Anda di halaman 1dari 45

CEDERA MEDULA SPINALIS

Nuh Huda
Pendahuluan
Cedera kepala berat

Cedera fasial
Jejas di leher /tengkuk
Fraktur klavikula
Kesemutan eks atas atau atas at bawah
Kelemahan eks bawah at atas bawah

Curiga
Cedera medula spinalis
DE FINIS I

Cedera medulla spinalis merupakan pergeseran atau


fraktur pada satu atau lebih vertebra yang
menyebabkan kerusakan medulla spinalis dan saraf
sehingga terjadi defisit neurologis parsial atau total di
bawah level cedera berupa gangguan persepsi sensori,
paralisis atau keduanya.
Mekanisme:
Trauma langsung
Kompresi fragmen
tulang/hematom/
tekanan diskus
Iskemia karena
pergeseran arteri spinalis
ETIOLOGI
Kecelakaan lalu lintas.
Cedera karena pekerjaan
Cedera olah raga
Cedera karena penyerangan.
Cedera paling sering karena trauma tumpul
yang menyebabkan fraktur, dislokasi dan
subluksasi vertebra meskipun dapat terjadi
karena trauma tajam akibat luka tembak atau
luka tikam (Cohn, 2007).
National Spinal Cord Injury
data USA
Kecelakaan motor 44.5%
Jatuh 18.1%
Kekerasan 16.6%
Olahraga 12.7%

55% kasus terjadi pada usia 16 - 30 tahun


81.6% laki
Acute Spinal Cord Injury Unit (2007)
South African
Kecelakaan motor 56%
Jatuh 16%
Cedera tembak 11%
Cedera tumpul 6%
Kecelakan diving 5%
Luka tumpul 4%
Cedera olahraga 3%
Anatomi
Medula spinalis
• Meluas dari
Medula oblongata - L1
• Bagian bawah medula spinalis

membentuk konus medularis


Terdiri dari 31 pasang saraf spinal
8 servikal
12 torakal
5 lumbar
5 sakral
1 koksigeus
Akar Dorsal
(serabut sensorik)
Akar Ventral
(serabut motorik)
Akar dorsal/ventral
bergabung di foramen
intervertebral membentuk saraf spinal
Meninx spinal
Fisiologi dan funksi
Substansia grisea - sel sensoris dan motorik

Substansia alba - traktus asendens dan


desendens

Dipisahkan menjadi - dorsal


- lateral
- ventral
Traktus sensorik
1. Kolumna posterior :

• Fine touch
• Light pressure

• Proprioception
2. Traktus kortikospinal
lateral :
Gerakan volunter trampil

3 Traktus spinotalamikus
lateral
Sensasi nyeri dan suhu
•Kolumna posterior dan traktus kortikospinal
spnal lateral menyilang di medulla oblongata

•Traktus spinotalamikus menyilang di medula


spinalis dan berjalan di sisi yang berlawanan

NB : mengetahui lokasi harus mengerti


gambaran klinik dan keluhan penderita
Dermatom
•Area di kulit yang disarafi akson
sensorik di akar saraf segmental
khusus
• Perlu pengetahuan untuk
menentukan level sensorik, juga
menilai perbaikan kerusakan.
DERMATOM
Miotom
• Akar saraf segmental yang meng inervasi otot
• Penting menentukan level cedera

• Ekstremitas atas :
C5 - Deltoid
C 6 - Ekstensor tangan
C 7 - Ekstensor siku
C 8 - Flexors jari
T 1 - Otot tangan kecil
• Ekstremitas bawah:
L2 - Eleksor sendi panggul
L3,4 - Ekstensor lutut
L4,5 - S1 Fleksi lutut
L5 - Dorsifleksi sendi kaki
S1 - Plantar fleks sendi kaki
KLASIFIKASI CEDERA
MEDULA SPINALIS
Tetraplegia (kuadriplegia)
merupakan cedera medula spinalis di
bagian servikal yang menyebabkan
hilangnya kekuatan otot pada keempat
ekstremitas.
Paraplegia
merupakan cedera medula spinalis,
segmen torakolumbal atau sakral
termasuk cauda equina dan conus
medullaris.
SEDANGKAN KLASIFIKASI BERDASARKAN
AMERICAN SPINAL INJURY ASSOCIATION (ASIA)
DIBAGI MENJADI KLASIFIKASI A, B, C, D DAN E.
• A. Komplit: tidak ada fungsi motorik dan sensorik di segmen
sakral S4-S5.
• B. Inkomplit: fungsi sensorik masih baik, tetapi fungsi motorik
terganggu sampai segmen S4-S5
• C. Inkomplit: fungsi motorik terganggu di bawah level
neurologis, tapi otot motorik utama mempunyai kekuatan <3.
• D. Komplit: fungsi motorik terganggu di bawah level
neurologis, tapi otot motorik utama mempunyai kekuatan >3.
• E. Normal: fungsi motorik dan sensorik normal.
Cedera medula spinalis paling sering pada C5. Paraplegia
lebih sering akibat cedera pada T12 (Chin, 2012).
Cedera Spinal
Saraf servikal

