Anda di halaman 1dari 34

Angeline

240210170081

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Penanganan pasca panen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada
tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan
atau diolah lebih lanjut oleh industri. Penanganan pasca panen hasil pertanian meliputi
semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang
karena sifatnya harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil pertanian
agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi.
Menurut Pujimulyani (2009), sayuran dan buah-buahan termasuk dalam hasil
hortikultura. Sifat-sifat umum sayur-sayuran dan buah-buahan yaitu mudah rusak,
melimpah saat panen dan bentuknya tidak seragam.
Buah di Indonesia sangat beragam dan banyak macamnya. Setelah panen, buah-
buahan masih mengalami proses respirasi. Respirasi merupakan reaksi pemecahan
oksidatif dari substrat yang kompleks yang terdapat dalam sel, misal: senyawa pati,
gula, lemak, asam organik menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu CO2 dan H2O,
disertai pembentukan energi siap pakai dalam bentuk ATP dan energi yang dibebaskan.
Proses respirasi adalah sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + energi (panas dan ATP)
Menurut Tjahjadi (2011), kandungan air pada buah-buahan yang tinggi dapat
menyebabkan buah mengalami dehidrasi apabila tidak disimpan dengan baik dalam hal
ini menyangkut bahan pengemas yang digunakan juga tempat penyimpanan, transpirasi
berkelanjutan juga menghasilkan uap air sehingga dibutuhkan pengemasan yang baik.
Perubahan tersebut dapat diperlambat tetapi tidak mungkin bisa dihentikan sama sekali.
Terdapat beberapa cara untuk meminimalisir perubahan yang tidak diinginkan selama
penyimpanan yaitu dengan kontrol suhu penyimpanan dan jenis pengemasan untuk
melindungi bahan pangan dari pengaruh suhu dan RH (Buckle, 1985).
Buah digolongkan menjadi dua jenis yaitu klimaterik dan non klimaterik.
Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah tertentu dimana selama
proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan
buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang mendadak selama pematangan buah
sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola respirasi berbeda karena setelah
Angeline
240210170081

CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun secara perlahan buah tersebut digolongkan
non-klimaterik (Muchtadi, 1992).
Tabel 1. Kelas Respirasi dari Beberapa Produk Pertanian Pascapanen
Kelas respirasi Komoditi
Sangat rendah Biji-bijian, kurma, buah kering dan
beberapa sayuran
Rendah Apel, jeruk, anggur, kiwi, bawang putih
dan merah, kentang yang telah matang dan
ketela rambat.
Moderat Aprikot, pisang, cherry, peach, nectarine,
kol, wortel, selada, tomat. kentang.
Tinggi Strawberry, bunga kol, lima bean, apokat.
Sangat tinggi Artichoke, snap bean, green onion, brussel
sprout, cut flower.
Terlalu tinggi Asparagus, brokoli, jamur pangan, pea,
spinach, jagung manis.
(Sumber : Utama, 2001 )
Percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah penanganan pasca
panen sayuran dan buah-buahan dengan cara yang berbeda-beda, yaitu pengujian
kekerasan, pengujian total padatan, penanganan pasca panen sayur, dan pengujian
kematangan dan kesegaran. Pengujian kematangan dilakukan pada sampel tomat dan
pisang yang diukur kekerasannya menggunakan Fruit Hardness Tester di 4 titik (atas,
bawah, samping kiri, dan samping kanan) pada buah. Menurut Mulyono (1997), Fruit
Hardness Tester digunakan untuk mengukur kekerasan buah-buahan seperti apel, pir,
strawberry, dan anggur yang merupakan instrumen yang cocok untuk menentukan
harga dengan kualitas masing-masing sampel. Pengujian total padatan dilakukan pada
sampel mentimun dan tomat yang dihancurkan terlebih dahulu agar dapat diukur total
padatan dengan alat yang disebut refraktometer.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui indeks refraksi
(indeks bias), specific gravity (rapatan jenis), dan konsentrasi dari suatu zat terlarut.
Prinsip kerja refraktometer ialah cahaya polikromatis dari sinar lampu menyinari day
light plate. Kemudian sampel diteteskan 2-3 tetes yang diletakkan di atas prisma pada
alat refraktometer. Sampel yang terkena cahaya polikromatis diteruskan ke prisma.
Cahaya polikromatis diubah menjadi cahaya monokromatis. Terjadi pemfokusan pada
Angeline
240210170081

lensa, dan diteruskan ke biomaterial skip, sehingga tertera skala. Skala dibaca
menggunakan mata dari eye pieces (Mulyono, 1997).
Pengujian sortasi, trimming, grading, dan penyimpanan pada suhu ruang dan
refrigerasi dengan perlakuan dikemas dengan plastik PE, plastik PE berlubang dan
cling wrap dilakukan pada sampel tomat, pisang, mangga, mentimun, dan cabai.
Kegiatan sortasi adalah pemisahan produk yang sudah bersih menjadi bermacam
macam mutu atas dasar sifat-sifat fisik, sedangkan grading adalah sortasi produk
menjadi bermacam-macam fraksi mutu sesuai dengan standard klasifikasi yang telah
diakui atas dasar nilai komersial dan kegunaannnya. Menurut Tjahjadi, dkk (2008),
pengertian dari trimming adalah istilah umum untuk pemotongan atau pembuangan
bagian – bagian yang tidak diinginkan atau tidak berguna bagi konsumen atau jika
bagian ini tidak dibuang dapat memperpendek masa simpan komoditas tersebut. Jenis
kemasan yang digunakan adalah kemasan plastik karena sifatnya yang ringan,
transparan, kuat, termoplatis dan permeabilitasnya terhadap O2 dan CO2. Sifat
permeabilitas plastik inilah yang menyebabkan plastik cocok untuk mengemas sayur
dan buah (Buckle, dkk., 1985). Penyimpanan menggunakan kemasan ini juga
dilakukan pada suhu yang berbeda, yaitu pada suhu ruang dan suhu refrigerator atau
suhu rendah.

