Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PSIKOTROPIKA

DISUSUN OLEH : Indah Dwi Oktaviani 8E (13)

SMP NEGERI 166 JAKARTA

Jalan Kedondong No.5, RT.2/RW.5, Jagakarsa, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
BAB 1

a. Pendahuluan
Kata pengantar

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah mengenai
Zat Psikotropika.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas BK,
makalah ini berisi arti,contoh,hukuman,pencegahan dan
penyalahgunaan zat psikotropika yang telah kami rangkum dari
beberapa referensi baik buku maupun internet.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembacanya, semoga dengan adanya makalah ini dapat
menumbuhkan jiwa peduli akan pentinganya pengetahuan mengenai
zat psikotropika, baik untuk pribadi maupun lingkungan sekitar.
Saya ucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
saya untuk menyelesaikan makalah ini.
Saya sadar, makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, karena
itu penyusun berharap agar pembaca tidak puas dan dapat
memberikan kritik dan saran yang membagun.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf atas segala
kekurangan.

Penyusun

DAFTAR ISI

A. BAB 1 Pendahuluan
1. Kata pengantar
2. Daftar isi
B. BAB 2 pembahasan
1. Pengertian psikotropika
2. Contoh psikotropika
3. Bahaya psikotropika
4. Penyalahgunaan psikotropika
5. Sanksi
6. Pencegahan
C. BAB 3 penutup
1. Kesimpulan

BAB 2 PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PSIKOTROPIKA

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

 Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Ekstasi. Zat psikotropika golongan I terdiri dari 26 macam

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan / atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Amphetamine. Zat psikotropika golongan II terdiri dari 14 macam.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Phenobarbital. . Zat psikotropika golongan III terdiri dari 9 macam.

4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan /
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ). . Zat psikotropika golongan IV terdiri dari
60 macam.

 Manfaat psikotropika dalam dunia kesehatan:

Amfetamin Digunakan untuk mengatasi kegemukan.


NitrazepamDigunakan untuk mengatasi insomnia, kecemasan, dan stress.
DiazepamUntuk mengatasi kecemasan, insomnia, relaksasi otot, dan kondisi psikoneurotik lain.
FenobarbitalBanyak digunakan sebagai obat tidur.

2. CONTOH PSIKOTROPIKA
1. Psikotropika yang tidak digunakan untuk tujuan pengobatan dengan potensi ketergantungan yang
sangat kuat. Contoh : LSD,MDMA, dan mascalin.

2. Psikotropika yang berkhasiat tetapi dapat menimbulkan ketergantungan seperti Amfetamin.

3. Psikotropika dari kelompok hipnotik sedative, seperti Barbiturat. Efek ketergantungan sedang.

4. Psikotropika yang efek ketergantungannya ringan,seperti Diazepam,Nitrazepam.

3. BAHAYA PENYALAHGUNAAN PSIKOTROPIKA

Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf pusat
dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan
cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek
stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.

Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan
dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga
menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang
bahkan menimbulkan kematian.

Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang pemberantasan peredaran narkotika dan psikotropika,
1988
Dewan Perserikatan Bangsa Bangsa telah mengadakan konvensi mengenai pemberantasan peredaran
psikotropika (Convention on psychotropic substances) yang diselenggarakan di Vienna dari tanggal 11
Januari sampai 21 Februari 1971, yang diikuti oleh 71 negara ditambah dengan 4 negara sebagai
peninjau.

Sebagai reaksi yang didorong oleh rasa keprihatinan yang mendalam atas meningkatnya produksi,
permintaan, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika serta kenyataan bahwa
anak-anak dan remaja digunakan sebagai pasar pemakai narkotika dan psikotropika secara gelap, serta
sebagai sasaran produksi, distribusi, dan perdagangan gelap narkotika dan psikotropika, telah
mendorong lahirnya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Gelap Narkotika dan
Psikotropika, 1988.

Konvensi tersebut secara keseluruhan berisi pokok-pokok pikiran, antara lain, sebagai berikut :

Masyarakat bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia perlu memberikan perhatian dan prioritas utama
atas masalah pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika.

Pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika merupakan masalah semua negara yang
perlu ditangani secara bersama pula.

4. Penyalahgunaan psikotropika

Sebagai contoh psykotropika yang sedang populer dan banyak disalahgunakan pada akhir-akhir
ini adalah psykotropika golongon I, diantaranya yang dikenal dng nama Ecstasy dan
psykotropika golonga II yang dikenal dengan nama sabu-sabu.
Ecstasy merupakan pil yang mempunyai reaksi relatif cepat yaiitu sekitar 40 menit setelah
ditelan / dimakan efeknya akan terasa, yaitu pemakaianya terasa hangat, energik dan bahagia
fisik maupun mental.
Ketahanan reaksi ecstasy tergantung dari toleransi pemakaianya. Perasaan-perasaan energik dan
bahagia tersebut akan berakhir sekitar dua sampai empat jam. Sedangkan akibatnya buruknya
setelah efek tersebut berakhir akan berubah seperti keracunan, tubuh mengalami kelelahan dan
mulut terasa capai / kaku.
EFEK YANG DITIMBULKAN DENGAN MENGKONSUMSI PSIKITROPIKA

1. Efek farmakologi
Efek farmakologi dari ecstasi tidak hanya bersifat stimulant tetapi juga mempunyai
sifat halusinogenik yaitu menimbulkan khayalan-khayalan yang nikmat dan
menyenangkan. Secara rinci adalah:
a. Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Meningkatkan kewaspadaan
c. Menimbulkan rasa nikmat dan bahagia semu
d. Menimbulkan khayalan yang menyenangkan
e. Menurunkan emosi
2. Efek Samping
Efek Samping yang berlebihan antara lain:
a. Muntah dan mual
b. Gelisah
c. Sakit kepala
d. Nafsu makan berkurang
e. Denyut jantung berkurang
f. Timbul khayalan yang menakutkan
g. Kejang-kejang

3. Efek terhadap organ tubuh


Efek atas penggunaan ecstasi terhadap organ tubuh manusia yaitu dapat menimbilkan
ganguan pada otak, jantung, ginjal, hati, kulit dan kemaluan.
4. Efek-efek lainnya
Setelah pengaruh ecstasi habis beberapa jam atau beberapa hari, tergantung dengan
dosis pemakaiannya, maka penguna akan mengalami :
a. Tidur berlama-lama dalam gelap
b. Depresi
c. Apatis
d. Kematian karena adanya payah jantung serta krisis hipertensi atau pendarahan
pada otak

5. Sanksi undang-undang penyalahgunaan psikotropika

Pasal 59

(1)   Barang siapa menggunakan, memproduksi, mengedarkan, mengimport, memiliki,


menyimpan, atau membawa psikotropika gol 1 dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit 150 juta rupiah dan paling banyak 750 juta rupiah.

(2)   Jika ayat satu diatas dilakukan secara terorganisir dipidana mati atau seumur hidup atau 20
tahun dan denda 750 juta rupiah.

(3)   Jika dilakukan dengan korporasi denda 5 miliar rupiah.

Pasal 62

(1)   Barang siapa memiliki, menyimpan, atau membawa psikotropika dipidana penjara paling
lam 5 tahun dan denda paling banyak 100 juta rupiah.

Pasal 64
(1)   Barang siapa menghalangi penderita ketergantungan untuk berobat ke panti rehabilitasi, atau
menyelenggarakan fasilitas rehabilitasi tanpa izin dipidana penjara paling lama 1 tahun dan
denda paling banyak 20 juta rupiah.

Pasal 65

(1)   Barang siapa tidak melapor adanya penyalah gunaan dan kepemilikan psikotropika secara
tidak sah dipidana 1 tahun dan denda 20 juta rupiah.