Saraf torakal

Saraf lumbal

Saraf sakral
MANIFESTASI KLINIK
Tingkat cedera Efek cedera

C1-C3 Kuadriplegia, paralisis diafragma, kelemahan atau paralisis otot aksesori, paralisis otot
interkostal dan abdominal

C4-C5 Kuadriplegia, menurunnya kapasitas paru, diafragma mungkin mengalami


paralisis/kelemahan, paralisis interkostal dan abdominal, ketergantungan total dalam
aktivitas sehari-hari

C6-C7 Kuadriplegia, fungsi difragma baik, beberapa gerakan tangan memungkinkan untuk
melakukan sebagian aktivitas sehari-hari.

C7-C8 Kuadriplegia dengan keterbatasan menggunakan jari tangan, kemandirian meningkat

T1-T6 Kelemahan/paralisis interkostal, paralisis otot abdomen

T7-T12 Kelemahan/paralisis otot abdominal

L1-L2 dan atau di Paraplegia dengan fungsi tangan masih baik, kehilangan fungsi sensorik dan motorik,
bawahnya kehilangan fungsi defekasi dan berkemih
Transfer Checklist
lmmobilisasi spinal NG insitu
Risiko airway di identifikasi Foley kateter
ETT bila PaCO2 = Skin is protected
50mmHg at lebih besar Level SCI ditentukan
Supplement O2
X-rays, CT, MRI
Bantuan ventilasi (k/p)  kontak keluarga di
M PrednisolonSS bila dokumentasikan
sesuai
Pendekatan
Sistem Oriented
• Airway ( A )
• Breathing ( B )

• Circulatory ( C )

Klassifikasi Neurologik
Imajing Spinal
• Sistem Gastrontestinal
• Sistem Genitourinaria

• Kulit
Methyl Prednisolon
Suksinat Evidence
• NASCIS II (1992)
- 30mg/kg IV loading dose + 5.4 mg/kg/hr
(over 23hr), efektif bila diberikan dalam
8 jam cedera

• NASCIS III (1997)


-Bila dimulai kurang 3 jam lanjutkan
sampai 24 jam, jika dimulai 3-8 jam
setelah cedera, lanjutkan sampai 48 jam
hrs, (morbiditas lebih tinggi -
meningkatnya sepsis dan pneumonia
Both studies criticized for methodology
Methyl Prednisolon Suksinat
Clinically Effective ?
 Meta-analysis menunjukkan tidak
cukup bukti untuk menyokong
penggunaan dosis besar MPSS pada
ASCI sebagai terapi standard at as a
guideline untuk terapi.
 bukti klinis lemah untuk menyokong
MPSS pada NASCIS II tapi bukan
protocol NASCIS III sbg pilihan terapi

Canadian Association of Emergency Physicians Jan 2003


Airway

•Risiko dihubungkan dengan level


cedera
• Keputusan intubasi
• Intervensi Airway
Risiko dihubungkan dengan level cedera

• Fungsi Ventilasi
-C1 - C7 = accessory muscles
-C3 - C5 = diaphragm
“C3-4-5 keeps the diaphragm alive!”

-T1 - T11 = intercostals


-T6 - L1 = abdominals
Keputusan Intubasi
•Kebutuhan Airway biasanya dihubungkan dengan
respirasi :

-Hilangnya innervasi diaphragm


(C 3-4-5 keep the diaphragm alive)
-Kelemahan inervasi respirasi otot pernafasan
-Hipoventilasi
-Retensi sekresi
-Cedera multipel
Keputusan intubasi
dihubungkan dengan level neurologi

• Cedera Oksiput - C3
(ASIA A & B)
-Perlu intubasi segera dan ventilasi
karena hilangnya inervasi
diaphragma
Breathing
Funksi Batuk
• C1-C3 = tidak ada
• C4 = non-funksional
• C5-T = non-functional
• T2-T4 = lemah
• T5-T10 = jelek poor
• T11 & dibawah = normal
Breathing cont’d
Vital Capacity (acute phase)
• C1-C3 = 0 - 5% of normal
• C4 = 10-15% of normal
• C5-T1 = 30-40% of normal
• T2-T4 = 40-50% of normal
• T5-T10 = 75-100% of normal
• T11 and below = normal
C 3,4,5 ….
Keep the
Diaphragm Alive!
Breathing
• Intervensi
-terapi O2
-Bantuan ventilasi PRN
-Medikasi (bronchodilators)
-Posisi dan mobilisasi
-Chest fisioterapi
-Bantuan Cough
Circulatory
Spinal Shock Neurogenic Shock

