ANGGOTA KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
Haidar Rizqi
R Brilliant Anjar Saputro
Tetty Yulia Hendrawanti
Siti Aliyah
Rizka Amalia Habiba
(101511223016)
(101511223017)
(101511223018)
(101511223019)
(101511223020)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya
penulis
dapat
menyelesaikan
makalah
dengan
judul
Teknik
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyimpanan bahan makanan dilakukan agar memiliki shelf life yang cukup
lama dengan mencegah pembusukan makanan tersebut. Pembusukan makanan
dipengaruhi berbagai faktor yaitu suhu, kelembaban dan kekeringan, udara dan
oksigen,
cahaya,
dan
waktu.
Sedangkan
pembusukan
makan
disebabkan
mereka simpan tidaklah bertahan lama dan kondisi makanan pun rusak, dan terkadang
menimbulkan bau yang tidak sedap. Berbagai metode penyimpanan makanan telah
dikembangkan dengan harapan
adalah
respirasi,
produksi
etilen,
transpirasi,
dan
faktor
morfologis/anatomis, faktor lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah senantiasa
menghindarkan komoditi terhadap suhu atau cahaya yang berlebihan, dan kerusakan
patologis atau kerusakan fisik. (BKP Madiun).
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metode Penyimpanan Buah Segar
Penilitian-penilitian mengenai penyimpanan buah bertujuan untuk mencapai
umur simpan semaksimal mungkin. Biasanya dilakukan kombinasi beberapa perlakuan
seperti pendinginan, pembungkusan dengan polietilen dan penambahan bahan kimia.
Usaha-usaha tersebut dilakukan untuk memperlambat pematangan buah dengan
memperlambat respirasi dan menangkap gas etilen yang terbentuk. Buah dalam
penanganan setelah melalui proses penerimaan, perlu dilakukan penyimpanan dengan
pemilihan teknik yang dapat menekan laju metabolisme agar tidak cepat membusuk.
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara
keamanan bahan makanan baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan
serta pencatatan dan pelaporannya. Penyimpanan ini bertujuan agar tersedia bahan
makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan
perencanaan.(Depkes, 2003)
Penyimpanan buah tertentu memerlukan fasilitas pendingin. Fasilitas pendingin
tersebut diperlukan untuk menjamin agar suhu dalam ruang simpan tetap stabil. Syarat
penyimpanan lemari pendingin yaitu sebagai berikut:
1. Suhu yang sesuai dengan buah yang disimpan
2. Pengecekan suhu dilakukan 2 kali sehari dan pembersihan lemari es dilakukan
setiap hari
3. Pencairan es segera dilakukan setelah terjadi pengerasan
4. Bahan sebelum disimpan dibungkus dengan plastic atau kertas timah terlebih
dahulu.
5. Tidak menempatkan buah berbau keras bersama dengan buah yang lain.
6. Ada beberapa buah yang tidak memerlukan pendingin jadi penting memperhatikan
sifat buah
Umur simpan yang lebih panjang dan aman dari infeksi penyakit pada buah akan
diperoleh apabila penyimpanan dingin disertai dengan pengaturan komposisi udara
simpan. Mutu simpan buah memperhatikan laju respirasi yang rendah dan transpirasi
dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, dan menurunkan suhu udara.
Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju
respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan Sutardi, 1990).
Beberapa bentuk kualitas yang perlu diperhatikan pada buah segar yaitu:
penampilan buah (kondisi luar buah), tekstur (firmness, crispness, dan juiceness),
flavor, serta kandungan nutrisi lainnya. Berdasarkan segi penampilan termasuk
didalamnya ukuran, bentuk, warna, dan ada tidaknya kerusakan pada buah. Sedangkan
yang dimaksud dengan flavor adalah pengukuran tingkat kemanisan (sweetness),
keasaman (acidity), astringency, rasa pahit (bitterness), aroma, dan off-flavor.
Kandungan nutrisi pada buah dapat berupa vitamin A dan C, kandungan mineral, dietari
fiber, karbohidrat, protein, antioxidan phytochemical (carotenoid, flavonoid, dan
senyawa fenol lainnya). Faktor-faktor keamanan yang juga mempengaruhi kualitas buah
segar adalah residu dari pestisida, keberadaan logam berat, mikotoxin yang diproduksi
oleh berbagai spesies fungi dan kontaminasi dari mikroba. (Winarno, 2004)
Pengaturan suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang
umur simpan dan mempertahankan kesegaran dari buah. Sedangkan kelembaban
(relative humidity) mempengaruhi kehilangan air, peningkatan kerusakan, beberapa
insiden kerusakan phisiologi, dan ketidakseragaman buah pada saat masak (ripening).
Pengaturan kelembaban yang optimal pada penyimpanan buah antara 85 sampai dengan
90%. Kemudian komposisi atmosfir dalam hal ini terdiri dari oksigen, karbondioksida,
dan gas etilen dapat menyebabkan pengaruh yang besar terhadap respirasi dan umur
simpan buah. (AAK, 2000)
Kondisi penyimpanan buah seperti kadar oksigen, karbondioksida dan suhu
untuk masing-masing jenis buah berbeda satu dengan lainnya. Berikut beberapa contoh
buah:
1. Pisang
Kondisi suhu bagi penyimpanan pisang matang (hijau) adalah 15OC.
Suhu lebih rendah akan menyebabkan kerusakan dingin. Pisang, baik yang masih
matang (hijau) maupun telah masak sangat peka terhadap suhu dingin. Oleh
karena itu, apabila sistim penyimpanan dingin dikombinasikan dengan pengaturan
komposisi udara ruang simpan,
maka kerusakan
ditekan. Kondisi penyimpanan tersebut adalah bersuhu 14OC, kadar CO2 : 2,5%
dan kadar O2 : 5%.
2. Mangga
Umur kesegaran mangga dapat dipertahankan hingga 2 3 minggu bila
disimpan pada kondisi suhu 13OC dan kelembaban 85 90 persen. Namun
demikian beberapa varietas masih dapat bertahan pada suhu yang lebih rendah
yaitu 10OC Di bawah suhu tersebut merupakan kondisi yang tidak baik bagi
penyimpanan mangga. Penyimpanan buah mangga pada sistim udara terkendali
nampaknya tidak memberikan banyak keuntungan dalam perpanjangan masa
simpan. Kondisi penyimpanan udara terkendali untuk buah mangga yang aman
adalah bersuhu 13OC dengan kadar CO2 : 5% dan kadar O2 : 5%.
3. Pepaya
Pada kondisi tingkat kematangan 75% pepaya akan lebih baik disimpan
pada suhu terendah 7OC. Buah-buah pepaya pada kondisi penyimpanan ini dapat
bertahan 7 21 hari. Untuk mencegah serangan penyakit, sebaiknya buah pepaya
direndam pada air bersuhu 47OC selama 20 menit atau telah dapat menghangatkan
daging buah terdalam. Pada kondisi suhu 13OC, kadar CO2 : 5% dan kadar O2 :
1%, buah pepaya dapat disimpan hingga 3 minggu.
4. Nanas
Walaupun nanas tidak tahan terhadap suhu dingin, nanas masih dapat
disimpan hingga 2 4 minggu. Buah nanas yang setengah masak (matang
maksimal) dapat disimpan hingga 2 minggu pada suhu 7 13OC. Sedangkan buah
yang dipanen masak sebaiknya disimpan pada suhu sekitar 7OC dan akan
mengalami kerusakan serius bila disimpan pada suhu di bawah 7 OC. Kadar
oksigen yang optimum untuk penyimpanan udara terkendali buah nanas berkisar
2%, sedangkan kadar CO2 tidak perlu diturunkan maupun dinaikkan dari kondisi
udara normal.
5. Jambu Biji
Umur segar jambu biji dapat mencapai hingga 2 3 minggu bila
kondisinya penyimpanan bersuhu 10 12OC dan kelembaban 90%. Kondisi paling
ekstrim yang masih memberikan pengaruh baik dari penyimpanan jambu biji ini
adalah suhu 7,5OC dengan kelembaban 85% 90%.
6. Apel
Umur simpan apel sangat bervariasi dari yang tersingkat 3 bulan hingga
yang terpanjang 8 bulan. Hal tersebut disebabkan oleh faktor varietas, daerah
produksi, cara budidaya, iklim, tingkat kematangan, dan cara-cara penanganan
serta penyimpanan sangat mempengaruhi umur simpan. Suhu penyimpanan yang
disarankan untuk tiap varietas adalah keadaan yang paling efektif untuk
menghambat proses pemasakan dan mencegah pertumbuhan mikroba pembusuk
serta menghindari penyimpangan-penyimpangan penyimpanan dingin. Umumnya
berbagai varietas apel mempunyai suhu optimum penyimpanan sekitar 0 OC
dengan kelembaban nisbi 90%. Titik beku tertinggi untuk apel adalah minus 2 OC,
sehingga buah apel dapat disimpan pada suhu sekitar minus 1 0 OC atau lebih.
Sebagian besar apel akan mempunyai umur simpan 25 persen lebih lama jika
disimpan pada 30OF (suhu buah). Namun terdapat beberapa varietas yang peka
suhu dingin disarankan disimpan pada suhu 32OF atau lebih. Bila penyimpanan
menggunakan sistim atmosfir terkendali, disarankan ruang penyimpanan diatur
sehingga konsentrasi oksigen sekitar 2 3 persen, karbondioksida 1 8 persen
dan selebihnya gas hydrogen. Sedangkan suhunya berkisar 2,2 3,3OC.
7. Pir
Suhu penyimpanan optimal buah pir yaitu antara -1 sampai 4 oC dengan
lama penyimpanan 8-30 minggu. Suhu penyimpanan terbaik untuk buah pir
adalah 1,1oC dengan kelembaban relatif 85 90 %. Pada kondisi ini buah pir
dapat disimpan selama 2 7 bulan. Jika suhu penyimpanan mengalami kenaikan
sebesar 40 dan dibiarkan demikian selama 10 hari maka daya simpannya akan
turun menjadi 1 minggu. Sedangkan penyimpanan di bawah suhu 1,1 derajat
Celcius buah pir akan membeku dan tidak dapat dikonsumsi. (Tranggono dan
Sutardi, 1990).
1.1 Penyimpanan Buah-buahan pada Suhu Rendah
1.1.1 Pendinginan
Pendinginan ialah penyimpanan dibawah suhu 150C dan di atas titik beku bahan,
atau biasanya dikenal dengan istilah chilling storage.
Penyimpanan buah-buahan memerlukan temperature yang optimum untuk
mempertahankan kesegaran dan mutu buah. Sebagai contoh kerusakan pada buah
pisang pada temperature kritis (130C) adalah warna kusam, perubahan cita rasa dan
tidak bisa masak. Kondisi optimum buah pisang adalah 11-12 0C dan RH 85-95%. Pada
kondisi ini metabolisme oksidatif seperti respirasi berjalan lebih sempurna. Pendinginan
tidak mempengaruhi kuualitas rasa dari buah, kecuali bila didinginkan secara berlebihan
sehingga proses pematangan terhenti.
Respirasi pada buah masih berlangsung setelah dipanen, sampai buah tersebut
membusuk. Untuk berlangsungnya respirasi diperlukan suhu optimum, yaitu suhu
dimana proses metabolisma (termasuk respirasi) berlangsung dengan sempurna. Pada
suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu optimum, metabolisma akan berjalan
kurang sampurna bahkan berhenti sama sekali pada suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
0
Suhu
terbaik(0C)
7,5
7,5
1-2
2-3
10
10 30
Pepaya
Pisang
7.5
13.5
Pecah
Warna gelap jika masak
Gambar 1. Kerusakan Buah akibat suhu rendah (Chilling & Freezing Injury)
1.1.2 Pembekuan
Pembekuan tidak dapat memperbaiki mutu bahan pangan, tetapi hanya dapat
mengawetkan mutu asli dari bahan pangan tersebut. Oleh sebab itu mutu bahan pangan
yang akan dibekukan harus lah dalam keadaan paling baik (prime condition). Buahbuahan yang akan dibekukan haruslah dipilih pada dasar kematangan yang paling cocok
untuk dibekukan. Buah harus dalam keadaan cukup keras dan matang.
Beberapa tahap dilakukan dalam menyiapkan bahan pangan sebelum dibekukan,
termasuk pencucian untuk mereduksi jumlah mikroba melepaskan tangkai buah,
mengupas kulit dan bagian yang tidak dimakan serta memotong buah dalam bentuk
yang diinginkan. Buah yang kecil seperti "strawberry" dapat dibekukan dalam keadaan
utuh atau bulat-bulat. Buah yang besar dipotong dua atau lebih. Ada juga buah yang
diserut atau dihancurkan manjadi pasta, misalnya advokat. Buah dapat diberi pemanis
sebelum di bekukan.
1.1.3 Perlakuan Pendahuluan Sebelum Pendinginan/Pembekuan
Tujuan periakuan pendahuluan adalah untuk mempertahankan mutu buah selama
pembekuan dan penyimpanan beku, dengan cara mengurangi kerusakan Selama
pembekuan dan penyimpanan beku. Pembekuan tidak dapat memperbaiki mutu bahan
pangan.
Buah-buahan yang akan disimpan pada suhu rendah haruslah yang bermutu baik
dan tidak memar. Buah sebelum didinginkan harus dicuci dan ditiriskan, buah jangan
disimpan dalam keadaan basah, sebab akan merangsang pertumbuhan kapang dan
pembusukan dapat cepat terjadi. Untuk mengurangi suatu kelayuan dan pengeringan,
buah dibungkus dalam kantong plastik yang berpori-pori agar tetap terjadi sirkulasi
udara.
Subu pendinginan yang digunakan tergantung pada jenis buah, biasanya suhu
pendinginan cocok untuk buah-buahan seperti "strawberry", apel, mangga dan juwet.
Sedangkan pisang, advokat, nanas dan semangka lebih baik tidak disimpan di dalam
0
lemari es, karena pada suhu di bawah 13,3 C akan terjadi "chilling inyury". Buah seperti
nenas, pepaya dan pisang bila disimpan di dalam lemari pendingin sebelum matang,
setelah dikeluarkan lagi tidak akan mengalami pematangan yang normal.
Suhu yang tinggi dengan kelembaban yang relatif tinggi penyimpanan
menyebabkan pertunasan dan pembusukan. Sebaiknya, penyimpanan pada suhu rendah
0
( 4,4 C ) atau lebih rendah menyebabkan terjadinya akumulasi gula sebat aktifitas
metabolisme berlangsung agak lambat.
1.2 Teknik Penyimpanan Komposisi Udara dan Daya Simpan
Komoditi hortikultura setelah dipanen masih terus melangsungkan respirasi dan
metabolisme, karena itulah komoditi tersebut dianggap masih hidup. Selama proses
respirasi dan metabolisme berlangsung dikeluarkan CO 2 dan air serta ethylene dan
dikonsumsi oksigen yang ada disekitarnya.
Komposisi dari udara di ruang penyimpanan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap sifat-sifat bahan segar yang disimpan. Baik kandungan oksigen, karbon
dioksida dan ethylene, saling mempengaruhi metabolisme komoditi. Komposisi udara
secara normal terdiri dari O2 (20%), CO2 (0.03%), N2 (78.8%). Dengan melakukan
modifikasi atmosphere di sekitar komoditi tersebut dapat menghasilkan beberapa
keuntungan terhadap komoditi tersebut.Modifikasi komposisi udara dilakukan dengan
menurunkan kadar oksigen dan atau meningkatkan kandungan karbon dioksida (CO 2).
Kadang-kadang masih diperlukan pula untuk mencegah agar gas ethylene yang
diproduksi tidak terkumpul di udara ruang penyimpanan.
Pada umumnya udara yang semakin menipis kandungan oksigennya serta
semakin meningkat kandungan karbon dioksida akan mengakibatkan menurunnya laju
aktivitas pernapasan dari komoditi segar. Sedang ethylene merupakan hormon tanaman,
dimana dengan dosis yang sangat kecil dapat besar pengaruhnya terhadap tahap-tahap
metabolisme, termasuk di dalamnya proses awal pematangan, kelayuan dan kematangan
serta proses pembentukan senyawa phenolic. Terakumulasi gas ethylene dalam ruang
penyimpanan akan mengakibatkan wortel pahit rasanya yang disebabkan adanya
akumulasi zat phenol, demikian pula dapat menyebabkan asparagus menjadi keras,
karena ethylene merangsang proses pembuatan lignin. Ethylene (C2H4) dapat
mengakibatkan terjadinya pengerasan ubi jalar atau pembusukan bagian dalam. Pendek
kata ethylenen biasanya bersifat merusak bagi komoditi.
Pada hakekatnya modifikasi komposisi udara atau yang juga dikenal sebagai
contoh atmosphere storage berfungsi ikut menentukan atau mengatur sistem noymonal
oleh ethylenene. Sinthesis ethylene yang cukup untuk merangsang proses pematangan
tidak akan terjadi bila kadar oksigen di bawah 7% (Mapson dan Robinson, 1966).
Kepekaan komoditi terhadap ethylene juga menjadi rendah pada konsentrasi oksigen
rendah. Sebelum ethylene dapat mempengaruhi sesuatu komoditi molekul oksigen harus
terikat atau bereaksi pada bagian dimana ethylene melekat. Bila kadar oksigen tinggi
3%, terikatnya ethylene turun sebanyak 50% (Burg dan Burg 1967). Karbon dioksida
(CO2) tidak secara langsung mempengaruhi sinthesis ethylene, tetapi lebih bersifat
antogonistis terhadap ethylene. Secara struktural CO2 merupakan analog terhadap
ethylene sehingga bersaing terhadap tempat yang seharusnya ditempati oleh ethylene.
Oksigen dalam udara tidak dapat dihilangkan sama sekali dari atmosphere,
karena adanya oksigen masih diperlukan untuk menjaga berlangsungnya metabolisme
secara normal. Di bawah 1 3% oksigen, banyak komoditi justru mengalami banyak
kerusakan. Demikian halnya dengan konsentrasi CO2. batas toleransi komoditi terhadap
gas-gas tersebut bervariasi. Beberapa komoditi tidak tahan pada konsentrasi CO 2 tinggi.
Beberapa komoditi tahan pada konsentrasi CO2 1% sedang komoditi lain tahan pada
10
O2
Apel
2-3
Pisang (hijau)
2
Strawberry
2
Stoll, 1974 dalam BKP Madiun
Atmosphere
CO2
1-8
5
0-20
Oc
-1
12
0.7
mencegah
timbulnya
noda-noda
coklat
yang
disebut
russet
pada suhu 20 C, pisang masih dapat mengalami proses pematangan yang normal.
Kondisi penyimpanan CA storage untuk beberapa jenis komoditi tidak sma. Kadar dan
Moris (19/17) telah menyarankan suatu pedoman yang menunjukkan batas toleransi
komoditi hortikultura terhadap kadar CO2 tinggi dan O2 rendah, khususnya terbatas
pada suhu penyimpanan tertentu, seperti terlihat pada lampiran.
12
14
21
9.8
8.0
6.3
3.4
CO2
6.0
6.0
8.5
14.0
yaitu penyimpanan pada tekanan rendah 150 sampai 80 mm Hg pada suhu 14 C dapat
diperoleh waktu simpan selama 120 hari, tanpa adanya penyimpanan mutu yang nyata.
Untuk memperoleh selama transportasi, dapat ditumpuk dengan salah satu dari
tiga cara yaitu dengan membungkus dalam kantung plastik atau dengan menggunakan
kendaraan yang kedap udara atau kendaraan yang diperlengkapi dengan peralatan yang
dapat mengatur gas dalam kendaraan tersebut.
Gambar 2 Penyimpanan buah pada plastik kedap udara dan suhu yang diatur
BAB III
KESIMPULAN
Penyimpanan bahan makanan dilakukan dengan tujuan agar memiliki shelf life
yang cukup lama serta mencegah pembusukan pada makanan tersebut. Metode
16
Aksi Agraris Kanisius (AAK). (2000). Petunjuk Praktik Bertanam Buah dan Sayur.
Jakarta: Penerbit Kanisius.
Antarlina, SS., H.Dj.Noor, S. Umar dan I. Noor. (2005). Karakteristik buah pisang lahan
rawa lebak Kalimantan Selatan serta upaya perbaikan mutu tepungnya. Jurnal
Horti 15(2):140-150.
Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Madiun. (2006). Teknologi Pengawetan Bahan
Segar. Madiun. diunduh pada http://www.bkp.madiunkab.go.id
Baldwin, EA., Burns JK, Kazokas W, Brecht JK, Hagenmaier RD, Bender RJ, Pesis.
(1999). Effect of two edible coatings with different permeability characteristics on
mango (Mangifera indica L) ripening during storage. Postharvest Biol. Technol.
17 : 215-226.
Depkes RI. (2003). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit .Jakarta: Depkes RI
Kader, A A. (1985). Modified atmospheres and Low-pressure Syestems during
Transport and Storage p 58-64. In : A. A. Kader (ed.). Postharvest technology of
horticultural crops. Univ. Calif., Oakland, Calif.
Kanisius.
Tranggono dan Sutardi. (1990). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta:
Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press.
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia.
Wisnu Broto, Setyadjit, S.Prabawati, dan D.A. Setyabudi. (1993). Studi Rangkaian
Penanganan Pascapanen Buah Mangga dalam Rantai Dingin. Jurnal Hortikultura
3(3):26-35.
18