Anda di halaman 1dari 5

1.

Nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi :

a. Menyelesaikan persoalan secara damai dan melembaga.


b. Menjamin terselenggaaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah.
c. Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur.
d. Membatasi pemakaian kekerasan sampai taraf yang minimum.
e. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman (diversity).
f. Menjamin tegaknya keadilan

2. Penerapan / implementasi :
a. Tinjauan Kasus
Kasus ini terjadi pada tahun 2012 dimana korban bernama Sudeh (42) datang ke
“KLINIK HARAPAN” yang menjadi tempat praktek oknum perawat B di desa Pakong,
Pamekasan.
Ketika itu korban mengeluh pusing-pusing, oleh oknum perawat B disarankan
untuk dibedah karena dibagian punggung korban terdapat benjolan yang diduga sebagai
penyebab penyakit yang dideritanya. Saat itu keluarga korban sudah meminta untuk
dirujuk ke RS setempat, akan tetapi oknum B mengaku sebagai dokter sepesialis bedah
yang bisa melakukan tindakan medis tersebut. Atas saran oknum B tersebut keluarga
korban akhirnya setuju untuk di operasi di klinik oleh oknum perawat B.
Setelah operasi teryata kondisi korban tidak membaik bahkan pandangan mata kian
kabur, pendengaran terganggu dan kemudian lumpuh. Lalu keluarga korban memeriksakan
ke RS DR.Soetomo, surabaya. Hasil pemeriksaan menyatakan sarafnya ada yang putus
akibat operasi yang dilakukan oleh oknum perawat B tersebut.
Pada tanggal 18 september 2013 korban akhirnya meninggal dunia dan keluarga
korban melaporkan kasus ini ke mapolres pamekasan.
Dari antarajatim.com tanggal 26 september 2013 diberitakan tim penyidik polres
pamekasan menjerat pasal berlapis pada oknum perawat B yang teryata perawat IGD
RSD.Pamekasan karna terbukti melakukan malpraktik hingga menyebabkan pasienya
meninggal dunia. Oknum B juga mengaku sebagai dokter sepesialis bedah dan membuka
praktik pengobatan yang seharusnya hanya dilakukan dokter.
Polisi menjerat oknum perawat B dengan pasal 73,pasal 78 UURI nomer 29 tahun
2004 tentang praktik kedokteran dan pasal 106,pasal 197 UURI nomer 36 tahun 2009
tentang kesehatan.
Menurut koranmadura.com tertanggal 10 oktober 2013 PPNI pamekasan jawa
timur akhirnya memberi sangsi kepada oknum perawat B, setelah terbukti melakukan
malpraktik hinga menyebabkan pasienya lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.
Sanksi yang diberikan berupa mencabut izin praktik mandirinya. Walaupun
perawat diperbolehkan membuka praktik mandiri diluar tugas dinasnya selama sesuai
dengan profesinya sebagai perawat, tapi praktik yang dilakukan oknum B menyimpang
dari profesinya. Pelaku membuka praktik klinik ilegal di rumahnya dan mengaku sebagai
dokter spesialis bedah dan melakukan tindakan pembedahan selayaknya dokter bedah.
Kendatipun telah mendapat sanksi,PPNI tetap memberikan pendampingan
dipengadilan apabila dibutuhkan.

Sumber :
http://nasional.tempo.co/read/news/2013/09/11/063512466/polisi-usut-dokter-bedah-
gadungan-di-pamekasan.
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/118310/ppni-pamekasan-sanksi-perawat-
sebabkan-pasien-meninggal.
http://www.madurafm.com/web/korban-malpraktik-perawat-rsd-pamekasan-meninggal-
dunia-halaman-1641.html
http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/18/korban-malpraktek-perawat-di-pamekasan-
meninggal-dunia
http://lintasmaduranews.blogspot.co.id/2013/10/polres-pamekasan-tahan-perawat-
bustami.html

b.Pembuatan Keputusan
1. Dalam kasus ini terbukti bahwa perawat B melakukan malpraktik kepada korban
yang menyebabkan korban lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.
2. Perawat B menyalahi kode etik perawat dan prinsip etika keperawatan.
3. Perawat B terbukti mendirikan klinik Harapan secara ilegal tanpa adanya surat ijin
praktek.
4. Meskipun perawat B dinyatakan bersalah tetapi pihak PPNI tetap memberikan
bantuan hukum atau pendampingan dipengadilan apabila dibutuhkan.
5. Sanksi yang diberikan oleh PPNI adalah sanksi etik profesi yaitu dipecat dari
kenggotaan PPNI secara tidak hormat.
6. Pihak keluarga telah mendaptkan keadilan secara hukum dengan pihak yang
berwenang (pengadilan) telah menjatuhi hukuman kepada perwat B sesuai dengan
perbuatan yang telah dilakukannya.

c. Tinjauan Kode Etik Keperawatan


1. Melanggar kode etik keperawatan Bab I pasal 1 (tanggung jawab perawat terhadap
individu, keluarga dan masyarakat).
Perawat B tidak melaksanakan tanggung jawabnya terhadap korban dengan tidak
memberikan pelayanan yang baik dengan tidak mempertimbangkan dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada korban.
2. Melanggar kode etik keperawatan Bab II pasal 5 (tanggung jawab perawat terhadap
tugas)
Perawat B tidak mengutamakan perlindungan dan keselamatan korban dalam
melaksanakan tugas sehingga mengakibatkan korban lumpuh dan akhirnya meninngal
dunia.
3. Melanggar Kode etik Keperawatan Bab IV pasal 2 (tanggung jawab perawat terhadap
profesi keperawatan)
Perawat B tidak menjunjung nama baik profesi dengan menyalahgunakan
profesinya.

d.Tinjauan Prinsip Etika Kperawatan


1. Melanggar Prinsip Autonomy
Perawat B tidak memberikan kebebasan kepada korban dalam pengambilan
keputusan penanganan keperawatan yaitu dengan tidak mengabulkan permintaan
korban dan keluarganya untuk dilakukan rujukan ke rumah sakit untuk penanganan
operasinya.

2. Melanggar Prinsip Benefience dan Non Maleficence


Perawat B tidak melakukan hal yang baik terhadap korban serta melakukan perbuatan
atau tindakan keperawatan yang jusrtu merugikan korban hingga membuat korban
lumpuh dan meninggal dunia.

3. Melanggar Prinsip Veracity


Perawat B tidak menyatakan kejujuran dengan melakukan kebohongan yaitu
mengaku sebagai dokter spesialis bedah.

4. Melanggar Prinsip Responsibility


Perawat B tidak melakukan tanggung jawab terhadap tugasnya sebagai perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan.

5. Melanggar Prinsip Accountability


Perawat B tidak mampu mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan kepada
korban.

e. Tinjauan Hukum
Menurut tim penyidik polres pamekasan oknum perawat B melanggar :
1. pasal 73 UU nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran , yang isinya ;
setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter
atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi dan/ atau surat izin praktik.
Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
dan/atau surat izin praktik
2. Pasal 78 UU nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
disebutkan, setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat, metode atau cara-cara
lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah
yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi
dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau surat izin praktik, maka dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah).

3. Pasal 106 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa, sediaan
farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar.

4. Pasal 197 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyebutkan bahwa
setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi
dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar, akan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

5. Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati


Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.

Anda mungkin juga menyukai