4.1. Pengujian Tingkat Kekerasan dan Kematangan Sayur dan Buah


Definisi kekerasan (hardness) adalah salah satu sifat mekanik (mechanical
properties) dari suatu material. Kekerasan sayur-sayuran dipengaruhi oleh turgor dari
sel-sel yang masih hidup. Turgor adalah tekanan dari isi sel terhadap dinding sel.
Dinding sel tersebut mempunyai sifat plastis. Isi sel dapat membesar karena menyerap
air dari sekelilingnya. Hal ini menyebabkan turgor berpengaruh terhadap kekerasan
sel-sel parenkim yang berpengaruh terhadap kekerasan bahan. Menurut Tjahjadi
(2008), apabila isi sel bertambah melebihi keadaan normal, maka sel akan pecah dan
isi sel akan keluar sehingga kekerasan sel hilang dan sebaliknya jika isi sel berkurang
maka sel akan menjadi lunak. (Tjahjadi, dkk 2008). Prinsip kerja dari Fruit Hardness
Angeline
240210170081

Tester di 4 titik adalah mengukur kedalaman tusukan dari jarum Fruit Hardness Tester
per bobot beban tertentu dalam waktu tertentu (mm/g/s).
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kekerasan dan Kematangan Sayur dan Buah
Kekerasan
Sam Tingkat Tekst Aro
Warna
pel Kematangan ur ma At Ba Ka Ki Rata-
as wah nan ri rata
Pisang

Keras Pisan 0, 0,
Mentah Hijau 0,5 0,4 0,49
+++ g 6 45

Hijau
Pisang

Keras Pisan 0, 0,
Matang Kekuninga 0,3 0,2 0,28
+ g++ 25 35
n

Hijau
Tomat

Keras Tom 0, 0,
Mentah Kekuninga 0,45 0,3 0,35
+++ at 3 35
n

Hijau
Tomat

Setengah Keras Tom 0, 0,


Kemeraha 0,25 0,35 0,30
Matang ++ at+ 4 2
n
Tomat

Keras Tom 0, 0,
Matang Merah 0,13 0,2 0,20
+ at++ 3 15

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)


Berdasarkan Tabel 2, nilai kekerasan dari rendah ke tinggi yaitu tomat matang,
pisang matang, tomat setengah matang, tomat mentah dan pisang mentah, dimana nilai
kekerasan terendah yaitu pada tomat matang dan nilai kekerasan tertinggi pada pisang
mentah. Hal ini sesuai dengan literatur dimana buah yang matang memiliki tingkat
kekerasan yang lebih rendah daripada buah yang mentah. Aroma pada tomat matang
lebih kuat lalu diikuti oleh tomat setengah matang dan mentah. Aroma pisang matang
lebih kuat dibandingkan pisang mentah. Warna pada tomat dari mentah ke matang
adalah dari hijau kekuningan menuju merah, sedangkan warna pada pisang mentah
adalah hijau menjadi hijau kekuningan.
Angeline
240210170081

Tingkat kematangan sampel tomat ditandai dengan tomat yang berwarna


merah, aroma khas tomat yang sangat kuat, dan teksturnya mulai lembek. Kekerasan
diamati dengan empat titik dimana di uji dengan sisi yang berbeda. Perubahan warna
akan terlihat jelas bila buah sudah mengalami proses pematangan. Warna yang terang
atau cerah rata-rata dijadikan indikator untuk tingkat kematangan.
Menurut Thompson (2015), pigmen awal pada buah pisang yaitu hijau dimana
itu menandakan pisang tersebut belum dapat untuk dikonsumsi, warna hijau ialah
warna dari adanya pigmen klorofil dan juga pigmen karotenoid yang menyebabkan
berwarna kuning pada kulit pisang. Tingginya suhu penyimpanan akan berdampak
pada perubahan-perubahan warna pada pisang. Menurut Seymour (1985) pematangan
buah pisang akan terjadi secara alamiah pada suhu 25oC dimana daging buah akan
mengalami pematangan sedangkan klorofil pada pisang tidak sepenuhnya luluh.
Peluluhan maksimum dari buah pisang ialah pada suhu 35oC.
Menurut Mutiarawati (2007), perubahan warna pada tomat yaitu dari hijau
sampai hijau kekuningan, lalu kuning kemerahan dan terakhir merah merata. Warna
jingga pada buah tomat merupakan kandungan karoten yang berperan sebagai
provitamin A, sedangkan warna merah menunjukan kandungan likopen, sedangkan
rasa asam disebabkan oleh kandungan asam sitrat yang berfungsi sebagai penggumpal
(Rukmana, 1994).
Selama proses pematangan buah juga terjadi pembentukan aroma pada buah.
Menurut wills, et al (1981) menyatakan bahwa perombakan bahan-bahan organik
kompleks yang terjadi selama proses respirasi akan menghasilkan gula-gula sederhana
dan asam-asam organik yang akan mempengaruhi aroma pada buah.
Aroma pada pisang dipengaruhi oleh adanya isopentil asetat. Beberapa
senyawa ester dari pentanol seperti asetat, propionat dan asam butirat juga
berkontribusi untuk memberikan aroma khas pada pisang. Kontribusi penting sebagai
pelengkap dari aroma pisang itu dihasilkan oleh eugenol (I), O-metileugenol (II) dan
elemicin (III):
Angeline
240210170081

Gambar 1. Senyawa Penghasil Aroma pada Pisang


Sumber : (Belitz, et al., 2009)
Dilihat dari segi aroma, buah yang mulai mengalami proses pematangan akan
semakin tercium aromanya karena beberapa zat volatil yang menguap. Ini disebabkan
karena kemampuan dari membran luar sel dari buah tidak dapat menahan zat volatil
keluar karena jaringan sel kehilangan kekuatan (Buckle, 1985).
Perubahan kekerasan pada buah juga tentu berpengaruh pada tingkat
kematangan buah. Hal itu disebabkan oleh adanya peningkatan senyawa volatil yang
berkontribusi terhadap rasa, dan aroma dari buah. Senyawa volatil pada buah tersebut
berupa asam, alkohol, ester, karbonil, aldehida, keton dan hidrokarbon (Kader, et al.,
2003; Nursten, 1970). Perubahan tersebut melalui mekanisme biokimia yang terjadi
pada pati dan polisakarida lainnya sehingga menghasilkan senyawa pektin dalam
daging buah sehingga mengalami pelunakan pada tekstur buah (Lizada, et al., 1990).
Dilihat dari segi tekstur, tekstur dari sayur dan buah akan semakin lunak dan
lemah dikarenakan semakin hari membran semakin lemah dan rusak sehingga
ketegaran dari sayur dan buah menurun dan menyebabkan sayur dan buah tersebut
menjadi lembek atau layu (Tjahjadi, 2011).
Proses pematangan pada buah pisang ditandai dengan lunaknya daging buah.
Hal ini disebabkan oleh perombakan protopektin yang tak larut menjadi pektin yang
larut. Zat – zat itu merupakan derivat dari asam poligalakturonat dan terdapat dalam
bentuk protopektin, pektin, asam – asam pektinat dan asam – asam pektat (Kertesz,
1951 ). Sewaktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan pektinat yang larut
meningkat, sedangkan jumlah zat pektat seluruhnya menurun. Kecenderungan ini
Angeline
240210170081

