Anda di halaman 1dari 36

Iterasi Tiga Langkah pada Pemetaan Asimtotik Non-Ekspansif

Skripsi

Agung Anggoro

1200053

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
Iterasi Tiga Langkah pada Pemetaan Asimtotik Non-ekspansif

Abstrak

Misalkan adalah subhimpunan tak kosong yang tutup, konveks, dan terbatas dari
sebuah ruang Banach yang konveks seragam. Selanjutnya, sebuah pemetaan
asimtotik non-ekspansif ∶ → memiliki sebuah titik tetap. Dapat dikonstruksi
sebuah barisan { } dari sebuah iterasi sedemikian sehingga { } konvergen
menuju suatu titik tetap dari .

Kata kunci : pemetaan asimtotik non-ekspansif, titik tetap, iterasi tiga


langkah, kontinu lengkap, berdimensi hingga, konvergen.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori titik tetap merupakan salah satu topik yang populer dalam bidang
Analisis Fungsional. Kirk dan Gobel (1972), dalam sebuah paper berjudul “A Fixed
Point Theorem for Asymptotically Nonexpansive Mappings” menunjukkan
eksistensi titik tetap untuk pemetaan asimtotik non-ekspansif : → , dengan
adalah subhimpunan tak kosong yang tutup, konveks, dan terbatas dari sebuah
ruang Banach yang konveks seragam.
Publikasi selanjutnya bertopik tentang iterasi yang konvergen menuju titik
tetap pada pemetaan asimtotik non-ekspansif, diantaranya oleh Schu (1991), Tan
dan Xu (1994), dan Xu dan Noor (2002). Dalam tugas akhir ini, penulis tertarik
untuk mengkaji tentang iterasi tiga langkah yang mengkontruksi barisan { } yang
konvergen menuju suatu titik tetap dari pemetaan asimtotik non-ekspansif .

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimanakah proses iterasi tiga langkah ?

1.2.2 Bagaimanakah barisan { } yang dikonstruksi dari iterasi tiga


langkah dapat konvergen menuju suatu titik tetap dari pemetaan
asimtotik non-ekspansif ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mempelajari proses iterasi tiga langkah.

1.3.2 Membuktikan kekonvergenan dari iterasi tiga langkah menuju


suatu titik tetap dari pemetaan asimtotik non-ekspansif .
1.4 Sistematika Penulisan

Pada tugas akhir ini, BAB 1 menjelaskan latar belakang dan permasalahan
yang akan dikaji sebagaimana telah tertera diatas. Pada BAB 2, diberikan konsep-
konsep dasar seperti ruang metrik, ruang Banach, hingga konsep titik tetap sebagai
materi penunjang dalam pengkajian permasalahan pada tugas akhir ini. Kemudian,
pada BAB 3 akan dijelaskan tentang pemetaan asimtotik non-ekspansif serta
eksistensi titik tetap padanya. BAB 4 berisi bahasan utama pada tugas akhir ini,
kekonvergenan dari iterasi tiga langkah. Terakhir, BAB 5 berisi kesimpulan dari
hasil kajian dan rekomendasi untuk kajian selanjutnya yang berksinambungan
dengan topik pada tugas akhir ini.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Beberapa Teori pada Himpunan Umum dan pada ℝ

2.2 Ruang Metrik

Definisi 2.2.1 : Ruang Metrik (Browder, 1996)

Diberikan sebarang himpunan tak kosong dan fungsi ∶ × → ℝ. disebut


metrik untuk jika untuk setiap , , ∈ berlaku :

(1) ( , )≥0;
(2) ( , )=0 ⇔ = ;
(3) ( , )= ( , );
(4) ( , ) ≤ ( , ) + ( , ).

( , ) disebut jarak dari ke dan ( , ) disebut ruang metrik.

Definisi 2.2.2 : Barisan dan Kekonvergenan (Royden, 1967)

Misalkan ( , ) ruang metrik. Sebuah fungsi { }∶ℕ→ disebut barisan di .


Sebuah barisan { } dari sebuah ruang metrik dikatakan konvergen menuju titik
∈ jika untuk setiap > 0, terdapat ∈ ℕ sedemikian sehingga ( , )<
untuk setiap ≥ .

Kekonvergenan suatu barisan dapat juga dinyatakan dalam notasi limit.


Kreyzig (1978) mengemukakan bahwa jika barisan { } dari sebuah ruang metrik
konvergen menuju titik ∈ maka dapat ditulis lim ( , ) = 0 atau

lim ( )= dengan ( , ) adalah barisan di ℝ. dan disebut sebagai limit


dari barisan { }.

Untuk mempersingkat penulisan, lim ( , ) dituliskan sebagai


lim ( , ). Begitu juga dengan lim ( ) dituliskan sebagai lim( ).


Definisi 2.2.3 : Subbarisan (Hewwit & Stromberg, 1969)


Jika = { } adalah barisan di ruang metrik ( , ) dan ={ } adalah barisan
bilangan asli dengan < , = 1,2, … maka barisan ∘ = disebut
subbarisan dari { }.

Definisi 2.2.4 : Barisan Cauchy (Royden, 1967)

Sebuah barisan { } dari ruang metrik dikatakan sebuah Barisan Cauchy jika
untuk setiap > 0, terdapat ∈ ℕ sedemikian sehingga untuk setiap , ∈ℕ
yang lebih besar dari berlaku ( , )< .

Definisi 2.2.5 : Himpunan Buka (Gozali, 2010)

Misalkan ∈ dan > 0. Bola buka dengan pusat dan jari-jari adalah
himpunan ( )={ ∈ ∶ ( , ) < }. Suatu himpunan ⊂ disebut buka
jika untuk setiap ∈ terdapat > 0 sehingga bola buka ( ) termuat di .

Definisi 2.2.6 : Himpunan Tutup (Gozali, 2010)

Suatu himpunan ⊂ dikatakan tutup jika = \ buka.

Definisi 2.2.7 : Ruang Metrik Lengkap (Royden, 1967)

Jika sebuah ruang metrik memiliki sifat dimana untuk setiap barisan Cauchy pada
ruang tersebut konvergen ke suatu titik pada ruang tersebut maka dikatakan bahwa
ruang tersebut adalah lengkap.

Definisi 2.2.8 : Himpunan Terbatas (Goldberg, 1976)

Misalkan ( , ) ruang metrik. Subhimpunan dari dikatakan terbatas jika


terdapat sebuah bilangan real positif sedemikian sehingga

( , )≤ ; , ∈

Jika terbatas, didefinisikan diameter dari ( ), yaitu

= { ( , )| , ∈ }.

2.3 Ruang Bernorm

Definisi 2.3.1 : Ruang Vektor (Kreyzig, 1978)


Ruang vektor adalah sebuah himpunan tak kosong yang dilengkapi dua operasi
aljabar, penjumlahan (+) dan perkalian dengan skalar (.), sehingga untuk setiap
, , ∈ dan untuk setiap skalar memenuhi :

(1) + = +
(2) ( + )+ = +( + )
(3) ∃ ∈ , dikatakan sebagai vektor nol, yang memenuhi + =
(4) ∃− ∈ ∋ + (− ) =
(5) ( )=( )
(6) 1 =
(7) ( + )= +
(8) ( + ) = +
(9) 0 =
(10) (−1) = −

Definisi 2.3.2 : Definisi Ruang Bernorm (Gozali, 2010)

Misalkan ruang vektor. Norm adalah fungsi ‖⋅‖ ∶ ⟶ ℝ yang memenuhi :

(1) ‖ ‖≥0; ‖ ‖=0 ⟺ =


(2) ‖ ‖ = | |‖ ‖
(3) ‖ + ‖ ≤ ‖ ‖+‖ ‖

untuk semua , ∈ , ∈ ℝ. Selanjutnya, pasangan ( , ‖⋅‖) disebut ruang vektor


bernorm atau ruang bernorm.

Lemma 2.3.3 (Royden, 1967)

Sebuah ruang bernorm adalah sebuah ruang metrik dengan ‖ − ‖ = ( , ).

Definisi 2.3.4 : Ruang Banach (Kreyzig, 1978)

Ruang bernorm ( , ‖⋅‖) disebut ruang Banach jika dan hanya jika lengkap. (lihat
definisi 2.1.6)

Contoh 2.3.5
Definisi 2.3.6 : Himpunan Konveks (Royden, 1967)

Misalkan ruang bernorm dan ⊂ , disebut konveks jika , ∈ maka

+ (1 − ) ∈ , 0≤ ≤ 1.

Contoh 2.3.7

Misalkan ruang vektor. Didefinisikan ={ ∈ , ‖ ‖ ≤ } dengan > 0.


Diambil sebarang , ∈ dan ∈ [0,1].

‖ + (1 − )‖ ≤ ‖ ‖ + ‖(1 − ) ‖ ≤ ‖ ‖ + ‖(1 − ) ‖
= ‖ ‖ + (1 − )‖ ‖
≤ + (1 − ) =
Jadi, + (1 − )∈ . Dengan demikian, konveks.

Lemma 2.3.8 : Irisan Himpunan Konveks (Handayani, 2006)

Irisan dari kumpulan sembarang himpunan konveks adalah konveks.

Definisi 2.3.9 : Konveks Seragam (Clarkson, 1936)

Suatu ruang Banach dikatakan konveks seragam jika untuk setiap > 0 terdapat
( ) > 0 sedemikian sehingga untuk setiap , ∈ dengan kondisi-kondisi
berikut ini :

‖ ‖ = ‖ ‖ = 1 dan ‖ − ‖ ≥

mengakibatkan

+
≤ 1− ( ).
2

Berikut ini diberikan gambaran mengenai contoh ruang yang konveks seragam.

Contoh 2.3.10 :

(ℝ , ‖. ‖)

Proposisi 2.3.11
Jika ruang Banach yang konveks seragam maka untuk sebarang , ∈ , >
0, dan > 0, kondisi ‖ ‖ ≤ , ‖ ‖ ≤ , dan ‖ − ‖ ≥ mengakibatkan

terdapat = > 0 sedemikian sehingga

+ ϵ
≤ 1−δ .
2 d

Bukti :

Diketahui ruang Banach yang konveks. Diberikan sebarang > 0 dan > 0.
Kemudian diberikan sebarang , ∈ yang memenuhi ‖ ‖ ≤ , ‖ ‖ ≤ , dan
‖ − ‖≥ .

Dapat dipilih , ∈ dengan ‖ ‖ = ‖ ‖ = 1 sedemikian sehingga =


dan = dengan , ∈ [0, ].

Diperoleh

‖ − ‖≥‖ − ‖=‖ − ‖≥ ,

persamaan tersebut ekuivalen dengan

‖ − ‖≥ .

Selanjutnya diperoleh juga

+ + +
= ≤ .
2 2 2

Karena konveks seragam, maka terdapat > 0 sedemikian sehingga

( + )
<1−
2

dan karena > 0 maka berlaku

( + )
< 1− .
2

Akhirnya, diperoleh
+ ( + )
≤ < 1−
2 2

Definisi 2.3.12 : Fungsi Konveks (Pata, 2014)

Misalkan ruang bernorm, ⊂ konveks. Fungsi ∶ ⟶ (−∞, ∞] disebut


konveks jika

( + (1 − ) ) ≤ ( ) + (1 − ) ( )

untuk setiap , ∈ dan untuk setiap ∈ [0,1].

Contoh 2.3.13 :

Teorema 2.3.14 : Ketaksamaan Xu (Xu H. , 1991)

Misalkan > 1, > 0 sebarang bilangan real yang tetap. sebuah ruang Banach
yang konveks seragam jika dan hanya jika terdapat sebuah fungsi yang kontinu,
naik keras, dan konveks ∶ [0, ∞) → [0, ∞), (0) = 0 sedemikian sehingga

‖ + (1 − ) ‖ ≤ ‖ ‖ + (1 − )‖ ‖ − ( ) (‖ − ‖)

untuk semua , ∈ ={ ∈ ∶ ‖ ‖ ≤ }, ∈ [0,1], dengan ( ) = (1 −


) + (1 − ).

Definisi 2.3.15 : Subhimpunan Kompak (Kreyzig, 1978)

Sebuah subhimpunan dari ruang metrik dikatakan kompak di jika setiap


barisan di memiliki sebuah subbarisan yang konvergen dimana limitnya adalah
sebuah elemen di .

Lemma 2.3.16 (Kreyzig, 1978)

Sebuah subhimpunan yang kompak dari sebuah ruang metrik adalah himpunan
tertutup dan terbatas.

Definisi 2.3.17 : Bebas Linier (Istratescu, 1979)


Misalkan ruang vektor dan ,…, adalah elemen dari . = { ,…, }
dikatakan bebas linier jika untuk sebarang kombinasi linear = + ⋯+
= 0 maka = =⋯= = 0.

Definisi 2.3.18 : Ruang Vektor Berdimensi Hingga (Kreyzig, 1978, hal. 54)

Ruang vektor disebut berdimensi hingga jika terdapat sebuah bilangan bulat
positif sedemikian sehingga memuat sebuah himpunan yang bebas linier dari
buah vektor dimana untuk setiap himpunan dari + 1 atau lebih vektor dari
adalah himpunan yang tidak bebas linier. disebut sebagai dimensi dari . Ditulis,
= .

Teorema 2.3.19 (Kreyzig, 1978)

Pada suatu ruang bernorm yang berdimensi hingga, sebarang subset ⊂


adalah kompak jika dan hanya jika tertutup dan terbatas.

Definisi 2.3.20 : Pemetaan (Kreyzig, 1978)

Misalkan dan adalah dua buah himpunan dan ⊂ . Sebuah pemetaan dari
ke diperoleh dengan mengasosiasikan setiap ∈ dengan tepat sebuah
elemen ∈ , ditulis = . disebut bayangan dari oleh . disebut domain
dari , ditulis ( ). Range dari adalah himpunan semua bayangan dari semua
∈ , ditulis ℛ( ).

Adapun jika = , maka dapat dinyatakan bahwa ( )= . Begitu


juga dengan ( ) = . Demikian seterusnya.

Definisi 2.3.21 : Pemetaan Kontinu (Kreyzig, 1978, hal. 29)

Misalkan = ( , ) dan = ( , ̅ ) adalah ruang metrik. Pemetaan : →


dikatakan kontinu pada sebuah titik ∈ jika untuk setiap > 0 terdapat >0
sedemikian sehingga

̅( , )< untuk semua yang memenuhi ( , )< .

dikatakan kontinu jika kontinu pada setiap titik di .

Teorema 2.3.22 (Kreyzig, 1978, hal. 30)


Sebuah pemetaan : → dari sebuah ruang metrik ( , ) ke sebuah ruang
metrik ( , ̅ ) adalah kontinu pada sebuah titik ∈ jika dan hanya jika

→ mengakibatkan → .

Definisi 2.3.23 : Kompak Relatif (Alexanderian, 2013)

Misalkan, ruang metrik, ⊂ dikatakan kompak relatif di jika klosurnya


kompak di .

Definisi 2.3.24 : Operator Kontinu Lengkap (Precup, 2002)

Misal , adalah ruang Banach. Operator : ⊂ → disebut kontinu lengkap


jika memetakan sebuah himpunan terbatas ke sebuah himpunan yang kompak
relatif di .

Proposisi 2.3.25 : Operator Kontinu Lengkap (Precup, 2002)

Misal , adalah ruang Banach. Sebuah operator kontinu : ⊂ → disebut


kontinu lengkap jika untuk setiap barisan { } dengan ∈ , barisan { ( )}
memiliki subbarisan yang konvergen.

Bukti :

Diketahui kontinu lengkap, maka ( ) kompak di . Dengan demikian setiap


barisan { ( )} di ( ) memiliki subbarisan { } yang konvergen di ( ),
dimana { } merupakan sebarang barisan di himpunan terbatas ⊂ .

Definisi 2.3.26 : Fungsional Linier (Gozali, 2010)

Misalkan suatu ruang bernorm. Pemetaan ∶ ⟶ disebut fungsional linier


jika untuk semua , ∈ berlaku

( + )= ( )+ ( ).

Jika terdapat > 0 sehingga ‖ ( )‖ ≤ ‖ ‖, untuk setiap ∈ , maka


dikatakan terbatas.

Definisi 2.3.27 : Ruang Dual (Kreyzig, 1978)


Misalkan X adalah ruang bernorm. Himpunan semua fungsional linier yang
terbatas ∶ ⟶ membentuk ruang bernorm dengan normnya didefinisikan
oleh

( )
‖ ‖= , ∈ ,‖ ‖ = 1
‖ ‖

yang disebut ruang dual dari . Dinotasikan dengan ′.

Definisi 2.3.28 : Canonical Mapping (Kreyzig, 1978)

Pemetaan ∶ → ( )′ , ↦ disebut canonical mapping jika memenuhi


( ) = ( ), ∈ ′.

Definisi 2.3.29 : Refleksif (Kreyzig, 1978)

Ruang bernorm dikatakan refleksif jika ℛ( ) = ′′ dengan ∶ → ( )′


adalah canonical mapping.

Teorema 2.3.30 : Milman-Pettis (Chidume, 2009)

Jika adalah sebuah ruang Banach yang konveks seragam maka refleksif.

Teorema 2.3.31 (Kirk, 1965)

Misalkan ruang Banach yang refleksif, maka setiap rantai dari subhimpunan
yang tak kosong, tutup, dan konveks memiliki irisan yang tidak kosong.

2.4 Titik Tetap

Definisi 2.4.1 : Titik Tetap (Kreyzig, 1978)

Untuk sebuah pemetaan : → , titik tetap dari adalah ∈ yang memenuhi


kondisi

= .

Contoh 2.4.2 (Pata, 2014) :

Misal ,…, seluruhnya adalah fungsi bernilai real yang kontinu. Misalkan
lagi, ℎ ( , … , )= ( ,…, )+ dan untuk setiap titik = ( ,…, )
didefinisikan ℎ( ) = ℎ(ℎ ( ), … , ℎ ( )).
Asumsikan ℎ memiliki titik tetap ̅ ∈ ℝ , maka ̅ = ( ̅ , … , ̅ ) adalah solusi dari
sistem persamaan

( ,…, ) = 0, = 1, … ,
BAB III
PEMETAAN ASIMTOTIK NON-EKSPANSIF

Pada bagian ini, akan diperkenalkan apa yang disebut dengan pemetaan
asimtotik non-ekspansif. Selanjutnya, akan dibahas juga teorema titik tetap yang
berlaku pada pemetaan asimtotik non-ekspansif.

3.1 Pemetaan Asimtotik Non-Ekspansif

Berikut ini adalah definisi dari pemetaan asimtotik non-ekspansif, yang


merupakan objek utama dalam kajian ini.

Definisi 3.1.1 : Pemetaan Asimtotik Non-Ekspansif (Goebel & Kirk, 1972)

Misalkan subhimpunan tak kosong dari ruang Banach . : → disebut


pemetaan asimtotik non-ekspansif terdapat barisan { } dengan ≤ ,∀ ∈ ℕ
dan { } = 1, sedemikian sehingga untuk setiap bilangan asli berlaku

− ≤ ‖ − ‖, ∀ , ∈ .

Disebutkan juga oleh Schu (1991), bahwa yang demikian dikatakan


asimtotik non-ekspansif dengan barisan { }. Selanjutnya akan dibahas tentang
teorema titik tetap pada pemetaan asimtotik non-ekspansif.

Contoh 3.1.2 :

3.2 Teorema Titik Tetap pada Pemetaan Asimtotik Non-Ekspansif

Selanjutnya akan dibuktikan eksistensi dari titik tetap pada pemetaan


asimtotik non-ekspansif dalam sebuah teorema berikut ini.

Teorema 3.2.1

Jika adalah subhimpunan tak kosong yang tutup, konveks, dan terbatas dari
sebuah ruang Banach yang konveks seragam dan refleksif, dan : → adalah
pemetaan asimtotik non-ekspansif, maka memiliki titik tetap di .

Bukti :
Misalkan untuk setiap ∈ dan bilangan real positif didefinisikan ( , )=
{ ∈ ,| − | ≤ }. Diberikan sebarang ∈ yang tetap. Didefinisikan
adalah himpunan yang memuat bilangan-bilangan ≥ 0 sedemikian sehingga
terdapat bilangan bulat dengan

∩ ( , ) ≠∅.

≠ ∅ karena ∈ .

Misalkan = inf . Kemudian, untuk setiap > 0 didefinisikan

= , + .

adalah irisan dari himpunan-himpunan konveks dan konveks, maka ∩


konveks. Selain itu, karena + ∈ , maka ∩ tak kosong dan tutup.

Perhatikan bahwa elemen-elemen pada himpunan { ∩ , > 0} memenuhi


∩ ⊂ ∩ untuk < . Jadi, { ∩ , > 0} merupakan rantai dari
subhimpunan yang tak kosong, tutup, dan konveks dari . Karena refleksif maka
berdasarkan Teorema 2.2.16, berlaku

= ( ∩ )≠∅.

Misalkan ∈ . Asumsikan { } tidak konvergen ke dan > 0.

Kemudian dipilih > 0 sedemikian sehingga

1− ( + )≤
+

Perhatikan bahwa akan terdapat ∈ ℕ sedemikian sehingga berlaku

− ≤ + , ≥ .
2

Karena { } tidak konvergen ke maka terdapat > 0 dan terdapat subbarisan


{ } dari { } sehingga
‖ − ‖≥ , = 1,2, … .

Karena : → asimtotik non-ekspansif maka untuk > berlaku

‖ − ‖=‖ − ‖≤ ‖ − ‖

dengan { } barisan di [0,1], lim( ) = 1, dan ≥ .

Dapat dipilih = sedemikian sehingga + ≤ +

Selanjutnya pilih ≥ max{ , }, maka > 2 ′ mengakibatkan

‖ − ‖≤ + .
2

Diperoleh juga

‖ − ‖≤ ‖ − ‖≤ + ≤ + , ( )
2

dan karena ≥ maka

‖ − ‖≤ + ≤ + . ( )
2

Kemudian

‖( − )−( − )‖ = ‖ − ‖≥

Karena (1), (2), dan konveks seragam, maka

( − )+( − ) +
= −
2 2

< 1− ( + )
+

< ,

kontradiksi dengan = inf .


Jadi, haruslah = 0 atau { } konvergen ke . Sedangkan =0
mengakibatkan untuk setiap > 0, terdapat ∈ ℕ sedemikian sehingga untuk

semua , ∈ ℕ, dengan > , > berlaku

‖ − ‖≤‖ − ‖+‖ − ‖≤ + =
2 2

Yaitu, { } Cauchy dan konvergen ke ∈ .

Dengan demikian, haruslah { } konvergen ke ∈ atau { } konvergen ke


∈ .

Kasus 1 : { } konvergen ke ∈

Perhatikan bahwa

= ( )

dengan mengambil limit dari kedua ruas, yaitu ketika → ∞, diperoleh = .

Kasus 2 : { } konvergen ke ∈

Perhatikan bahwa

= ( )

dengan mengambil limit dari kedua ruas, yaitu ketika → ∞, diperoleh = .

Dari kedua kasus, seluruhnya mengakibatkan terdapat ∈ sedemikian sehingga


= . Telah dibuktikan bahwa memiliki titik tetap di .


BAB IV
ITERASI TIGA LANGKAH

4.1 Iterasi Tiga Langkah dan Sifat-sifatnya

Dalam melakukan aproksimasi terhadap titik tetap pada pemetaan asimtotik


non-ekspansif, metode yang dikembangkan oleh banyak para peneliti adalah
metode iteratif, salah satunya adalah iterasi tiga langkah. Pada Bab ini, akan dibahas
pengertian dari iterasi tiga langkah dan bagaimana metode iteratif ini menghasilkan
suatu barisan yang konvergen ke titik tetap dari suatu pemetaan asimtotik non-
ekspansif .

Definisi 4.1.1 : Iterasi Tiga Langkah (Xu & Noor, 2002)

Misalkan adalah subhimpunan tak kosong dari sebuah ruang bernorm dan
: → adalah sebuah pemetaan. Untuk setiap ∈ , dapat dikonstruksi
barisan { }, { }, dan { } sedemikian sehingga

= + (1 − )

= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥0

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1].

Catatan :

Pada iterasi di atas, untuk = 0, diperoleh = = = . Selain itu, dalam


tulisan ini iterasi di atas akan digunakan dengan pemetaan yang asimtotik non-
ekspansif, dimana akan bersesuaian dengan barisan { }, dengan = 1,2, … (lihat
definisi). Oleh karena itu, iterasi tersebut dapat disesuaikan, yaitu sebagai berikut :

Misalkan adalah subhimpunan tak kosong dari sebuah ruang bernorm dan
: → adalah sebuah pemetaan. Untuk setiap ∈ , dapat dikonstruksi barisan
{ }, { }, dan { } sedemikian sehingga

= + (1 − )
= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1].

Selanjutnya, berdasarkan definisi dari subhimpunan konveks, maka jelas


bahwa jika adalah subhimpunan konveks dari maka { }, { }, dan { } adalah
barisan di .

Teorema 4.1.3

Jika ruang Banach yang konveks seragam, ⊂ tutup, terbatas, dan konveks,
: → asimtotik non-ekspansif, dan { }, { }, { } adalah barisan
didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − )

= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1], maka terdapat > 0 dan
fungsi ∶ [0, ∞) → [0, ∞) yang kontinu, naik tegas, dan konveks, dengan (0) =
0 sedemikian sehingga untuk setiap ∈ ℕ berlaku

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1)

dan

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1),

dengan adalah titik tetap dari dan { } barisan dengan ( ) = 1 dan ≥


.

Bukti :
Berdasarkan teorema , memiliki titik tetap di . Misalkan ∈ adalah titik tetap
dari . Kemudian dapat dipilih > 0 sedemikian sehingga ⊂ dan − =
{ = − ; , ∈ }⊂ .

Perhatikan bahwa untuk sembarang ∈ ℕ berlaku

‖ − ‖ =‖ + (1 − ) − ‖

=‖ + (1 − ) − + − ‖

=‖ ( − ) + (1 − )( − )‖ ,

dengan cara serupa diperoleh juga

‖ − ‖ =‖ ( − ) + (1 − )( − )‖

dan

‖ − ‖ =‖ ( − ) + (1 − )( − )‖ .

Berdasarkan Ketaksamaan Xu (Teorema ) dengan = 2, diperoleh

‖ − ‖ ≤ ‖ − ‖ + (1 − )‖ − ‖

− (1 − ) (‖ − ‖)

≤ ‖ − ‖ + (1 − )‖ − ‖

dan

‖ − ‖ ≤ ‖ − ‖ + (1 − )‖ − ‖

− (1 − ) (‖ − ‖) ,

dimana ∶ [0, ∞) → [0, ∞) kontinu, naik tegas, dan konveks, dengan (0) = 0.
Karena = dan : → asimtotik non-ekspansif maka terdapat barisan { }
dengan lim( ) = 1 dan ≥ sehingga berlaku

‖ − ‖ ≤ ‖ − ‖ + (1 − )‖ − ‖
= (1 + − )‖ − ‖

dan

‖ − ‖ ≤ ‖ − ‖ + (1 − )‖ − ‖

− (1 − ) (‖ − ‖) .

Kemudian diperoleh

‖ − ‖ ≤ ‖ − ‖ + (1 − )‖ − ‖

− (1 − ) (‖ − ‖)

≤ ‖ − ‖ + (1 − )‖ − ‖

− (1 − ) (‖ − ‖)

≤ ( ‖ − ‖ + (1 − )‖ − ‖

− (1 − ) (‖ − ‖)) + (1 − )‖ − ‖

− (1 − ) (‖ − ‖)

≤ ( (1 + − )‖ − ‖

+(1 − )‖ − ‖ − (1 − ) (‖ − ‖))

+(1 − )‖ − ‖ − (1 − ) (‖ − ‖)

= ‖ − ‖ +( + + )( − 1)

‖ − ‖ − (1 − ) (‖ − ‖)

− (1 − ) ( − )

≤ ‖ − ‖ +( + + 1)( − 1)‖ − ‖

− (1 − ) (‖ − ‖)

− (1 − ) ( − ).

Selanjutnya, karena himpunan terbatas dan { } konvergen, maka terdapat >


0 sedemikian sehingga untuk setiap ∈ ℕ, ( + + 1)‖ − ‖ ≤ . Dengan
demikian, diperoleh
(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1)

dan

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1).

untuk setiap ∈ ℕ.

Lemma 4.1.4

Misalkan ruang Banach yang konveks seragam, ⊂ tutup, terbatas, dan konveks,
: → asimtotik non-ekspansif dengan barisan { } dimana ( ) = 1, ≥ ,
dan ∑ ( − 1) < ∞, dan { }, { }, { } adalah barisan yang didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − )

= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1].

Jika terdapat , ∈ (0,1) dan ∈ℕ sedemikian sehingga ≤ ≤ ,


≥ , maka (‖ − ‖) = 0

Bukti :

Berdasarkan teorema sebelumnya dan untuk setiap ≥ berlaku

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1) .

Dengan demikian, untuk > diperoleh

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1)

≤ − −‖ − ‖ + ( − 1)
≤ − + ( − 1) .

Diketahui bahwa ( − 1) < ∞. Dengan demikian ( − 1) < ∞ (lihat ).

Jadi, untuk m → ∞ berlaku

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ − + ( − 1) < ∞ .

Karena (1 − ) (‖ − ‖) konvergen, maka lim (‖ − ‖) = 0 .

Karena naik keras, kontinu, dan (0) = 0, maka lim(‖ − ‖) = 0 .

Lemma 4.1.5

Misalkan ruang Banach yang konveks seragam, ⊂ tutup, terbatas, dan konveks,
: → asimtotik non-ekspansif dengan barisan { } dimana ( ) = 1, ≥ ,
dan ∑ ( − 1) < ∞, dan { }, { }, { } adalah barisan didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − )

= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1].

Jika terdapat , , ∈ (0,1) dan ∈ ℕ sedemikian sehingga ≤ ≤ >


≥ , maka (‖ − ‖) = 0

Bukti :

Berdasarkan teorema sebelumnya dan untuk setiap ≥ berlaku


(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1) .

Dengan demikian, untuk > diperoleh

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1)

≤ − −‖ − ‖ + ( − 1)

≤ − + ( − 1) .

Diketahui bahwa ( − 1) < ∞. Dengan demikian ( − 1) < ∞ (lihat ).

Jadi, untuk m → ∞ berlaku

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ − + ( − 1) < ∞ .

Karena (1 − ) (‖ − ‖) konvergen, maka lim (‖ − ‖) = 0 .

Karena naik keras, kontinu, dan (0) = 0, maka lim(‖ − ‖) = 0 .

Lemma 4.1.6

Jika ruang Banach yang konveks seragam, ⊂ tutup, terbatas, dan konveks,
: → asimtotik non-ekspansif dengan barisan { } dimana ( ) = 1, ≥
, dan ∑ ( − 1) < ∞, dan { }, { }, { } adalah barisan yang
didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − )

= + (1 − )
= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1], maka (‖ − ‖) ada.

Bukti :

Dari teorema , untuk semua ∈ ℕ berlaku ketaksamaan

(1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ −‖ − ‖ + ( − 1)

⇔‖ − ‖ + (1 − ) (‖ − ‖) ≤ ‖ − ‖ + ( − 1)

Karena (1 − ) (‖ − ‖) ≥ 0 maka

‖ − ‖ ≤‖ − ‖ + ( − 1)

Sebelumnya, telah diketahui bahwa ( − 1) < ∞ . Oleh karena itu, berdasarkan

lemma , diperoleh bahwa lim(‖ − ‖) ada.

Teorema 4.1.7

Misalkan ruang Banach yang konveks seragam, ⊂ tutup, terbatas, dan


konveks, : → asimtotik non-ekspansif dan kontinu lengkap dengan barisan
{ } dimana ( ) = 1, ≥ , dan ∑ ( − 1) < ∞, dan
{ }, { }, { } adalah barisan yang didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − )

= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1]. Jika terdapat , , , ∈


(0,1) dan ∈ℕ sedemikian sehingga ≤ ≤ ≤ ≤
≥ maka { }, { }, { } konvergen ke suatu titik tetap
dari .

Bukti :

Dari lemma sebelumnya diketahui bahwa :

lim (‖ − ‖) = 0, dan

lim (‖ − ‖) = 0

Diambil sebarang > 0 sebarang maka terdapat = ( ) ∈ ℕ sedemikian


sehingga berlaku ‖ − ‖ < , untuk semua ≥ , dan terdapat =
( ) ∈ ℕ sedemikian sehingga berlaku ‖ − ‖ < , untuk semua ≥ .

Kemudian dapat dipilih = max{ , } sehingga untuk semua ≥ berlaku

‖ − ‖ = ‖ − + − ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ −( + (1 − ) ‖+‖ − ‖

= ‖ − ‖+‖ − ‖

= ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖

< (1 + ) .

Dengan demikian diperoleh lim (‖ − ‖) = 0.

Selanjutnya, untuk ≥ juga berlaku

‖ − ‖ = ‖ − + − + − ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ + (1 − ) − ‖+ ‖ − ‖

+‖ − ‖
= ‖ − ‖+ ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ (1 + )‖ − ‖+‖ − ‖

< (2 + ) .

Jadi, lim (‖ − ‖) = 0.

Akhirnya, diperoleh bahwa untuk semua ≥ berlaku

‖ − ‖ ≤ ‖ + − + ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ − ‖+ ‖ − ‖

< (1 + ) .

Dengan demikian, lim (‖ − ‖) = lim (‖ − ‖) = 0 .

Karena kontinu lengkap, maka terdapat barisan dari { } sedemikian


∗ ∗
sehingga konvergen, misalkan ∈ dimana → , dan karena

lim (‖ − ‖) = 0, maka juga konvergen ke . Karena kekontinuan dari
∗ ∗ ∗ ∗
dan → , maka → = . Jadi, adalah sebuah titik tetap dari
.

∗ ‖)
Selanjutnya, berdasarkan lemma , diketahui bahwa lim (‖ − ada.
∗ ∗
Sedangkan lim − = 0 dimana − dapat dipandang sebagai
∗ ‖}. ∗ ‖)
subbarisan dari {‖ − Oleh karena itu, haruslah lim (‖ − = 0.

Artinya, { } konvergen ke suatu titik tetap dari .

Kemudian, karena

‖ − ‖≤ ‖ − ‖ → 0, dan

‖ − ‖≤ ‖ − ‖ → 0,


maka { } dan { } juga konvergen ke .


4.2 Mereduksi Iterasi Tiga Langkah

Pada iterasi tiga langkah, ketika = 0, ∀ ∈ ℕ, maka = , ∀ ∈ℕ.


Dengan demikian, langkah pertama pada iterasi tiga langkah tidak menghasilkan
perubahan titik. Jadi, untuk = 0, ∀ ∈ ℕ berlaku iterasi seperti berikut :

∈ sebarang

= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1]. Teorema berikut ini


menjelaskan kekonvergenan barisan { } dan { } yang diperoleh dari iterasi di
atas. Adapun teorema selanjutnya menjelaskan iterasi tiga langkah ketika =
0, ∀ ∈ ℕ dan = 0, ∀ ∈ ℕ.

Teorema 4.2.1

Misalkan ruang Banach yang konveks seragam, ⊂ tutup, terbatas, dan


konveks, : → asimtotik non-ekspansif dan kontinu lengkap dengan barisan
{ } dimana ( ) = 1, ≥ , dan ∑ ( − 1) < ∞, dan
{ }, { } adalah barisan yang didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { } { } adalah barisan di [0, 1]. Jika terdapat , ∈ (0,1) dan


∈ ℕ sedemikian sehingga ≤ ≤ dan < 1 untuk setiap ≥ maka
{ } { } konvergen ke suatu titik tetap dari .

Bukti :
Karena terdapat , ∈ (0,1) dan ∈ ℕ sedemikian sehingga ≤ ≤
untuk setiap ≥ , maka berdasarkan teorema, dengan { } = {0} dan { }=
{0}, berlaku

lim(‖ − ‖) = 0 .

Dengan mengambil > 0 sebarang, maka dapat ditemukan = ( )∈ℕ


sedemikian sehingga untuk setiap ≥ berlaku ‖ − ‖< . Jadi, untuk
≥ max{ , } berlaku

‖ − ‖ = ‖ − ‖

≤ (‖ − ‖+‖ − ‖)

≤ (‖ − ‖+ ‖ − ‖)

= ‖ − ‖+ ‖ − ‖

⇔ ‖ − ‖− ‖ − ‖ ≤ ‖ − ‖<‖ − ‖<

⇔ (1 − )‖ − ‖ <

dan

1− >0.

Jadi, disimpulkan bahwa lim (‖ − ‖) = 0 dan lim (‖ − ‖) = 0.

Selanjutnya, untuk ≥ max{ , } juga berlaku

‖ − ‖ = ‖ − + − + − ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ + (1 − ) − ‖+ ‖ − ‖

+‖ − ‖

= ‖ − ‖+ ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ (1 + )‖ − ‖+‖ − ‖

< (2 + ) .

Jadi, lim (‖ − ‖) = 0.
Akhirnya, diperoleh bahwa untuk semua ≥ max{ , } berlaku

‖ − ‖ ≤ ‖ + − + ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ − ‖+ ‖ − ‖

< (1 + ) .

Dengan demikian, lim (‖ − ‖) = lim (‖ − ‖) = 0 .

Karena kontinu lengkap, maka terdapat barisan dari { } sedemikian


∗ ∗
sehingga konvergen, misalkan ∈ dimana → , dan karena

lim (‖ − ‖) = 0, maka juga konvergen ke . Karena kekontinuan dari
∗ ∗ ∗ ∗
dan → , maka → = . Jadi, adalah sebuah titik tetap dari
.

∗ ‖)
Selanjutnya, berdasarkan lemma , diketahui bahwa lim (‖ − ada.
∗ ∗
Sedangkan lim − = 0 dimana − dapat dipandang sebagai
∗ ‖}. ∗ ‖)
subbarisan dari {‖ − Oleh karena itu, haruslah lim (‖ − = 0.

Artinya, { } konvergen ke suatu titik tetap dari .

Kemudian, karena

‖ − ‖≤ ‖ − ‖,


maka { } juga konvergen ke .

Teorema 4.2.2

Misalkan ruang Banach yang konveks seragam, ⊂ tutup, terbatas, dan


konveks, : → asimtotik non-ekspansif dan kontinu lengkap dengan barisan
{ } dimana ( ) = 1, ≥ , dan ∑ ( − 1) < ∞, dan { } adalah
barisan yang didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − ) ,
≥1,

dengan { } adalah barisan di [0, 1]. Jika terdapat , ∈ (0,1) dan ∈ℕ


sedemikian sehingga ≤ ≤ untuk setiap ≥ maka
{ } { } konvergen ke suatu titik tetap dari .

Bukti :

Karena terdapat , ∈ (0,1) dan ∈ ℕ sedemikian sehingga ≤ ≤


untuk setiap ≥ , maka berdasarkan teorema, dengan { } = {0} dan { }=
{0}, berlaku

lim(‖ − ‖) = lim(‖ − ‖) = 0 .

Dengan mengambil > 0 sebarang, maka dapat ditemukan = ( )∈ℕ


sedemikian sehingga untuk setiap ≥ berlaku ‖ − ‖< . Jadi, untuk
≥ max{ , } berlaku

‖ − ‖ = ‖ − + − + − ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ + (1 − ) − ‖+ ‖ − ‖

+‖ − ‖

= ‖ − ‖+ ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ (1 + )‖ − ‖+‖ − ‖

< (2 + ) .

Jadi, lim (‖ − ‖) = 0.

Diperoleh bahwa untuk semua ≥ max{ , } berlaku

‖ − ‖ ≤ ‖ + − + ‖

≤ ‖ − ‖+‖ − ‖

≤ ‖ − ‖+ ‖ − ‖

< (1 + ) .
Dengan demikian, lim (‖ − ‖) = lim (‖ − ‖) = 0 .

Karena kontinu lengkap, maka terdapat barisan dari { } sedemikian


∗ ∗
sehingga konvergen, misalkan ∈ dimana → , dan karena

lim (‖ − ‖) = 0, maka juga konvergen ke . Karena kekontinuan dari
∗ ∗ ∗ ∗
dan → , maka → = . Jadi, adalah sebuah titik tetap dari
.

∗ ‖)
Selanjutnya, berdasarkan lemma , diketahui bahwa lim (‖ − ada.
∗ ∗
Sedangkan lim − = 0 dimana − dapat dipandang sebagai
∗ ‖}. ∗ ‖)
subbarisan dari {‖ − Oleh karena itu, haruslah lim (‖ − = 0.

Artinya, { } konvergen ke suatu titik tetap dari .

4.2 Iterasi Tiga Langkah pada Ruang Banach Berdimensi Hingga

Pada bagian ini, dibahas mengenai kekonvergenan barisan yang diperoleh


dari iterasi tiga langkah pada ruang Banach yang konveks seragam dan berdimensi
hingga. Dikemukakan oleh Clarkson (1936), bahwa ruang Euclid berdimensi-
(ℝ ) adalah ruang Banach yang konveks seragam. Dengan demikian, kriteria
konveks seragam dan berdimensi hingga bukanlah dua kriteria yang saling
bertentangan.

Selanjutnya, dengan memanfaatkan sifat kekompakan, dapat diperoleh


teorema-teorema berikut ini.

Teorema 4.3.1

Misalkan ruang Banach yang konveks seragam dan berdimensi hingga, ⊂


tutup, terbatas, dan konveks, : → asimtotik non-ekspansif dan kontinu dengan
barisan { } dimana ( ) = 1, ≥ , dan ∑ ( − 1) < ∞, dan
{ }, { }, { } adalah barisan yang didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − )
= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { }, { }, dan { } adalah barisan di [0, 1]. Jika terdapat , , , ∈


(0,1) dan ∈ℕ sedemikian sehingga ≤ ≤ ≤ ≤
≥ maka { }, { }, { } konvergen ke suatu titik tetap
dari .

Bukti :

Karena ruang Banach berdimensi hingga, berdasarkan teorema , ( )⊂


kompak di . Dengan demikian, kontinu dan memetakan yang terbatas ke
himpunan yang kompak relatif. Jadi, kontinu lengkap.

Dengan argumen yang serupa, kekonvergenan menuju titik tetap dari juga
terjadi pada iterasi tiga langkah yang direduksi, yaitu iterasi sebagaimana pada
subbab 4.2. Dengan demikian, teorema-teorema berikut ini berlaku.

Teorema 4.3.2

Misalkan ruang Banach yang konveks seragam dan berdimensi hingga, ⊂


tutup, terbatas, dan konveks, : → asimtotik non-ekspansif dan kontinu dengan
barisan { } dimana ( ) = 1, ≥ , dan ∑ ( − 1) < ∞, dan
{ }, { } adalah barisan yang didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − )

= + (1 − ) ,

≥1,
dengan { } { } adalah barisan di [0, 1]. Jika terdapat , ∈ (0,1) dan
∈ ℕ sedemikian sehingga ≤ ≤ dan < 1 untuk setiap ≥ maka
{ } { } konvergen ke suatu titik tetap dari .

Teorema 4.3.3

Misalkan ruang Banach yang konveks seragam dan berdimensi hingga, ⊂


tutup, terbatas, dan konveks, : → asimtotik non-ekspansif dan kontinu dengan
barisan { } dimana ( ) = 1, ≥ , dan ∑ ( − 1) < ∞, dan
{ } adalah barisan yang didefinisikan oleh

∈ sebarang

= + (1 − ) ,

≥1,

dengan { } adalah barisan di [0, 1]. Jika terdapat , ∈ (0,1) dan ∈ℕ


sedemikian sehingga ≤ ≤ untuk setiap ≥ maka
{ } { } konvergen ke suatu titik tetap dari .
Referensi *

Alexanderian, A. (2013). On Compact Operators. Texas: tidak diterbitkan.


Browder, A. (1996). Mathematical Analysis An Introduction. New York:
Springer-Verlag.
Chidume, C. (2009). Geometric Properties of Banach Spaces and Non Linier
Iterations. London: Springer-Verlag.
Clarkson, J. A. (1936). Uniformly Convex Spaces. Trans. AMS, 396-414.
Goebel, K., & Kirk, W. (1972). A Fixed Point Theorm for Asymptotically
Nonexpansive Mappings. Proceedings of The American Mathematical
Society, 171-174.
Goldberg, R. (1976). Methods of Real Analysis Second Edition. Toronto: John
Wiley & Sons, Inc.
Gozali, S. M. (2010). Pengantar Analisis Fungsional. Bandung: tidak diterbitkan.
Handayani, N. (2006). Teorema Titik Tetap di Ruang Banach dan Aplikasinya
pada Bidang Ekonomi (Skripsi). Bogor: tidak diterbitkan.
Hewwit, E., & Stromberg, K. (1969). Real and Abstract Analysis. Berlin:
Springer-Verlag.
Istratescu, V. I. (1979). Fixed Point Theory. D. Reidel Publishing Company.
Kirk, W. A. (1965). A Fixed Point Theorm Which Are Not Increase Distance.
American Math Monthly, 72(32), 1004-1006.
Kreyzig, E. (1978). Introduction to Functional Analysis and Its Applications. New
York: John Wiley and Sons.
Pata, V. (2014). Fixed Point Theorems and Applications. Milan: tidak diterbitkan.
Precup, R. (2002). Methods in Nonlinear Integral Equations. Springer
Netherlands.
Royden, H. (1967). Real Analysis Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Schu, J. (1991). Weak and Strong Convergence To Fixed Points of
Asymptotically Nonexpansive Mappings. Bull. Austral. Math. Soc., 153-
159.
Xu, B., & Noor, M. (2002). Fixed-Point Iterations for Asymptotically
Nonexpansive Mappings in Banach Spaces. Journal of Mathematical
Analysis and Applications, 267, 444-453.
Xu, H. (1991). Inequality in Banach Spaces with Application. Nonlinear Analysis,
Theory, Methods & Applications, 16(12), 1127-1138.

Anda mungkin juga menyukai