Pasal 71

(1)   Barang siapa bersekongkol, bersepakat membantu, menyuruh, turut melakukan,


menganjurkan atau mengorganisir tindak pidana psikotropika sesuai pasal 60, 61, 62, dan 63
dipidana pokok dan diatmbah sepertiganya.

Pasal 72

(1) Barang siapa jika tindak pidana psikotropika dilakikan dengan menggunakan anak belum
cukup umur, ancaman pidana hukuman pokok dan ditambah sepertiganya.

6. Upaya Pencegahan

Zat adiktif dan psikotropika akan memberikan manfaat jika dipakai untuk
tujuan yang benar, misalnya untuk tujuan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Dalam
bidang kedokteran, misalnya satu jenis narkotika diberikan kepada pasien yang menderita rasa
sakit luar biasa karena suatu penyakit atau setelah menjalani suatu operasi. Contoh lain, satu zat
jenis psikotropika diberikan kepada pasien penderita gangguan jiwa yang sedang mengamuk
dan tak dapat ditenangkan dengan caracara lain. Jika pemakaian zat adiktif dan psikotropika
dipakai di luar tujuan yang benar, itu sudah termasuk penyalahgunaan dan harus diupayakan
pencegahannya.

Penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika sangat berbahaya bagi diri sendiri,
keluarga, maupun kehidupan sosial di sekitar kita.Dampak negatif pemakaian zat adiktif dan
psikotropika pada diri sendiri, yaitu rusaknya sel saraf, menimbulkan ketergantungan,
perubahan tingkah laku, dan menimbulkan penyakit (jantung, radang lambung dan hati,
merusak pankreas, dan berisiko mengidap HIV positif). Pada dosis yang tidak tepat akan
mengakibatkan kematian.
Dalam kehidupan sosial, penyalahgunaan pemakaian zat adiktif dan psikotropika, di antaranya:
sering membuat onar atau perkelahian (misalnya, perkelahian pelajar), melakukan kejahatan
(pencurian dan pemerkosaan), kecelakaan, timbulnya masalah dalam keluarga, dan
mengganggu ketertiban umum.

Kita semua harus berupaya untuk terhindar dari penyalahgunaan zat adiktif
dan psikotropika.Pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika memerlukan peran
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
a. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar jangan sampai ada anggota keluarga yang
terlibat dalam penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Kalangan remaja ternyata
merupakan kelompok terbesar yang menyalahgunakan zat-zat tersebut.Oleh karena itu, setiap
orang tua memiliki tanggung jawab membimbing anakanaknya agar menjadi manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan. Karena ketaqwaan inilah yang akan menjadi perisai ampuh untuk
membentengi anak dari menyalahgunakan obat-obat terlarang dan pengaruh buruk yang
mungkin datang dari lingkungan di luar rumah.

b. Peran Anggota Masyarakat


Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan pengetahuan setiap anggota
masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang. Selain itu, kita sebagai anggota
masyarakat perlu memberi informasi kepada pihak yang berwajib jika ada pemakai dan
pengedar narkoba di lingkungan tempat tinggal.

c. Peran Sekolah
Sekolah perlu memberikan wawasan yang cukup kepada
para siswa tentang bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika bagi diri pribadi,
keluarga, dan orang lain. Selain itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa untuk melaporkan
pada pihak sekolah jika ada pemakai atau pengedar zat adiktif dan psikotropika di lingkungan
sekolah.Sekolah perlu memberikan sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti
menjadi pemakai atau pengedar narkoba.

d. Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika
dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan tegas. Di samping itu, setiap
penyalahguna, pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan penyimpan narkoba perlu
diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan mencegah yang lain
dari kesalahan yang sama
BAB 3

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku.

Psikotropika memiliki manfaat dalam bidang kedokteran, namun memiliki dampak


negatif apabila disalah gunakan oleh orang tak bertanggung jawab.

Selain merusak fungsi organ, psikotropika juga mengganggu fungsi syaraf dan otak.

Untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan psikotropika dibutuhkan


koordinasi antara pribadi, lingkungan keluarga, masyarakat, tempat pendidikan serta
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai