

3) Kepala dan leher

Wajah pucat, mata cekung, tidak ada pembesaran

kelenjar thyroid, dan wajah menyeringai kesakitan.

4) Telinga

Telinga terasa nyeri, adanya nyeri tekan, warna kulit

telinga, penumpukan serum

5) Sistem integumen

Turgor kulit menurun, tekstur kulit kasar dan kadang

sianosis, kulit teraba hangat

6) Sistem respirasi

Tidak ada kelainan pada sistem respirasi.

7) Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan

adanya suara jantung yang irreguler.

8) Sistem urinaria
Tidak terdapat disuria, retensi urine dan inkontinensia

9) Sistem muskuloskeletal

Tidak ada nyeri, tidak ada kelainan

2.1.2. Diagnosa.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (stasua kesehatan atau resiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurun, membatasi, mencgah dan

merubah. ( Prawirohardjo, S. 2010 ).

2.1.2.1 Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

2.1.2.2 Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan

perubahan sensori persepsi

2.1.2.3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya

informasi tentang penyakit, pengobatan

2.1.3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan merupakan tindakan ketiga dari proses keperawatan yang

meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi

atau mengkoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada diagnosa

keperawatan.

2.1.3.1 Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

1. Tentukan karakteristik nyeri

R/ membantu mengevaluasi nyeri yang dirasakan


2. Tentukan penyebab nyeri yang dirasakan

R/ memaksimalkan dalam menangani nyeri

3. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal klien tentang nyeri

R/ kesesuaian antara respon verbal dan non verbal dapat

memudahkan perawat dalam mengetahui intensitas nyeri.

4. Ajarkan tekhnik menejemen nyeri

R/ tekhnik menejemen nyeri atau pengalihan nyeri dapat

mengurangi nyeri yang dirasakan misalnya seperti

bimbingan imajinasi atau visualisasi.

5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik

R/ dapat mengurangi nyeri yang dirasakan apabila sudah

tidak dapat menahan nyeri

2.1.3.2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan manifestasi klinis

yang terjadi

1.Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan

tenang: batasi pengunjung sesuai keperluan.

R/ meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan

energy yang digunakan untuk penyembuhan

2. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang

baik.
R/ meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan

tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko

kerusakan jaringan.

3. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.

R/ memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa

gangguan.

4. Berikan antikonvulsan bila perlu

R/ membatasi pergerakan yang dapat meningkatkan

keparahan klien.

2.1.3.3. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan

kurangnya sumber informasi.

1. Tentukan apakah pasien mengetahui (memahami dan salah

mengerti) tentang kondisi dirinya.

R/ Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana

penyuluhan

2. Berikan edukasi tentang penyakit dekompresi

R/ dapat meningkatkan pengetahuan

3. Berikan edukasi tentang cara penyelaman yang aman

R/ dapat mencegah terjadinya penyakit dekompresi

2.1.3.4. Pertukaran perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya

suplai darah ke jaringan.


1. Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust

bila perlu.

R/ pasien bisa bernapas dengan lega

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

R/ memudahkan pasien untuk bernapas

3. Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

R/dilakukan pemasangan alat jika pasien kesulitan

bernapas.

4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

R/ mengencerkan dan mengeluarkan sekret di jalan napas

2.1.4. Implementasi.

Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang

mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan

keperawatan mengcakup melakuakn, membantu, memberikan askep

untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta

melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan

kesehatan berkelanjutan dari klien. Proses pelaksanaan perawatan

( Wiknjosastro, H. 2010 )

2.1.5. Evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai