Anda di halaman 1dari 61

USULAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DALAM


PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
MANAJEMEN LAKTASI DIRUANG KEBIDANAN
RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Di Usulkan Oleh :

Daryani Letsoin
PO7120218055

PROGRAM STUDI KEPERWATAN TUAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2021

i
USULAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DALAM


PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
MANAJEMEN LAKTASI DIRUANG KEBIDANAN
RSUD KAREL SADSUITUBUN LANGGUR

Proposal Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan Kesehatan
Di Program Studi Keperawatan Tual
Poltiknik Kemenkes Maluku

Di Usulkan Oleh :

Daryani Letsoin
PO7120218055

PROGRAM STUDI KEPERWATAN TUAL


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Daryani Letsoin


Nim : P07120218055
Program Studi : Keperawatan Tual
Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah

yang saya tulis ini adalah benar–benar merupakan hasil karya saya sendiri dan

bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya

akui sebagai hasil atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Usulan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan saya tersebut.


Langgur. Februari 2021
Pembuat Pernyataan

Daryani Letsoin
NIM. P07120218055

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pemdamping

Dr, Ns. Agnes Batmomolin, S.Ke.,M.Kep Ns. Simon Koupun, S.Kep


NIP.19700913 199503 2 001 NIP. 19660426 198911 1 001

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Daryani Letsoin NIM P07120218055,

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Dalam

Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Manajemen Laktasi Diruang

Kebidanan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur” telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan

Langgur, Februari 2021

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pemdamping

Dr. Ns. Agnes Batmomolin, S.Ke.,M.Kep Ns. Simon Koupun, S.Kep


NIP. 19700913 199503 2 001 NIP. 19660426 198911 1 001

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan di hadapan Tim

Penguji Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi Keperawatan

Tual Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku, pada tanggal, 23 Februari 2021

dan dinyatakan telah diterima serta memenuhi syarat sesuai keputusan Tim

Penguji Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah Program Studi Keperawatan Tual

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

Susunan Tim Penguji Usulan Propasal Karya Tulis Ilmiah

Ketua Penguji

Marthina Tiven, S.SiT.,M.Kes


NIP. 19568151 981122 004

Penguji Anggota I Penguji Anggota II

Ns. Simon Koupun, S.Kep Dr. Ns. Agnes Batmomolin, S.Kep.,M.Kep


NIP. 19660426 198911 1 001 NIP. 19700913 199503 2 001

Mengesahkan Mengetahui
Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Ketua Pogram Studi Keperawatan Tual
Maluku

Hairudin Rasako, S.KM.,M.Kes Ns. Lucky. H. Noya. S.Kep.,M.Kep


NIP : 19641205 198903 1 002 NIP. 19690618 199603 1 001

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada ibu post partum dalam

pemberian pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi diruang kebidan

RSUD Karel Sadsuitubun Langgur”.Adapun maksud dari Penyusunan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini yaitu untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi

Keperawatan Tual. Penulis menyadari dalam Penyusunan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini masih banyak kekurangan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak akhirnya Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan dengan baik, Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Hairudin Rasako, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku.

2. dr. Kety Notanubun,M.Kes, selaku Direktur RSUD Karel Sabsuitbun Langgur

3. Ns. Lucky H Noya, S.Kep. M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Tual.

4. Marthina Tiven, S.SiT.,M.Kes, selaku Ketua Penguji

5. Dr.Ns. Agnes Batmomoli. S.Kep.,M.Kep, selaku Pembimbing Utama,

sekaligus anggota Penguji II

vi
6. Ns. Simon Koupun, S.Kep, selaku Pembimbing Pendamping, sekaligus

anggota Penguji III

7. Dosen dan seluruh staf Program Studi Keperawatan Tual

8. Keluarga tercinta, Bapak, Mama, Kaka, tersayang yang tak henti – hentinya

mendoakan keberhasilan penulis.

9. Sahabat – sahabat tersayang, Angkatan 2018

10. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sungguh bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak sehingga hasil dari Penulisan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Langgur, Januari 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................. 4
1.3. Tujuan Studi Kasus........................................................... 4
1.4. Manfaat Studi Kasus......................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum............................. 6
2.2. Konsep Dasar Post Partum............................................... 21
2.3. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan................................ 36
2.4. Konsep Dasar Manajemen Laktasi.................................... 38
BAB 3 METODOLOGI PENULISAN
3.1. Rancangan Studi Kasus..................................................... 45
3.2. Subjek Studi Kasus............................................................ 45
3.3. Fokus Studi Kasus............................................................. 46
3.4. Definisi Operasional.......................................................... 46
3.5. Tempat dan Waktu Studi Kasus........................................ 47
3.6. Metode Pengumpulan Data............................................... 47
3.7. Analisa Dan Penyajian Data.............................................. 48
3.8. Penyajian Data................................................................... 48
3.8. Etika Studi Kasus.............................................................. 49

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Penelitian


Lampiran 2 Incomaed Consent
Lampiran 3 Format Pengkajian Keperatan
Lampiran 4 Satuan Acara Penyuluhan Manajemen Laktasi
Lampiran 5 Leaflet Manajemen Laktasi
Lampiran 6 Jadwal Penelitian
Lampiran 7 Surat Permohonan Bantuan Data
Lampiran 8 Lembaran Konsul

ix
1

BAB 1

PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tugas ibu post partum yang utama adalah menyusui. Menyusui

merupakan suatu alamiah, Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya

ASI eksklusif dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan

dan formula (Kirana, 2015). Masa nifas (post partum) adalah waktu yang

dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi

seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam

waktu kurang lebih 3 bulan, Pasca melahirkan (post partum) merupakan

masa atau keadaan selama enam minggu atau 40 hari. Pada masa post

partum atau setelah proses persalinan selesai akan menimbulkan rangsangan

untuk memicu laktasi. Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui

mulai dari ASI diproduksi, disekresi dan sampai pada proses bayi

menghisap dan menelan ASI (Mochtar, 2013).

Laktasi didukung oleh dua jenis hormon yang sangat penting yaitu

prolaktin dan oksitosin. Fungsi prolaktin yaitu untuk menghasilkan produksi

air susu yang bekerja di epitel alveolus sedangkan oksitosin berperan dalam

pengeluaran susu. Setiap ibu menghasilkan air susu yang disebut ASI dan

merupakan makanan alami yang disediakan untuk bayi. Masa laktasi

bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan

pemberian ASI sampai anak mencapai usia 2 tahun secara baik dan benar

yang dilaksanakan oleh ibu post partum (Mitayani, 2012).

1
2

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi baru lahir merupakan salah

satu upaya untuk mencegah kematian dan masalah kekurangan gizi pada

bayi dan balita. World Health Organization (WHO) (2010),

merekomendasikan agar bayi baru lahir diberikan ASI hingga usia 6 bulan

tanpa memberikan makanan atau cairan lain, kecuali vitamin, mineral dan

obat-obatan yang telah diijinkan karena adanya alasan medis.

Menurut data Kemenkes RI (2015), persentase pemberian laktasi

pada bayi usia 0-6 bulan di negara-negara ASEAN, menunjukan Indonesia

menduduki peringkat ke 10 dari 18 negara yaitu dengan persentase 32%.

Sedangkan Sri Langka menduduki urutan ke satu dengan presentase 76%

dan diikuti oleh Korea Selatan dengan 65%. Dari data tersebut menunjukan

bahwa Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal pemberian ASI apabila

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain.

Menurut Anggraini (2010), salah satu faktor yang dapat

meningkatkan ibu post partum dalam pemberian ASI secara eksklusif yaitu

dengan penerapan pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi.

Menurut  Notoatmodjo, (2012). Pendidikan kesehatan adalah proses

untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan.

Manajemen laktasi adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar

keseluruhan proses menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI, yang dimulai

pada masa antenatal, perinatal dan pasca melahirkan. Keuntungan yang


3

didapat setelah pemberian pendidikan kesehatan adalah perubahan perilaku

dari ibu-ibu menyusui sehingga mampu untuk mengatasi hambatan atau

kendala-kendala dan masalah saat menyusui.

Berdasarkan data awal yang penulis dapatkan di ruang kebidanan

RSUD Karel Sadsuitubun Langgur periode 4 tahun terakhir jumlah ibu post

partum sebanyak 2.270 orang dengan rincian tahun 2017 terdapat 574

pasien, tahun 2018 terdapat 558 pasien, tahun 2019 terdapat 748 pasien

dan di tahun 2020 sebanyak 390 ibu post partum yang menjalani

perawatan di ruang kebidanan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.

Selain promosi kesehatan untuk meningkatkan keberhasilan

menyusui perlu adanya menejemen laktasi dengan mengajarkan ibu

bagaimana cara menyusui yang benar, langkah-langkah dalam menyusui

serta cara pengamatan teknik menyusui. Tetapi tidak semua ibu tau

bagaimana menejemen laktasi karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan

sikap. Hal ini dapat dilihat di Indonesia presentase pemberian ASI eksklusif

masih jauh dari harapan, maka bisa mengancam upaya pemerintah untuk

menekan tingkat kematian bayi sesuai tujuan pembangunan milenium

(MDGs). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2010, di Indonesia hanya

15,3% anak yang mendapatkan ASI eksklusif. Angka ini masih jauh

dibawah angka ASI eksklusif global yang juga rendah, yaitu sebesar 32,6%

(Kirana, 2015).

Perawat dapat berperan dalam peningkatan pengetahuan ibu post

partum dalam pemberian laktasi yaitu dengan melakukan demonstrasi


4

teknik menyusui yang benar. Selain itu adanya pemberian asuhan

keperawatan dapat dilakukan perawat dengan melakukan pendampingan

ketika ibu sedang menyusui bayinya sehingga dapat meningkatkan jalinan

kasih sayang antara ibu dan bayi, meningkatkan kecerdasan dan

perkembangan emosi yang lebih matang serta dapat menurunkan risiko

pendarahan paska melahirkan, kanker payudara dan kanker rahim (Suradi,

2010).

Bedasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post

Partum Dalam Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Manajemen

Laktasi Diruang Kebidanan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah

sebagai berikut “Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu

Post Partum Dalam Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Manajemen

Laktasi Diruang Kebidanan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur?”.

1.3. Tujuan Studi Kasus

Mengambarkan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Dalam

Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Manajemen Laktasi Diruang

Kebidanan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur


5

1.4. Manfaat Studi Kasus

1.4.1. Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan pengetahun serta memberikan informasi kepada

masyarakat khusunya ibu post partum tentang pentingnya

manajemen laktasi secara eksklusif dari usia 1-6 bulan kelahiran.

1.4.2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam meningkatkan

mutu program pelayanan asuhan keperawatan kepada ibu post

partum dalam penatalaksanaan manajemen laktasi.

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai referensi tambahan bagi istitusi dalam

mengembangkan asuhan keperawatan agar setiap mahasiswa yang

membacanya dapat mengetahui asuhan keperawatan kepada ibu post

partum dalam penatalaksanaan manajemen laktasi.

1.4.4. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan

penulis dalam memberikan asuhan keperawatan kepada ibu post

partum dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang manajemen

laktasi.
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum

2.1.1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan.

Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam

merencanakan tindakan dan evaluasi dari tindakan yang

dilaksanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan

informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari data

wawancara dan pemeriksaan fisik (Maritalia, 2012).

Adapun pengkajian pada pasien post partum menurut Wiknjosastro,

H. (2010), meliputi:

1. Identitas klien

a. Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan,

pekerjaan, agama, pendidikan, pendapatan, suku, alamat,

tanggal masuk rumah sakit dan tanggal pengkajian.

b. Identitas suami meliputi : nama suami, usia, pekerjaan,

agama, pendidikan dan suku.

2. Riwayat keperawatan

Riwayat kesehatan antara lain : keluhan utama saat masuk rumah

sakit dan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi. Adapun

yang berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah

6
7

peningkatan tekanan darah, elminasi, mual dan muntah, edema,

pusing atau sakit kepala.

a. Riwayat haid meliputi : umur menarche pertama kali, lama

haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari

pertama haid terakhir dan perkiraan tanggal partus.

b. Riwayat perkawinan yaitu kehamilan ini merupakan hasil

pernikahan keberapa, umur ibu dan bapak saat menikah dan

lama penikahan.

c. Riwayat obstetrik

1) Riwayat kehamilan meliputi: berapa kali dilakukan

pemeriksaan ANC, hasil laboratorium meliputi: USG,

darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi

emosional, upaya mengatasi keluhan serta tindakan dan

pengobatan yang diperoleh.

2) Riwayat persalinan

a) Riwayat persalinan lalu meliputi: jumlah gravida,

jumlah partus dan jumlah abortus, umur kehamilan

saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan,

BB bayi, kelainan fisik dan kondisi anak saat ini.

b) Riwayat nifas (post partum) pada persalinan lalu yaitu

apakah pernah mengalami demam, keadaan lochia,

kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas

setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal,


8

nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan

pemberian ASI, respon dan support keluarga.

c) Riwayat persalinan saat ini meliputi: kapan mulai

timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi

ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau

tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina,

dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama

pengeluaran plasenta, kelengkapan plasenta dan

jumlah perdarahan.

d) Riwayat new born yaitu apakah bayi lahir spontan

atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi

saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah

membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, jenis

kelamin bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital,

apakah dilakukan bonding attatchment secara dini

dengan ibunya, diberikan ASI atau susu formula.

d. Riwayat KB dan perencanaan keluarga yaitu kaji

pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi,

jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan

kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan

anggota keluarga dimasa mendatang.

e. Riwayat penyakit dahulu yaitu apakah saja penyakit yang

pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan


9

yang dijalani, dimana mendapat pertolongan, apakah

penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh

berulang-ulang.

f. Riwayat psikososial-kultural meliputi : adaptasi psikologi ibu

setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah

ibu pasif atau cerewet, pola koping, hubungan dengan suami,

hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga

lain, dukungan sosial dan pola komunikasi termasuk potensi

keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah

masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru

lahir dan krisis keluarga.

g. Riwayat kesehatan keluarga yaitu adakah anggota keluarga

yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetik,

menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang

pernah diderita oleh keluarga.

h. Profil keluarga meliputi : kebutuhan informasi pada keluarga,

dukungan orang terdekat, sibling, tipe rumah, penghasilan

keluarga, hubungan sosial dan keterlibatan dalam kegiatan

masyarakat.

3. Kebiasaan sehari-hari

Menurut Mochtar, R. (2013), pola kebiasaan sehari-hari pada

masa post partum yang perlu dikaji antara lain:


10

a. Pola nutrisi meliputi: pola menu makanan yang dikonsumsi,

jumlah, jenis makanan (kalori, protein, vitamin dan tinggi

serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu

makan, pola minum, jumlah dan frekuensi.

b. Pola istirahat dan tidur meliputi: lamanya, kapan (malam,

siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, lampu

atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu

dengan suara-suara dan posisi saat tidur (penekanan pada

perineum).

c. Pola eliminasi yaitu apakah terjadi diuresis setelah

melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter

pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over

distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut

luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK dan BAB,

frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena adanya luka

pada perineum.

d. Personal hygiene meliputi: pola mandi, kebersihan mulut dan

gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola

berpakaian, tatarias rambut dan wajah.

e. Pola aktifitas meliputi : kemampuan mobilisasi beberapa saat

setelah melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan

eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.


11

f. Rekreasi dan hiburan yaitu situasi atau tempat yang

menyenangkan dan kegiatan yang membuat fresh dan relaks.

g. Pola seksual meliputi: bagaimana pola interaksi dan

hubungan dengan pasangan, frekuensi koitus atau hubungan

intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan,

kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual.

Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan pasca

partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomi membaik

dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).

h. Konsep diri meliputi : sikap penerimaan ibu terhadap

tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang

tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan,

perasaan klien bila mengalami operasi SC karena CPD atau

karena bentuk tubuh yang pendek.

i. Peran meliputi : pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran

menjadi orang tua dan tugas-tugas perkembangan kesehatan

keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan

fungsi blass dan bowel, pengetahuan tentang keadaan umum

bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik feses bayi,

kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum

dan perubahan kulit.


12

4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa post partum

(Wiknjosastro, H. 2010), meliputi:

a. Keadaan umum meliputi : tingkat energi dan tingkat

kesadaran.

b. Tanda-tanda vital meliputi : tekanan darah, nadi, suhu,

pernapasan, BB, TB dan LLA.

c. Kepala, wajah dan leher yaitu periksa ekspresi wajah, adanya

oedema, sclera dan konjungtiva mata, mukosa mulut, adanya

pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan

bendungan vena jugolaris.

d. Dada dan payudara meliputi : auskultasi jantung dan paru-

paru sesuai indikasi keluhan ibu, atau perubahan nyata pada

penampilan atau tanda-tanda vital. Pengakajian payudara

pada periode awal pasca partum meliputi penampilan dan

integritasi puting, posisi bayi pada payudara, adanya

kolostrum, apakah payudara terisi susu, dan adanya sumbatan

ductus, kongesti dan tanda-tanda mastitis potensial.

e. Abdomen dan uterus meliputi : evaluasi abdomen terhadap

involusi uterus, diatesis recti dan kandung kemih. Untuk

involusi uterus periksa kontraksi uterus, posisi dan tinggi

fundus uteri.
13

f. Genitalia meliputi : pengkajian perenium terhadap memar,

oedema, hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamasi.

Pemeriksaan tipe, kuntitas dan bau lokhea.

g. Ekstremitas yaitu apakah terhadap adanya oedema, nyeri

tekan atau panas pada betis adanya tanda homan, refleks.

Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan

pada lutut ibu dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga

tungkai tetap lurus.

h. Pemeriksaan penunjang

Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

penunjang lainnya.

2.1.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post partum menurut

Nanda (2015), antara lain:

2.1.2.1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus dan nyeri

setelah persalinan

2.1.2.2. Gangguan pola elminasi bowel berhubungan dengan adanya

konstipasi.

2.1.2.3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal

psikologis, proses persalinan yang melelahkan.

2.1.2.4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral.


14

2.1.2.5. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif

pada bayinya.

2.1.3. Intervensi keperawatan

Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan yang

meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi

atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa

keperawatan. Menurut Nanda (2015), intervensi berdasarkan

diagnosa keperawatan pada masa post partum antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan involusi uterus dan nyeri setelah

persalinan

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri

ibu berkurang dengan kriteria hasil: skala nyeri 0-1, ibu

mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak

merasa nyeri saat mobilisasi serta tanda vital dalam

batas normal.

Intervensi:

a. Kaji ulang skala nyeri (P,Q,R,S,T). Rasional:

mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat.

b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap

nyeri. Rasional: sebagai salah satu dasar untuk memberikan

tindakan atau asuhan keperawatan sesui dengan respon klien.


15

c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan

tenang. Rasional: membantu klien rileks dan mengurangi

nyeri.

d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan

perhatian klien pada hal lain. Rasional: beraktivitas sesuai

kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien dari rasa

nyeri.

e. Kalaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian

analgetik. Rasional: untuk menekan atau mengurangi nyeri.

2. Gangguan pola elminasi bowel berhubungan dengan adanya

konstipasi.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan

kebutuhan elminasi pasien dapat terpenuhi dengan

kriteria hasil: pasien mengatakan sudah bisa BAB,

pasien mengatakan tidak konstipasi dan pasien

mengatakan perasaan nyaman.

Intervensi :

a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun.

Rasional: penurunan peristaltik usus menyebabkan

konstipasi.

b. Observasi adanya nyeri abdomen. Rasional: nyeri abdomen

menimbulkan rasa takut untuk BAB.


16

c. Ajurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat.

Rasional: mengkomsumsi air hangat dapat melancarkan

BAB.

d. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat. Rasional:

makanan tinggi serat dapat melancarkan BAB.

e. Kalaborasi pemberian laksatif (pelunak feses) jika

diperlukan. Rasional: penggunaan laksatif mungkin perlu

untuk merangsang peristaltik usus dengan perlahan atau

evakuasi feses.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal

psikologis, proses persalinan yang melelahkan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

istirahat dan tidur klien dapat terpenuhi dengan

kriteria hasil : Mengidentifikasi penilaian untuk

mengakomodasi perubahan yang diperlukan dengan

kebutuhan terhadap anggota keluarga baru.

Intervensi:

a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat

lama persalinan dan jenis kelahiran. Rasional:

persalinan/kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila

terjadi di malam hari dapat meningkatkan tingkat kelelahan.


17

b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat.

Rasional: membantu meningkatkan istirahat, tidur dan

relaksasi serta dapat menurunkan ransangan.

c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat

setelah kembali ke rumah. Rasional: tidur dengan bayi lebih

awal serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi

kebutuhan tubuh.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan darah dan intake ke oral.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi dengan kriteria

hasil : kebutuhan cairan seperti banyak minum air

putih dan pemberian cairan lewat IV dapat terpenuhi,

menunjukkan adanya perubahan keseimbangan cairan

dibuktikan oleh haluaran urin adekuat, tanda-tanda

vital stabil, membran mukosa lembab serta turgor

kulit baik.

Intervensi:

a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital.

Rasional: menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui

penyimpangan dari keadaan normal.


18

b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok.

Rasional: agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika

terdapat tanda-tanda syok.

c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program. Rasional:

pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang

mengalami defisit volume cairan karena cairan IV langsung

masuk kedalam pembulu darah.

5. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayinya.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan

pasien mengetahui tentang manfaat pemberian ASI

eksklusif dengan kriteria hasil : klien mengetahui

manfaat pemberian ASI eksklusif, ASI dapat keluar

dengan lancar, payudara tidak bengkak dan tidak ada

nyeri serta bayi mau menetek.

Intervensi:

a. Kaji pengetahuan pasien mengenai laktasi. Rasional:

mengetahui tingkat pemgetahuan pasien dalam menentukan

intervensi selanjutnya.

b. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi

waktu menyusui. Rasional: memberikan pengetahun bagi ibu

mengenai manfaat ASI ekskulisif bagi bayi.


19

c. Jelaskan cara menyusui yang benar. Rasional: mencegah

terjadinya aspirasi pada bayi.

d. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui. Rasional:

posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang

dapat merusak dan mengganggu pemberian ASI pada bayinya.

e. Anjurkan ibu mengeringkan putting susu setelah menyusui

Rasional: agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas

normal.

2.1.4. Implementasi keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang

mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan

keperawatan mencakup melakukan, membantu, memberikan askep

untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta

melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan

kesehatan berkelanjutan dari klien. Proses pelaksanaan keperawatan

mempunyai lima tahap (Wiknjosastro, H. 2010), antara lain:

1. Mengkaji ulang klien

Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi

memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah

tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.

2. Menelaah dan modifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada

Modifikasi rencana asuhan yang telah ada mencakup beberapa

langkah. Pertama data dalam kolom pengkajian direvisi


20

sehingga mencerminkan status kesehatan terbaru klien. Kedua,

diagnosa keperawatan direvisi. Diagnosa keperawatan yang

tidak relevan dihapuskan dan diagnosa keperawatan yang

terbaru ditambah dan diberi tanggal. Ketiga, metode

implementasi spesifik direvisi untuk menghubungan dengan

diagnosa keperawatan yang baru dan tujuan klien yang baru.

3. Mengidentifikasi bidang bantuan

Situasi yang membutuhkan tambahan tenaga beragam. Sebagai

contoh, perawat yang ditugaskan untuk merawat klien

imobilisasi mungkin membutuhkan tambahan tenaga untuk

membantu membalik, memindahkan dan mengubah posisi klien

karena kerja fisik yang terlibat.

2.1.5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan

untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan

mengunakan SOAP yang operasional dengan pengertian antara lain:

S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara

subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan.

O : adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi

keperawatan.
21

A : adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon

subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan kriteria

dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana

keperawatan klien.

P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis (Wiknjosastro, H. 2010).

2.2. Konsep Dasar Post Partum

2.2.1. Pengertian masa post partum

Post partum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan (Manuaba,

2012). Sedangkan menurut Dewi & Sunarsih (2012), Masa post

partum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung

kira-kira enam minggu.

2.2.2. Tahapan masa post partum

Menurut Manuaba (2012), masa post partum terbagi 3 tahap yaitu:

a. Puerperium dini (immediate puerperium) yaitu waktu 0-24 jam

post partum yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

untuk berdiri dan jalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial (early puerperium) yaitu waktu 1-7

hari post partum yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.