terdapat juga dalam buah pisang ( Von Loeseoke, 1950 ). Dalam perubahan pektin
tersebut ketegaran buah tersebut berkurang, sehingga buah menjadi lunak.
Tekstur tomat yang semula keras lama kelamaan semakin lembek hal ini dapat
disebabkan karena terjadinya perubahan komposisi dari tomat itu sendiri seperti
misalnya konversi pati menjadi gula, namun hal ini juga dapat disebabkan karena
adanya mikroorganisme pada tomat tersebut sehingga merusak tomat dan
menyebabkan teksturnya menjadi lebih lunak.
Keras atau lunaknya buah dipengaruhi oleh kandungan pektin di dalamnya.
Pektin merupakan karbohidrat kompleks alami yang ditemukan pada dinding sel semua
tumbuhan dengan jumlah bervariasi. Pektin ditemukan dalam dinding sel tumbuhan.
Pektin berfungsi mengatur aliran air antara sel dan memberikan kekakuan pada sel.
Pektin dalam buah tekandung dalam bentuk zat pektik yang mudah terhidrolisa. Zat
pektik ini terdapat di dalam middle lamella dari sel-sel buah. Kekerasan buah
disebabkan oleh kadungan pektin yang tidak larut air. Selama proses pematangan buah
zat pektik akan terhidrolisa menjadi komponen-komponen yang larut air sehingga total
zat pektik akan menurun kadarnya dan komponen yang larut air akan meningkat
jumlahnya yang mengakibatkan buah menjadi lunak. (Muchtadi, 2010)
Perbedaan nilai dari kekerasan buah dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah
tersebut. Nilai kekerasan buah cenderung menurun selama penyimpanan akibat proses
pematangan. Beberapa hal yang menyebabkan penurunan kekerasan buah adalah suhu,
tempat penyimpanan, respirasi dan transpirasi.

4.2. Pengujian Total Padatan Segar


Pengujian selanjutnya adalah pengujian total padatan. Menurut Pastastico
(1989), proses pematangan biasanya mengalami peningkatan jumlah gula-gula
sederhana yang memberi rasa manis, penurunan asam-asam organik, dan senyawa-
senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan masam dan kenaikan zat-zat atsiri
yang memberi rasa khas pada buah. Kandungan gula sering diukur sebagai padatan
terlarut total. Padatan terlarut total mencakup gula dan asam, tetapi gula menempati
porsi yang utama. Padatan terlarut total diukur dengan refraktometer dengan skala
Angeline
240210170081

°Brix. Cara yang digunakan adalah cara titrasi untuk mengukur kandungan asam
tertitrasi. Satuan kandungan asam yaitu % (persen). Buah - buahan tertentu telah
disusun suatu indeks pematangan buah yang menggambarkan antara kadar gula terlarut
dan kandungan asamnya. Hal tersebut digunakan untuk evaluasi kualitas buah tersebut.
Total padatan terlarurt TSS (Total Suspended Solid) merupakan suatu cara
untuk menguji kadar total padatan terlarut dalam suatu bahan makanan. Menurut
Tawali, dkk (2004), total padatan terlarut mencakup semua padatan yang terlarut dalam
buah termasuk vitamin C, gula, dan sebagainya. Vitamin C sangat mudah mengalami
kerusakan semakin cepat reaksi yang berlangsung pada bahan pangan maka susut
vitamin C dan nilai gizi lainnya juga akan semakin berkurang. Kandungan gula yang
kurang dan sedikit asam terdapat pada buah yang masih terlalu muda yang
mengakibatkan perbandingan total padatan terlarut dengan asam tinggi. Semakin
masaknya buah, maka total padatan terlarutnya makin bertambah (Pantastico, 1989).
Gula merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut sehingga padatan
terlarut total digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan pada buah. Secara umum
apabila buah-buahan menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat dan
kandungan asamnya akan menurun. Keadaan ini berlaku untuk buah yang klimaterik
(Santoso dan Purwoko, 1995). Menurut Latifah (2011), total padatan terlarut memiliki
hubungan yang erat dengan kadar gula. Apabila total padatan terlarut tinggi maka kadar
gula akan tinggi pula.Total padatan terlarut akan sebanding dengan kadar gula yang
terkandung pada buah. Semakin tinggi kadar gula, maka total padatan terlarut akan
semakin meningkat. Alat yang digunakan untuk mengukur total padatan terlarut pada
sari buah adalah refraktometer dimana satuan alat tersebut adalah derajat Brix. Definisi
dari derajat Brix merupakan jumlah gram total padatan per 100 g jus dan ditentukan
dengan Brix hydrometer atau refraktometer pada suhu yang tepat (Scott, dkk., 1965).
Refraktometer bekerja menggunakan prinsip pembiasan cahaya ketika melalui suatu
larutan. Ketika cahaya datang dari udara ke dalam larutan maka kecepatannya akan
berkurang. Total padatan terlarut yang terkandung dalam suatu produk akan
mempengaruhi sifat fisik dan kimia produk diantaranya titik beku, titik didih, viskositas
dan kelarutan.
Angeline
240210170081

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pengujian Total Padatan


Sampel Pengukuran °Brix Gambar

1x 1,4

Tomat (B1)

2x 1,3

1x 0,8

Timun (B1)

2x 0,7

Tomat (B2) 1x 1,9


Angeline
240210170081

Sampel Pengukuran °Brix Gambar

2x 1,3

1x 0,1

Timun (B2)

2x 0,5

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)


