Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NELAYAN DENGAN DERMATITIS


KONTAK DALAM PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN
DI DESA OHOITAHIT WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OHOITAHIT

YAYUKURNIAWATI MASWATU
NIM : P07120217041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yayukurniawati Maswatu

Nim : P07120217041

Program Studi : Keperawatan Tual

Institusi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah yang saya

tulis ini adalah benar–benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan

merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui

sebagai hasil atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut. Langgur, .. Juni 2020


Pembuat Pernyataan

Yayukurniawati Maswatu
NIM. P07120217041

Mengetahui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Rahel. Metanfanuan.,S.Kep,.M.Kes Ns Yohanis Buiswarin.,S.Kep


NIP. 19710317 199503 2 001 NIP. 19780613 200501 1 003

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Yayukurniawati Maswatu NIM P07120217041

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Nelayan Dengan Dermatitis Kontak

Dalam Pemberian Penyuluhan Kesehatan Di Desa Ohoitahit Wilayah Kerja

Puskesmas Ohoitahit” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Langgur, Juni 2020

Mengetahui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Rahel. Metanfanuan.,S.Kep,.M.Kes Ns Yohanis Buiswarin.,S.Kep


NIP. 19710317 199503 2 001 NIP. 19780613 200501 1 003

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Proposal

Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi Keperawatan Tual Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku, pada tanggal 03 Juni 2020 dan dinyatakan telah diterima

serta memenuhi syarat sesuai keputusan Tim Penguji Proposal Karya Tulis

Ilmiah Program Studi Keperawatan Tual Politeknik Kesehatan Kemenkes

Maluku.

Susunan Tim Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah

Ketua Penguji

Ns Robeka Tanlain.,S.Kep.,M.Kep
NIP. 19720723 199203 2001

Anggota Penguji

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Rahel. Metanfanuan.,S.Kep,.M.Kes Ns Yohanis Buiswarin.,S.Kep


NIP. 19710317 199503 2 001 NIP. 19780613 200501 1 003

Mengesahkan Mengetahui
Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Ketua Pogram Studi Keperawatan Tual
Maluku

Hairudin Rasako, S.KM.,M.Kes Ns. Lucky. H. Noya. S.Kep.,M.Kep


NIP : 19641205 198903 1 002 NIP. 19690618 199603 1 001

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Nelayan Dengan Dermatitis

Kontak Dalam Pemberian Penyuluhan Kesehatan Di Desa Ohoitahit Wilayah

Kerja Puskesmas Ohoitahit”.Adapun maksud dari Penelitian Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini yaitu untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan

di Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku Program Studi Keperawatan Tual.

Peneliti menyadari dalam penelitian Proposal karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya

penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik, Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hairudin Rasako, SKM.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku.

2. Hi. D. Husain,S.Kep, selaku Kepala Puskesmas Ohoitahit yang telah

memberikan izin penitian

3. Lucky H Noya, S.Kep.,Ns,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Tual.

4. Ns Robeka Tanlain.S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Penguji

5. Ns. Rahel. Metanfanuan.,S.Kep. Selaku Pembimbing Utama, sekaligus

sebagai anggota Penguji III

v
6. Ns. Yohanis Buiswarin. S.Kep. Selaku Pembimbing Pendamping, sekaligus

sebagai anggota Penguji II

7. John D Haluruk.,S.ST. Selaku Kordinator Tingkat III/A,serta sebagai

Pembimbing Akademik

8. Dosen dan seluruh Staf Program Studi Keperawatan Tual

9. Keluarga tercinta, Bapak, Mama, Kaka, tersayang yang tak henti – hentinya

mendoakan keberhasilan penulis.

10. Sahabat – sahabat Medulla Spinalis 2017

11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sunggu bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak sehingga hasil dari penyusunan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Langgur...... Juni 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Luar............................................................................. i
Halaman Sampul Dalam.......................................................................... i
Halaman Orisinalitas............................................................................... ii
Halaman Persetujuan............................................................................... iii
Halaman Pengesahan............................................................................... iv
Halaman Kata Pengantar......................................................................... v
Halaman Daftar Isi.................................................................................. vi
Halaman Daftar Lampiran....................................................................... viii
Bab. 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................ 5
1.3. Tujuan Studi Kasus.............................................................. 5
1.4. Manfaat Studi Kasus............................................................ 5
Bab. 2 Tinjauan Pustaka
2.1. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Dermatitis
2.1.1. Pengkajian.............................................................. 7
2.1.2. Diagnosa................................................................. 12
2.1.3. Perencanaan............................................................ 12
2.1.4. Pelaksanaan Tindakan........................................... 15
2.1.5. Evaluasi.................................................................. 16
2.2. Konsep Umum tentang Nelayan
2.2.1. Pengertian............................................................... 17

2.2.2. Klasifikasi nelayan berdasarkan kelompok kerja... 17

2.2.3. Kelompok Nelaya.................................................. 18

2.3. Tinjauan Umum Tentanng Dermatitis Kontak


2.3.1. Defenisi.................................................................. 19
2.3.2. Jenis – jenis Dermatitis.......................................... 20
2.3.3. Mekanisme terjadinya dermatitis........................... 22
2.3.4. Menefestasi klinis................................................... 23

vii
2.3.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi......................... 23
2.3.6. Gambaran klinis dermatitis.................................... 27
2.4. Tinjauan Umum Penyuluhan Kesehatan
2.4.1. Pengertian Penyuluhan........................................... 29
2.4.2. Tujuan Penyuluhan................................................. 30
2.4.3. Metode Penyuluhan................................................ 31
Bab.3. Metode Penulisa
3.1. Rencana Studi Kasus............................................................ 34
3.2. Subjek Studi Kasus............................................................... 34
3.3. Fokus Studi Kasus................................................................ 35
3.4. Defenis Operasional............................................................. 35
3.5. Instrumen Studi Kasus.......................................................... 36
3.6. Tempat Dan Waktu Penelitian............................................. 36
3.7. Pengumpulan Data............................................................... 36
3.8. Analisa Data......................................................................... 36
3.9. Penyajian Data...................................................................... 37
3.10.Etika Studi Kasus................................................................ 37
Daftar Pustaka

Daftar Lampiran

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian
2. Informasi dan Pernyataan Persetujuan
3. Bukti proses bimbingan
4. Informaed Concent
5. SAP ( Satuan Acara Penyuluhan ) dan Liflet
6. Surat Mohon Bantuan Data
7. Format Asuhan Keperawatan

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu penyakit akibat kerja yang paling banyak di jumpai yaitu

dermattis kontak akibat kerja. Dermtitis merupakan penyakit kulit yang

umumnya dapat terjadi secara berulang-ulang terhadap seseorang dalam

bentuk peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap

pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, yang menimbulkan

kelainan klinis berupa lisensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,

skuama, likenifikasi,) dan keluhan gatal. Penyakit akibat kerja (PAK)

merupakan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelekaan

kerja yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian (Siti dan Nurul.

2010).

Ganguan kesehatan kulit pada nelayan merupakan salah satu

penyakit berbasis lingkungan. Penyakit ini timbul akibat dari beberapa

faktor lingkungan, karakteristik paparan, karakteristk agen, dan faktor

personal hygine perorangan yang tidak memadai dapat mengakibatkan

infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, gangguan kulit dan keluhan lainya. apa

bila kondisi lingkungan kerja dalam keadaan kotor dan lembab, hal ini akan

megakibatkan penyakit kulit menjadi mudah berkembang. Berbagi jenis

dermatitis terjadi di masyarakat, namun jenis dermatitis yang sering terjadi

1
2

pada nelayan adalah dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi

(Samsuridjal Djauzi, 2010)

Menurut Sari, Kumala. (2011). Dampak dermatitis kontak dapat

berpengaruhi terhadap fisik dan ekonomi. Secara fisik dermatitis kontak

iritasi kronis yang bersifat kumulatif yaitu terpapar berulang-ulang dengan

iritasi tingkat rendah. Terjadi ruang yang memakan waktu mingguan,

bulanan bahkan tahun untuk berkembang. Sedangkan dampak dermatitis

dalam hal ekonomi meliputi, biaya langsung atas pengobatan penyakit,

kehilangan hari kerja produktifitas kerja yang dapat mempegaruhi keadaan

ekonomi. Masyarakat beranggapan bahwa penyakit kulit bukan penyakit

yang membahayakan sehinga tidak perlu mendapat penanganan segera jika

belum dalam keadaan parah. Jika keluhan ganguan kulit tidak segera di

tanggulangi maka lama kelamaan akan mengakibatkan ganguan kulit yang

lebih serius.

Nelayan dalam Ensiklopedia Indonesia dinyatakan sebagai orang-

orang yang secara aktif melakukan penangkapan ikan, baik secara langsung

maupun tidak langsung sebagai mata pencaharian (Eko Wahyudi,2013).

Nelayan merupakan istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja

menangkap ikan dan biota lainnya yang hidup di dasar kolam maupun

permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktifitas nelayan ini

dapat merupakan perairan tawar, serta perairan air laut. Nelayan rentan

terhadap penyakit kulit akibat pengaruh air laut karena kepekatanya garam
3

menarik air dari kulit. Air laut merupakan penyebab dermatitis kontak

dengan sifat rangsangan primer (Kowalak, Jenifer.2011)

Prevalensi dermatitis di Indonesia pada tahun (2018) sebesar 6,78%

Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Sekitar 90%

penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun

alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak

sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit

karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan

bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3%

diantaranya adalah dermatitis kontak iritan (DKI) dan 33,7% adalah

Dermatitis kontak alergi (DKA). Insiden dermatitis kontak akibat kerja

diperkirakan sebanyak 0,5 sampai 0,7 kasus per 1000 pekerja per tahun.

Penyakit kulit diperkirakan menempati 9% sampai 34% dari penyakit yang

berhubungan dengan pekerjaan. Dermatitis kontak akibat kerja biasanya

terjadi di tangan dan angka insiden untuk dermatitis bervariasi antara 2%

sampai 10%. Diperkirakan sebanyak 5% sampai 7% penderita dermatitis

akan berkembang menjadi kronik dan 2% sampai 4% di antaranya sulit

untuk disembuhkan dengan pengobatan topikal (Kowalak, Jenifer.2011)

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak bagi pekerja yang

berada disektor formal maupun informal, salah satunya bagi nelayan.

Nelayan adalah orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau

lainnya, yang hidup didasar kolam maupun perairan tawar. Nelayan

dinegara berkembang seperti Asia Tenggara atau Afrika, menggunakan


4

peralatan yang modern dengan kapal yang lebih besar yang dilengkapi

dengan teknologi canggih (Samsuridjal Djauzi, 2010)

Untuk dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak pada nelayan,

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan terutama perencanaan

keperawatan dapat bersifat edukatif serta tindakan keperawatan mandiri

yang dilaksanakan dalam mencegah agar nelayan terhindar dari penyakit

yang sering dialami oleh nelayan, dengan pemberian penyuluhan kesehatan

tentang bahaya penyakit dermatitis kontak. Tujuan penyuluhan kesehatan

pada nelayan agar tidak terulang kembali penyakit dermatitis kontak.

Penyuluhan kesehatan terhadap nelayan dapat dilakukan pada rumah sakit

maupun puskesmas.

Berdasarkan data yang didapat dari kepala Desa Ohoitahit jumlah

kepala keluarga yang berada pada Desa Ohoitahit sebanya 250 KK

diantaranya 125 KK, sebagai nelayan dan sebagai PNS (guru, perawat dan

lain-lain), sebanyak 25 KK, serta sebagai Petani sebanyak 50 KK.

Berdasarkan hasil wawancara awal dengan Petugas Puskesmas

Ohoitahit, didapatkan data tiga tahun terakhir sebanyak 115 penderita

dermatitis kontak, pada tahun 2017 sebanyak. 60 penderita dermatitis

kontak, serta pada tahun 2018 sebanyak 40 penderita dermatitis kontak dan

pada tahun 2019 sebanyak 15 penderita dermatitis kontak yang tersebar

dalam wilayah binaan Puskesmas Ohoitahit, serta penangana pada nelayan

yang sering dilakukan petugas kesehatan dengan pemberian penyuluhan


5

kesehatan tentang penyakit dermatitis kontak serta cara pengobatannya

(Register Rawat Jalan PKM Ohoitahit (2017-2019).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “asuhan keperawatan pada nelayan

dengan dermatitis kontak dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Desa

Ohoitahit Wilayah Kerja Puskesmas Ohoitahit”.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada nelayan dengan dermatitis kontak

dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Desa Ohoitahit wilayah kerja

Puskesmas Ohoitahit.

1.3. Tujuan Penulisan

Mengetahui asuhan keperawatan pada nelayan dengan dermatitis kontak

dalam pemberian penyuluhan kesehatan di Desa Ohoitahat wilayah kerja

Puskesmas Ohoitahit

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Bagi Masyarakat

Dapat membudayakan pengelolaan nelayan dermatitis kontak dalam

pemberian pendidikan kesehatan tentang pencegahan terjadinya

dermatitis kontak berulang

1.4.2. Bagi institusi pendidikan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam pemberian pendidikan kesehatan pada nelayan dermatitis

kontak tentang pencegahan terjadinya dermatitis kontak berulang


6

1.4.3. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman nyata dan menamba wawasan dalam

melakukan Asuhan keperawatan pada nelayan dengan dermatitis

kontak dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang pencegahan

terjadinya dermatitis kontak berulang


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Dermatitis

1. Pengkajian Keperawatan

2.1.1.1. Identitas Klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin,

Pendidikan, Pekerjaan, Suku / Bangsa, Agama, Tanggal

masuk RS, Tanggal pengkajian, No. RM, Diagnosa Medis,

Alamat

2.1.1.2. Identitas Penanggung jawab : meliputi Nama, Umur, Jenis

kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Hub. Dengan

klien.

2.1.1.3. Riwayat Kesehatan :

1. Keluhan utama :

Menurut Sari, Kumala. (2011). Pada penderita dermatitis

biasanya akan ditemukan keluhan gatal pada kulit, suhu

tubuh meningkat/demam, kemerahan, kering, edema

disertai nyeri, dan rasa terbakar pada kulit. Keluhan

tersebut bisa muncul tergantung bagaimana respon kulit

dari masing-masing orang

2. Riwayat penyakit saat ini :

Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami

rasa gatal-gatal pada kulit yang dapat menimbulkan lesi

akibat adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa

7
8

meningkat/demam, kemerahan, edema disertai rasa

nyeri, rasa terbakar/panas pada kulit. Keluha-keluhan

yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh penderita

sehingga penderita harus datang ke pelayanan kesehatan

3. Riwayat penyakit terdahulu :

Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa

disebakan oleh adanya riwayat alergi terhadap bahan-

bahan tertentu, kemudian juga dilihat dari sensitivitas

kulit seseorang itu sendiri.

4. Riwayat penyakit keturunan :

Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada

penyakit keluarga yang sama dengan yang dialami

penderita, selain itu pada anak-anak sering ditemukan

alergi terhadap bahan tertentu yang mungkin diketahui

oleh keluarganya

2.1.1.4. Pemeriksaan Fisik (Review of System/ROS), Menurut

Kusuma, Hardhi. 2015 meliputi :

1. Keadaan umum :

Keadaan umum yaitu menunjukkan kondisi pasien secara

umum akibat penyakit atau keadaan yang dirasakan

pasien yang dilihat secara langsung oleh pemeriksa dan

dilakukan penilaian
9

2. Tingkat Kesadar :

Tingkat kesadar tersebut bisa dilihat berdasarkan kondisi

pasien : Kompas metis, Apatis, Samnole dan Delirium

3. Tanda-tanda vital :

Melipti : tekana darah, nadi, pernapas dan suhu

4. Pemeriksaan kepala dan rambut

a. Inspeksi meliputi: lingkar kepala, bentuk,

kesimetrisan, adanya lesi atau tidak kebersihan

rambut dan kulit kepala, warna rambut, jumlah dan

distribusi rambut.

b. Palpasi apakah terdapat benjolan atau penonjolan

di kepala.

5. Pemeriksaan wajah

a. Inspeksi meliputi: warna kulit, pigmentasi, bentuk

dan kesimetrisan. adanya kemerahan atau tidak

karena dermatitis bias menyerang bagian kulit

manapun

b. Palasi apakah terdapat nyeri tekan dan edema pada

daerah wajah.

6. Pemeriksaan mata

a. inspeksi yang meliputi: bentuk, kesimetrisan, alis

mata, bulu mata, kelopak mata, warna konjuntiva


10

dan sclera (anemik atau ikterik), penggunaan

kacamata dan respon terhadap cahaya.

b. Palasi apakah terdapat nyeri

7. Pemeriksaan telinga

a. Inspeksi meliputi: bentuk dan ukuran telinga,

kesimetrisan, integritas, posisi telinga, liang telinga

(apakah terdap serumen atau tanda-tanda infeksi)

dan apakah menggunakan alat bantu dengar.

b. Palpasi apakah terdapat nyeri tekan aurikuler,

mastoid dan tragus.

8. Pemeriksaan hidung dan sinus

a. Inspeksi meliputi: hidung eksternal (bentuk, ukuran,

warna dan kesimetrisan), rongga hidung (apakah

terdap lesi, sekret, sumbatan dan pendarahan),

hidung internal (kemerahan, lesi dan adanya tanda-

tanda infeksi).

b. Palpasi dan perkusi meliputi: frontalis dan

maksilaris (bengkak, nyeri dan sputum deviasi).

9. Pemeriksaan mulut dan bibir

a. Inspeksi dan palpasi struktur luar meliputi: warna

mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatis.

b. Inspeksi dan palpasi strutur dalam meliputi: jumlah

gigi lengkap atau tidak, penggunaan gigi palsu,


11

apakah terdapat pendarahan atau radang gusi,

kesimetrisan, warna dan keadaan langit-langit.

10. Pemeriksaan leher

a. Inspeksi meliputi: warna integritas dan bentuk

simetris.

b. Palpasi kelenjer tiroid meliputi: nodus atau difusi,

pembesaran, batas, konsistensi dan apakah terdapa

nyeri gerakan.

11. Pemeriksaan dada

a. Inspeksi kesimetrisan, bentuk atau postur dada,

gerakan pernapasan (frekuensi, irama dan

kedalaman).

b. Palpasi pergerakan dada, massa dan lesi, adanya

nyeri tekan serta tractile fremitus.

c. Perkusi paru-paru, eksrusi diafragma (konsistensi

dan di badingkan satu sisi dengan sisi lainnya.

d. Auskultasi suara nafas, trachea, bronchus, paru-paru

(dengarkan dengan menggunakan stetoskop).

12. Sistem kardiovaskuler

a. Perkusi ukuran, bentuk dan batas jantung (lakukan

dari arah samping ke tengah dada dan dari atas ke

bawah sampai bunyi redup).


12

b. Auskultasi bunyi jantung, arteri karotis (gunakan

bagian diafragma dengan menggunakan stetoskop

untuk mendengarkan bunyi jantung).

13. Pemeriksaan payudara

a. Inspeksi apakah terdapat integritas kulit pada daerah

payudara.

b. Palpasi bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting dan

penyebaran vena

14. Pemeriksaan abdomen

a. Inspeksi kuadran dan simetris, warna kulit, lesi,

distensi dan pergerakan dinding perut.

b. Auskultasi suara peristaltik (bising usus) di semua

kuadran (bagian diagframa dengan menggunakan

stetoskop).

c. Perkusi semua kuadran mulai dari kuadran kanan

atas bergerak searah jarum jam, perhatikan jika klien

merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.

15. Sistem integumen

biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang akut

terutama priritus (sebagai pengganti dolor),

kemerahan (rubor),  gangguan fungsi kulit (function

laisa), terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang

berkelompok yang kemudian membesar, terdapat


13

bula atau pustule,hiperpigmentai atau hipopigmentasi.

Adanya nyeri tekan,  edema atau pembengkakan, serta

kulit bersisik

16. Pemeriksaan ekstremitas meliputi ekstremitas atas dan

bawah yaitu pergerakan, kontraktur, integritas ROM,

apakah terdapat nyeri tekan, adanya pembengkakan

pada daerah ekstremitas bawah maupun atas, kekuatan

dan tonus otot.

2.1.1.5.Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan darah lengkap)

2.2.1.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda (2016), diagnosa keperawatan yang muncul pada

klien dengan demarmatitis antara lain, yaitu :

2.1.2.1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi,

perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan

kulit.

2.1.2.2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, adanya

vesikel atau bula, erosi, papula, garukan berulang

2.1.2.3. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan

dengan kurangnya sumber informasi.

2.2.1.1.3 Intervensi Keperawatan

2.1.3.1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi,

perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan

kulit.
14

a. Tujuan dan kriteria hasil : kulit klienmenunjukkan

adanya perbaikan dengan kriteria hasil : Klien akan

mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang

baik dan turunnya peradangan.

b. Intervesi dan rasional :

1) Mandi sekali sehari selama 15 – 20 menit.

Segera oleskan salep atau krim yang telah

diresepkan setelah mandi.

Rasional : dengan mandi air akan meresap

dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab

selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk

mencegah penguapan air dari kulit.

2) Gunakan air hangat jangan panas.

Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi

yang akan meningkatkan pruritus ( gatal-gatal ).

2.1.3.2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, adanya

vesikel atau bula, erosi, papula, garukan berulang

a. Tujuan dan kriteria hasil : Nyeri dapat berkurang

dengan kriteria hasil : Nyeri berkurang/ terkontrol,

menunjukkan ekspresi wajah atau postur tubuh rileks

b. Intervesi dan rasional :

1) Observasi keluhan nyeri, intensitas skala nyeri (0-

10 )
15

Rasional : dapat mengidentifikasi terjadinya

komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya.

2) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam .

Rasional : membantu klien untuk mengurangi

persepsi nyeri

2.1.3.3. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan

dengan kurangnya sumber informasi.

a. Tujuan dan kriteria hasil : Memiliki pemahaman

terhadap perawatan kulit dengan kriteria hasil : klien

dapat mengerti cara merawat diri

b. Intervensi dan rasional :

1) Tentukan apakah pasien mengetahui (memahami

dan salah mengerti) tentang kondisi dirinya.

Rasional : Memberikan data dasar untuk

mengembangkan rencana penyuluhan

2) Berikan edukasi tentang penyakit dermatitis

Rasional : dapat meningkatkan pengetahuan

2.1.4 Implementasi.

Menurut Donna L. Wong, dkk.(2009). Implementasi adalah

tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam

bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki

perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi


16

yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling

percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,

kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan

kemampuan evaluasi.

2.1.5 Evaluasi.

Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sitematis

dalam mengumpulkan, mengorganisasi, menganalis, dan

membandingkan status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang

diinginkan, serta menilai derajat pencapaian hasil klien.

Menurut Nanda NIC NOC (2015), evaluasi disusun dengan

mengunakan SOAP antara lain:

2.1.5.1. S: adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan

secara subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan.

2.1.5.2. O: adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif setelah

implementasi keperawatan.

2.1.5.3. A: merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon

subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan

kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada

tujuan rencana keperawatan klien.


17

.2. Konsep Umum Tentang Nelayan

.2.1. Pengertian

Nelayan dalam Ensiklopedia Indonesia dinyatakan sebagai

orang- orang yang secara aktif melakukan penangkapan ikan, baik

secara langsung maupun tidak langsung sebagai mata pencaharian.

Sedangkan menurut UU No.45 Tahun 2009 – Perikanan, Nelayan

adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan

ikan. (Eko Wahyudi, Achmad, 2013)

Nelayan bukanlah suatu identitas tunggal, mereka terdiri

dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap,

nelayan dapat di bedakan menjadi tiga kelompok , yaitu nelayan

buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh

adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain.

Sebaliknya Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat

tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan per-

orangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri,

dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. (Fauzi,

Akhmad, 2010)

2.2.2. Kelompok Nelaya

Menurut Fauzi, Akhmad, (2010), membagi kelompok nelayan dalam

empat kelompok yaitu:


18

2.2.2.1 Nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang

menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan

sendiri.

2.2.2.2 Nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers), yaitu

nelayan yang sedikit banyak memiliki karakter yang sama

dengan kelompok pertama, namun memiliki juga hak

untuk melakukan aktivitas secara komersial walaupun

dalam skala yang sangat kecil

2.2.2.3. Nelayan rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang-

orang yang secara prinsip melakukan kegiatan

penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan atau

berolah raga.

2.2.2.4. Nelayan komersial (commercial fishers), yaitu mereka

yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau

dipasarkan baik untuk pasar domestic maupun pasar

ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi dua, yaitu nelayan

skala kecil dan nelayan skala besar.

2.2.3. Klasifikasi nelayan berdasarkan kelompok kerja :

2.2.3.1. Nelayan Perorangan

Nelayan perorangan merupakan nelayan yang memiliki

peralatan tangkap ikan sendiri, dalam pengoprasiannya

tidak melibatkan orang lain.


19

2.2.3.2. Nelayan Kelompok Usaha Bersama (KUB)

Nelayan KUB merupakan gabungan dari minimal 10 orang

nelayan yang kegiatan usahanya terorganisir dan tergabung

dalam kelompok usaha bersama non-badan hukum.

2.2.3.3. Nelayan Perusahaan

Melayan perusahaan merupakan nelayan pekerja atau pelaut

perikanan yang terkait dengan perjanjian kerja kelautan

dengan badan usaha perikanan.

2.3. Tinjauan Umum Tentang Dermatitis Kontak

2.3.1. Pengertian

Dermatitis merupakan penyakit kulit yang umunya dapat

terjadi secara berulang-ulang terhadap seseorang dalam bentuk

peradangan kulit (epidermis dan dermis ) sebagai respon tehadap

pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, yang

menimbulkan kelainan klinis berupa lisensi polimorfik (eritema,

endema, papul, vesikel, skuama,) dan keluhan gatal (Siti, 2010).

Dermatitis Kontak ( dematitis venenata) merupakan reaksi

inflamasi kulit terhadap unsur-unsur fisik, kimia atau biologi.

Epiderms mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang

berulang-ulang. Dermattis kontak bisa berupa tipe iritan primer

dimana reaksi nonalergik terjadi akibat pejanan orang yang sensitif

terhadap alergen kontak (Nurul, 2010).


20

Penyebab Dermatitis kontak yang lajim dijumpai adalah

sabun, deterjen, pelumas, pembersi da zat kimia industri. Faktor

presiposisinya mencankup keadaan panas dan dingin ang ekstrim,

kontak yang freken dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang

sudah ada sebelunya

2.3.2. Jenis-jenis dermatitis kontak

Terdapat dua bentuk jenis dermatitis kontak yakni:

dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA)

2.3.2.1. Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak iritan adalah kelainan kulit akibat

kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui

kerja kimiawi maupun fisik bahan irian merusak lapisan

tandus, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-

bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran

untuk merusak lisososm, mitokondria dan komponen-

komponen inti sel, bahan iritan antara lain deterjen, bahan

pembersi perlatan rumah tangga dan sebagainya.

2.3.2.2. Dermatitis Kontak Alergik

Dermatitis Kontak Alergik adalah respon alergik

yang didapat bila berkontak dengan bahan bahan yang

bersifat sensitiser/alergen. Contah bahan yang dapat

memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis

pengwangi, perwarna, nikel, obat-obatan dan sebagainya.


21

Adanya kontak dengan beberapa jenis bahan tertentu

dapat memicu reaksi setelah terkenan panjana sinar

matahari. Hal ini disebabkan karena beberapa substansi

dengan berat molekul rendah akan berubah menjadi bahan

iritan primer ataupun bahan sensiter bila terpanjan oleh

sinar matahari. Bahan-bahan inikan meningkatkan

reaktifitas kulit terhadap pajanan sinar matahari.

Tabel 2,1 Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik

No Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik

1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer


2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak berulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4 Gejala Nyeri atau kulit terasa Gatal
terbakar
6 Pemeriksaa Ttidak ada tes Patch atau prick
n
Sumber : Sari, Kumala. (2011)

Perbedaan antara dermatitis kontak iritan dan alergik

adalah bila dermatiti kontak iritan terjadi karena adanya

penurunan kemampuan kulit dalam regenerasi sehingga

mudah teritasi. Jika dermatitis kontak alergik, paparan yang di

sebabkan bahan iritan dapat menyebabkan reaksi

hipersensivitas dan peradangan kulit yang hanya dapat terjadi

jika seseorang mempunyai alergi, sehinga akan merusak

lapisan epidermis.
22

2.3.3. Mekanisme Tejadinya Dermatitis.

Menurut Petter ( 2015), mekanisme terjadinya dermatitis terbagi

atas beberapa, antaranya yaitu :

2.3.3.1. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

Dermatitis kontakiritan merupakan reaksi inflamasi

lokal pada kulit yang bersifat non imunologik, ditandai

dengan adanya eritema dan edema setelah terjadi pajanan

bahan yang kotaktan dari luar. Bahan kotaktan ini dapat

berupa bahan fisika atau kimia yang dapat menimbulkan

reaksi secara langsung pada kulit. Bahan iritan merusak

lapisan tanduk, menyinkirkan lemak lapisan tanduk

sehingga akan merusak lapisan kulit

2.3.3.2. Dermtitis Kontak Alergi (DKA)

Dermatitis Kontak Alergi didasari oleh reaksi

imunologis berupa reaksi hipersensitif tipe lambat dengan

perantara sel limfosit. Terdpat dua tahap terjadinya

dermatitis kontak alergi, yaitu tahap induksi (sensivitas )

dan tahap elisitasi. Tahap sensivitas di mulai dengan

masuknya antigen (hapten berupa bahan iritan) melalui

epidermis. Kemudian sel lagerhans yag terdapat di

epidermis menangkap antigen tersebut selanjutya akan

diproses dan diinterprestasikan pada sel limfosit T.

Limfosit T mengalami ploriferasi dan direferensiasi pada


23

kelenjar getah bening, sehinga terbentuk limfosit T

tersensivitas.

2.3.4. Manefestasi Klinik

Menurut Djauzi, Samsuridjal (2010). Secara umum

manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif ada tanda–

tanda radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor).

Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor),

edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function

laisa). Sedangkan secara obyektif, biasanya batas kelainan tidak

tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak

atau berturut-turut, Jika terjadi reaksi yang terjadi berulng –ulang

atau bila pasien terus- menerus manggaruk-garuk kulitnya,

penebalan kulit. (likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna)

akan terjadi invasi bakteri sekunder timbul.

2.3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Menurut Rohmah & Walid S,(2016). Dermatitis Kontak merupakan

penyakit kulit multifaktoral yang dipengaruhi oleh faktor eksogen

dan endogen,

2.3.5.1. Faktor eksogen

Faktor yang memperparah terjadinya dermatitis kontak

sebernarnya sulit diprediksikan. Beberapa faktor berikut


24

diangap memiliki pengaruh terhadap terjadinya dermatitis

kontak.

2.3.5.2. Karateristik bahan kimi

Meliputi pH bahan kimia (bahan kimia dengan pH terlalu

tunggi >12 atau terlalu rendah <3 dapat menimbulkan

gejala iritasi segera setela terpapar, sedangkan pH yang

sediit lebih tinggi >7 atau sedikit lebih rendah <7

memerlukan paparan berulang untuk mampu timbulkan

gejala), jumlah dan konsentrasi (semakin pekat

konsentrasi kimia semkain maka banyak pula bahan kima

yang terpapar dansemaki poten untuk merusak lapisan

kulit), berat molekul (molekul dengan berat <1000 dalton

sering menyebabkan dermatitis kontak, biasanya jenis

dermatitis kontak alergi) kelarutan dari bahan kimia yang

dipengaruhi oleh sifat ionisai dan polarisasinya (bahan

kimia dengan sifat lipofilit akan mudah menembus stratum

korneum kulit masuk mencapai sel epidermis).

2.3.5.3. Karateristik Paparan

Semakin lama durasi paparan dengan bahan kimia maka

semakin banyak pula bahan yang mampu masuk ke kulit

sehinga semakin paten pula untuk timbulkan reaksi, tipe

kontak (kontak melalui udara maupun kontak langsung


25

dengan kuli), paparan dengan lebih dari satu bahan kimia

(adanya interaksi lebih dari satu bahan kimia dapat bersifat

sinergis atau antogonis, terkadang satu bahan kimia saja

tidak mampu memberikan gejala tetapi mampu timbulkan

gejala ketika bertemu dengan bahan lain) dan frekuensi

paparan dengan agen.

2.3.5.4. Faktor Lingkungan

Meliputi temperatur ruang (kelembapan udara yang rendah

serta suhu yang dingin menurut komposisi air pada

stratum korneum yang membuat kulita lebih permiabel

terhadap bahan kimia) dan faktor mekanik yang dapat

berupa tekanan, gesekan, juga dapat meningkatkan

permeabilitas kulit terhadap bahan kimia akibat kerusakan

estratum korneum pada kulit (Rohmah N & Walid

S,2016).

2.3.5.5. Faktor Endogen

Yang turut berpegaruh terhadap terjadinya dermatitis

kontak meliputi:

a. Faktor Genetik,

telah diketahui bahwa kemampuan untuk mereduksi

radikal bebas, perubahan kadar enzim antioksidan,

dan kemampuan melindungi protein dari trauma

panas, semuanya diatur oleh genetik. dan predisposisi


26

terjadinya suatu reaksi pada tiap individu berbeda dan

mungkin spesifik untuk bahan kimia tertentu.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin mayoritas dari pasien yang ada

merupakan pasien perempuan di bangdikan laki-laki,

hal ini bukan karen perempuan memiliki kulit yang

lebih rentang, tetapi karena perempuan lebih sering

tepapar dengan bahan iritan dan pekerjaan yang

lembab

c. Usia

Anak dengan usia kurang dari 8 tahun lebih rengtang

terhadap bahan kimia, sedangkan pada orang yang

lebih tua bentuk iritasi dengan gejala kemerahan

sering tidak tampak pada kulit.

d. Ras

Sebernarnya belum ada studi yang menjelaskan tipe

kulit yang mana yang secara signifikal mempengaruhi

terjadinya dermatitis. Hasil studi yang baru,

mengunakan adanya eritema pada kulit sebagai

parameter menghasilkan orang berkulit hitam lebih

resisten terhadap dermatitis, tetapi hal ini bisa terjadi

salah, karena eritema pada kulit hitam sulit terlihat.


27

e. Lokasi kulit

Ada perbedaan yang sinifikan pada fungsi bariel kulit

pada lokasi yang berbeda. Wajah, leher, skurtum dan

punggung tanggan lebih rentan dermatitis

f. Faktor lain berupa perilaku individu : kebersihan

perorangan, hobi dan pekerjaan. Serta penggunaan

alat pelindung diri saat bekerja.

2.3.6. Gambaran Klinis Dermatitis Kontak

Penderita pada umunya mengeluh gatal, kelainan

bergantung pada keparahan dermatitis. Dermatitis kontak alergi

umumnya mempunyai gambar klini dermatitis, yaitu terdapat

efforesensi kulit yang bersifat polimor dan berbatas tegas.

Dermatitis kontak iritan umumnya mempunyai ruam kulit yang

lebih bersifat monomor dan berbatas lebih tegas dibangdingkan

dermatitis kontak alergi (Yuliani,2014).

2.3.6.1. Fase Akut

Pada dermatitis kontak iritan akut. Reaksi ini bisa

beraneka ragam dari nekrosis (korosi) hingga keadaan

yang tidak lebih dari pada sedikit dehidrasi (kering) dan

kemarahan kekuatan reaksi tergantung dari kerengtanan.

Individunya dan pada konsentrasi serta ciri kimiawi

kontak, adanya oklusi dan lamanya serta frekwensi

kontak. Pada dermatitis kontak alergi akut, derajat


28

kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan dan

ada pula yang berat. Pada. yang ringan berupa eritema

(kemerahan) dan edema (bengkak) yang lebih hebat

diserta pula fesikel atau pula (tonjolan berisi cairan) yang

lebih pecah akan terjadi erosi dan eksudasi (cairan) lesi

cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Dalam

fase ini keluhan subjektif berupa gatal.

2.3.6.2. Fase Kronis

Pada dermatitis kontak iritan kronik disebabkan oleh

kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang, bisa

terjadi dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama

berbagai macan faktor. Bisa jadi satu bahan secara sendiri

tidak cukup kuat memyebakan dermatitis kontak iritan,

tetapi bila bergabung dengan faktor lain mampu untuk

menyebabkan dermatitis kotak iritan. Gejala klasik berupa

kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan

terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak

terus berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit

yang disebut fisura. Ada kalahnya kelainan hanya berupa

kulit kering dan skuama tampa eritema, sehinga di abaikan

oleh penderitaan. Setelah kelainan dirasakan mengangu,

baru mendapatkan perhatian pada dermatitis kontak alergi

kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi


29

dan mungkin juga fisura, batasannya tidak jelas kelainan

ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan gejala

klasik tebal dan terjadi likenifikas, batas kelainan tidak

tegas. Bila kontak terus berlangsung maka dapat

menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Ada kalanya

kelainan hanya berup kulit kering skuama tampa eritema,

sehinga diabaikan oleh penderitaan setelah kelainan

dirasakan menggangu baru mendapatkan perhatian. Pada

dermatitis kontak alergi kronis terlihatt kulit kering,

berskuama, papul dan mungkin juga visura, batasannya

tidak jelas. Kelainan ini sulit untuk dibedakan dengan

dermatitis kontak iritan kronis, mungkin penyebabnya

juga campuran. Sifat alergi dapat menimbulkan gambaran

klinisnya bahan kimia karet tertentu (Phenylisopropylp)

bisa menyebabkan dermatitis purpura, dan derivatnya

dapat mengakibatkan dermatitis geranulomtossa.

Dermatitis pigmentosa dapat disebabkan oleh parfum dan

kosmetik

.4 Konsep Penyuluhan Kesehatan

2.4.1. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan

masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan

perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau


30

keuntungan dan perbaikan kesejahteraannya (Kholid, Ahmad, 2012).

Pada dasarnya penyuluhan kesehatan identik dengan pendidikan

kesehatan, karena keduanya berorientasi terhadap perubahan

perilaku yang diharapkan, yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai

kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan

kelompoknya dalam meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo,

2010).

2.4.2.Tujuan Penyuluhan

Menurut Kholid, Ahmad, (2012). Pada umumnya kegiatan

penyuluhan bertujuan untuk mengubah kehidupan masyarakat

menjadi lebih baik dari keadaan yang ada menuju tingkat yang lebih

baik lagi. Perubahan kehidupan masyarakat tersebut dimaksudkan

mencakup setiap bidang, di segala segi, dan dalam semua lapangan.

Agar mencapai sasaran, maka tujuan komunikasi penyuluhan itu

hendaknya :

2.4.2.1. Bermakna (meaningful)

Apakah tujuan tersebut menunjang tujuan program yang

lebih luas? Adakah arti dari tujuan komunikasi tersebut bagi

seluruh kegiatan program?

2.4.2.1. Realistik

Apakah tujuan dimaksud merupakan sesuatu yang memang

benar- benar mungkin dicapai?


31

2.4.2.3. Jelas

Sehingga orang lain di luar instansi yang bersangkutan

dapat mengerti dengan mudah mengenai apa tujuan ynag

hendak dicapai.

2.4.2.4. Dapat diukur (measurable)

Dapat diukur apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak?

2.4.3. Metode Penyuluhan

Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan

kesehatan adalah ( Notoatmodjo, 2010 ) :

2.4.3.1. Metode Ceramah

Metode Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan

menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan

kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh

informasi tentang kesehatan.

2.4.3.2. Metode Diskusi Kelompok

Metode Diskusi Kelompok adalah pembicaraan yang

direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik

pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan

seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.

2.4.3.3. Metode Curah Pendapat

Metode Curah Pendapat adalah suatu bentuk pemecahan


32

masalah dimana setiap anggota mengusulkan semua

kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh

masing – masing peserta, dan evaluasi atas pendapat –

pendapat tadi dilakukan kemudian.

2.4.3.4. Metode Panel

Metode Panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan

di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik,

diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang

pemimpin.

2.4.3.5. Metode Bermain peran

Metode Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi

dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan,

dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai

bahan pemikiran oleh kelompok.

2.4.3.6. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan

pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah

dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana

cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan

menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap

kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.


33

2.3.3.7. Metode Simposium

Metode Simposium adalah serangkaian ceramah yang

diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang

berlebihan tetapi saling berhubungan erat.

2.3.3.8. Metode Seminar

Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul

untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan

seorang ahli yang menguasai bidangnya.


7
8
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Studi Kasus

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian

deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan

yaitu melakukan pengumpulkan data yang dimulai dari data pengkajian,

menentukan diagnosis, melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan dan

melakukan evaluasi keperawatan kepada pasien dengan dermatitis kontak

dalam penatalaksanaan pendidikan kesehatan tentang pencegahan terjadinya

dermatitis kontak berulang di wilayah kerja Puskesmas Ohoitahit.

3.2. Subjek Studi Kasus

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian,

(Nursalam,2010). Subjek pada studi kasus ini adalah nelayan dengan

dermatitis kontak dalam penatalaksanaan pendidikan kesehatan tentang

pencegahan terjadinya dermatitis kontak berulang.

Pada studi kasus ini, subjek penelitian yang akan diteliti sebanyak 2

subjek dengan kriteri :

3.2.1. Kriteria Inklusi:

3.2.1.1.Nelayan dengan penyakit dermatitis yang berada pada

wilayah kerja Puskesmas Ohoitahit

3.2.1.2.Nelayan dengan penyakit dermatitis yang dapat

berkomunikasi dengan baik.

34
35

3.2.1.3.Nelayan dengan penyakit dermatitis yang bersedia menjadi

responden.

3.2.2. Kriteria Eksklusi:

3.2.2.1. Nelayan dengan penyakit dermatitis yang tidak berada pada

wilayah kerja Puskesmas Ohoitahit

3.2.2.2. Nelayan yang tidak mengalami penyakit dermatitis

3.2.2.3. Nelayan yang tidak bersedia menjadi responden.

3.2. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus identik dengan variabel penelitian yaitu perilaku atau

karakteristik yang memberikan nilai berbeda terhadap sesuatu (Nursalam,

2011). Fokus studi kasus dalam penelitian ini adalah untuk memberikan

pendidikan kesehatan kepada nelayan dengan dermatitis kontak

3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian, (Nursalam,

2010).

3.4.1. Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan yang diberikan

oleh seorang perawat dalam mengatasi masalah keshatan klien

3.4.2. Dermatititis kontak adalah salah satu jenis penyakit kulit yang

disebabkan oleh iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang.

3.4.3. Pendidikan kesehatan adalah memberikan penjelasan kepada klien

tentang bahayanya penyakit dermatitis


36

3.5. Instrumen Studi Kasus

Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan instrument yaitu lembar

pengkajian dan lembar observasi yang digunakan oleh institusi. Data yang

diperoleh dari  suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai

bukti (evidence) dari suatu penelitian

3.6. Tempat dan Waktu Studi Kasus

3.6.1. Tempat :

Studi kasus ini akan dilakukan di Desa Ohoitahit wilayah kerja

Puskesmas Ohoitahit

3.6.2. Waktu :

Studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2020.

3.7. Pengumpulan Data

3.7.1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan atau

mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan

penderian secara lisan dari seorang narasumber (responden) dan

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini sumber data diperoleh

dari wawancara terhadap klien dan keluarga.

3.7.2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien secara sistematis dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi (Notoatmodjo 2010), pada studi kasus ini dilakukan

pemeriksaan dari ujung rambut hingga ujung kaki klin.


37

3.7.3. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang terencana, antara lain

meliputi: melihat, mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang

ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo,

2010). Pada studi kasus ini yang diobservasi adalah keadaan umum,

tanda-tanda vital, keadaan kulit yang terpapar

3.7.4. Studi dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-

hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

notulen dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini

pendokumentasian diperoleh dari asuhan keperawatan yang akan

dilaksanakan

3.8. Analisa Data dan Penyajian Data

Dalam penelitianini, analisis data dilakukan dengan cara mengukur secara

sistematis pedoman pengkajian, selanjutnya memproses data dengan

tahapan pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

3.9. Penyajian Data

Penyajian data dalam studi kasus ini akan disajikan dalam bentuk tekstular

dan dijabarkan dalam bentuk narasi untuk mengetahui hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Hasil dari penelitian studi kasus ini akan disusun

dalam bentuk narasi secara mendalam dan terperinci tentang pemberian

penyuluhan kesehatan pada nelayan dengan dermatitis


38

3.10. Etika Studi Kasus

Menurut Notoatmodjo (2010), Masalah etika keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi penelitian

harus diperhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

3.10.1. Bebas dari penderitaan yaitu penelitian harus dilaksanakan tanpa

mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika

menggunakan tindakan khusus.

3.10.2. Bebas dari esploitasi dan partisipasi yaitu subjek harus dihindarkan

dari keadaan yang tidak menguntunkan.

3.10.3. Hak untuk ikut atau tidak ikut menjadi responden yaitu hak untuk

mendapatkan jaminan dari perlakukan yang diberikan.

3.10.4. Informed consent yaitu hak untuk mendapatkan keadilan serta hak

untuk dijaga kerahasiaanya


35
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, D. C., Suddarth, J., H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


EGC.

Donna L. Wong, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Ed. 5, Jakarta :
EGC

Dona L. Wong. (2012). Keperawatan Pediatri. Ed. 4, Jakarta : EGC

Eko Wahyudi, Achmad, 2013, SKRIPSI, Pemberdayaan Masyarakat Nelayan


Oleh Kelompok Nelayan Di Desa Palang Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban (Surabaya : IAIN Sunan Ampel).
https://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 20 februari 2020

Fauzi, Akhmad, (2010), Ekonomi Perikanan, Jakarta : Gramedia Pustaka

Kowalak, Jenifer.(2011).Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC

Kholid, Ahmad, (2012). Promosi Kesehatan dengan pendekatan teori prilaku,


media, dan aplikasinya. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam
Terbitan (KDT). Jakarata : Rajawali Pers. https://www.scribd.com.
Diakses pada tanggal 20 februari 2020

Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta:Mediction.

Nanda Nic-noc.(2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Ed.Revisi Jilid

Nursalam (2010). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Empat.

Notoatmodjo (2010). Etika Penelitian Kesehatan Jakarta: Salemba

Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Promosi kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Potter, P. A., Perry, A. G. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC.

Puspito I,(2015). Pengobatan Mandiri di Rumah. Yogyakarta : BANGKIT.


Potter & Perry (2006).Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol. II.EGC: Jakatra

Rohmah N & Walid S,(2016). Proses Keperawatan Teori Dan Aplikasi.


Jogjakarta : AR-Ruszz Media.

Register Pasien Rawat jalan Puskesmas Ohoitahit. (2017-2019).

Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan SistemIntegumen.Jakarta:


Nuha Medika

Siti dan Nurul. 2010. Pertolongan Pertama di laut. Jakarta : Tim Redaksi Duta
Nusindo. https://jurnal.ugm.ac.id. Diakses Pada Tanggal 20 Februari
2020.

Samsuridjal Djauzi, (2010). Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Tim Redaksi Duta


Nusindo. https://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 20 februari
2020

Anda mungkin juga menyukai