22

c. Remote puerperium (later puerperium) yaitu waktu 1-6

minggu post partum diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan

mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-

minggu, bulan atau tahun.

2.2.3. Perubahan fisiologi masa post partum

Menurut Manuaba (2012), perubahan-perubahan yang terjadi

pada masa post partum antara lain:

1. Perubahan sistem reproduksi

Perubahan pada sistem reproduksi meliputi:

a. Perubahan uterus

Terjadi kondisi uterus yang meningkat setelah bayi keluar,

hal ini menyebabkan iskemia pada perlekatan plasenta

sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding

uterus mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus

mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi

sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah

4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Uteru akan

mengalami involusi secara berangsur-angsur sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Mengenai tinggi

fundus uterus dan berat menurut masa involusi sebagai

berikut:
23

Tabel 2.1. Klasifikasi tinggi fundus uterus dan berat


menurut masa involusi
Involusi TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lepas Dua jari di bawah pusat 750 gram
Satu minggu Pertengahan pusat 500 gram
Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan minggu Normal 30 gram
Sumber: (Manuaba, 2012)

b. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa post

partum dan mempunyai reaksi basa dan mempunyai bau

yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan

volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Komposisi

lochea adalah jaringan endometrial, darah dan limfe.

Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.

Tahap lochea yaitu:

1) Lochea rubra (merah) lochea ini muncul pada hari

pertama hingga hari ketiga masa post partum.

Warnanya merah dan mengandung darah dari luka pada

plasenta dan serabut.

2) Lochea sanguinolenta (merah kuning) lochea ini

berwarna merah kuning berisih darah dan lender,

pengeluaran pada hari ketiga sampai hari kelima post

partum.
24

3) Lochea serosa (pink kecoklatan) lochea ini muncul

pada hari kelima sampai hari kesembilan, warnanya

kekuningan atau kecoklatan terdiri atas sedikit darah

dan lebih banyak serum.

4) Lochea alba (kuning putih) lochea ini muncul pada

hari 10-14, warnanya lebih pucat, putih kekuningan,

lebih banyak mengandung leukosit, selaput lender

serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea terus

keluar sampai 3 minggu, bau normal seperti menstruasi,

jumlah meningkat saat berdiri dan rata-rata 240-270 ml.

c. Perubahan vagina dan perineum

Perubahan vagina dan perineum meliputi:

1) Vagina mengalami perubahan pada minggu ketiga

yaitu vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan

atau kerutan-kerutan).

2) Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan

luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin

ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi sering terjadi

akibat ekstraksi dengan kuman, berlebih apabila kepala

janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding

lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.

3) Perubahan pada perineum yaitu terjadi robekan pada

hampir semua persalinan pertama dan jarang juga pada


25

persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya

terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila

kepala janin lahir terlalu cepat, kepala janin melewati

pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar.

Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi

(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk

mempermudah kelahiran bayi) maka lakukan

penjahitan dan perawatan dengan baik.

d. Perubahan siklus menstruasi

Siklus menstruasi pada ibu menyusui dimulai rata-rata 12-

18 minggu post partum. Menstruasi pada ibu post partum

tergantung dari hormon prolaktin. Apabila ibu tidak

menyusui menstruasi mulai pada minggu ke 6-8. Menstruasi

mungking tidak terlambat dan dibutuhkan salah satu jenis

kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.

e. Perubahan pembulu darah rahim

Dalam kehamilan uterus mempunyai pembuluh-pembuluh

darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak

diperlukan bagi peredaran darah yang banyak maka arteri

tersebut harus mengecil lagi saat masa nifas.


26

f. Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena

teregang begitu lama tetapi biasanya pulih kembali dalam 6

minggu pertama masa post partum.

g. Nyeri setelah persalinan

Setelah melahirkan uterus tetap berkontraksi dengan kuat

pada interval tertentu dan menimbulkan nyeri yang mirip

dengan pada saat persalinan namun lebih ringan.

2. Perubahan sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan hal ini

umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya

berserat selama persalinanan. Disamping itu rasa takut untuk

buang air besar sehubunga dengan jahitan pada perineum dan

takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari

setelah persalinan. Jika masih terjadi konstipasi dan diberikan

obat laksan peroral atau perrektal (Sondakh, J. 2013).

3. Perubahaan perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu.

Distensi berlebih pada vesikula urinari adalah yang umum

terjadi karena peningkatan kapasitas vasikula urinaria,

pembegkakan memar jaringan disekitar uretra dan hilang sensasi

terhadap tekanan yang meninggi (Sondakh, J. 2013).


27

4. Perubahan payudara

Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama

dengan keadaan kehamilan pada waktu payudara belum

mengandung air susu melainkan colostrum. Colostrum adalah

cairan kunig yang banyak mengandung protein dan garam

(Sondakh, J. 2013).

5. Perubahan tanda-tanda vital pada masa post partum

a. Suhu badan

Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik

sedikit, antara 37,2-37,50C. Kemungkinan disebabkan

karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan

mencapai 380C pada hari kedua sampai hari-hari

berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis.

b. Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 6 x/menit,

yaitu pada waktu habis persalinan karena ibu dalam

keadaan istirahat penuh. Ini terjadi umumnya pada minggu

pertama post partum. Pada ibu yang nervus, nadinya bisa

cepat, kira-kira 110 x/menit bisa juga terjadi gejala syok

karena infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu

tubuh.
28

c. Tekanan darah

Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut

bisa meningkat dari prapersalinan pada 1-3 hari post

partum. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukan

adanya pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan

darah tinggi merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-

eklamsia yang timbul pada masa post partum. Namun hal

tersebut jarang terjadi (Sondakh, J. 2013).

d. Pernafasan

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal ini

tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat post partum >30

x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok.

2.2.4. Fase-fase penyesuaian fisiologi pada masa nifas

Menurut Mochtar, R. (2013), fase-fase penyesuaian yang terjadi

pada masa post partum antara lain:

1. Fase Taking In

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari

hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini

fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman

selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.

Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk

mencegah gejala kurang tidur seperti mudah tersinggung. Hal ini


29

membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.

Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga

komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan

pemberian ekstra makanan untuk proses, disamping nafsu

makan ibu yang memang sedang meningkat.

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada

fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu

perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu

memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan

yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat

diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3. Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase

ini. Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru

melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat

diatasi dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf

keperawatan, pengunjung dan suami, petugas kesehatan dapat


30

mengantisipasi hal-hal yang bisa menimbulkan stress psikologis.

Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan

akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap

permasalahan yang mendasarinya. Fase-fase adaptasi ibu post

partum yaitu taking in, taking hold dan letting go yang

merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap

rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan

setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan

tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun perubahan-

perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap

menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam

kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa

aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak

bertambah berat.

2.2.5. Kebutuhan dasar masa post partum

1. Nutrisi dan cairan

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan

sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu

dengan status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800

cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status

gizinya kurang biasanya akan sedikit menghasilkan ASI.

Pemberian ASI sangatlah penting karena bayi akan tumbuh


31

sempurna sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab ASI

mengandung DHA.

Menurut Kemenkes, RI. (2015), beberapa anjuran yang

berhubungan dngan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain:

a. Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal.

b. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan

vitamin.

c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah

menyusui.

d. Mengonsumsi tablet zat besi.

e. Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A

kepada bayinya.

2. Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak

dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-

paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat.

Keuntungannya yaitu:

a. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat.

b. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.

c. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada

ibu mengenai cara merawat bayinya.


32

d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ambulasi dini

dilakukan secara perlahan namun meningkat secara

berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke

jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat

melakukannya sendiri tanpa pendamping (Wiknjosastro, H.

2010).

3. Eliminasi (buang air kecil dan besar)

Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat

buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat

mengakibatkan infeksi. Maka dari itu petugas harus dapat

meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil karena biasanya

ibu malas buang air kecil karena takut akan merasa sakit. Segera

buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya komplikasi post partum. Dalam 24 jam

pertama pasien juga sudah harus dapat buang air besar, maka

dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk

memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih

(Wiknjosastro, H. 2010).

4. Kebersihan diri

Petugas kesehatan harus bijaksana dalam memberikan motivasi

ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan


33

bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan

diri ibu post partum (Wiknjosastro, H. 2010), antara lain:

a. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi

dan alergi kulit pada bayi.

b. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu

dari daerah depan kebelakang, baru setelah itu anus.

c. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.

d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai

membersihkan daerah kemaluan.

e. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh

daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.

5. Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup

untuk memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat

pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian,

misalnya:

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.

c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat

bayi dan diri sendiri.

Petugas kesehatan harus menyampaikan kepada pasien dan

keluarga agar ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah


34

tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus tetap

melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.

6. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti. Tetapi banyak budaya dan agama yang

melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6

mingggu setelah melahirkan. Namun keputusan itu tergantung

pada pasangan yang bersangkutan (Wiknjosastro, H. 2010).

2.2.6. Tanda dan bahaya post partum

Ibu post partum dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan

jika ditemukan tanda-tanda bahaya post partum (Wiknjosastro, H.

2010):

1. Perdarahan pervagina

2. Sakit kepala yang hebat

3. Pembengkakan di wajah, tangan dan

kaki

4. Payudara yang berubah merah, panas

dan terasa sakit

5. Ibu yang dietnya buruk, kurang

istirahat dan anemia mudah mengalami infeksi.

6. Infeksi bakteri

7. Demam, muntah dan nyeri berkemih.


35

8. Kehilangan nafsu makan dalam

waktu yang lama.

9. Kram perut

10. Merasa sangat letih atau napas

terengah-engah

11. Rasa sakit dibagian bawah abdomen

atau punggung.

2.2.7. Masalah pada post partum

Menurut Wiknjosastro, H. (2010), terdapat beberapa masalah pada

ibu dengan post partum

1. After pain (kram perut) yaitu

rasa nyeri atau mules pada perut akibat kontraksi uterus yang

terjadi setelah plasenta.

2. Nyeri perineum yaitu rasa

nyeri pada perineum akibat trauma pada persalinan pervagina

atau karena adanya jahitan robekan perineum.

3. Gangguan BAB yaitu dapat

terjadi selama kehamilan mengalami hemoroid karena

mengalami konstipasi dan pengeluran cairan saat persalinan

terlalu banyak sehingga cairan dalam tubuh berkurang yang

dapat menyebabkan kekurangan cairan atau serat dalam proses

pencernaan sehingga mengganggu proses BAB.


36

4. Nyeri pada payudara,

disebabkan karena adanya pembesaran payudara akibat produksi

ASI dan disebabkan karena malas menyusui sehingga payudara

terasa penuh dan tegang.

5. Gangguan BAK yaitu dapat

terjadi karena kepala bayi terlalu lama menekan PBP (Pintu

Bawah Panggul) kandung kemih dan adanya trauma jalan lahir

2.3. Konsep Pendidikan Kesehatan

2.3.1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Menurut  Notoatmodjo, (2012). Pendidikan kesehatan

adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam

keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk

intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik

individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya

perawat berperan sebagai perawat pendidik.

2.3.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang

mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,

mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap


37

masalahnya dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah

dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang

tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan

masyarakat, (Notoatmodjo.2012).

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992

dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga

produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan

disemua program kesehatan ; baik pemberantasan penyakit

menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan

kesehatan, maupun program kesehatan lainnya 

2.3.3. Cara Memperoleh Pengatahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), media informasi yang dapat menstimulasi

pengatahuan seseorang adalah :

2.3.3.1. Media cetak: alat alat yang dapat memberikan informasi seperti :

a. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah yang

membahas suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan

b. Leaflet adalah bentuk penyampai informasih atau pesan

kesehatan melalui kertas yang dilipat

c. Poster adalah bentuk penyampain informasih atau pesan

kesehatan yang biasanya di tempel di tempat-tempat

umum.
38

2.3.3.2. Media elektronik: sebagai sarana untuk menyampaikan pesan

atau informasih kesehatan. Jenis-jenis media elektronik atara

lain :

a. Televisi

Televisi memyampaikan pesan atau informasi kesehatan,

melalui media ini dalam bentuk forum diskusi, penyeluhan

atau tanya jawab kesehatan.

b. Radio

Radio menyampaikan informasi atau pesan kesehatan

dalam berbagai bentuk antara lain obrolan (tanya jawab)

ceramah, penyuluhan.

c. Video

Video menyampaikan informasi atau pesan kesehatan

melalui caramah, penyuluhan.

d. Media paparan

Paparan ini dapat di pasang di tempat-tempat umum, dapat

diisi informasi pengetahuan.

2.4. Konsep Dasar Manajemen Laktasi

2.4.1. Pengertian manajemen laktasi

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang

dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam

menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam tiga


39

tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam

persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal) dan pada masa

menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal)

(Mochtar, 2013).

Sedangkan menurut Roesli (2010), manajemen laktasi adalah

suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga untuk

menunjang keberhasilan menyusui. Ruang lingkup manajemen

laktasi dimulai pada masa kehamilan, setelah persalinan dan masa

menyusui bayi.

2.4.2. Periode manajemen laktasia.

Menurut Mochtar (2013), periode manajemen laktasi antara lain:


2.4.2.1. Masa kehamilan (antenatal)

a. Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI,

manfaat menyusui bagi ibu dan bayi serta dampak

negatif pemberian susu formula.

b. Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat

kehamilan kondisi putting payudara dan memantau

kenaikan berat badan saat hamil.

c. Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan

berumur 6 bulan hingga ibu siap untuk menyusui, ini

bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan

memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.

d. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan

makanan tambahan sejak kehamilan trimester ke-2.


40

1
Makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 kali dari
2

makanan yang dikonsumsi sebelum hamil.

2.4.2.2. Masa persalinan (perinatal)

a. Masa persalinan merupakan masa yang paling penting

dalam kehidupan bayi selanjutnya, bayi harus

menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun

cara melekatkan bayi pada payudara ibu.

b. Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama

24 jam agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

c. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi

(200.000 IU) dalam waktu 2 minggu setelah

melahirkan.

2.4.2.3. Masa menyusui (postnatal)

a. Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama

kelahiran, ibu harus menyusui bayi secara eksklusif

selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu

bayi hanya di beri ASI tanpa makanan tambahan.

b. Ibu mencari informasi tentang gisi makanan ketika

masa menyusui agar bayi tumbuh sehat.

c. Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya

dan menenangkan pikiran serta menghindarkan diri dari

kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak

terhambat.
41

d. Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan

(merujuk posyandu atau puskesmas). Bila ada masalah

dalam proses menyusui.

e. Ibu tetap memperhatikan gisi atau makanan anak,

terutama pada bayi usia 4 bulan.

2.4.3. Manfaat pemberian ASI

Manfaat ASI yang diperoleh menurut Nisman, dkk (2011), meliputi:

2.4.3.1. Manfaat ASI bagi bayi

a. ASI mudah dicerna dan diserap oleh pencernaan bayi

yang belum sempurna.

b. ASI termasuk kolostrum yang mengandung zat

kekebalan tubuh, meliputi: immunoglobulin, lactoferin,

enzyme, macrofag, lymphosit dan bifidus faktor. Semua

faktor ini berperan sebagai antivirus, antiprotozoa,

antibakteri dan antiinflamasi bagi tubuh bayi sehingga

bayi tidak mudah terseran penyakit.

c. ASI juga menghindarkan bayi dari diare karena saluran

pencernaan bayi yang mendapatkan ASI mengandung

lactobasilli dan bifidobabteria (bakteri baik) yang

membantu membentuk feses bayi yang PH-nya rendah


42

sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri jahat

penyebab diare dan masalah pencernaan lainnya.

d. ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan

memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat

menunjang perkembangan otak bayi.

e. Mengisap ASI membuat bayi mudah mengoordinasi

saraf menelan dan bernapas menjadi lebih sempurna

serta bayi lebih menjadi aktif dan ceria.

f. Mendapatkan ASI dengan mengisap dari payudara

membuat kualitas hubungan psikologis ibu dan bayi

menjadi semakin dekat.

g. Mengisap ASI dari payudara membuat pembentukan

rahang dan gigi menjadi lebih baik dibandingkan

dengan mengisap susu formula dengan menggunakan

dot.

h. Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dibandingkan

bayi yang diberi susu formula.

2.4.3.2. Manfaat menyusi bagi ibu

Menurut Prawirohardjo, S. 2010, manfaat ibu menyusi

diantaranya, yaitu :

a. Menghentikan pendarahan pasca persalinan.


43

b. Psikologi ibu yaitu adanya rasa bangga dan bahagia

karena dapat memberikan sesuatu dari dirinya demi

kebaikan bayinya (menyusui bayinya).

c. Mencegah kanker yaitu wanita yang menyusui

memiliki angka isidensi terkena kanker payudara, indun

telur dan rahim lebih rendah.

d. Menyusui dengan frekuensi yang sering dan lama dapat

digunakan sebagai metode kontrasepsi alamai.

e. Mempercepat ibu kembali keberat badan sebelum

hamil.

f. ASI lebih murah sehingga ibu tidak perlu membeli.

g. ASI tersedia setiap saat tanpa harus menunggu waktu

menyiapkan dengan temperatur atau suhu yang sesuai

dengan kebutuhan bayi.

h. ASI mudah disajikan dan tanpa kontaminasi bahan

berbahaya dari luar serta steril dari bakteri.

2.4.4. Teknik menyusui yang benar

Berikut adalah langkah-langkah menyusui yang efektif menurut

Suradi (2010):

2.4.4.1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit demi sedikit

kemudian dioleskan pada putting susu dan areola

sekitarnya. Cara ini bermanfaat sebagai desinfektan dan

menjaga kelembaban putting susu.


44

2.4.4.2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.

2.4.4.3. Ibu duduk atau berbaring santai.

2.4.4.4. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi terletak pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.

Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi

ditahan dengan telapak tangan ibu.

2.4.4.5. Posisi tangan bayi diletakkan dibelakang ibu dan yang satu

di depan.

2.4.4.6. Perut bayi menempel pada perut ibu, kepala bayi menghadap

payudara.

2.4.4.7. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

2.4.4.8. Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang

2.4.4.9. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan yang lain

menopang dibawah. Jangan menekan putting susu atau

areolanya saja.

2.4.4.10. Bayi diberikan rangsangan untuk membuka mulut (rooting

reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu

atau menyentuh sisi mulut bayi.