Berdasarkan Tabel 3, timun mengandung total padatan yang lebih rendah
dibandingkan tomat, hal ini berarti kadar gula atau kandungan gula pada timun lebih
rendah dari tomat. Semakin banyak total padatan terlarut pada buah semakin banyak
gula yang terlarut didalamnya, dan sebaliknya semakin sedikit total padatan terlarut
maka semakin sedikit pula gula yang terlarut didalamnya (Tjahjadi, dkk., 2008). Hasil
pengamatan sesuai dengan literatur dimana mentimun memiliki total padatan terlarut
rendah yang berarti kadar gulanya juga rendah.
Menurut United States Department of Agriculture (2015), kadar gula dalam
mentimun tergolong rendah yaitu 1,7 gram sedangkan kadar gula pada tomat yaitu 4
gram. Namun total padatan terlarut tidak hanya mengukur kadar gula tetapi juga
Angeline
240210170081

protein, garam, gula, karbohidrat, serat pangan, riboflavin (vitamin B2), niacin
(vitamin B3), asam pantothenic (vitamin B5), thiamin (vitamin B1), vitamin B6,
lemak, protein, vitamin C, asam folat (Vitamin B9), zat besi, kalsium, magnesium,
fosfor, zinc, dan potassium (Tjahjadi, dkk., 2008).
Santoso dan Purwoko (1995) menjelaskan padatan terlarut total dapat
digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan pada buah. Hal ini dikarenakan gula
merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut. Secara umum apabila buah-
buahan menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat dan kandungan asamnya
akan menurun. Keadaan ini berlaku untuk buah yang klimaterik. Latifah (2011), total
padatan terlarut memiliki hubungan yang erat dengan kadar gula. Apabila total padatan
terlarut tinggi maka kadar gula akan tinggi pula. Total padatan terlarut akan sebanding
dengan kadar gula yang terkandung pada buah. Semakin tinggi kadar gula, maka total
padatan terlarut akan semakin meningkat.

4.3. Penyimpanan Buah dan Sayuran


Percobaan penanganan pasca panen sayur dilakukan proses sortasi, grading,
dan trimming. Adanya perlakuan sortasi bertujuan untuk memisahkan dengan produk
yang bermutu buruk, tujuan dari grading untuk setiap jenis produk berbeda karena
masing-masing produk mempunyai perbedaan karakteristik, praktik agronomisnya,
serta kondisi iklim selama produksinya, keragaman antar produk (ukuran, bentuk, dan
sebagainya), dan keragaman dalam permintaan pasar dari pasar yang berbeda.
Percobaan kali ini juga dilakukan pengemasan dengan kemasan yang berbeda.
Kemasan yang digunakan adalah berbahan plastik dimana komoditi yang dikemas
dengan plastik polietilen mempunyai laju respirasi yang rendah (Apandi, 1984).
Pengemasan yang baik dapat memperpanjang daya tahan simpan dan mempertahankan
kesegaran sayur dengan mencegah proses pelayuan. Pemilihan jenis kemasan untuk
mengemas sayur-sayuran adalah:
1. Harus punya cukup O2 dan CO2 yang permeabel, dimana permeabilitas dari jenis
plastik terhadap kedua gas ini berbeda.
2. Harus tembus pandang.
Angeline
240210170081

3. Harus cukup kuat dalam perlakuan-perlakuan transportasi.


4. Harus didesain baik sehingga transpirasi dari produk dapat diatur sehingga
masalah mengkerutnya produk dapat ditekan. (Herudiyanto, 2013)
5. Harus memiliki lubang perforasi
Praktikum penanganan pasca panen sayuran dan buah-buahan juga dilakukan
perbedaan suhu penyimpanan yaitu pada suhu refrigerasi (pendinginan) dan suhu
ruang. Pendinginan merupakan proses pengambilan panas dari suatu benda sehingga
suhunya akan menjadi lebih rendah dari sekelilingnya, yaitu -1oC hingga 8oC
(Rahayoe, 2004).
4.3.1. Tomat
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah
tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari
Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh
setinggi 1 sampai 3 meter. Tumbuhan ini memiliki buah berwarna hijau, kuning, dan
merah yang biasa dipakai sebagai sayur dalam masakan atau dimakan secara langsung
tanpa diproses. Tomat memiliki batang dan daun yang tidak dapat dikonsumsi karena
masih sekeluarga dengan kentang dan Terung yang mengadung Alkaloid.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Penyimpanan Tomat
Karakteristik
Kelomp Sampe Penyimpan Pengemas Ha Berat
ok l an an ri (gr) Tekstu
Warna Aroma
r
Aroma Keras
0 98 Merah 60%
tomat ++
Aroma
1 98 Merah 75% Keras+
Suhu Cling tomat
1 Tomat
Ruang wrap Aroma
4 96 Merah 80% Keras
tomat
Aroma
5 96 Merah 95% Lunak
tomat+
Angeline
240210170081

Karakteristik
Kelomp Sampe Penyimpan Pengemas Ha Berat
ok l an an ri (gr) Tekstu
Warna Aroma
r
Aroma
Merah
6 100 khas Lunak
gelap++
tomat
Aroma Lunak
7 94 Merah
tomat +
Aroma
0 92 Merah 75% Lunak
tomat
Aroma Lunak
1 92 Merah 90%
tomat +
Aroma Lunak
4 92 Merah 95 %
tomat ++
Plastik PE Merah Aroma Lunak
5 92
100% tomat++ ++
Aroma
Merah Lunak
6 94 khas
gelap+ ++
tomat
Aroma Keras
7 98 Merah gelap
tomat +++
Merah Bau tomat Keras
0 76
kejinggaan +++++ ++
Aroma
1 100 Merah 60% Keras+
tomat
Aroma Keras
Plastik PE 4 100 Merah 70%
tomat +
Berlubang
Aroma
5 100 Merah 80% Keras
tomat
Aroma
Merah
6 100 khas Keras
kekuningan
tomat
Angeline
240210170081

Karakteristik
Kelomp Sampe Penyimpan Pengemas Ha Berat
ok l an an ri (gr) Tekstu
Warna Aroma
r
Aroma Keras
7 98 Merah gelap
tomat +++
Bau
Merah Keras+
0 76 tomat+++
kejinggaan +
++
1 74 Merah 55% Bau tomat Lunak

Cling 4
wrap Merah Bau
Lunak
5 72 kejinggaan+ tomat+++
+
++ ++
6
7
Bau
Merah Keras+
0 96 tomat+++
kejinggaan +
++
Suhu
6 Tomat
Refrigrator Keras+
1 96 Merah 60% Bau tomat
+

Plastik PE 4
Bau
Merah
5 88 tomat+++ Keras+
kejingaan+
++
6
7
Bau
Merah Keras+
0 88 tomat+++
kejinggaan +
Plastik PE ++
Berlubang
1 88 Merah 50% Bau tomat Keras+
4
Angeline
240210170081

Karakteristik
Kelomp Sampe Penyimpan Pengemas Ha Berat
ok l an an ri (gr) Tekstu
Warna Aroma
r
Bau
Merah
5 88 tomat+++ Keras+
kejingaan+
++
6
7
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)
Berdasarkan Tabel 4, tomat dengan perlakuan suhu ruang mengalami
penurunan bobot, perubahan warna menjadi merah gelap, aroma khas tomat semakin
tajam dan perubahan tekstur menjadi lunak lebih cepat dibandingkan tomat perlakuan
suhu refrigerator. Hal ini disebabkan perlakuan suhu rendah akan menurunkan aktivitas
reaksi kimia, mikrobiologi serta enzim yang berhubungan dengan kelayuan dan
kerusakan. Perlakukan plastik PE berlubang dan clingwrap pada suhu ruang dan rendah
yang tidak mengalami perubahan berat, dan tekstur yang signifikan, dimungkinkan
tomat dengan perlakuan PE tanpa lubang memerangkap uap air dan uap air jatuh ke
permukaan bahan dan melembabkan bahan sehingga tomat menjadi basah dan mudah
rusak dan memicu pertumbuhan mikroorganisme pembusuk/perusak bahan pangan
dibandingkan dengan kemasan PE berlubang dimana udara dapat keluar masuk dan
tidak membuat lingkungan sekitar bahan menjadi lembab.
Tingkat kematangan tomat ditandai dengan berwarna orange dan merah, aroma
khas tomat yang sangat kuat, dan teksturnya mulai lembek. Warna yang terang atau
cerah rata-rata dijadikan indikator untuk tingkat kematangan.

4.3.2. Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata,
M. balbisiana, dan M.paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan
sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari
Angeline
240210170081

yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika
matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan
hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi
(karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Penyimpanan Pisang
Be Karakteristik
Kelom Sam Penyimp Pengem Ha
rat
pok pel anan asan ri Warna Aroma Tekstur
(g)
0 86 Hijau +++ Bau Keras ++
Kuning Bau
1 84 Lunak+
kehijauan pisang
Kuning Bau
4 80 menghitam+ pisang+ Lunak++
++ ++
Bau
Kuning pisang
Cling 5 78 Lunak ++
kecoklatan sedikit
wrap
masam
Kuning
Khas
6 80 kehitaman(be Lunak++
pisang
rjamur)
Bau
Lembek
Kuning busuk
7 77 berkapang
hitam+++ masam+
+++
++
Pisa Suhu
2 0 76 Hijau +++ Bau Keras +
ng Ruang
Hijau Bau
1 76 Lunak++
kekuningan pisang

Kuning
Bau
4 76 menghitam+ Lunak++
pisang
+
Plastik Bau
PE Kuning pisang
5 74 Lunak ++
kecoklatan sedikit
masam
Kuning Khas
6 76 Lunak+
kecoklatan pisang

Bau Lembek
Kuning
7 75 masam+ berlendir+
hitam++
+ +
0 76 Hijau ++ Bau Keras
Angeline
240210170081

Be Karakteristik
Kelom Sam Penyimp Pengem Ha
rat
pok pel anan asan ri Warna Aroma Tekstur
(g)
Kuning Bau
1 76 Lunak+++
kehijauan+ pisang
Kuning
Bau
4 74 menghitam+ Lunak+++
pisang
+
Bau
Plastik
Kuning pisang
PE 5 74 Lunak +++
coklat sedikit
Berluba
masam
ng
Coklat Khas Lunak+++(
6 74
kekuningan pisang berair)

Bau
Lembek
Kuning busuk
7 73 berlendir+
hitam++++ masam+
+++
+++
0 76 Hijau Pisang Keras
Hijau
Bau
1 74 dominan Lunak
pisang
kuning

Kuning
Cling 4 72 Pisang+ Keras++
Kecoklatan
wrap
5 70 Kuning Pisang + Lunak
6 69 Kuning Pisang + Lunak +
Kuning
Pisang+ Lunak+++
7 67 dominan
++++ ++
Suhu hitam
Pisa
7 Refrigrat 0 84 Hijau Pisang Keras
ng
or
Hijau
1 84 Pisang+ Lunak
kukuningan

Hijau
Plastik 4 74 Pisang+ Keras+++
kecoklatan
PE
Pisang
5 81 Hijau Lunak +
+
Pisang
6 80 Kuning Lunak +
++
Kuning Pisang+ Lunak+++
7 79
kehitaman +++ +, berair
Angeline
240210170081

Be Karakteristik
Kelom Sam Penyimp Pengem Ha
rat
pok pel anan asan ri Warna Aroma Tekstur
(g)
0 74 Hijau Pisang Keras
Hijau
1 74 dominan Pisang Lunak
kuning

Kuning Pisang+
Plastik 4 84 Lunak+++
kecoklatan ++++
PE
Berluba Pisang
ng 5 85 Kuning Lunak
++
Pisang
6 83 Kuning Lunak +
++
Kuning
Pisang+ Lunak+++
7 83 dominan
++++ ++
hitam
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)
Berdasarkan Tabel 5, perlakuan suhu ruang pada sampel pisang memperlambat
pelunakan tekstur pada pisang dibandingkan dengan perlakuan suhu rendah. Namun
untuk aroma dan warna perlakuan suhu ruang lebih cepat mengalami pembusukan
sehingga aromanya busuk serta lebih cepat mengalami perubahan menjadi warna
coklat. Perlakuan plastik PE paling tidak menyebabkan penurunan bobot yang
signifikan serta aroma busuk pada pisang yang dikemas dengan plastik PE tidak
terbentuk sampai hari ke-7. Perlakuan suhu refrigerator dengan kemasan PE berlubang
menyebabkan peningkatan berat pisang yang dimungkinkan bahan menyerap uap air
dari udara sehingga beratnya bertambah. Perlakuan terbaik dalam penyimpanan pisang
berdasarkan praktikum adalah dengan perlakuan suhu refrigerator dan kemasan plastik
PE tanpa lubang karena menyebabkan susut bobot paling rendah, perubahan warna dan
aroma paling lambat.

4.3.3. Mangga
Mangga adalah tanaman buah yang berasal dari India dan sekarang telah
menyebar ke berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia. Tanaman ini sering
dimanfaatkan buahnya untuk dikonsumsi karena kaya akan antioksidan, vitamin C dan
E, serta menjadi sumber karotenoid sebagai anti kanker.
Angeline
240210170081

Tabel 6. Hasil Pengamatan Penyimpanan Mangga


Kelom Sam Penyimp Pengem Ha Berat Karakteristik
pok pel anan asan ri (g) Warna Aroma Tekstur
0 347 Hijau Khas Keras
Hijau
Khas
95%,
1 332 mangga+ Keras
Kuning
+++
5%
Hijau
Khas
95%,
4 326 mangga+ Lunak+
kuning
+++
5%

Cling Hijau
Khas
wrap 95%, Lunak+
5 324 mangga+
kuning +
+++
6%
Hijau
Khas
92%, Lunak+
6 322 mangga+
kuning ++
+++
8%
Hijau
Khas
Man Suhu 85%, Lunak+
3 7 377 mangga+
gga Ruang coklat +++
+++
15%
0 408 Hijau Khas Keras
Hijau
Khas
96% Keras+
1 402 mangga+
Kuning +
++
4%
Hijau
Khas
96%,
4 400 mangga+ Lunak
kuning
Plastik ++
4%
PE
Hijau
Khas
96%,
5 400 mangga+ Lunak
kuning
++
4%
Hijau
Khas
96%, Lunak+
6 398 mangga+
kuning +
++
4%
Angeline
240210170081

Kelom Sam Penyimp Pengem Ha Berat Karakteristik


pok pel anan asan ri (g) Warna Aroma Tekstur
Hijau
Khas
96%, Lunak+
7 373 mangga+
kuning ++
++
4%
0 368 Hijau Khas keras
Hijau
Khas
95%
1 366 mangga+ Keras
kuning
+++
5%
Hijau
Khas
95%,
4 362 mangga+ Lunak+
kuning
+++
5%
Plastik Hijau
Khas
PE 95%
5 362 mangga+ Lunak+
Berluban kuning
++++
g 6%
Hijau
Khas
kuning Lunak+
6 360 mangga+
kecoklat +++
++
an
Hijau
kuning Khas
Lunak+
7 376 dan mangga+
+++
kecoklat ++
an
0 412 Hijau Khas Keras
Hijau
1 408 Khas Lunak +
Hitam +
Hijau, Aroma
4 408 pudar, khas Lunak +
hitam + mangga +
Suhu
Man Cling Hijau
8 Refrigrato
gga wrap mulai Aroma
r
5 396 pudar, khas Lunak+
hitam- mangga+
hitam++

Hijau Aroma
Lunak
6 408 pudar khas
+
hitam + mangga +
Angeline
240210170081

Kelom Sam Penyimp Pengem Ha Berat Karakteristik


pok pel anan asan ri (g) Warna Aroma Tekstur
Hijau
mulai
pudar, Khas Lunak+
7 392
hitam- mangga+ ++
hitam++
+++
0 412 Hijau Khas Keras
Hijau,
1 408 Khas + Lunak +
Hitam +
Hijau,
4 370 Pudar, Khas + Lunak +
hitam +

Hijau
Aroma
pudar, Agak
Plastik 5 408 khas
hitam- lunak
PE mangga+
hitam+

Hijau, Aroma
6 408 pudar, khas Lunak +
hitam + mangga +
Hijau
pudar, Khas
7 408 Lunak+
hitam- mangga+
hitam+
Hijau,
0 412 Khas Keras
hitam +
Hijau,
1 408 Khas + Lunak +
hitam +
Hijau,
4 370 pudar, Khas + Lunak +
hitam +
Plastik
Hijau
PE
80% Aroma
Berluban
kuning khas Lunak+
g 5 370
20%,hita mangga+ +
m- +
hitam+
Hijau Aroma
80%,kun khas Lunak
6 374
ing 20%, mangga ++
hitam + ++
Angeline
240210170081

Kelom Sam Penyimp Pengem Ha Berat Karakteristik


pok pel anan asan ri (g) Warna Aroma Tekstur
Hijau
80%,
kuning Khas
Lunak+
7 369 20%,hita mangga+
+++
m- +
hitam++
++
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)
Berdasarkan Tabel 6, perlakuan suhu ruang menyebabkan kenaikan berat
mangga dari keadaan awal sedangkan perlakuan suhu refrigerator menyebabkan
penurunan berat bahan. Perubahan aroma yang signifikan terjadi pada perlakuan suhu
ruang. Untuk perubahan warna pada kedua perlakuan tidak terlalu berbeda namun pada
perlakuan dingin buah lebih cepat timbul warna kehitaman. Perlakuan suhu dingin
dengan kemasan PE paling cocok untuk penyimpanan mangga berdasarkan praktikum
karena mengalami susut bobot, warna, aroma dan tekstur yang paling lambat/kecil
dibandingkan dengan perlakuan dan jenis kemasan lainnya.

4.3.4. Mentimun
Mentimun, timun, atau ketimun (Cucumis sativus L.; suku labu-labuan atau
Cucurbitaceae) merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan.
Buahnya biasanya dipanen ketika belum masak benar untuk dijadikan sayuran atau
penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan di berbagai hidangan dari
seluruh dunia dan memiliki kandungan air cukup banyak di dalamnya sehingga
berfungsi menyejukkan.
Tabel 7. Hasil Pengamatan Penyimpanan Mentimun
Karakteristik
Berat
Kelompok Sampel Penyimpanan Pengemasan Hari Tekst
(g) Warna Aroma
ur

Aroma
4 Mentimun Suhu Ruang Cling wrap 0 104 Hijau Keras
timun
Angeline
240210170081

Karakteristik
Berat
Kelompok Sampel Penyimpanan Pengemasan Hari Tekst
(g) Warna Aroma
ur

Kuning Tidak
1 104 Keras
20% ada

Kuning Tidak Lunak


4 102
30% ada +

Kuning Tidak Lunak


7 99
90% ada +4

Aroma
0 122 Hijau Keras
timun

Kuning Tidak Keras


1 122
30% ada +

Kuning Tidak
Plastik PE 4 122 Lunak
30% ada

Kuning Tidak Lunak


7 122
90% ada ++

Aroma
0 144 Hijau Keras
timun

Kuning Tidak Keras


1 144
30% ada ++

Plastik PE Kuning Tidak Lunak


4 142
Berlubang 30% ada ++

Kuning Tidak Lunak


7 141
90% ada +3
Angeline
240210170081

Karakteristik
Berat
Kelompok Sampel Penyimpanan Pengemasan Hari Tekst
(g) Warna Aroma
ur

Tidak Keras
0 152 Hijau tua-
ada ++++

Keras
1 150 100% -
++++

Hijau tua-
hijau
4 146 muda, - Keras
memar
coklat

Hijau tua-
hijau
5 144 muda, - Keras
memar
Cling wrap coklat

Hijau tua-
Suhu hijau
9 Mentimun
Refrigrator muda,
6 144 memar Dingin Keras
coklat,
jamur
putih

Memar
coklat+.
berjamur
Keras-
7 142 putih, Dingin
-
hijau tua-
hijau
muda

Tidak Keras
0 174 hijau tua -
ada +++
Plastik PE
Keras
1 174 100% -
+++
Angeline
240210170081

Karakteristik
Berat
Kelompok Sampel Penyimpanan Pengemasan Hari Tekst
(g) Warna Aroma
ur

Hijau-
Hijau
4 174 - Keras
muda ada
coklat

Hijau -
Hijau
5 174 - Keras
muda ada
coklat

Hijau
6 174 muda- Dingin Keras
hijau tua

Hijau
muda dan
sedikit Sedikit
7 174 Dingin
bagian lunak
atas hijau
tua

Hijau tua Tidak Keras


0 130
- ada +++

Keras
1 130 100% -
+++

Hijau -
4 130 Hijau - Keras
Plastik PE
muda
Berlubang
Hijau -
5 130 Hijau - Keras
muda

Hijau tua-
6 128 hijau Dingin Keras-
muda
Angeline
240210170081

Karakteristik
Berat
Kelompok Sampel Penyimpanan Pengemasan Hari Tekst
(g) Warna Aroma
ur

Sedikit
hijau tua Keras
7 125 Dingin
dan hijau ---
muda

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)


Berdasarkan Tabel 7, perlakuan suhu refrigerator menyebabkan penurunan
bobot, perubahan warna, aroma dan tekstur yang lebih lambat dibandingkan perlakuan
pada suhu kamar. Penggunaan plastik PE dengan suhu rendah tidak mengakibatkan
susut berat dan perubahan warna dan aroma yang tidak signifikan sehingga perlakuan
suhu rendah dengan kemasan PE paling cocok untuk penyimpanan sampel mentimun
berdasarkan hasil praktikum.

4.3.5. Cabai
Cabai atau cabai merah atau chili adalah buah dan tumbuhan anggota genus
Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung
bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia
Tenggara sebagai penguat rasa makanan.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Penyimpanan Cabai
Ber Karakteristik
Kelomp Samp Penyimpa Pengema Ha
at
ok el nan san ri Warna Aroma Tekstur
(gr)
Bau
0 28 Merah Keras
cabai
Bau
1 28 Merah Keras
cabai
Suhu Cling Bau
5 Cabai 4 26 Merah Keras
Ruang wrap cabai
Bau
5 26 Merah Keras
cabai+
Bau
6 25 Merah Keras
cabai+
Angeline
240210170081

Ber Karakteristik
Kelomp Samp Penyimpa Pengema Ha
at
ok el nan san ri Warna Aroma Tekstur
(gr)
Bau
7 25 Merah Keras
cabai+
Bau
0 24 Merah Keras
cabai
Bau
1 24 Merah Keras
cabai
Bau
4 22 Merah Keras
cabai+
Merah
Bau
Plastik PE 5 22 kehitama Keras
cabai+
n
Merah
Bau
6 20 kehitama Keras
cabai+
n
Merah
Bau
7 20 kehitama Keras
cabai+
n
Bau
0 28 Merah Keras
cabai
Bau
1 28 Merah Keras
cabai
Bau
4 26 Merah cabai+ Lunak
+
Plastik PE Merah Bau
Berlubang 5 24 kehitama cabai+ Lunak
n+ +
Merah Bau
6 23 kehitama cabai+ Lunak
n+ +
Merah Bau
7 23 kehitama cabai+ Lunak
n+ +
Aroma
Merah Keras++
0 24 cabai
100% +
segar
Merah Aroma
1 24 Keras+
100% cabai+
Suhu Cling Merah Aroma
10 Cabai 4 22 Keras+
Refrigrator wrap 100% cabai+
Merah Cabai
5 20 Keras+
gelap+ Busuk
Aroma
Merah Keriput,
6 20 cabai+
cerah lembek
++
Angeline
240210170081

Ber Karakteristik
Kelomp Samp Penyimpa Pengema Ha
at
ok el nan san ri Warna Aroma Tekstur
(gr)
7
Merah Cabai Keras++
0 20
100% segar +
Tidak
Merah Keras++
1 20 beraro
100% +
ma
Tidak
Merah Keras++
Plastik PE 4 20 beraro
100% +
ma
Merah Tidak
5 20 Keras+
gelap+ berbau
Merah
6 20 Cabai+ Keras+
gelap
7
Merah Cabai Keras++
0 20
100% segar +
Tidak
Merah Keras
1 20 beraro
100% +++
ma
Tidak Keras++
Merah
4 20 beraro dan
100%
Plastik PE ma memar
Berlubang Cabai
Merah Lembek
5 18 busuk+
gelap++ ++
++
Bau
Merah Lembek
6 18 busuk+
gelap++ ++
++
7
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)
Berdasarkan Tabel 8, perlakuan suhu refrigerator tidak menyebabkan
perubahan yang signifikan pada bobot, warna, aroma dan tekstur. Perlakuan kemasan
dengan plastik PE pada suhu rendah tidak mengakibatkan perubahan bobot dan aroma
yang masih tergolong normal. Tekstur dari cabai pada kemasan plastik PE suhu rendah
juga masih keras dan tidak keriput. Sampel cabai dilakukan trimming dimana
merupakan proses pemotongan bagian yang tidak diinginkan atau tidak berguna
sehingga sampel akan mengalami penurunan bobot akibat kehilangan bagian-bagian
tertentu yang mengakibatkan adanya penurunan bobot.
Angeline
240210170081

