Dosen Pengampu :
Dr. Ipah Saripah, M.Pd.
Agung Anggoro
1707160
S2 Pendidikan Matematika
Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
2017
Chapter Review :
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Chapter Review dari Buku Cognitive Development karya Lisa Oakley (2004)
Lev Vygotsky adalah orang usia yang hidup pada tahun 1896 hingga 1934. Vygotsky belajar literatur,
hukum, dan budaya. Sangat banyak karyanya yang berpengaruh, namun sayangnya tidak ada yang
dipublikasikan dalam Bahasa Inggris hingga ia meninggal dunia.
Vygotsky setuju dengan pendapat Piaget bahwa bahwa seorang anak tidak hanya pasif menerima
pengetahuan, tetapi juga aktif membangun pengetahuan.
Vigotsky berseberangan dengan pendapat Pavlov bahwa secara esensial, belajar adalah aktivitas
yang pasif.
Namun, dalam hal perkembangan kognitif, Vygotsky menyatakan teori yang secara mendasar berbeda
dengan teori Piaget (Chapter Sebelumnya), teori ini mengatakan bahwa pemikiran kompleks seorang
anak diperoleh melalui interaksi sosial antara anak tersebut dengan orang dewasa di sekitarnya.
Vygotsky mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara perkembangan kemampuan bahasa dan
perkembangan kemampuan berpikir. Ia menyatakan bahwa pada usia 2 tahun, faktor bahasa menjadi
faktor paling penting dalam perkembangan kognitif dan perkembangan sosial anak. Dengan kata lain,
pada usia ini, perkembangan kognitif paling tidak dipengaruhi oleh kemampuan bahasa.
Vygotsky membagi aspek fungsi mental menjadi ke dalam dua hal yang berbeda, yaitu elementary
mental functions dan higher mental functions. Elementary mental functions merupakan perilaku
psikologis yang berkembang secara alamiah dan tanpa melalui tahap belajar, misalnya sensasi, rasa,
dan lain-lain. Sedangkan, higher mental functions perilaku psikologis yang berkembang melalui tahap
belajar, diantaranya kemampuan bahasa, mengingat, berpikir, dan lain-lain. Sehingga, perkembangan
kognitif yang dibahas pada teori-teori ini menekankan pada aspek higher mental functions.
Teori Vygotsky
Teori Vygotsky mengenai perkembangan kognitif berfokus pada tiga faktor penting, yaitu Budaya,
Bahasa, dan Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development).
1) Budaya
Anak-anak belajar melalui interaksi antara mereka dengan orang lain dan unsur-unsur budaya seperti
lagu-lagu, bahasa, seni, dan permainan.
Tahap pengaruh budaya ini, menurut Vygotsky : Pertama, budaya mempengaruhi belajar, dimana anak
belajar melalui interaksi dan kerjasama dengan orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Kedua, anak
mengembangkan apa yang diketahuinya melalui representasi simbolis dari budayanya, seperti seni,
bahasa, permainan, lagu, dan sebagainya.
2) Bahasa
Kita merepresentasikan apa yang kita pikirkan, rencanakan, dan temukan melalui bahasa. Dalam hal
ini, bahasa merupakan sistem simbolik untuk kita dapat berkomunikasi dan juga sebagai alat budaya.
Perkembangan kemampuan berbahasa pada seorang anak, dipandang oleh Vygotsky sebagai bagian
dari perkembangan kognisinya. Vygotsky mengemukakan tiga tahap perkembangan kemampuan
bahasa sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development) atau ZPD adalah jarak antara level
perkembangan aktual dan level kemampuan potensial pada anak. Level perkembangan aktual adalah
proses-proses yang telah dilakukan selama proses perkembangan kognitif. Sedangkan, level
kemampuan potensial adalah kemampuan yang mungkin dicapai setelah proses perkembangan telah
selesai atau mencapai tahap tertentu.
Konsep ZPD ini berkaitan dengan bantuan kepada anak oleh orang lain yang lebih berpengalaman.
Dalam hal ini, yang dimaksud adalah guru atau orangtua. Peran vital dari pihak-pihak ini, menurut
Vygotsky adalah :
1. Memandu anak;
2. Memberikan masukan atau sugesti;
3. Menawarkan strategi.
Perlu digarisbawahi bahwa anak-anak bukanlah ilmuwan yang dapat memecahkan masalah secara
mandiri, tetapi merupakan pembelajar aktif yang membutuhkan bantuan dan panduan dari orang-orang
lain yang berpengalaman.
Bruner mengusulkan bahwa orang-orang yang membantu para pembelajar akan melakukan scaffolding.
Pada awal proses belajar, pembelajar akan memperoleh lebih banyak masukan dan petunjuk. Petunjuk
dan masukan ini akan semakin berkurang hingga akhirnya mereka sama sekali tidak membutuhkannya.
Vygotsky berpikir bahwa anak-anak tidak akan secara langsung siap untuk mempelajari konsep baru,
tetapi mereka tetap harus diberikan masalah-masalah yang memiliki kompleksitas sedikit diatas level
perkembangan kognitif mereka. Aktivitas-aktivitas pemberian masalah tersebut akan meningkatkan
hasil belajar jika diiringi dengan pemberian scaffolding dan berada pada ZPD. Jika aktivitas-aktivitas
tersebut terlampau sulit dan di luar ZPD-nya, maka anak akan gagal memahami masalah dan petunjuk-
petunjuk permasalahannya.
Vygotsky sendiri juga mengemukakan model yang menggambarkan tahap-tahap pemahaman konsep
yang dialami anak dalam belajar.
1) Budaya
Vygotsky berpendapat tentang pentingnya peran budaya. Hal ini memiliki implikasi pada bidang
pendidikan, yaitu pendapat bahwa tes terhadap pencapaian perlu memperhitungkan konteks sosial anak
dan bukan hanya skor mereka. Apa yang sebenarnya yang diukur adalah lingkungan pendidikan mereka
dan bukan sekedar kemampuan mereka.
2) Bahasa
Faktor bahasa juga dipandang penting oleh Vygotsky, kemudian disarankan bahwa pendidikan harus
menawarkan banyak kesempatan untuk penggunaan dan pengembangan bahasa. Anak-anak perlu
didorong untuk mendengarkan dan mendiskusikan ide-ide dengan teman sebaya dan guru lainnya.
Dengan diskusi dan penggunaan bahasa, anak-anak dapat didorong untuk bergerak dari ide mereka
saat ini ke ide-ide yang lebih maju. Melalui diskusi anak dapat mengajukan pertanyaan dan
memberikan pemahaman penuh dari ide-ide yang baru.
3) ZPD (Zone of Proximal Development)
Pengajaran harus didasarkan pada tingkat perkembangan dan perkembangan potensial anak. Guru
perlu menyadari tingkat kompetensi individu anak saat pengajaran. Anak harus diberikan tugas yang
mendorong untuk mencapai tingkat perkembangan potensial mereka.
4) Guru dan Orang Dewasa
Dia berargumen bahwa campur tangan orang dewasa dalam pendidikan adalah penting. Guru dapat
membimbing dan bekerja dengan anak untuk mengembangkan strategi dan memecahkan teka-
teki. Mereka dapat menilai jumlah dukungan atau bimbingan yang diperlukan. Sedikit bantuan
mungkin diperlukan pada beberapa tugas.
5) Peer Tutoring
Menggunakan siswa yang lebih tua dan 'lebih ahli' untuk membantu dan membimbing kerja siswa
lainnya yang kurang adalah praktek yang umum di banyak lingkungan sekolah.
6) Scaffolding
Scaffolding menjadi bagian penting dari pendidikan. Anak-anak membutuhkan guru untuk memberikan
dukungan dan kerangka kerja bagi mereka untuk belajar, bersamaan dengan kesempatan untuk
membangun pengalaman belajar.
7) Permainan
Vygotsky menekankan pentingnya bermain sebagai bagian dari pendidikan. Dia melihat bermain
sebagai penting dalam imajinasi dan bermain meregangkan kemampuan konseptual anak dan karena
itu menyebabkan pembangunan konsep dan pengetahuan. Bermain mengarahkan kepada pemahaman
dasar dari pemikiran abstrak. Misalnya melalui bermain anak dapat mempelajari konsep-konsep baru
seperti besar dan kecil, tinggi dan pendek.
Piaget Vygotsky