• Supresi temporer pada


semua aktivitas refleks
• Response tubuh terhadap
dibawah jevel cedera kehilangan tiba2 kontrol
simpatik
• Terjadi segera setelah
cedera.
• Intensitas & lamanya ber • Syok Distributiif
variasi dengan level &
tingkat cedera • terjadi pada seseorang
• Bila udah ada Bulbo dengan SCI diatas T6 (> 50%
cavenosus refleks,syok spinal kehilangan lnervasi simpatik )
selesai
• Catt : Syok adalah salah satu kondisi klinis yang paling sering
didiagnosis,tetap saja kompleksitasnya masih sulit dipahami
hingga saat ini. Bahkan definisi yang paling memadai untuk
menjelaskannya masih kontroversial terutama karena
presentasi variabel dan etiologinya yang memang sangat
multifaktorial (Cheatham, 2003).
• Syok distributif diartikan sebagai maldistribusi aliran darah oleh
karena adanya vasodilatasi perifer sehingga volume darah yang
bersirkulasi secara efektif tidak memadai untuk perfusi jaringan
(Kamus Dorland, 2006). Seperti halnya tipe kolaps
kardiovaskular lainnya, syok distributif juga dikarakterisasi oleh
perfusi jaringan yang inadekuat, dengan manifestasi klinis
berupa perubahan kondisi mental, takikardi, hipotensi, maupun
oliguria (Weil, 2007). Contoh klasik dari syok distributif adalah
syok septik, akan tetapi, keadaan lain vasodilatasi akibat faktor
lain juga dapat menimbulkan syok distributif seperti: pacuan
panas (heat stroke), anafilaksis, syok neurogenik, dan systemic
inflamatory response syndrome (SIRS).
Tanda klinik Syok Neurogenik

Trias Klinik
 Hipotensi

 Bradikardia

 Hipotermia
SYOK NEUROGENIK

•Satu tipe syok disribuitif akibat hilangnya tonus


simpatik
•Menyebabkan vasodilatasi masif pada venous
vasculature,  venous return ke jantung , 
cardiac output.
• Penyebab paling sering cedera spinal diatas T 6
• Bentuk syok yang jarang
Patofisiologi Syok Neurogenik
Distrupsi sistem saraf simpastik
Hilangnya tonus simpatis

Vasodilasi venosa and arteri

Menurunnya venous return

Menurunnya stroke volume

Berkurangnya cardiac output

Berkurangnya suplai oksigen sel

Kekegalan perfusi jaringan

Kegagalan metabolisme sel


Intervensi bradikardia :
• Prevensi:
- Batasi stimulasi vagal
- Hyperventilasi dan hiperoksigenasi
awal suksion
-Berikan premedikasi dengan mengetahui
hipersensitif terhadap stimuli vagal
• Terapi Symptomatik Bradikardia:

-Atropin 0.5 - 1.0 mg IV


Sistem Gastro intestinal
• Risiko aspirasi tinggi :
- Immobilisasi servikal
- Pembengkakan jaringan lunak di lokal
servikal
- Pengosongan lambung terlambat
•Aktivitas refleks Parasimpatis diubah
mengakibatkan :
- Menurunnya motilitas lambung
- sering ileus paralitik yang lama
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN

Kaji mekanisme dan lokasi cedera


Survey umum primer difokuskan pada pengkajian A, B, C dan
implementasi keselamatan
Survey sekunder dengan pengkajian lengkap dalam 48 jam
pertama.
Kaji kemampuan pasien merasakan nyeri tumpul berdasarkan
dermatom.
Pengkajian rektal membantu menentukan SCI komplit/inkomplit.

Kaji tanda syok neurogenik yang sering terjadi dalam 30-60 menit

Kaji respon psikososial pasien dan keluarga.


DIAGNOSA KEPERAWATAN &
INTERVENSI KEPERAWATAN

Pola napas tidak • Monitoring pernapasan


efektif

• Terapi aktivitas: ambulasi


Kerusakan • Terapi aktivitas: mobilitas sendi
mobilitas fisik
• Pengaturan posisi

• Perawatan retensi urine


Retensi urine
Risiko kerusakan • Perawatan sirkulasi
integritas kulit • Pencegahan luka tekan

Risiko
disrefleksia • Penatalaksanaan disrefleksia
otonom

Koping • Peningkatan koping


individu/keluarga
tidak efektif • Dukungan keluarga

Anda mungkin juga menyukai