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum penanganan pasca panen buah
dan sayur, sebagai berikut :
1. Nilai kekerasan dari rendah ke tinggi yaitu tomat matang, pisang matang, tomat
setengah matang, tomat mentah dan pisang mentah, dimana nilai kekerasan
terendah yaitu pada tomat matang dan nilai kekerasan tertinggi pada pisang
mentah.
2. Sampel Timun mengandung total padatan yang lebih rendah dibandingkan sampel
tomat.
3. Perlakukan plastik PE berlubang dan clingwrap pada suhu ruang dan rendah yang
tidak mengalami perubahan berat, dan tekstur yang signifikan, sedangkan sampel
tomat dengan kemasan PE terjadi kerusakan yang cepat.
4. Perlakuan terbaik dalam penyimpanan pisang berdasarkan praktikum adalah
dengan perlakuan suhu refrigerator dan kemasan plastik PE tanpa lubang.
5. Perlakuan suhu dingin dengan kemasan PE paling cocok untuk penyimpanan
sampel mangga berdasarkan hasil praktikum.
6. Penggunaan plastik PE dengan suhu rendah tidak mengakibatkan susut berat dan
perubahan warna dan aroma yang tidak signifikan sehingga perlakuan suhu rendah
dengan kemasan PE paling cocok untuk penyimpanan sampel mentimun
berdasarkan hasil praktikum.
7. Perlakuan kemasan dengan plastik PE pada suhu rendah tidak mengakibatkan
perubahan bobot dan aroma yang masih tergolong normal sehingga merupakan
perlakuan dan kemasan penyimpanan sampel cabai yang baik.

5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum kali ini adalah sebaiknya sampel
yang diuji diamati setiap harinya agar mengetahui degan tepat kapan sampel
mengalami kebusukan sehingga data hasil pengamatan akan lebih akurat.
Angeline
240210170081

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, M. 1984. Teknologi Buah Dan Sayuran. Alumni, Bandung.

Buckle, K.A, Edwards, R.A, Fleet, G.H. dan M. Wooton, 1985. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.

Herudiyanto, M. S. 2013. Pengemasan Pangan. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Kader, A. A., dan D. M. Barrett. 2003. Classification, Composition of Fruits, and


Postharvest Maintenance of Quality dalam L. P. Somogyi, H. S. Ramaswamy,
dan Y. H. Hui, ed. Processing Fruits: Science and Technology : Biology,
Principles, and Applications. 1st ed. Technomic Publishing Co., Pennsylvania

Kertesz, Z.I. 1951. The Pectic Substance. Interscience Publisher Inc. New York.

Latifah, DN. 2011. Pengaruh Efek Residu terhadap Karakter Fisik dan Kimiawi serta
Aktivitas Antioksidan Kulit Buah Manggis. IPB, Bogor.

Lizada, M. C. C. E. B. Pantastico, A. R. A. Shukor, dan S. D. Sabari. 1990. Ripening


of Banana dalam H. Abdulla, E. B. Pantastico, ed. Banana. Association of
Southeast Asian Nations Food Handling Bureau, Kuala Lumpur.

Muchtadi, R., T. Suguyono, A. Fittiyono. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.


Alfabeta , Bandung.

Mulyono. 1997. Kamus Kimia Dasar. Erlangga, Jakarta.

Mutiarawati. T. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil pertanian. Universitas


Padjajaran Press, Bandung.

Nursten, H. E. 1970. Volatile Compounds: The Aroma of Fruits dalam A. C. Hulme


ed. The Biochemistry of Fruits and Their Products. Academic Press, New York.

Pantastico, E.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-
buahan dan Sayur - sayuran Tropika dan Sub - tropika, Penerjemah : Kamariyani.
Gajahmada University Press, Yogyakarta.

Rahayoe, S. 2004. Teknik Pendinginan dan Pembekuan. Penataran Penyusunan RPKS


dan Bahan Ajar, Universitas Gadjah Mada
Angeline
240210170081

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.

Santoso, B.B. dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Pascapanen Tanaman
Hortikultura.Indonesia Australia Eastern Universities Project.

Scott, W.C., T.J. Kew, M.K. Veldhuis. 1965. Composition of Orange Juice Cloud. J.
Food Sci. 30:833-837.

Seymour, G. B. 1985. The Effects of Gases and Temperature on Banana Ripening. PhD
Thesis, University of Reading, Reading, UK.

Thompson, A. K. 2015. Fruit and Vegetables : Harvesting, Handling, and Storage. 3rd
ed. John Wiley & Sons, Ltd., West Sussex.

Tjahjadi, C dan H. Marta. 2011. Pengantar Teknologi Pangan : Volume 2. Jurusan


Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas
Padjajaran.

Tjahjadi, C., H. Marta, dan Y. Cahyana. 2008. Penanganan Pasca-Panen Sayur dan
Buah. Fakultas Teknologi Ilmu Pertanian Jurusan Teknologi Industri Pangan
UNPAD, Bandung.

United States Department of Agriculture. 2015. Cucumber. Available online at


www.ams.usda.gov (diakses 28 Desember 2018).

Von Loesecke, H.W. 1950. Bananas. Chemistry, Physiology, Technology. Interscience


Pub. Inc. New York.

Wills, R. H., T. H. Lee, D. Graham, M. Gkasson, dan W. B. Hall. 1981. Postharvest,


An Introduction to The Physiology and Handling of Fruits and Vegetables. New
South Wales University Press, Kensington, Australia.
Angeline
240210170081

LAMPIRAN

Gambar 2. Penyimpanan Mangga


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 3. Penyimpanan Pisang Suhu Refrigerasi


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 4. Penyimpanan Pisang Suhu Ruang


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Angeline
240210170081

Gambar 5. Penyimpanan Timun


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 6. Penyimpanan Tomat Suhu Refrigerasi


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 7. Penyimpanan Tomat Suhu Ruang


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Angeline
240210170081

Gambar 8. Penyimpanan Cabai


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Anda mungkin juga menyukai