2.4.4.11.Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi

didekatkan ke payudara ibu dengan putting dimasukkan ke

mulut bayi. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak

perlu dipegang atau disangga lagi.


45

2.4.4.12.Melepas isapan bayi setelah menyusui pada satu payudara

sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada

payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi yaitu dengan

jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi dan dagu di tekan

ke bawah.

2.4.4.13.Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum

terkosongkan. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan

sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola

sekitarnya dan biarkan kering dengan sendirinya.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Studi Kasus

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu

fenomena (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk

menggambarkan Asuhan Keperawatan pada ibu post partum dalam

pemberian pendidikan kesehatan tentang manajemen laktasi diruang

kebidan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur

3.2. Subjek Studi Kasus


46

Subyek studi kasus adalah subyek yang ditujukan untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti

(Nursalam, 2008).

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 2 orang ibu Post Partum Dalam

Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Manajemen Laktasi Diruang

RSUD Karel Sadsuitubun Langgur. Ada 2 kriteria pada subjek studi kasus

dalam penelitian ini, yaitu :

3.2.1. Kriteria Inklusi:

1. Ibu post partum yang dirawat di ruang kebidanan RSUD Karel

Sadsuitubun Langgur

2. Ibu post partum dalam keadaan kondisi sadar.

3. Ibu post partum yang dapat berkomunikasi dengan baik.

4. Ibu post partum yang bersedia menjadi responden.

3.2.2. Kriteria Eksklusi:

1. Ibu post partum yang


45 tidak dirawat di ruang kebidanan RSUD

Karel Sadsuitubun Langgur.

2. Ibu post partum tidak dalam keadaan kondisi sadar.

3. Ibu post partum yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik.

4. Ibu post partum yang tidak bersedia menjadi responden.

3.3. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku

atau karakteristik yang memberikan nilai berbeda terhadap sesuatu

(Nursalam, 2011). Fokus studi kasus dalam penelitian ini adalah untuk
47

memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu post partum tentang

manajemen laktasi.

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

2013).

3.4.1. Asuhan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang diberikan

kepada pasien dalam mengatasi masalah kesehatanya.

3.4.2. Masa post partum adalah masa pemulihan pasien ibu hamil yang

telah selesai melahirkan dan berlangsung selama 6-8 minggu.

3.4.3. Pendidikan Kesehatan adalah serangkaian upaya untuk dapat

meningkatkan pengetahuan.

3.4.4. Manajemen laktasi adalah memberikan penjelasan kepada pasien

tentang manfaat dalam memberikan laktasi kepada bayinya.

3.5. Tempat dan Waktu Studi Kasus

3.5.1. Tempat

Tempat adalah lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam melaksanakan

studi kasus (Hidayat, 2008). Studi kasus ini dilakukan di ruang

kebidanan RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.

3.5.2. Waktu
48

Waktu studi kasus adalah waktu yang digunakan oleh peneliti dalam

melaksanakan kegiatan studi kasus (Hidayat, 2008). Studi kasus ini

akan dilaksanakan pada februari 2021.

3.6. Pengumpulan Data

3.6.1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan atau

mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan

penderian secara lisan dari seorang peneliti (responden) dan

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini sumber data diperoleh

dari wawancara terhadap klien dan keluarga.

3.6.2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien secara sistematis dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi (Hidayat, 2008). Pada studi kasus ini dilakukan pemeriksaan

dari ujung rambut hingga ujung kaki pasien.

3.6.3. Observasi

Observasi yaitu tehnik pengumpulan data yang terencana, antara lain

meliputi: melihat, mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang

ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo,

2010). Pada studi kasus ini yang diobservasi adalah keadaan umum,

tanda-tanda vital, keadaan payudara dan perineum.

3.6.4. Studi dokumentasi


49

Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-

hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

notulen, rapot, agenda dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Pada

studi kasus ini pendokumentasian diperoleh dari buku catatan KIA

pasien selama hamil.

3.7. Analisa dan Penyajian Data

Dalam penelitianini, analisis data dilakukan dengan cara mengukur secara

sistematis pedoman pengkajian, selanjutnya memproses data dengan tahapan

pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi.

3.8. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk laporan asuhan

keperawatan secara sistematis dari pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi.

3.9. Etika Studi Kasus

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, maka segi penelitian harus diperhatikan (Lilianty, S. 2012).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

3.9.1. Bebas dari penderitaan yaitu penelitian harus dilaksanakan tanpa

mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika

menggunakan tindakan khusus.


50

3.9.2. Bebas dari esploitasi dan partisipasi yaitu subjek harus dihindarkan

dari keadaan yang tidak menguntunkan.

3.9.3. Hak untuk ikut atau tidak ikut menjadi responden yaitu hak untuk

mendapatkan jaminan dari perlakukan yang diberikan.

3.9.4. Informed consent yaitu hak untuk mendapatkan keadilan serta hak

untuk dijaga kerahasiaanya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

Dewi & Sunarsih. 2012. Asuahan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.

Hidayat, A.A. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Kemenkes, RI. 2015. Pedoman Dan Pemantauan Kesehatan Ibu Dan Anak.
Jakarta: DBKI.
51

Kirana, N. 2015. Desain Komunikasi Visual. Bandung: Nuasa Cendekia.

Lilianty, S.E. 2012. Model Integrasi Selft Care Dan Family Centered Nursing.
Yogyakarta: Pustaka Timur. hal 48.

Nanda. 2015. Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi Revisi 2. Yogyakata:


Mediaction.

Nisman, dkk.2010. Panduan Pintar Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

Manuaba, 2012. Ilmu Kebidanan Dan Keluarga Berencana. Jakarta: BCG.

Maritalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Mochtar, R. 2013. Synopsis Obstetri. Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi keperawatan Konsep Dan Praktik.


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

Roesli. U. 2010. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Pembangunan.

Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Edisi Revisi 2.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Garis Buku.

Suradi, R. 2010. Manajemen Laktasi. Jakarta: Program Manajemen Laktasi.

Wiknjosastro, H. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Neonatal Dan


Neonatus. Edisi 4. Cetakan ke2. Jakarta: Bina Pustaka.

World Health Organization (WHO). 2010. Maternal Mortality Database in


World.
52

Anda mungkin juga menyukai